76
Dari uraian di atas, pembelajaran melalui strategi heuristik Polya dengan pendekatan saintifik perlu dikembangkan. Hal ini dikarenakan
melalui pembelajaran tersebut, siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam berpikir kreatif matematis.
2. Kemandirian Belajar Siswa
Hipotesis kedua yaitu pembelajaran matematika melalui strategi heuristik Polya dengan pendekatan saintifik efektif ditinjau dari
kemandirian belajar siswa SMK PGRI 1 Sentolo. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dibahas sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran matematika melalui strategi heuristik Polya dengan pendekatan saintifik efektif jika ditinjau dari kemandirian belajar siswa
SMK PGRI 1 Sentolo. Pembelajaran matematika melalui strategi heuristik Polya dengan
pendekatan saintifik berpengaruh pada kemandirian belajar siswa. Sejalan dengan pendapat Hosnan 2014: 36 bahwa salah satu
karakteristik pendekatan saintifik adalah berpusat pada siswa. Sehingga, pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik ketergantungan siswa
pada guru dapat dikurangi. Dalam pembelajaran melalui strategi heuristik Polya dengan
pendekatan saintifik, Guru hanya berperan sebagai fasilitator, sedangkan siswa harus menemukan konsep-konsep secara mandiri.
Pada pendekatan pembelajaran ini siswa akan lebih tertantang lagi
77
untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan matematika yang ada. Akibatnya siswa termotivasi untuk lebih giat lagi mengikuti
pembelajaran dan akhirnya akan menumbuhan kemandirian belajar siswa.
Melalui langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran, siswa dapat mengembangkan kemandirian belajarnya. Siswa menggali
dan mengolah informasipengetahuan dan keterampilan secara mandiri sebagai bekal untuk memecahkan permasalahan yang akan dihadapi.
Dalam pembelajaran matematika melalui strategi heuristik Polya, siswa diajak untuk menyelesaikan suatu masalah. Siswa dapat belajar
untuk menganalisis apa yang diketahui, menentukan masalah, menentukan cara penyelesaian, dan mencari penyelesaian sesuai dengan
rencana secara mandiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arends 2007: 382 bahwa manfaat pembelajaran yang bermula dari suatu
masalah diantaranya adalah dapat meningkatkan kemandirian dalam belajar dan keterampilan sosial siswa.
Kemudian, menurut Chabib Thoha 1996: 123, salah satu ciri siswa yang memiliki kemandirian belajar adalah siswa yang mampu
berpikir kreatif, kritis, dan inovatif. Dengan dilatihnya kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran matematika melalui strategi heuristik
Polya ini, maka kemandirian belajar siswa dianggap dapat dilatih pula. Pada hasil penelitian, diperoleh bahwa peningkatan skor
kemandirian belajar pada setiap indikator tidak jauh berbeda.
78
Peningkatan skor pada indikator tidak tergantung pada orang lain sebesar 0,4. Pada indikator memiliki inisiatif, peningkatan sedikit lebih
besar yakni 0,5. Kemudian indikator mampu mengontrol diri mengalami peningkatan yang sama, yaitu 0,5. Dan indikator tanggung
jawab mengalami peningkatan terendah yaitu sebesar 0,3. Pada indikator tergantung pada orang lain, terdapat butir
pernyataan yang memiliki peningkatan paling tinggi, yaitu pada pernyataan ‘saya mengerjakan ujian sesuai dengan kemampuan sendiri’.
Peningkatan skor yang dicapai adalah sebesar 0,9. Hal itu dapat dicapai karena guru selalu berpesan agar tes individu dikerjakan sendiri-sendiri.
Sedangkan, skor
indikator memiliki
inisiatif mengalami
peningkatan yang sedikit lebih besar dari indikator lain. Hal ini diduga karena pada saat pembelajaran, Guru membebaskan siswa untuk
mencari sumber belajar yang beragam. Hal ini sejalan dengan pendapat Arixs 2006 bahwa salah satu penyebab rendahnya inisiatif siswa
adalah sistem pembelajaran yang belum membuat siswa diharuskan untuk banyak membaca buku, mencari informasi, atau pengetahuan
lebih dari yang di ajarkan. Kemudian, rata-rata skor pada indikator mengontrol diri juga
mengalami peningkatan yang sama dengan indikator inisiatif, yaitu sebesar 0,5. Semua skor butir pernyataan juga mengalami mengalami
peningkatan. Peningkatan tertin ggi terjadi pada butir pernyataan ‘Saya
tidak belajar matematika secara rutin’. Dari hal tersebut, dapat dilihat
79
bahwa setelah pembelajaran melalui strategi heuristik Polya dengan pendekatan saintifik, siswa mempunyai kebiasaan baru untuk belajar
matematika secara rutin. Hal ini diduga karena dalam pembelajaran peneliti akan memberi reward kepada siswa yang mendapatkan poin
keaktifan tertinggi. Poin keaktifan dapat diperoleh siswa jika mereka mengajukan atau menjawab pertanyaan. Hal ini sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Majid 2013: 313 bahwa hadiah merupakan alat pendidikan yang berifat positif dan fungsinya sebagai
alat pendidik represif positif. Hadiah juga merupakan alat pendorong untuk belajar lebih aktif. Hal serupa juga dinyatakan Djamarah dan
Zain 2010: 151 bahwa pemberian hadiah dapat menjadikan siswa termotivasi untuk belajar guna mempertahankan prestasi belajar yang
telah mereka capai. Selanjutnya, rata-rata skor pada indikator tanggung jawab
mengalami peningkatan terkecil dibanding dengan ketiga indikator lain, yaitu sebesar 0,3. Terdapat butir pernyataan yang hampir tidak
mengalami peningkatan, yaitu pada butir ‘saya tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran matematika’. Hal ini diduga karena
pembagian kelompok adalah berdasarkan tempat duduk siswa, sehingga siswa berkelompok dengan teman sebangku yang biasanya adalah
teman dekatnya. Karena itu, diskusi didominasi oleh perbincangan yang berada di luar konteks pembelajaran. Namun demikian, terdapat butir
pernyataan yang memiliki peningkatan skor cukup tinggi sebesar 0,5,
80
yaitu butir pernyataan ‘saat tugas kelompok, saya memilih diam dan menunggu teman lain m
engerjakan’. Hal ini diduga karena kelompok diskusi dibatasi hanya terdiri dari 2 siswa. Pembagian kelompok yang
lebih sedikit dapat meningkatkan partisipasi anggota kelompok dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Callahan Clark 1982: 187
tentang salah satu kegunaan diskusi kelompok kecil adalah menyediakan kesempatan bagi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam
sebuah kelompok. Selain itu, adanya praktik pembelajaran dengan menggunakan LKS
yang dilengkapi dengan langkah-langkah penyelesaian dan metode diskusi kelompok membantu siswa untuk meningkatkan semua
indikator kemandiriannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Desi
Susilawati 2009 yang menyimpulkan bahwa kemandirian belajar
siswa dapat ditingkatkan dengan penggunaan LKS pada saat pembelajaran.
Walaupun siswa dibiarkan untuk mengerjakan LKS secara berkelompok, guru selalu membimbing siswa dalam menyelesaikan
permasalahan di LKS ketika siswa-siswa dalam kelompok tersebut mengalami kesulitan, guru selalu menekankan untuk berani
menanyakan setiap hal yang sulit. Pada setiap pertemuan guru juga memotivasi siswa untuk menggunakan dan mencari sumber-sumber
belajar selain LKS.
81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian tentang efektivitas pembelajaran matematika melalui strategi heuristik Polya
dengan pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemandirian belajar siswa SMK PGRI 1 Sentolo, dapat
disimpulkan bahwa: 1 Pembelajaran matematika melalui strategi heuristik Polya dengan pendekatan saintifik dapat dianggap efektif ditinjau dari
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMK PGRI 1 Sentolo, 2 Pembelajaran matematika melalui strategi heuristik Polya dengan
pendekatan saintifik dapat dianggap efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa SMK PGRI 1 Sentolo
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengajukan saran bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan
kemandirian belajar siswa, guru matematika di SMK PGRI 1 Sentolo dapat menerapkan pembelajaran matematika melalui strategi heuristik
Polya dengan pendekatan saintifik. Selain itu, dari hasil temuan yang telah dipaparkan dalam
pembahasan, Guru atau peneliti yang ingin meningkatkan kemandirian siswa disarankan untuk: