2.3. Penataan Ruang
Dalam Undang Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dijelasakan bahwa penataan ruang merupakan suatu sistem proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dengan lainnya. Hal
ini harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang, sehingga dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu
mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Selanjutnya tidak mengakibatkan terjadinya pemborosan pemanfaatan ruang dan penurunan kualitas
ruang. Ruang sebagai sumber daya pada dasarnya tidak mengenal batas wilayah.
Namun, untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, serta
sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang nyata, luas, dan bertanggung jawab, penataan ruang menuntut kejelasan pendekatan dalam proses perencanaannya demi
menjaga keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan keterpaduan antardaerah, antara pusat dan daerah, antarsektor, dan antarpemangku kepentingan.
Menurut Solihin, D 2008 dijelaskan bahwa suatu perencanaan dianggap gagal apabila penyusunan perencanaan yang tidak tepat, mungkin karena informasi
kurang lengkap, metodologi belum dikuasai, perencanaannya tidak realistis sehingga tidak mungkin pernah bisa terlaksana serta disebabkan pengaruh politis terlalu besar
sehingga pertimbangan – pertimbangan teknis perencanaan diabaikan.
Universitas Sumatera Utara
Penataan kawasan hutan, menurut pasal 5 ayat 2 Undang Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, disebutkan bahwa “Penataan ruang berdasarkan
fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya”. Dengan demikian, penataan ruang ini mengacu pada fungsi utama kawasan. Antara lain
meliputi komponen dalam penataan ruang yang berdasar pada wilayah administrasi, kegiatan kawasan, maupun dalam nilai strategis kawasan.
Untuk penataan kawasan lindung terdiri atas a kawasan yang memberikan
perlindungan kawasan dibawahnya; b kawaaan perlindungan setempat; c
kawasan suaka alam dan cagar alam; d
kawasan rawan bencana; dan e kawasan hutan
lindung. Di dalam Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dijelaskan
bahwa kawasan hutan lindung tersebut merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai pengatur sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Masih pada Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
disebutkan bahwa pengelolaan untuk hutan meliputi: a tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan; b pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan;
c rehabilitasi dan reklamasi hutan, dan d
perlindungan hutan dan konservasi alam. Kemudian dalam peraturan pelaksanaan undang undang tersebut, pada
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaan Hutan, dinyatakan bahwa tata hutan
dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan merupakan
Universitas Sumatera Utara
bagian dari pengelolaan hutan yang terdiri dari 3 fungsi pokok hutan yaitu: a hutan konservasi; b hutan lindung; dan c hutan produksi.
2.4. Interpretasi Citra Penginderaan Jauh