RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN MANFAAT PENELITIAN Konsep Penelitian

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara SPAN dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara Pada Kantor Pelayanan Pembendaharaan Kota Medan I?”

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai adapun tujuan penelitian adalah: Untuk mengatahui implementasi Sistem Perendaharaan dan Anggaran Negara SPAN dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Kota Medan I.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Secara subjektif, untuk mengembangkan dan meningkatkan pegetahuan dan pola pikir dalam melatih kemampuan berpikir ilmiah dalam pembuatan karya ilmiah. 2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memnambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang Implementasi Sistem Perbendahraan dan Anggaran Negara dalam mendukung Pelayanan Pembendaharaan Negara Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan I. Universitas Sumatera Utara 3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran serta informasi bagi Kantor Pelayanan Perbendaharan Negara Kota Medan I.

1.5 KERANGKA TEORI

Untuk memudahkan peneliti dalam rangka menyusun penelitian ini, maka perlu menyusun suatu kerangka teori yang dijadikan sebagai pedoman dalam menjelaskan masalah yang sedang diteliti. Kerangka teori dalam Arikunto2002:92 adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel atau pokok, sub- variabel, atau pokok masalah yang ada dalam penelitian. Menurut Singamarimbun 2008:37 ,teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskanhubungan antar konsep. Adapun yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah:

1.5.1 Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan menurut Tangkilisan 2003:1 adalah tahap pembuatan keputusan diantara pembentukan sebuah kebijakan seperti halnya pasal-pasal sebuah undang-undanglegislatif, pengeluaran sebuah eksekutif, pelolosan pengadilan , atau keluarnya standart peraturan dan konsekuensinya dari kebijakan bagi masyarakat yang mempengaruhi beberapa aspek kehidupan. Jika sebuah kebijakan diambil secara tepat, maka kemungkinan kegagalan pun masi terjadi, jika proses implementasi tidak tepat. Namun bahkan sebuah kebijakan Universitas Sumatera Utara yang brilian sekalipun jika diimplementasikan buruk bisa gagal untuk mencapai tujuan para perancangnya. Proses implementasi merupakan tahap yang sangat penting dalam proses kebijakan karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Suatu Kebijakan yang telah dirumuskan tentunya memiliki tujuan- tujuan atau target-target yang ingin dicapai. Pencapaian target baru akan terealisasi jika kebijakan tersebut telah diimplementasikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan adalah tahapan output atau outcomes bagi masyarakat. Proses menghasilkan implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap untuk proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan kebijakan yang diinginkan. Hal yang paling penting dalam proses kebijakan adalah pengimplementasiannya. Secara etimologi , implementasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu to implement, it means to provide the means for carrying out menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu dan to give practical effect to untuk menimbulkan dampak dan akibat terhadap sesuatu. Sesuatu dimaksudkan dilakukan untuk menimbulkan dampak maupun akibat berupa undang undang , peraturan daerah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan. Kalau pandangan ini kita ikuti, maka implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan, biasanya dalam bentuk undang undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah ekesekutif, atau dekrit Universitas Sumatera Utara presiden.Implementasi diperlakukan sebagai tahapan penting dalam berlangsungnya proses kebijakan terutama setelah wacana legal formal biasanya berupa undang-undang, peraturan, ketetapan atau bentuk-bentuk produk lainnya. Dalam arti seluas-luasnya implementasi juga sering dianggap bentuk produk hukum lainnya. Menurut Wahab 2012:133, implementasi juga sering dianggap sebagai bentuk pengoperasionalisasian atau penyelenggaraan aktivitas yang ditetapkan berdasarkan undang undang dan menjadi kesepakatan bersama diantara beragam pemangku kepentingan stakeholder , aktor , organisasi, publik atau privat, prosedur, dan teknik secara sinergistis yang digerakkan untuk bekerjasama guna menerapkan kebijakan ke arah tertentu yang dikehendaki. Dengan demikian , tujuan dan sasaran program atau kebijakan itu secara keseluruhan dapat dicapai secara memuaskan. Dalam realitas implementasi, yang selain melibatkan banyak orang juga menyangkut hubungan-hubungan keorganisasian yang kompleks. Menurut Pressman dan Wildavsky dalam buku Wahab 2012:135 menyatakan bahwa sebuah kata kerja mengimplementasikan sangat berkaitan dengan kata benda kebijakan. Van Meter dan Van Hom 1975 merumuskan proses implementasi sebagai tindakan tindakan yang dilakukan baik secara individual pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Universitas Sumatera Utara

1.5.1.1 Teknik Implementasi Kebijakan

Proses implementasi sebuah kebijakan diperlukan perangkat yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan suatu program dengan kebijakan suatu program dengan kebijakan publik yang menjadi acuannnya. Terdapat 2 pendekatan dalam implementasi kebijakan publik, yaitu pendekatan command can control dan pendekatan economic incentive market. Menurut Lester dan Stewart2000 dalam Kusumanegara2003:108 menyatakan bahwa pendekatan command and control menyertakan mekanisme yang nampak koersif untuk menyelaraskan pelaksanaan dengan kebijakan acuan. Pendekatan command and control dianggap terlalu kaku, dan mengabaikan inisiatif dan inovasi dalam pencapaian tujuan kebijakan, dan menyia-nyiakan sumber daya masyarakat. Sedangkan pendekatan economic incentive menggunakan sarana perpajakan, subsidi, atau penalti agar pelaksanaan sesuai dengan kebijakan acuan. Pendekatan economic incentive berpandangan bahwa sebaiknya per individu diberikan ruang yang cukup untuk membuat keputusan sendiri, mempunyai kebebasan dan kerelaan bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan biaya sosial seminim mungkin.

1.5.1.2 Model - Model Implementasi 1. Model Implementasi Kebijakan George Edward III Subarsono

2005:90 Dalam model ini dikemukakan empat variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan , yakni: Universitas Sumatera Utara a. Komunikasi Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Jika sasaran dan tujuan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui oleh kelompok sasaran, maka akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. b. Sumber Daya Sumber daya dapat berwujud sebagai sumber daya manusia, yaitu kompetensi implementator dan sumber daya finansial. Sumber daya merupakan faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. c. Disposisi Disposisi maksudnya adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang implementor, seperti komitmen, kejujuran. Jika Impelementor memilki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang dibuat pemerintah, maka implementasi juga menjadi efektif. d. Struktur Birokrasi Salah satu aspek penting dari setiap organisasi adalah SOP standard operating procedure.SOP adalah pedoman implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan kerumitan yang apat meyebabkan aktivitas organisasi yang tidak fleksibel. Universitas Sumatera Utara

2. Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn 2005;99

Dalam model ini dijelaskan 6 variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu : a. Standar dan sasaran kebijakan Standar dan sasaran harus jelas dan terukur, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang dapat menyebabkan terjadinya konflik diantara para agen implementasi. b. Sumber Daya Kebijakan perlu didukung oleh sumber daya, baik itu SDM maupun sumber daya non manusia. c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas Impelementasi adalah program yang terkdang membutuhkan dukungan dan koordinasi dari instansi lain agar tercapai keberhasilan. d. Karakterisitik agen pelaksana Dukungan yang diberikan kelompok-kelompok kepentingan bagi implementasi kebijakan, yang didalam nya karakteristik partisipan yakni yang menolak maupun mendukung. e. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik Kondisi sosial, ekonomi , dan politik mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. f. Disposisi implementor Ada 3 hal penting dalam disposisi implementor: 1. Respon implementor terhadap kebijakan Universitas Sumatera Utara 2. Kognisi, yakni pemahamnya terhadap kebijakan 3. Intensitas disposisi implementor yakni prefensi nilai yang dimiliki

1.5.1.3 Keberhasilan Implementasi Kebijakan

Keberhasilan implementasi suatu kebijakan dapat diukur dengan melihat kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan desain, tujuan dan sasaran kebijakan itu sendiri serta memberikan dampak atau hasil yang positif bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi. Teori implementasi menurut Edward dan Emerson, Grindle, serta Mize dalam buku Mukarom 2015:207, menjelaskan empat variabel kritis dalam implementasi kebijakan publik dan program, yaitu: a. Komunikasi communication Komunikasi dibutuhkan oleh setiap pelaksana kebijakan untuk mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Keberhasilan komunikasi ditentukan oleh tiga indikator, yaitu penyaluran komunikasi, konsistensi komunikasi, dan kejelasan komunikasi. Komunikasi dianggappenting karena dalam proses kegiatan yang melibatkan unsur manusia dan unsur sumber daya akan berurusan dengan permasalahan yaitu bagaimana hubungan yang dilakukan. b. Ketersediaan Sumber Daya resources Berkenaan dengan sumber daya pendukung untuk melaksanakan kebijakan, yaitu sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan dan merupakan potensi manusiawi yang melekat keberadaannya pada seseorang yang meliputi fisik dan nonfisik. 2. Informasi yang diterima dan disampaikan haruslah jelas sehingga dapat mempermudah pelaksanaan kebijakan 3. Kewenangan hak untuk mengambil keputusan dan hak untuk mengarahkan pekerjaan orang lain dan memberikan perintah. 4. Sarana dan prasarana yaitu alat pendukung dan pelaksana suatu kegiatan. 5. Pendanaan digunakan untuk membiayai operasional implementasi kebijakan tersebut, informasi yang relevan dan mencukupi tentang cara mengimplementasikan suatu kebijakan, dan kesanggupan dari berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan tersebut. c. Sikap dan Komitmen dari Pelaksana Program Disposition Sikap dan komitmen ini berhubungan dengan kesedian para implementator untuk meyelesaikan suatu kebijakan publik. Disposisi menjaga konsistensi tujuan antara apa yang ditetapkan pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan. Kunci keberhasilan program atau implementasi kebijakan adalah sikap pekerja terhadap penerimaan dan dukungan atas kebijakan dukungan yang telah ditetapkan. Variabel variabel tersebut berkenaan atau berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan implementasi kebijakan. Universitas Sumatera Utara 1.5.2Gambaran Umum Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara SPAN Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 154PMK.042014, SPAN merupakan suatu sistem pengelolaan keuangan negara yang mengintegrasikan pengelolaan keuangan ke dalam satu sistem terintegrasi, yang meliputi fungsi penganggaran, pelaksanaan anggaran dan pertanggungjawaban keuangan negara. SPAN merupakan program transformasi berskala besar di bidang keuangan negara yang bertujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan anggaran dan perbendaharaan negara melalui penyempurnaan proses bisnis dan pemanfaatan teknologi informasi yang terintegrasi. Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya implementasi SPAN meliputi : a. Otomasi proses operasional penganggaran dan pegelolaan kas, asset dan utang pemerintah; b. Peningkatan keandalan proses penganggaran dan pengelolaan kas, asset dan utang pemerintah; c. Peningkatan efisiensi layanan kepada kementrian Negaralembaga, masyarakat dan perbankan; d. Peningkatan akuntabilitas melalui penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang lebih komprehensif, akurat dan tepat waktu; e. Penyediaan fasilitas rekonsiliasi yang andal, akurat, serta tepat waktu antara pemerintah dan perbankan; Universitas Sumatera Utara f. Penyediaan jejak audit audit trail untuk memfasilitasi proses audit akun pemerintah; g. Mengintegrasikan data pada berbagai subsistem manajemen keuangan pemerintah. Dengan adanya sasaran yang jelas, maka manfaat yang ingin dicapai dengan adanya implementasi SPAN adalah : a. Tersedianya sistem pengendalian alokasi dan pelaksanaan anggaran yang efektif; b. Tersedianya sistem pengelolaan kas yang terpercaya; c. Tersedianya sistem pelaporan manajerial tentang tentang operasi keuangan pemerintah yang komprehensif, dapat diandalkan dan realtime; d. Terwujudnya tahapan transisi penerapan sistem akuntansi dari berbasis kas ke berbasis akrual, dan; e. Terlaksananya pelayanan kepada publik yang lebih efisien.

1.5.2.1 Visi dan Misi SPAN

Visi SPAN adalah “Terwujudnya pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara yang transparan dan akuntabel, aman dan mudah diterapkan dengan dukungan system informasi manajemen keuangan yang terintegrasi “. Untuk mewujudkan visi tersebut, SPAN mempunyai misi. Misi SPAN adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Mengembangkan proses bisnis secara berkelanjutan dengan mendasarkan pada praktek penyelenggaraan yang sesuai dan terbaik. b. Menerapkan paket solusi yang terintegrasi untuk mendukung sistem yang aman, akurat dan handal. c. Memastikan diterimanya perubahan oleh pemangku kepentingan dan memberikan solusi lengkap terhadap dampak perubahan. sumber : Modul SPAN

1.5.2.2 Electronic Goverment E- Goverment

Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi ICT maka pemerintah juga dituntut untuk menggunakan ICT dalam rangka meningkatkan pelayanan publik. Salah satu sarana tersebut adalah dengan melaksanakan penyelengaraan pemerintahan secara elektronik atau electronic e- goverment. E-Goverment berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi seperti: wide area network, internet, dan komunikasi bergerak oleh lembaga pemerintah yang mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan hubungan pemerintah dengan warganya, pelaku dunia usaha bisnis , dan lembaga pemerintah lainnya.Teknologi ini dapat mempunyai tujuan yang beragam, antara lain, pemberian layanan pemerintahan yang lebih baik kepada warganya, peningkatan interaksi dengan dunia usaha dan industri, pemberdayaan masyarakat melalui akses informasi, atau manajemen pemerintahan yang lebih efesien. Hasil yang diharapkan dapat berupa pengurangan korupsi, peningkatan transparansi, peningkatan kenyamanan, pertambahan pendapatan danatau pengurangan biaya. Universitas Sumatera Utara Melaksanakan e-goverment berarti bekerja dengan bantuan tekhnologi, maka dari itu akan ada suatu transformasi budaya kerja dari sistem kerja manual ke sistem kerja yang berbasis elektronik. Di Negara-Negara maju, e-goverment merupakan hasil transformasi mekanisme interaksi birokrasi dengan masyarakat yang menjadi lebih bersahabat. Demikian halnya di Negara berkembanng , banyak pengambil kebijakan yakni bahwa pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan transparan dapat diwujudkan melalui e-government. indrajit,2006:2 Menurut Seifert dan Bonham ada empat tipe penerapan E-Government , yaitu : 1. Government to Citizens Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi e-Government yang paling umum, yaitu dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat rakyat. Dengan kata lain, tujuan utama dari dibangunnya aplikasi e-Government bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari- hari. 2. Government to Business Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekenomian sebuah negara dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, entiti bisnis semacam perusahaan swasta Universitas Sumatera Utara membutuhkan banyak sekali data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. 3. Government to Governments Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara untuk saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari. Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah dengan pemerintah setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama antar entiti-entiti negara masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-lain dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya, dan lain sebagainya. 4. Government to Employees Aplikasi e-Governmentjuga diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.

1.6 Konsep Penelitian

Judul penelitian mengarah kepada implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara Pada KPPN medan yang diharapkan dapat mendukung pelayanan pembendaharaan Negara pada kota medan seperti tepat waktu, efektif,efisien, transparan, dan tepat sasaran . Jadi setiap jenis kebijakan publik memerlukan model implementasi kebijakan yang berlainan. Adakebijakan publikyang perlu implementasi secara top- down, ada secara buttom-up. Dalam Universitas Sumatera Utara mengkaji proses kebijakan yang di implementasikan pada KPPN Medan peneliti melakukan dengan model George C Edward III model implementasi kebijakan top-down, yang melihat pelaksanaan suatu kebijakan melalui variabel-variabel model pendekatan George C Edward III , karena model ini sesuai dengan kebijakan SPAN yang juga bersifat top-down karena pada hakekatnya kebijakan ini merupakan kebijakan yang berpola pada pelaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah untuk rakyat atau publik. Model yang penelitu pakai dalam penelitian Implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara adalah dengan melihat beberapa indikator: 1. Struktur Birokrasi Salah satu aspek yang penting dari setiap organisasi adalah adanya SOP standard operating procedure. Ini adalah pedoman bagi implementor dalam melaksanakan implementasi. Struktur organisasi yang berbelit belit ataupun terlalu panjang akan menimbulkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks dan melemahkan pengawasan, yang mengakibatkan organisasi tidak fleksibel. 2. Komunikasi Komunikasi sangat penting dalam proses implementasi agar implementor mengetahui apa yang akan dilakukan, dan mengetahui apa yang akanmenjadi sasaran dan tujuan kebijakan yang dapat mengurangi distorsi implementasi. 3. Sumber Daya Universitas Sumatera Utara Setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya finansial. Sumber daya manusia adalah kualitas maupun kuantitas implementor, dan sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah programkebijakan. Dengan cukupnya sumber daya finansialakan mendukung terlaksananya kebijakan program. Namun tanpa implementor yang profesional , juga kan tidak mampu melaksanakan kebijakan dengan baik. 4. Disposisi Disposisi adalah karakter yang ada pada implementor. Karakter yang harus dimiliki oleh implementor adalah kejujuran, komitmen, dan demokratis. Penulis juga menambahkan indikator standar dan sasaran kebijakan untuk mengetahui bagaimana standar dan sasaran kebijakan dalam implementasi SPAN dalam mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada KPPN Medan I, karena setisp krbijsksn hsrud mrmpunyai standar dan sasaran yang jelas dan terukur, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dankonflik diantara para agen implementasi Universitas Sumatera Utara

1.7 Kerangka Berpikir Gambar 1.1

Dokumen yang terkait

SISTEM DAN PROSEDUR PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA YOGYAKARTA

3 13 103

Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Surakarta IMG 20151123 0001

0 0 1

Implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan I

0 0 11

Implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan I

0 0 1

Implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan I

0 0 28

Implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan I

0 0 5

Implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan I Chapter III VI

0 0 76

Implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan I

0 0 1

Implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan I

0 0 9

SISTEM PERBENDAHARAAN DAN ANGGARAN NEGARA (SPAN) DALAM PROSES PENCAIRAN DANA APBN PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA JAKARTA II

0 0 14