dalam berbagai situasi.Untuk itu kompetensi seseorang mengindikasikan kemampuan berperilaku seseorang dalam berbagai situasi yang cukup
konsisten untuk suatu periode waktu yang cukup panjang dan bukan hal yang kebetulan semata, kompetensi memiliki persyaratan yang dapat digunakan
untuk menduga secara empiris terbukti merupakan penyebeb suatu keberhasilan.. Berangkat dari pengertian tersebut kompentensi seorang
individu merupakan sesuatu yang melekat dalam dirinya yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kinerjanya. Sesuatu yang dimaksud bisa
menyangkut motif, konsep diri, sifat, pengetahuan maupun kemampuankeahlian. Kompentensi individu yang berupa kemampuan dan
pengetahuan bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Motif kompentensi dapat diperoleh pada saat proses seleksi.
Sedangkan Cira,DJ Benyamin,ER 1998 menyatakan kompetensi dapat diartikan sebagai spesifikasi perialku-perilaku yang ditunjukkan mereka
yang memiliki kinerja yang sempurna secara lebih konsisten dan lebih efektif dibandingkan dengan nereka yang memiliki kinerja dibawah rata-rata, bila
mengevaluasi kompetensi yang dimiliki seseorang maka diharapkan bisa memprediksi kinerja orang tersebut.
2.2.3.1. Kategori Kompetensi
Menurut Spencer and Spencer 1993 kompetensi dapat dibagi atas 2 dua kategori yaitu “threshold competenciesW dan “differentiating
compentenciesW. Threshold competencies adalah karakteristik utama yang 56
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
harus dimiliki oleh seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya. Tetapi tidak untuk membedakan seorang yang berkinerja tinggi dan rata-rata.
Sedangkan “differentiating competienciesW adalah factor-faktor yang membedakan individu yang berkinerja tinggi dan rendah. Misalnya seorang
dosen harus mempunyai kemampuan utama mengajar, itu berarti pada tataran “threshold competenciesW, selanjutnya apabila dosen dapat mengajar
dengan baik, cara mengajarnya mudah dipahami dan analisanya tajam sehingga dapat dibedakan tingkat kinerjanya maka hal itu sudah masuk
kategori “differentiating competenciesW. Sebagai karakteristik individu yang melekat, kompetensi terlihat pada
cara berperilaku ditempat kerja seseorang. Spencer mengemukakan kompetensi dapat bersumber dari lima jenis sumber kompetensi yang
berbeda, yaitu: 1. Motif adalah sesuatu yang secara konsisten menjadi dorongan, pikiran atau
keinginan seseorang yang menyebabkan munculnya suatu tindakan. Motif akan mengarahkan dan menyeleksi sikap menjadi tindakan atau
mewujudkan tujuan sehingga berbeda dari yang lain. 2.
Karakter trait dan unsur bawaan. Karakter dan bawaan seseorang dapat mempengaruhi prestasi ditempat kerja. Karakter dan unsur bawaan ini
dapat berupa bawaan fisik maupun bawaan sifat yang lebih kompleks yang dimiliki seseorang sebagai perilaku, karakter, seperti kemampuan
mengendalikan emosi, perhatian terhadap hal yang sangat detail, dan sebagainya.
57
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3. Konsep diri solf-concopt. Konsep diri seseorang mencakup gambaran
atas diri sendiri, sikap dan nilai-nilai yang diyakininya. Misalnya, seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi menggambarkan dirinya sendiri
sebagai orang yang dapat mencapai sesuatu yang diharapkan, yang menurutnya, baik dalam berbagai situasi, baik situasi sulit maupun mudah.
4. Pengetahuan knowlodgo. Pengetahuan mencerminkan informasi yang
dimiliki seseorang pada area disiplin yang tertentu yang spesifik. Nilai akademis atau indeks prestasi akademis seringkali kurang bermanfaat
untuk memprediksi performansi di tempat kerja, karena sulitnya mengukur kebutuhan pengetahuan dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam
pekerjaan. Pengetahuan dapat memprediksi apa yang mampu dilakukan seseorang, bukan apa yang akan dilakukan. Hal ini disebabkan pengukuran
tes pengetahuan lebih banyak menghafal, jika yang dipentingkan adalah kemampuan mencari informasi. Tes pengetahuan juga sangat tergantung
situasi responden. Tes tersebut mengukur kemampuan memilih alternatif pilihan, yang merupakan respon yang benar, dan bukan untuk mengukur
apakah seseorang dapat bereaksi sesuai dengan pengetahuan dasarnya.Mengetahui sesuatu yang benar tidaklah selalu menjamin akan
melakukan sesuatu yang benar. 5.
Keterampilan skill. Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental. Kompetensi keterampilan mental atau kognitif meliputi pemikiran
analitis memproses pengetahuan atau data, menentukan sebab dan 58
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
pengaruh, mengorganisasi data dan rencana serta pemikiran konseptual pengenalan pola data yang kompleks .
Menurut Rusdiyanto 2006 Kompetensi merupakan karakteristik dari suatu kemampuan seseorang yang dapat dibuktikan sehingga memunculkan
suatu prestasi kerja dan indikator dari kompetensi merefleksikan :
a.
Pengetahuan knowlodgo Akumulasi pengetahuan tentang sesuatu hal yang dikuasai benar oleh
individu
b.
Ketrampilan Skill Kemampuan individu yang bersifat teknis aplikatif dan bersifat repetitif
dalam menyelasaikan pekerjaan
c.
Kemampuan ability Kemampuan individu yang terkait dengan pola berpikir yang
diwujudkan dlam ide, pendapat dan persepsi
d.
Perilaku attitudo Adalah perilaku, respon dan tindakan yang diperlihatkan ketika
berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan dan didasarkan pada norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku.
2.2.4.
Hubungan Motivasi dengan Kinerja
Dalam konteks pekerjaan, motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong seorang karyawan untuk bekerja. Motivasi adalah
59
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
kesediaan individu untuk mengeluarkan upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi Stephen P. Robbins, 2001. Ada tiga elemen kunci dalam
motivasi yaitu upaya, tujuan organisasi dan kebutuhan. Upaya merupakan ukuran intensitas. Bila seseorang termotivasi maka ia akan berupaya sekuat
tenaga untuk mencapai tujuan, namun belum tentu upaya yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan intensitas dan
kualitas dari upaya tersebut serta difokuskan pada tujuan organisasi. Kebutuhan adalah kondisi internal yang menimbulkan dorongan, dimana
kebutuhan yang tidak terpuaskan akan menimbulkan tegangan yang merangsang dorongan dari dalam diri individu. Dorongan ini menimbulkan
perilaku pencarian untuk menemukan tujuan, tertentu. Apabila ternyata terjadi pemenuhan kebutuhan, maka akan terjadi pengurangan tegangan. Pada
dasarnya, karyawan yang termotivasi berada dalam kondisi tegang dan berupaya mengurangi ketegangan dengan mengeluarkan upaya.
Pada umumnya kinerja yang tinggi dihubungkan dengan motivasi yang tinggi. Sebaliknya, motivasi yang rendah dihubungkan dengan kinerja yang
rendah. Kinerja seseorang kadang-kadang tidak berhubungan dengan kompetensi yang dimiliki, karena terdapat faktor diri dan lingkungan kerja yang
mempengaruhi kinerja. Kinerja yang tinggi adalah fungsi dan interaksi antara motivasi,
kompetensi dan peluang sumber daya pendukung, sehingga kinerja dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kinerja g f Motivasi x Kompetensi x Kesempatan
60
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
David McClelland
1961
menjelaskan tentang keinginan seseorang untuk mencapai kinerja yang tinggi. Hasil penelitian tentang motivasi
berprestasi menunjukkan pentingnya menetapkan target atau standar keberhasilan. Karyawan dengan ciri-ciri motivasi berprestasi yang tinggi akan
memiliki keinginan bekerja yang tinggi. Karyawan lebih mementingkan kepuasan pada saat target telah tercapai dibandingkan imbalan atas kinerja
tersebut. Hal ini bukan berarti mereka tidak mengharapkan imbalan, melainkan mereka menyukai tantangan.
Ada tiga macam kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu:
•
Kebutuhan berprestasi
Achiovomont motivation
yang meliputi tanggung jawab pribadi, kebutuhan untuk mencapai prestasi,
umpan balik dan mengambil risiko sedang.
•
Kebutuhan berkuasa Powor motivation yang meliputi persaingan, mempengaruhi orang lain.
•
Kebutuhan berafiliasi
Affiliation motivation yang
meliputi persahabatan, kerjasama dan perasaan diterima. Dalam lingkungan pekerjaan, ketiga macam kebutuhan tersebut saling
berhubungan, karena setiap karyawan memiliki semua kebutuhan tersebut dengan kadar yang berbeda-beda. Seseorang dapat dilatihkan untuk
meningkatkan salah satu dari tiga faktor kebutuhan ini. Misalnya untuk meningkatkan kebutuhan berprestasi kerja, maka karyawan dapat dipertajam
tingkat kebutuhan berprestasi dengan menurunkan kebutuhan yang lain. 61
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
McClelland seorang pakar psikologi dari Universitas Harvard di Amerika Serikat
mengemukakan bahwa kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh virus mental yang ada pada dirinya. Virus tersebut merupakan kondisi
jiwa yang mendorong seseorang untuk mencapai kinerja secara optimal. Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dengan ciri-ciri
seseorang melakukan pekerjaan dengan baik dan kinerja yang tinggi. Kebutuhan akan berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul
pada diri seseorang untuk berupaya mencapai target yang telah ditetapkan, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan dan memiliki keinginan untuk
mengerjakan sesuatu secara lebih lebih baik dari sebelumnya. Karyawan dengan motivasi berprestasi tinggi sangat menyukai tantangan, berani
mengambil risiko, sanggup mengambil alih tanggungjawab, senang bekerja keras. Dorongan ini akan menimbulkan kebutuhan berprestasi karyawan yang
membedakan dengan yang lain, karena selalu ingin mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Berdasarkan pengalamam dan antisipasi dari hasil yang
menyenangkan serta jika prestasi sebelumnya dinilai baik, maka karyawan lebih menyukai untuk terlibat dalam perilaku berprestasi. Sebaliknya jika
karyawan telah dihukum karena mengalami kegagalan, maka perasaan takut terhadap kegagalan akan berkembang dan menimbulkan dorongan untuk
menghindarkan diri dari kegagalan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi
berprestasi dengan tingkat kinerja. Artinya, para karyawan yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memiliki tingkat kinerja yang tinggi.
Sebaliknya, mereka yang motivasi berprestasinya rendah kemungkinan akan memperoleh kinerja yang rendah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.2.5. Hubungan Kompetensi dengan Kinerja