berdiskusi menguatkan data dan pemikiran agar pertimbangan menolak kebijakan yang tidak pro-rakyat kecil lebih matang. Dengan demikian, aksi-aksi mereka tidak sembarangan dicap
sebagai demonstrasi yang tidak berdasar. Sebagaimana dalam dinamika aksi-aksi demonstrasi, kerap aparat militer atau polisi memperlakukan pengunjuk rasa yang diketahui
atau dianggap tidak mengetahui persoalan. Dengan demikian, diskusi adalah kewajiban rutin yang harus diikuti oleh setiap
anggota KS. Kegiatan berdiskusi tentu bukan hanya soal tukar pikiran menurut materi yang dibahas. Sesungguhnya diskusi adalah wadah mengasah pemikiran melalui teori-teori yang
didapat dari berbagai literatur, misalnya teori Marxisme karya Karl Marx. Teori ini digunakan sebagai alat untuk membedah persoalan sosial-politik yang terjadi di Tanah Air.
Dalam diskusi yang berkembang, setiap anggota memaparkan berbagai teori yang mereka ketahui. Jadi, tidak hanya bergantung pada satu teori.
3.3 Menyatu dengan Rakyat
Catatan menarik, baik dari Forsolima maupun KSMM adalah adanya persentuhan langsung dengan kaum tani maupun buruh. Sama-sama berinteraksi dengan massa akar
rumput. Gaya elitis dihindari oleh kedua kelompok ini. Tujuan turun ke basis bukan untuk menggurui seumpama halnya terdapat dalam
kuliah kerja nyata KKN. Namun, sebaliknya untuk belajar memahami dan menemukan potensi-potensi perlawanan, kemadirian, dan kekuatan rakyat. Oleh sebab itu, mereka mau
melakukan tindakan turun ke basis untuk memahami masalah-masalah yang dihadapi rakyat.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai gerakan yang bercirikan kerakyatan, Forsolima maupun KSMM dalam melakukan pengaderan sangat menonjolkan adanya persentuhan kader-kadernya dengan
kelompok yang terpinggirkan. Melalui pendekatan ini, ketajaman analisis serta kepekaan kader diasah terhadap lingkungan sekitar mereka. Kesadaran sedikit demi sedikit disuntikkan
lewat pemahaman lapangan, sehingga kesungguhan mereka lebih teruji. Menjadi bagian dari kaum pinggiran berarti menanggalkan identitas diri sebagai
mahasiswa, sebagai kelompok menengah dalam strata sosial atau sebagai anggota keluarga berkecukupan. Penampilan elite sangat dianjurkan untuk tidak lagi diperlihatkan di tingkatan
akar rumput. Massa akar rumput adalah masyarakat golongan bawah yang lebih condong dengan kesederhanaan.
Baik petani, nelayan, buruh, kaum miskin kota dan kaum teralienasi lainnya bukan hanya mengenal kesederhanaan, melainkan jauh dari itu adalah kekurangan. Oleh karena itu,
jika kekurangan yang terdapat dalam masyarakat ini ditimpali dengan penampilan kekotaan yang elite, maka pendekatan terhadap rakyat akan sulit dijangkau. Jadi, aktivis mahasiswa
yang berideologi kerakyatan akan selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungan di mana mereka berada.
Apa yang dirasakan oleh petani, nelayan, buruh dan sebagainya harus pula dapat dirasakan oleh calon aktivis mahasiswa. Hal ini diperlihatkan bahwa basis adalah simbol
perjuangan pergerakan. Merekalah yang menjadi gambaran dalam tajamnya idealisme bagi aktivis. Keseluruhan realita ini terdapat dalam teori sebagaimana dituliskan oleh pencetus
gagasan perjuangan sosial dunia seperti Karl Marx. Dengan demikian, turun ke basis merupakan sarana bagi Forsolima dan KSMM untuk menempa kader barunya.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV AKSI-AKSI FORSOLIMA DAN KSMM MENJELANG REFORMASI
Fenomena KS di Medan telah memberi warna tersendiri dalam perjalanan gerakan mahasiswa. Gagasan yang tumbuh dalam tiap diskusi menjadi pisau analisis untuk
membedah persoalan sosial-politik. Ketika muncul berita penting, misalnya kenaikan harga bahan bakar minyak, tarif dasar listrik hingga terjadinya resesi ekonomi, maka dengan cepat
dipelajari dan didiskusikan untuk menentukan rencana tindak lanjut, seperti demonstrasi. Contoh ini merupakan isu nasional yang bersentuhan dengan masyarakat di seluruh negeri
ini. Ketersinggungan tersebut amat penting bagi aktivis Forsolima dan KSMM yang tidak ingin melepaskan diri dari informasi terbaru.
Sebagai oposan, Forsolima dan KSMM, melakukan perluasan jejaring terhadap organisasi mahasiswa lainnya. Hal ini dimulai dengan mengadakan diskusi antarorganisasi.
Selain memperluas jejaring, diskusi merupakan pertemuan untuk memobilisasi kekuatan yang lebih luas.
Kemudian melalui diskusi lintas organisasi, setiap kelompok mahasiswa mengharapkan kekuatan dapat bertumbuh lebih besar. Dalam diskusi lintas organisasi
biasanya sudah ditentukan agenda yang akan dibahas, sehingga eksplorasi masing-masing kelompok terarah kepada satu pokok soal yang dibicarakan. Ekspektasinya adalah
meningkatkan posisi tawar politik gerakan mahasiswa dalam memperjuangkan aspirasi rakyat tertindas yang dibelanya. Terlepas dari risiko yang mungkin didapat, setidaknya
Universitas Sumatera Utara