1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Implementasi Sistem Perbendaharaan dan
Anggaran Negara SPAN dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara Pada Kantor Pelayanan Pembendaharaan Kota Medan I?”
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai adapun tujuan penelitian adalah:
Untuk mengatahui implementasi Sistem Perendaharaan dan Anggaran Negara SPAN dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Kota Medan I.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Secara subjektif, untuk mengembangkan dan meningkatkan pegetahuan
dan pola pikir dalam melatih kemampuan berpikir ilmiah dalam pembuatan karya ilmiah.
2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memnambah
pengetahuan penulis dan pembaca tentang Implementasi Sistem Perbendahraan dan Anggaran Negara dalam mendukung Pelayanan
Pembendaharaan Negara Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan I.
Universitas Sumatera Utara
3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
sumbangan pemikiran serta informasi bagi Kantor Pelayanan Perbendaharan Negara Kota Medan I.
1.5 KERANGKA TEORI
Untuk memudahkan peneliti dalam rangka menyusun penelitian ini, maka perlu menyusun suatu kerangka teori yang dijadikan sebagai pedoman dalam
menjelaskan masalah yang sedang diteliti. Kerangka teori dalam Arikunto2002:92 adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel atau pokok, sub- variabel, atau pokok masalah yang ada dalam penelitian.
Menurut Singamarimbun 2008:37 ,teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena
sosial secara sistematis dengan cara merumuskanhubungan antar konsep. Adapun yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah:
1.5.1 Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan menurut Tangkilisan 2003:1 adalah tahap pembuatan keputusan diantara pembentukan sebuah kebijakan seperti halnya
pasal-pasal sebuah undang-undanglegislatif, pengeluaran sebuah eksekutif, pelolosan pengadilan , atau keluarnya standart peraturan dan konsekuensinya dari
kebijakan bagi masyarakat yang mempengaruhi beberapa aspek kehidupan. Jika sebuah kebijakan diambil secara tepat, maka kemungkinan kegagalan pun masi
terjadi, jika proses implementasi tidak tepat. Namun bahkan sebuah kebijakan
Universitas Sumatera Utara
yang brilian sekalipun jika diimplementasikan buruk bisa gagal untuk mencapai tujuan para perancangnya.
Proses implementasi merupakan tahap yang sangat penting dalam proses kebijakan karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat
kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Suatu Kebijakan yang telah dirumuskan tentunya memiliki tujuan- tujuan atau target-target yang ingin dicapai.
Pencapaian target baru akan terealisasi jika kebijakan tersebut telah diimplementasikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa implementasi
kebijakan adalah tahapan output atau outcomes bagi masyarakat. Proses menghasilkan implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah
ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap untuk proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan
kebijakan yang diinginkan. Hal yang paling penting dalam proses kebijakan adalah
pengimplementasiannya. Secara etimologi , implementasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu to implement, it means to provide the means for carrying out
menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu dan to give practical effect to untuk menimbulkan dampak dan akibat terhadap sesuatu. Sesuatu dimaksudkan
dilakukan untuk menimbulkan dampak maupun akibat berupa undang undang , peraturan daerah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga
lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan. Kalau pandangan ini kita ikuti, maka implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses
melaksanakan keputusan kebijakan, biasanya dalam bentuk undang undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah ekesekutif, atau dekrit
Universitas Sumatera Utara
presiden.Implementasi diperlakukan sebagai tahapan penting dalam berlangsungnya proses kebijakan terutama setelah wacana legal formal biasanya
berupa undang-undang, peraturan, ketetapan atau bentuk-bentuk produk lainnya. Dalam arti seluas-luasnya implementasi juga sering dianggap bentuk produk
hukum lainnya. Menurut Wahab 2012:133, implementasi juga sering dianggap sebagai
bentuk pengoperasionalisasian atau penyelenggaraan aktivitas yang ditetapkan berdasarkan undang undang dan menjadi kesepakatan bersama diantara beragam
pemangku kepentingan stakeholder , aktor , organisasi, publik atau privat, prosedur, dan teknik secara sinergistis yang digerakkan untuk bekerjasama guna
menerapkan kebijakan ke arah tertentu yang dikehendaki. Dengan demikian , tujuan dan sasaran program atau kebijakan itu secara keseluruhan dapat dicapai
secara memuaskan. Dalam realitas implementasi, yang selain melibatkan banyak orang juga menyangkut hubungan-hubungan keorganisasian yang kompleks.
Menurut Pressman dan Wildavsky dalam buku Wahab 2012:135 menyatakan bahwa sebuah kata kerja mengimplementasikan sangat berkaitan
dengan kata benda kebijakan. Van Meter dan Van Hom 1975 merumuskan proses implementasi sebagai tindakan tindakan yang dilakukan baik secara
individual pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.1 Teknik Implementasi Kebijakan
Proses implementasi sebuah kebijakan diperlukan perangkat yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan suatu program dengan
kebijakan suatu program dengan kebijakan publik yang menjadi acuannnya. Terdapat 2 pendekatan dalam implementasi kebijakan publik, yaitu pendekatan
command can control dan pendekatan economic incentive market. Menurut Lester dan Stewart2000 dalam Kusumanegara2003:108 menyatakan bahwa
pendekatan command and control menyertakan mekanisme yang nampak koersif untuk menyelaraskan pelaksanaan dengan kebijakan acuan. Pendekatan command
and control dianggap terlalu kaku, dan mengabaikan inisiatif dan inovasi dalam pencapaian tujuan kebijakan, dan menyia-nyiakan sumber daya masyarakat.
Sedangkan pendekatan economic incentive menggunakan sarana perpajakan, subsidi, atau penalti agar pelaksanaan sesuai dengan kebijakan acuan. Pendekatan
economic incentive berpandangan bahwa sebaiknya per individu diberikan ruang yang cukup untuk membuat keputusan sendiri, mempunyai kebebasan dan
kerelaan bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan biaya sosial seminim mungkin.
1.5.1.2 Model - Model Implementasi 1. Model Implementasi Kebijakan George Edward III Subarsono
2005:90
Dalam model ini dikemukakan empat variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan , yakni:
Universitas Sumatera Utara
a. Komunikasi
Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi
distorsi implementasi. Jika sasaran dan tujuan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui oleh kelompok sasaran, maka akan terjadi resistensi dari
kelompok sasaran. b.
Sumber Daya Sumber daya dapat berwujud sebagai sumber daya manusia, yaitu
kompetensi implementator dan sumber daya finansial. Sumber daya merupakan faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif.
c. Disposisi
Disposisi maksudnya adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang implementor, seperti komitmen, kejujuran. Jika
Impelementor memilki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang dibuat pemerintah, maka
implementasi juga menjadi efektif. d.
Struktur Birokrasi Salah satu aspek penting dari setiap organisasi adalah SOP
standard operating procedure.SOP adalah pedoman implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung
melemahkan pengawasan dan menimbulkan kerumitan yang apat meyebabkan aktivitas organisasi yang tidak fleksibel.
Universitas Sumatera Utara
2. Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn 2005;99
Dalam model ini dijelaskan 6 variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu :
a. Standar dan sasaran kebijakan
Standar dan sasaran harus jelas dan terukur, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang dapat menyebabkan terjadinya konflik
diantara para agen implementasi. b.
Sumber Daya Kebijakan perlu didukung oleh sumber daya, baik itu SDM maupun
sumber daya non manusia. c.
Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas Impelementasi adalah program yang terkdang membutuhkan dukungan
dan koordinasi dari instansi lain agar tercapai keberhasilan. d.
Karakterisitik agen pelaksana Dukungan yang diberikan kelompok-kelompok kepentingan bagi
implementasi kebijakan, yang didalam nya karakteristik partisipan yakni yang menolak maupun mendukung.
e. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik
Kondisi sosial, ekonomi , dan politik mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan. f.
Disposisi implementor Ada 3 hal penting dalam disposisi implementor:
1. Respon implementor terhadap kebijakan
Universitas Sumatera Utara
2. Kognisi, yakni pemahamnya terhadap kebijakan
3. Intensitas disposisi implementor yakni prefensi nilai yang dimiliki
1.5.1.3 Keberhasilan Implementasi Kebijakan
Keberhasilan implementasi suatu kebijakan dapat diukur dengan melihat kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan desain, tujuan
dan sasaran kebijakan itu sendiri serta memberikan dampak atau hasil yang positif bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi.
Teori implementasi menurut Edward dan Emerson, Grindle, serta Mize dalam buku Mukarom 2015:207, menjelaskan empat variabel kritis dalam
implementasi kebijakan publik dan program, yaitu: a.
Komunikasi communication Komunikasi dibutuhkan oleh setiap pelaksana kebijakan untuk mengetahui
apa yang harus mereka lakukan. Keberhasilan komunikasi ditentukan oleh tiga indikator, yaitu penyaluran komunikasi, konsistensi komunikasi, dan
kejelasan komunikasi. Komunikasi dianggappenting karena dalam proses kegiatan yang melibatkan unsur manusia dan unsur sumber daya akan
berurusan dengan permasalahan yaitu bagaimana hubungan yang dilakukan.
b. Ketersediaan Sumber Daya resources
Berkenaan dengan sumber daya pendukung untuk melaksanakan kebijakan, yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam
pelaksanaan suatu kebijakan dan merupakan potensi manusiawi yang melekat keberadaannya pada seseorang yang meliputi fisik
dan nonfisik. 2.
Informasi yang diterima dan disampaikan haruslah jelas sehingga dapat mempermudah pelaksanaan kebijakan
3. Kewenangan hak untuk mengambil keputusan dan hak untuk
mengarahkan pekerjaan orang lain dan memberikan perintah. 4.
Sarana dan prasarana yaitu alat pendukung dan pelaksana suatu kegiatan.
5. Pendanaan digunakan untuk membiayai operasional implementasi
kebijakan tersebut, informasi yang relevan dan mencukupi tentang cara mengimplementasikan suatu kebijakan, dan kesanggupan dari
berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan tersebut.
c. Sikap dan Komitmen dari Pelaksana Program Disposition
Sikap dan komitmen ini berhubungan dengan kesedian para implementator untuk meyelesaikan suatu kebijakan publik. Disposisi menjaga konsistensi
tujuan antara apa yang ditetapkan pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan. Kunci keberhasilan program atau implementasi kebijakan
adalah sikap pekerja terhadap penerimaan dan dukungan atas kebijakan dukungan yang telah ditetapkan.
Variabel variabel tersebut berkenaan atau berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan implementasi kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2Gambaran Umum Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara SPAN
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 154PMK.042014, SPAN merupakan suatu sistem pengelolaan keuangan negara
yang mengintegrasikan pengelolaan keuangan ke dalam satu sistem terintegrasi, yang meliputi fungsi penganggaran, pelaksanaan anggaran
dan pertanggungjawaban keuangan negara. SPAN merupakan program transformasi
berskala besar di bidang keuangan negara yang bertujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan anggaran dan
perbendaharaan negara melalui penyempurnaan proses bisnis dan pemanfaatan teknologi informasi yang terintegrasi.
Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya implementasi SPAN meliputi : a. Otomasi proses operasional penganggaran dan pegelolaan kas, asset dan utang
pemerintah; b. Peningkatan keandalan proses penganggaran dan pengelolaan kas, asset dan
utang pemerintah; c. Peningkatan efisiensi layanan kepada kementrian Negaralembaga, masyarakat
dan perbankan; d. Peningkatan akuntabilitas melalui penyusunan dan penyajian laporan keuangan
yang lebih komprehensif, akurat dan tepat waktu; e. Penyediaan fasilitas rekonsiliasi yang andal, akurat, serta tepat waktu antara
pemerintah dan perbankan;
Universitas Sumatera Utara
f. Penyediaan jejak audit audit trail untuk memfasilitasi proses audit akun pemerintah;
g. Mengintegrasikan data pada berbagai subsistem manajemen keuangan pemerintah.
Dengan adanya sasaran yang jelas, maka manfaat yang ingin dicapai dengan adanya implementasi SPAN adalah :
a. Tersedianya sistem pengendalian alokasi dan pelaksanaan anggaran yang efektif;
b. Tersedianya sistem pengelolaan kas yang terpercaya; c. Tersedianya sistem pelaporan manajerial tentang tentang operasi keuangan
pemerintah yang komprehensif, dapat diandalkan dan realtime; d. Terwujudnya tahapan transisi penerapan sistem akuntansi dari berbasis kas ke
berbasis akrual, dan; e. Terlaksananya pelayanan kepada publik yang lebih efisien.
1.5.2.1 Visi dan Misi SPAN
Visi SPAN adalah “Terwujudnya pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara yang transparan dan akuntabel, aman dan mudah diterapkan
dengan dukungan system informasi manajemen keuangan yang terintegrasi “. Untuk mewujudkan visi tersebut, SPAN mempunyai misi. Misi SPAN adalah
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Mengembangkan proses bisnis secara berkelanjutan dengan mendasarkan pada praktek penyelenggaraan yang sesuai dan terbaik.
b. Menerapkan paket solusi yang terintegrasi untuk mendukung sistem yang aman, akurat dan handal.
c. Memastikan diterimanya perubahan oleh pemangku kepentingan dan memberikan solusi lengkap terhadap dampak perubahan.
sumber : Modul SPAN
1.5.2.2 Electronic Goverment E- Goverment
Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi ICT maka pemerintah juga dituntut untuk menggunakan ICT dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik. Salah satu sarana tersebut adalah dengan melaksanakan penyelengaraan pemerintahan secara elektronik atau electronic e-
goverment. E-Goverment berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi seperti:
wide area network, internet, dan komunikasi bergerak oleh lembaga pemerintah yang mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan hubungan pemerintah
dengan warganya, pelaku dunia usaha bisnis , dan lembaga pemerintah lainnya.Teknologi ini dapat mempunyai tujuan yang beragam, antara lain,
pemberian layanan pemerintahan yang lebih baik kepada warganya, peningkatan interaksi dengan dunia usaha dan industri, pemberdayaan masyarakat melalui
akses informasi, atau manajemen pemerintahan yang lebih efesien. Hasil yang diharapkan dapat berupa pengurangan korupsi, peningkatan transparansi,
peningkatan kenyamanan, pertambahan pendapatan danatau pengurangan biaya.
Universitas Sumatera Utara
Melaksanakan e-goverment berarti bekerja dengan bantuan tekhnologi, maka dari itu akan ada suatu transformasi budaya kerja dari sistem kerja manual
ke sistem kerja yang berbasis elektronik. Di Negara-Negara maju, e-goverment merupakan hasil transformasi mekanisme interaksi birokrasi dengan masyarakat
yang menjadi lebih bersahabat. Demikian halnya di Negara berkembanng , banyak pengambil kebijakan yakni bahwa pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan
transparan dapat diwujudkan melalui e-government. indrajit,2006:2 Menurut Seifert dan Bonham ada empat tipe penerapan E-Government , yaitu :
1. Government to Citizens
Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi e-Government yang paling umum, yaitu dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai
portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat rakyat. Dengan kata lain, tujuan
utama dari dibangunnya aplikasi e-Government bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal
akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-
hari. 2.
Government to Business Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk
sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekenomian sebuah negara dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan
aktivitas sehari-harinya, entiti bisnis semacam perusahaan swasta
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan banyak sekali data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah.
3. Government to Governments
Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara untuk saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari.
Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah dengan pemerintah setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau diplomasi
semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama antar entiti-entiti negara masyarakat, industri,
perusahaan, dan lain-lain dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik, mekanisme
hubungan sosial dan budaya, dan lain sebagainya. 4.
Government to Employees Aplikasi e-Governmentjuga diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja
dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.
1.6 Konsep Penelitian
Judul penelitian mengarah kepada implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara Pada KPPN medan yang diharapkan dapat mendukung
pelayanan pembendaharaan Negara pada kota medan seperti tepat waktu, efektif,efisien, transparan, dan tepat sasaran . Jadi setiap jenis kebijakan publik
memerlukan model implementasi kebijakan yang berlainan. Adakebijakan publikyang perlu implementasi secara top- down, ada secara buttom-up. Dalam
Universitas Sumatera Utara
mengkaji proses kebijakan yang di implementasikan pada KPPN Medan peneliti melakukan dengan model George C Edward III model implementasi kebijakan
top-down, yang melihat pelaksanaan suatu kebijakan melalui variabel-variabel model pendekatan George C Edward III , karena model ini sesuai dengan
kebijakan SPAN yang juga bersifat top-down karena pada hakekatnya kebijakan ini merupakan kebijakan yang berpola pada pelaksanaan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk rakyat atau publik. Model yang penelitu pakai dalam penelitian Implementasi Sistem
Perbendaharaan dan
Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan
Perbendaharaan Negara adalah dengan melihat beberapa indikator: 1.
Struktur Birokrasi Salah satu aspek yang penting dari setiap organisasi adalah adanya
SOP standard operating procedure. Ini adalah pedoman bagi implementor dalam melaksanakan implementasi. Struktur organisasi
yang berbelit belit ataupun terlalu panjang akan menimbulkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks dan melemahkan pengawasan,
yang mengakibatkan organisasi tidak fleksibel. 2.
Komunikasi Komunikasi sangat penting dalam proses implementasi agar
implementor mengetahui apa yang akan dilakukan, dan mengetahui apa yang akanmenjadi sasaran dan tujuan kebijakan yang dapat
mengurangi distorsi implementasi.
3. Sumber Daya
Universitas Sumatera Utara
Setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya finansial. Sumber
daya manusia adalah kualitas maupun kuantitas implementor, dan sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah
programkebijakan. Dengan cukupnya sumber daya finansialakan mendukung terlaksananya kebijakan program. Namun tanpa
implementor yang profesional , juga kan tidak mampu melaksanakan kebijakan dengan baik.
4. Disposisi
Disposisi adalah karakter yang ada pada implementor. Karakter yang harus dimiliki oleh implementor adalah kejujuran, komitmen, dan
demokratis. Penulis juga menambahkan indikator standar dan sasaran kebijakan untuk
mengetahui bagaimana standar dan sasaran kebijakan dalam implementasi SPAN dalam mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada KPPN Medan I,
karena setisp krbijsksn hsrud mrmpunyai standar dan sasaran yang jelas dan terukur, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dankonflik diantara para agen
implementasi
Universitas Sumatera Utara
1.7 Kerangka Berpikir Gambar 1.1