Pengaruh status sosial ekonomi terhadap persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin : stud kasus P.O Bejeu Jepara.

(1)

vii ABSTRAK

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI PRODUK, PROMOSI, DAN HARGA JASA

TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Studi Kasus : Konsumen P.O. Bejeu Jepara

Shaiful Anton Prasetyo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk, 2) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai promosi, 3) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsemen mengenai harga, 4) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai produk, 5) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai promosi, 6) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai harga. Penelitian ini dilakukan di perusahaan otobus Bejeu Jepara pada bulan September sampai Oktober 2007.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh konsumen P.O. Bejeu di Jepara. Sampel dari penelitian ini adalah konsumen P.O. Bejeu Jepara yang berjumlah 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow dengan taraf signifikasi (α = 0,05).

Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk (ρ= 0,630 >α = 0,05). 2) tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai promosi (ρ= 0,315 > α = 0,05). 3) tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai harga (ρ= 0,538 > α = 0,05). 4) tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dan persepsi konsumen mengenai produk (ρ= 0,418 > α = 0,05). 5) tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dan persepsi konsumen mengenai promosi (ρ= 0,087 > α = 0,05). 6) tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap persepsi konsumen mengenai harga (ρ= 0,621 > α = 0,05).


(2)

viii

THE INFLUENCE OF SOCIOECONOMIC STATUS TOWARD THE CONSUMERS’ PERCEPTION CONCERNING PRODUCT , PROMOTION, AND COST TRANSPORTANTION PERCEIVED FROM

SEX

A Case study : Consumers of P.O. Bejeu Jepara

Shaiful Anton Prasetyo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objectives of study are: 1) to figure out whether sex influences the relationship between educational level and constumers’ perception about product, 2) to find out whether sex influences the relationship between educational level and consumers’ precption about promotion, 3) to know whether sex influences the relationship between educational level and consumers’ perception about cost, 4) to figure out whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about product, 5) to know whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about promotion, 6) to find out whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about cost. This research done in Bejeu Jepara Autobus Corporation from September to July 2007.

The technique employed in this research was purposive sampling. The data collection was done by using questionnaire. The data analysis technique in this research was regression analysis which developed by Chow with signification degree (α=0,05).

The findings of this research show that 1) sex doesn’t influence the relationship between educational level and constumers’ perception about product, (ρ= 0,630 > α = 0,05). 2) sex doesn’t influence the relationship between educational level and consumers’ preception about promotion, (ρ= 0,315 > α = 0,05). 3) sex doesn’t influence the relationship between educational level and consumers’ perception about cost, (ρ= 0,538 > α = 0,05). 4) sex doesn’t influence the relationship between income level and consumers’ perception about product, (ρ= 0,418 > α = 0,05). 5) sex doesn’t influence the relationship between income level and consumers’ perception about promotion, (ρ= 0,087 > α = 0,05). 6) sex doesn’t influence the relationship between income level and consumers’ perception about cost. (ρ= 0,621 > α = 0,05).


(3)

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI PRODUK, PROMOSI DAN HARGA JASA

TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

Studi kasus : P.O Bejeu Jepara SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh : Shaiful Anton Prasetyo

021334077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

vii ABSTRAK

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI PRODUK, PROMOSI, DAN HARGA JASA

TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Studi Kasus : Konsumen P.O. Bejeu Jepara

Shaiful Anton Prasetyo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk, 2) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai promosi, 3) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsemen mengenai harga, 4) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai produk, 5) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai promosi, 6) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai harga. Penelitian ini dilakukan di perusahaan otobus Bejeu Jepara pada bulan September sampai Oktober 2007.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh konsumen P.O. Bejeu di Jepara. Sampel dari penelitian ini adalah konsumen P.O. Bejeu Jepara yang berjumlah 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow dengan taraf signifikasi (α = 0,05).

Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk (ρ= 0,630 >α = 0,05). 2) tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai promosi (ρ= 0,315 > α = 0,05). 3) tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai harga (ρ= 0,538 > α = 0,05). 4) tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dan persepsi konsumen mengenai produk (ρ= 0,418 > α = 0,05). 5) tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dan persepsi konsumen mengenai promosi (ρ= 0,087 > α = 0,05). 6) tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap persepsi konsumen mengenai harga (ρ= 0,621 > α = 0,05).


(10)

viii

THE INFLUENCE OF SOCIOECONOMIC STATUS TOWARD THE CONSUMERS’ PERCEPTION CONCERNING PRODUCT , PROMOTION, AND COST TRANSPORTANTION PERCEIVED FROM

SEX

A Case study : Consumers of P.O. Bejeu Jepara

Shaiful Anton Prasetyo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objectives of study are: 1) to figure out whether sex influences the relationship between educational level and constumers’ perception about product, 2) to find out whether sex influences the relationship between educational level and consumers’ precption about promotion, 3) to know whether sex influences the relationship between educational level and consumers’ perception about cost, 4) to figure out whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about product, 5) to know whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about promotion, 6) to find out whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about cost. This research done in Bejeu Jepara Autobus Corporation from September to July 2007.

The technique employed in this research was purposive sampling. The data collection was done by using questionnaire. The data analysis technique in this research was regression analysis which developed by Chow with signification degree (α=0,05).

The findings of this research show that 1) sex doesn’t influence the relationship between educational level and constumers’ perception about product, (ρ= 0,630 > α = 0,05). 2) sex doesn’t influence the relationship between educational level and consumers’ preception about promotion, (ρ= 0,315 > α = 0,05). 3) sex doesn’t influence the relationship between educational level and consumers’ perception about cost, (ρ= 0,538 > α = 0,05). 4) sex doesn’t influence the relationship between income level and consumers’ perception about product, (ρ= 0,418 > α = 0,05). 5) sex doesn’t influence the relationship between income level and consumers’ perception about promotion, (ρ= 0,087 > α = 0,05). 6) sex doesn’t influence the relationship between income level and consumers’ perception about cost. (ρ= 0,621 > α = 0,05).


(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

xi

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ………i

Daftar isi …………...………....ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …...……..……….……1

B. Pembatasan Masalah ……….……..2

C. Perumusan Masalah……...…...………2

D. Tujuan Penelitian .………..…3

E. Manfaat Penelitian ……….………..…4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretik .………..6

B. Kajian Hasil Penelitan yang Relevan...………...28

C. Kerangka Berpikir ...………...29

D. Paradigma Penelitian ……….33

E. Hipotesis ……... ……….……34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian….. ……….36

B. Tempat dan Waktu Penelitian...… ……….36

C. Subyek dan Obyek Penelitian ….. ……….37

D. Populasi dan Sampel...….. ……….37

E. Variabel Penelitian ……... ……….38

F. Teknik Pengumpulan Data ……….42

G. Uji Coba Instrumen……... ……….43

H. Teknik Analisis Data……. ……….44

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Profil Perusahaan ………55

B. Jumlah Karyawan ……….57


(16)

xii BAB V ANALISIS DATA

A. Diskripsi Data………60 B. Analisis Data ……….66 C. Pembahasan Hasil Penelitian ………77

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan .……… . 87 B. Keterbatasan Penelitian ………...88 C. Saran ………88 DAFTAR PUSTAKA


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada beberapa tahun yang lalu di Indonesia terjadi krisis yang membawa dampak negatif bagi setiap sektor, baik sektor internal maupun sektor eksternal. Sektor internal meliputi ketidak stabilan harga-harga kebutuhan pokok, sedangkan pada sektor eksternal yaitu dengan naiknya harga minyak dunia. Salah satu terwujud dalam kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), ini menyebabkan keniakan harga pada semua sektor. Salah satunya ialah kenaikan tarif pada perusahaan yang bergerak di bidang transportasi.

Disamping memberikan kesempatan berusaha kepada pengusaha jasa transportasi darat, pengembangan kepariwisataan juga telah meningkatkan suhu persaingan diantara pengelola jasa transportasi tersebut. Keadaan ini tentu menuntut kejelian manajemen dalam menentukan kebijakan-kebijakan dalam memilih strategi pemasaran yang ditempuh.

Dalam situasi persaingan yang ketat dan naiknya harga tarif seorang manajemen dituntut kejelian dalam mencari informasi tentang kebutuhan atau keinginan konsumen. Manajemen juga harus mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam membeli atau mengapa konsumen menyukai suatu produk atau jasa tertentu.


(18)

Oleh karena itu setiap pengusaha transportasi darat wajib menguasai dan memahami berbagai aspek jasa yang diusahakannya. Para pengusaha harus tahu manfaat apa saja yang diharapkan konsumen dari jasa yang dikonsumsinya.

Untuk itu manajemen dituntut dapat menentukan kebijaksanaan dalam memilih strategi yang tepat dan saling menguntungkan sehingga dapat menimbulkan adanya repeat-custumer.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengetahui dan meneliti tentang pemasaran jasa transportasi darat, khususnya mengenai masalah bagaimana pengaruh status sosial ekonomi terhadap persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga ditinjau dari jenis kelamin.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan penelitian tentang pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosal ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga. Atribut tempat tidak penulis teliti karena pertimbangan bahwa atribut tempat tidak berkaitan langsung dengan proses produksi perusahaan. Untuk perusahaan angkutan penumpangproses konsumsi penumpang yaitu pada saat penumpang berada dalam bus, sepanjang perjalanan, hingga penumpang sampai pada kota tujuan.


(19)

C. Perumusan Masalah 1. Masalah Umum

Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga jasa transportasi?

2. Masalah Khusus

a. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai produk?

b. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai promosi?

c. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai harga?

d. Apakah ada pengeruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendapatan dan persepsi konsumen mengenai produk?

e. Apakah ada pengeruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendapatan dan persepsi konsumen mengenai promosi?

f. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendapatan dan persepsi konsumen mengenai harga?


(20)

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, promsi dan harga jasa transportasi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga.

b. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendapatan dan persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan Otobus Bejeu Jepara

Hasil penilitian ini diharapkan dapat membantu manajemen dalam mengetahui pengauh jenis kelamin tehadap hubungan antara status sosial ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, pormosi dan harga.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan bahan perpustakaan dan informasi bagi mahasiswa lain yang tertarik dengan penelitian sejenis.


(21)

3. Bagi Penulis

Melalui penenlitian ini penulis dapat membandingkan teori-teori yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan yang dijalankan oleh perusahaan secara nyata. Selain itu penulis dapat menerima wawasan yang lebih luas tentang arti dari konsumen itu sendiri.


(22)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Kerangka Teoretik 1. Persepsi Konsumen

a. Pengertian persepsi

Persepsi sering diartikan sebgai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah sejumlah indera yang disatukan dan dikoordinasi didalam pusat syaraf yng lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objek.(Rahmat, 1986)

Selain pengertian diatas persepsi juga dapat diartikan sebagai proses yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan meng interprestasi masukan –masukan informasi yang menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti ( Kotler, 2002: 198).

Selain dipengaruhi oleh rangsangan fisik, persepsi sesorang juga berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Pada obyek yang sama beberapa orang dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap obyek tersebut, hal ini dipengaruhi oleh perhatian selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif. Perhatian selektif merupakan kondisi penyaringan terhadap rangsangan-rangsangan informasi yang diterima seseorang. Hal ini disebabkan sesorang tidak mampu untuk menampung


(23)

rangsangan informasi yang banyak, sehingga dari seluruh rangsangan tersebut hanya sebagian saja yang akan menjadi perhatiannya, yaitu rangsangan informasi yang telah diseleksinya.

Distorsi selektif merupakan kecenderungan seseorang untuk mengubah rangsangan informasi yang telah diseleksi sedemikian rupa bermakna baginya dan mendukung pra konsepsi mereka. Menurut Kotler (2002:196 ) distorsi selektif ini merupakan kondisi yang tidak dapat dimanipulasi oleh pemasar.

Ingatan selektif merupakan tindakan seorang individu untuk mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinannya. Dengan demikian, hal-hal yang baik tentang produk atau jasa akan selalu diingat oleh konsumen, demikian pula dengan hal-hal yang disukai juga akan selalu diingat oleh konsumen.

Para pengikut aliran gestalt menyatakan bahwa dalam persepsi, cenderung untuk menyusun stimulus-stimulus sepanjang garis tendensi-tendensi alamiah tertentu yang mungkin berkaitan dengan fungsi menyusun dan mengelompok-kelompokan yang terdapat dalam otak.

Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman dan menginterpretasikan rangsangan dari luar tentang apa yang ditangkap oleh indranya.


(24)

b. Proses mempersepsi

Biasanya manusia menyadari proses yang menentukan persepsinya. Apakah terjadi persepsi penglihatan, pendengaran ataupun rabaan, jarang sekali mereka terhenti untuk menganalisis sensasi-sensasi yang masuk dan dasar intreprestasi yang berarti. Hal ini merupakan pendekatan manusia yang memiliki bermacam-macam karakteristik yang berbeda-beda terhadap setiap hal yang sudah dikenal yang ada dalam lingkungan sekitar. Sebagaimana karakteristik tersebut menentukan bagaimana cara mempersepsi situasi sekarang dan tidak bisa lepas dari adanya pengalaman masa lalu kalau pengalaman itu sering muncul, maka reaksi manusia lalu menjadi salah satu kebiasaan.

c. Persepsi konsumen mengenai promosi

Umumnya persepsi konsumen mengenai promosi dapat dilihat sebagaimana promosi tersebut dapat menggugah perasaan dan menarik perhatian dari konsumen tersebut. Secara real konsumen menginginkan sesuatu yang beda dari yang pernah ada entah dengan wujud penampilan yang beda dengan yang lainnya. Maka dapat dikatakan bahwa dengan penampilan yang cenderung lain akan menimbulkan rasa ingin tahu dari konsumen tersebut untuk mencoba bagaimana bila ia mencoba dan dari situ pula rasa konsumen dapat menilai pelayanan jasa yang diberikan perusahaan tersebut betul-betul sesuai dengan promosi yang ditawarkan.


(25)

d. Persepsi konsumen mengenai harga

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (Bei dan Chio, 2001: 126) menyatakan bahwa kualitas jasa, kualitas produk, dan harga mempengaruhi kepuasan konsumen. Anderson, Fornel, dan Lehman ( Bei dan Chiao, 2001: 129 ) menyatakan bahwa harga sebagai faktor penting dalam kepuasan konsumen, karena ketika konsumen mengevaluasi nilai dari jasa yang diterimanya, pada umumnya mereka berpikir tentang harga untuk memperoleh nilai tersebut.

Zeithaml menyatakan bahwa dari konsep kognitif, harga adalah sesuatu yang harus diberikan atau dikorbankan untuk memperoleh produk atau jasa tertentu ( Bei dan Chiao, 2001: 129 ). Pengertian harga dari pandangan konsumen adalah harga yang dipersepsikan konsumen, yaitu persepsi terhadap harga bagi konsumen lebih penting dari pada harga dalam moneter.

Pada umumnya, persepsi mengenai harga yang rendah diartikan sebagai pengorbanan yang rendah atau kecil, yang selanjutnya dapat menimbulkan kepuasan yang tinggi. Menimbulkan kepuasaan yang tinggi dimaksudkan bahwa dengan harga yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau dengan kata lain harga yang telah dikeluarkan oleh perusahaan sangat diharapkan oleh konsumen pengguna jasa tersebut. Sangat diharapkan dimaksudkan sebagai harga yang bisa mengerti akan


(26)

kondisi dari konsumen tersebut. Namun harga yang dikeluarkan oleh perusahaan itu masih dalam kondisi yang sewajarnya.

e. Persepsi konsumen mengenai produk

Menurut Bei dan Chiao (2001: 129 ) sebagian riset tentang pemasaran jasa yang telah banyak dilakukan bertujuan untuk menemukan konstruk dan dimensi dari kualitas jasa, atau hubungan kualitas jasa dengan kepuasan dan loyalitas konsumen. Dalam kenyataannya, sebian besar industri jasa selain menawarkan intangible product juga menawakan tangible product. Tangible product dari suatu jasa adalah lingkungan fisik dan peralatan yang menyertai intangible product (Bei dan Chiao, 2001:129). Produk fisik hanya merupakan bagian kecil dari kualitas fisik keseluruhan dari suatu jasa.

Berdasarkan kajian terhadap 32 penelitian tentang industri jasa, Cronin, Brandy, dan Hult (Bei dan Chiao, 2001: 129) mengemukakan bahwa tangible quality dari suatu jasa dapat dicakup dalam model kepuasan konsumen dalam riset-riset mendatang. Menurut Brucks, Zeithaml, dan Naylor, persepsi terhadap kualitas Tangible Product memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan pembelian.

2. Status Sosial Ekonomi

Status adalah kedudukan dalam suatu kelompok dan hubungannya dengan anggota lainnya itu atau kedudukan suatu kelompok berbanding dengan kelompok lainnya yang lebih besar jumlahnya.


(27)

2.1 Status sosial

Status sosial selalu mengacu pada kedudukan khusus seseorang dalam masyarakatnya berhubungan dengan orang lain dalam lingkunagn yang disertainya, status sosial bukannya terbatas pada statusnya dalam kelompok kelompok yang berlainan.

2.2 Stratifikasi masyarakat

Startifikasi masyarakat adalah pembagian masyarakat secara vertikal menurut tingkat status sosial yang berlainan. ( Joshep S. Roucek dan Rolland L. Warren, pengantar sosiolog, 1984:79)

Menurut Mayor Polak dalam bukunya Ichtisar Sosiologi Suatu Pengantar (1964:367) status sosial ekonomi dimaksudkan sebagai kedudukan ekonomi seseorang dalam masyarakatnya. Dan mempunyai dua aspek :

a. Aspek yang statis dimaksudkan sifatnya yang hirakis ialah mengandung perbandingan tinggi atau rendahnya secara relative terhadap status-status lainnya.

b. Aspek yang relative dinamis, dimaksudkan peranan sosial yang diharapkan dari seseorang yang menduduki status tersebut.

Jadi setap orang akan mempunyai status atau kedudukan yang berbeda satu dengan lainya tergantung dari posisi dan peranannya dalam masyarakat. 3. jenis kelamin

Jenis kelamin dibedakan dua macam yakni pria dan wanita, keduanya memiliki perbedaan yang sangat mencolok baik dalam masalah fisik begitu


(28)

pula tentang penilaian suatu produk menurut persepsinya masing-masing. Umumnya para wanita lebih condong melakukan penilaiannya terhadap suatu produk dengan keadaan kenyamanan suatu produk yang ditawarkan oleh perusahaan misalnya kenyamanan dalam hal fasilitas pelayanan, hal ini bisa terlihat dengan adanya fisik wanita cenderung lemah bila dibandingkan dengan fisik pria. Dalam hal persepsi konsumen khususnya wanita lebih memilih produk yang baru. Hal ini juga bisa berbanding terbalik dengan kondisi pria. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan karakteristik keduanya. Perbedaan karakteristik dapat dilihat dari pola pikirannya, pria mendekati masalah terutama dari luar dengan memakai pikiran nya. Ia (pria) cenderung mendekati suatu masalah sebagai seorang pengamat yang bersifat objektif. Sedangkan wanita mendekati masalah dari dalam dengan memakai hatinya. Ia (wanita) ingin terlibat dengan persoalan, wanita menangani masalah dan berfikir tentang suatu soal sampai hal yang sekecil-kecilnya. Ini bisa terlihat dalam hal persepsinya mengenai suatu produk, misal barang yang akan dibeli atau dipakainya pun diteliti dengan cermat. Perbedaan mengenai pola perasaan dapat dilihat pria yang lebih dominan dalam hal pemikiran yang objektif ia lebih berusaha memecahkan suatu masalah dengan tidak melibatkan perasaan senang maupun tidak senang sedangkan wanita lebih cenderung berusaha memecahkan masalah dengan melibatkan perasaan. Hal ini bisa untuk lebih diperhatikan lagi tentang kegiatan pemasaran yang sesuai dengan kondisi tersebut. Dengan


(29)

demikian mengandung arti perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan yang secara biologis serta memiliki perbedaan dan ciri-ciri sendiri. Jenis kelamin berarti perbedaan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi-fungsi organisme yang berbeda. Dalam arti perbedaan jenis kelamin pengertian pria atau laki-laki dan perempuan terpisah secara biologis. Laki-laki memiliki fisik yang kuat, otot yang kuat, memiliki jakun, bersuara berat, memiliki penis, tertis, sperma, yang berfungsi untuk alat reproduksi dalam meneruskan keturunan. Perempuan dan laki-laki memiliki ciri-ciri yang berbeda. Perempuan memiliki hormone yang berbeda dengan laki-laki, sehingga terjadi menstruasi, perasaan yang sensitif, serta ciri-ciri fisik dan postur tubuh yang berbeda dengan laki-laki, seperti bentuk pinggul yang lebih besar dari pada laki-laki.

Secara biologis alat-alat biologis melekat pada laki-laki dan perempuan selamanya, fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau keturunan Tuhan (kodrat). Sementara itu gender adalah pembagian laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun cultural. Misalnya perempuan dianggap lemah lembut, emosional, keibuan dan lain sebagainya 4. Konsep Pemasaran

Dalam melakukan kegiatan usahanya para pengusaha acap kali mengalami berbagai macam kesulitan yang menyebabkan terjadinya


(30)

penyimpangan antara rencana dengan realisasi. Kenyataan ini memaksa pengusaha untuk mengakui pentingnya peranan pemasaran, juga cara-cara dan falsafah pemasaran. Cara dan falsafah pemsaran ini disebut konsep pemasaran.

Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi adalah meliputi penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (target market) dan pemberi keputusan yang di inginkan secara efektif dan efisien dari yang dilakukan oleh pesaing.

Falsafah konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Dengan demikian kegiatan dalam perusahaan yang menganut konsep pemasaran harus diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut, baik dari segi personalia, produksi, keuangan dan riset.

5. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen dapat didefinisikan menurut beberapa ahli dalam buku mereka masing-masing. John C. Mowen dan Michael Minor mendefisinikan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian ( buying unit ) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. David L. Louden dan Albert J. Della Bitta mendefisinikan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secar fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, mengunakan atau dapat


(31)

mempergunakan barang-barang dan jasa. Sementara itu, pendapat Nessim Hanna dan Richatd Wozniak adalah bahwa perilaku konsumen merupakan suatu bagian dari aktivitas-aktivitas kehidupan manusia, termasuk segala sesuatu yang teringat olehnya akan barang atau jasa yang dapat diupayakan sehingga ia akhirnya menjadi konsumen.

Dari beberapa contoh definisi perilaku konsumen diatas serta contoh-contoh lain yang walaupun tidak disajikan, kiranya dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah suatu tindakan-tindakan nyata individu atau kumpulan individu, misalnya suatu organisasi yang dipengaruhi oleh aspek eksternal dan internal yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan.

Dalam hal memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan setidaknya konsumen mempunyai kepercayaan, sikap, dan perilaku. Konsep kepercayaan, sikap, dan perilaku adalah saling berhubungan erat. Mowen dan Minor menyatakan bahwa kerethubungan itu didominasi oleh atribut produk. Atribut adalah fitur produk dimana konsumen membentuk kepercayaan. Bagaimana atribut produk dan faktor-faktor lainnya mempengaruhi pembentukan serta perubahan kepercayaan, sikap dan perilaku konsumen. Mungkin merupakan sebagian atau serangkaian ide perilaku konsumen yang terpenting bagi manajer pemasaran. Berikut ini uraian singkat tentang kepercayaan konsumen, sikap, dan perilaku.


(32)

a. Konsep Kepercayaan Konsumen

Kepercayan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang obyek, atribut dan manfaatnya. Atribut intrinsic merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat actual produk,sedangkan atribut ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk seperti nama, merk, dan label.

b. Sikap Konsumen

Sikap menurut Thurstone yang dikutip Mowen dan Minor didefisinikan sebagai afeksi atau perasaan untuk atau terhadap suatu rangsangan. Defisinisi yang lain adalah bahwa sikap merupakan inti dari rasa suka dan tidak suka terhadap sesuatu. Jadi, mengingat kepercayaan merupakan pengetahuan kognitif tentang suatu obyek, maka sikap merupakan tanggapan perasaan atau afektif tentang sebuah obyek.

c. Perilaku dan Keinginan untuk Berperilaku

Perilaku konsumen terdiri dari semua tindakan konsumen untuk memperoleh, mengunakan dan membuang barang atau jasa. Sebelum bertindak, seseorang sering kali mengembangkan keinginan berperilaku berdasarkan keinginan tindakan yang akan dilakukan. Keinginan berperilaku didefisinikan sebagai keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu dalam rangka memiliki, membuang, dan menggunakan produk atau jasa.


(33)

Pemahaman terhadap perilaku konsumen ini sangat penting untuk keberhasilan dari system pemasaran suatu perusahaan. Ada berbagai macam

alasan yang mempengaruhi seorang pembeli suatu produk. Selain jenis produk, faktor demografi dan faktor ekonomis, faktor psikologis juga turut mempengaruhi pembelian seseorang. Faktor psikologis adalah sikap, minat, motif serta kepribadian seseorang atau konsumen. Kegiatan pemasaran dimaksudkan untuk mempengaruhi konsumen agar bersedia membeli barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.hal yang penting bagi menajer pemasaran untuk memahami mengapa dan bagaimana tingkah laku konsumen, sehingga perusahaan dapat mengembangkan strategi pemasarannya.

Pada awalnya seorang konsumen menganggap bahwa dorongan untuk melakukan tindakan pemilihan diantara berbagai jenis barang dan jasa serta berbagai merek yang ada adalah karena konsumen berpendapat bahwa kualitas dari barang dan jasa yang dipilihnya dianggap yang paling baik atau yang paling murah harganya. Namun kenyataannya sering kali pertimbangan yang dipakai tidak hanya mempertimbangkan kualitas atau harga saja, tetapi ada faktor lain yang menimbulkan keputusan-keputusan dalam pembelian suatu barang atau jasa. Misalnya rasa harga diri, ikut ikutan, tidak mau kalah dan sebagainya.


(34)

Umumnya konsumen melakukan pembelian suatu barang atau jasa adalah karena kebutuhan. Kebutuhan dalam hal ini sangat relative, artinya ada kebutuhan yang mendesak, kebutuhan agak mendesak dan kebutuhan tidak terlalu mendesak. Berdasarkan hal ini kita harus tahu mengapa seseorang membutuhkan suatu barang atau jasa tertentu. Tapi jika hanya mengetahui kebutuhan-kebutuhan tertentu dari konsumen terhadap barang atau jasa , perusahaan baru mampu memdorong seseorang untuk melakukan pembelian terhadap barang atau jasa tanpa mengabaikan keputusannya sebagai tujuan

5 1 Model Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen dalam pembelian tidak sederhana. Pemahaman akan perilaku ini menjadi tugas yang penting bagi manajemen pemasaran. Pasar konsumen terdiri dari semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Pembelian yang konsumen melakukan karena dipengaruhi oleh faktor yang berbeda-beda untuk masing-masing pembeli. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Kebudayaan

2. Kelas sosial

3. Kelompok reverensi kecil 4. Keluarga


(35)

6. Kepribadian

7. Sikap dan kepercayaan 8. konsep diri

5.2.1 Kebudayaan

Kebudayaan menyangkut segala aspek kehidupan manusia dan merupakan faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Dalam kenyataannya perilaku manusia ditentukan oleh kebudayaan

5.2.2 Klas Sosial

Pada pokoknya masyarakat dikelompokan menjadi tiga golongan. Golongan itu adalah:

- Golongan atas, seperti pengusaha kaya, pejabat tinggi.

- Golongan menengah, seperti karyawan instansi pemerintah dan pengusaha menengah.

- Golongan rendah, seperti buruh pabrik, tukang becak, pegawai rendah atau kecil

Dalam hal ini tidak berarti bahwa klas atas lebih bahagia dari kelas lainnya. Diantara kelas-kelas tersebut juga terdapat perbedaan secara psikologis. Ini akan nampak pada saat mereka memberikan tanggapan terhadap suatu produk.

5.2.3 Kelompok referensi kecil

Kelompok sering digunakan sebagai pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.kelompok disini misalnya serikat buruh, perkumpulan agama


(36)

serta lingkungan rumah tangga. Masing-masing kelompok memiliki pelapor yang dapat

Mempengaruhi anggota kelompoknya. Maka menjadi tugas manajer pemasaran yakni untuk mencari tahu siapa pelapor dalam suatu kelompok referensi kecil tersebut.

5 .2.4 Keluarga

Dalam suatu keluarga masing-masing anggota memiliki sikap pembelian yang berbeda akibat dari perbedaan selera dan keinginan. Dalam hal ini perlu diselusuri siapa yang mempengaruhi, yang membuat keputusan.

5 2.5 Pengalaman

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku, dari perbuatannya dimasa lalu seseorang dapat mempelajari sesuatu, sebab dengan belajar orang memperoleh pengalaman.

5 2.6 Kepribadian.

Dapat diartikan sebagai pola sikap individu yang dapat menentukan tanggapan untuk bertingkah laku. Kepribadian mempengaruhi pandangan dan perilaku pembelian seseorang.

5 .2.7 Sikap dan Kepercayaan

Dua ini saling mempengaruhi, yang paling memenonjol adalah perasaan emosional seseorang terhadap suatu barang, jasa atau merk produk


(37)

5 .2.8 Konsep Diri

Konsep diri merupakan pandangan untuk melihat kemampuan dirinya dalam hal melakukan suatu pembelian. Dengan begitu seseorang akan mengetahui sejauh mana dirinya bisa menjadi konsumen yang bisa dengan tepat memanfaatkan produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

Marketing mix adalah istilah yang dikembangkan dan digunakan secara gabungan dalam menentukan empat masalah yang terpisah yaitu produk, lokasi, promosi dan harga. Marketing mix merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yang secara definitif dapat dinyatakan sebagai kombinasidari empat variabel yang merupakan inti sistem pemasaran perusahaan yakni produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi “Basu Swastha D.H dan Irawan”

Tujuan dari diciptakan dan dilaksanaannya marketing mix adalah untuk memuaskan konsumen.

1. Produk

Dalam situasi persaingan , perusahan harus saling merebut pangsa pasar yang ada ( konsumen ) karena konsumen akan memilih produk yang ada di pasar disesuaikan dengan keinginan dan kemampuannya. Dalam jasa transportasi darat produk utamanya adalah penyediaan fasilitas alat angkut atau kendaraan.


(38)

2. Harga

Harga merupakan jumlah uang yang haru dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk/jasa. Dalam perekonomian, untuk mengadakan pertukaran atau mengukur nilai suatu barang digunakan uang dan istilah yang dipakai adalah harga. Jumlah uang yang digunakan dalam pertukaran mencerminkan tingkat harga diri suatu barang. Apabila harga suatu produk yang dibeli konsumen mampu memuaskan konsumen, maka dikatakan bahwa penjualan perusahaan berada pada tingkat yang memuaskan bila diukur kedalam nilai rupiah. 3. Lokasi

Usaha jasa transprotasi adalah jasa memindahkan orang atau barang dari suatu tempat tertentu ketempat yang lain. Penentuan lokasi yang tepat berarti telah mengatasi setidaknya satu masalah yaitu pendristribusian produk.

4. Promosi

Promosi dan publikasi secara sederhana bertujuan untuk memberitahu kepada orang lain bahwa ada produk yang ditawarkan untuk dijual. Suksesnya kegiatan promosi tergantung kepada produk yang akan dijual, apakah produk yang dipropagandakan itu benar-benar memenuhi kenginan masyarakat sehingga dapat memenuhi harapan-harapannya. Promosi meliputi setiap bentuk yang dibayar dari presentasi non-personal dan promosi gagasan, barang-barang atau jasa-jasa oleh suatu sponsor


(39)

yang diketahui. Jelaslah bahwa promosi dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe utama: 1. iklan produk, dan 2. iklan institusional dibuat untuk menciptakan sikap yang baik terhadap suatu lembaga. Oleh karena itu, perhatian utama kita adalah terhadap suatu pemakaian iklan sebagai alat penjualan. Oleh karena itu perlu menilai kesempatan untuk memanfaatkan iklan konsumen, untuk dapat memanfaatkan kesempatan dan merangsang permintaan yang selektif melalui iklan yang ditujukan kepada konsumen, maka faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

Pertama, iklan mungkin lebih efektif jika perusahaan mengikuti tren permintaan primer dan bukan sebaliknya.

Kondisi kedua yang menentukan kesempatan perusahaan untuk dapat mempengaruhi permintaaan ialah adanya kesempatan luas untuk diferensiasi produk. Jika produk cukup dapat dideferensiasi, maka besar kemungkinan iklan itu akan efektif. Sebaliknya, iklan tidak banyak manfaatnya jika terdapat kecenderungan berbagai produsen menghasilkan produk yang sama.

Kondisi yang ketiga dalah peranana relatif dari kualitas yang tersembunyi dari produk tersebut dari konsumen. Kualitas yang tersembunyi ini adalah lawan dari kualitas yang dapat dilihat dan dinilai. Jika kualitas yang tersembunyi itu ada, maka konsumen akan cenderung mempercayai merek tiu, dan iklan dapat digunakan untuk mengasosiasikan adanya kualitas


(40)

tersebut dengan mereknya. Sebaliknya, jika cirri-ciri suatu produk yang penting bagi konsumen dapat dinilai pada waktu pembelian, maka merek itu cenderung kehilangan sebagian maknanya, dan iklan tidak dibutuhkan untuk membangkitkan asosiasi mental mengenai ciri-ciri ini.

Kondisi yang keempat adalah motif pembelian emosional yang kuat yang dapat dipakai dalam himbauan iklan kepada konsumen. Sebaliknya, jika daya-tarik yang kuat itu tidak dapat dipakai secara efektif, maka kesempatan iklan itu tidak begitu bermanfaat.

Kondisi kelima yang penting adalah apakah operasi perusahaan itu ada memberikan banyak hal bagi iklan dan promosi produknya untuk mencapai pasar yang hendak dijangkau. Iklan haruslah dilaksanakan dalam skala cukup besar untuk membuat kesan efektif terhadap pasarnya. Setelah menilai kesempatan untuk memanfaatkan iklan konsumen, maka sekarang eksekutif dapat menentukan peranannya dalam perpaduan penjualan. Walaupun iklan konsumen mungkin merupakan satu-satunya metpde promosi yang dipakai dalam kasus-kasus tertentu yang luar biasa, namun lebih lazim unsure-unsur penjualan lain seperti kewiraniagaan dan usaha-usaha promosi stand, juga dimasukkan kedalam promosi tersebut. Proses penentuan metode yang akan dipakai ini dimulai dengan penaksiran yang seksama terhadap kesempatan yang dapat memberikan sumbangan berguna bagi tercapainya tujuan yang dikehendaki. Iklan konsumen sebaiknya diutamakan dalam keadaan berikut:


(41)

Pertama, jika penilaian menunjukan bahwa kondisi sangat baik untuk mempengaruhi penilaian konsumendan untuk menciptakan tindakan pembelian yang cepat melalui iklan konsumen itu.

Kedua, jika analisa membawa kepada kesimpulan kewiraniagaan tidak penting dalam pemasaran yang menguntungkan produk ini

Ketiga, jika usaha promosi stand dan metode-metode penjualan lainnya, jika dipakai sendirian, ternyata kurang memberikan harapandalam menigkatkan penjualan daripada iklan konsumen.

6. Kepuasan dan Loyalitas Konsumen a. Kepuasan Pelanggan

terdapat beberapa defisinisi mengenai kepuasan pelanggan yang dikemukan oleh beberapa ahli. Namun, defisinisi yang banyak diaci adalah dari Oliver (1997) yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan didefisinisikan sebagai evaluasi purnabeli, di mana persepsi terhadap kinerja alternative produk/jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum pembelian. Apabila persepsi terhadap kinerja tidak dapat memenuhi harapan, maka yang terjadi adalah tidak kepuasan.

Pemahaman mengenai ketidakpuasan lebih daminan dibandingkan dengan kepuasan pelanggan. Dalam hal kedikpuasan, riset banyak diarahkan pada aspek disonasi dan perilaku komplain. Disonansi berkaitan dengan keragu-raguan atas pilihan dan keputusan pembelian yang telah dilakukan.


(42)

Dalam hal ini konsumen bimbang apakah ia telah memilih produk yang tepat atau tidak.

b. Mengukur Kepuasan Pelanggan

apa saja konsep yang dipakai untuk mengukur kepuasan pelanggan? Berikut ini adalah 6 konsep yang umum dipakai. Berikut ini paparannya. 1. Kepuasan pelanggan keseluruhan. Caranya, yaitu dengan menanyakan

pelanggan mengenai tingkat kepuasan atas jasa yang bersangkutan serta menilai dan membandingkannya dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan atas jasa yang mereka terima dari para pesaing.

2. Dimensi kepuasan pelanggan. Prosesnya melalui empat langkah. Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan. Kedua, meminta pelanggan menilai jasa perusaan berdasarkan item-item spesifik seperti kecepatan layanan atau keramahan staf pelayanan terhadap pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan menilai jasa pesaing melalui atau berdasarkan item-item spesifikasi yang sama. Keempat, meminta pelanggan memntukan dimensi-dimensi yang menurut mereka ada dikelompok penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruhan. 3. Konfirmasi harapan. Pada acara ini, kepuasan tidak diukur langsung,

namun disimpulkan berdasarkan kesesuaian antar harapan pelanggan dengan kinerja actual jasa yang dijual perusahaan.


(43)

4. Minat pembelian ulang. Kepuasaan pelanggan diukur berdasarkan apakah mereka akan mengadakan pembelian ulang atas jasa yang sama yang dia konsumsi.

5. kesediaan untuk merekomendasi. Cara ini merupakan ukuran yang penting, apalagi bagi jasa yang pembelian ulangnya relatif slama, seperti jasa pendidikan tinggi.

6. ketidakpuasan pelanggan. Dapat dikaji misalnya dalam hal komplain, biaya garasi, word of mouth yang negatif, serta defections.

c. Loyalitas pelanggan

Loyalitas pelanggan menurut Dick dan Basu (dalam Fandi, 2000) didefinisikan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek dab pemasok, berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercemin dalam pembelian ualang yang konsisten. Definisi ini mencakup duahal penting, yaitu loyalitas sebagai sikap. Kombinasi kedua komponen akan menghasilkan empat situasi. Untuk mengkaitkan antara tingkat kepuasan dan tingkat loyalitas menurut Schnaars (dalam Fandi, 2000) akan dihasilkan empat alternative situasi yaitu failures, forced loyality, defectors, dan successes. Kondisi failures dicirikan dengan kondisi tidak puas dan tidak loyal. Forced loyality dicirikan dengan kondisi tidak puas, namun ada perasaan terikat pada program promosi yang dicanangkan perusahaan sehingga tetap menjadi loyal. Sedangkan defctors dicirikan sebagai tingkat kepuasan yang tinggi, tetapi merasa tidak harus terikat dengan produk tersebut, dan successes dicirikan


(44)

sebagai konsumen yang merasa puas dan saling mungkin untuk memberikan word of mounth yang positif.

Loyalitas pelanggan sering dihubungkan dengan loyalitas merek. Ada dua perspektif, yaitu perspektif perilaku dengan perspektif sikap. Penjelasannya sebagai berikut:

c.1 Perspektif perilaku. Dalam perspektif ini , loyalitas merek diartikan sebagai pembelian ulang suatu merek secar konsisten oleh pelanggan. Dalam kenyataannya, jarang dijumpai pelanggan yang setia 100% hanya pada merek tertentu. Oleh karena itu, loyalitas merek dapat diukur misalnya melalui proporsi dan rentetan pembeli

c.2 Perspektif sikap. Bahwa pembelian ulang tidak dapat menjelaskan apakah konsumen benar-benar lebih menyukai merek tertentu dibandingkan dengan merek lain atau karena berada dalam situasi dipengaruhi oleh aspek lain. Oleh karena itu, dalam pengukuran loyalitas merek, sikap pelanggan terhadap merek juga harus diteliti. Bila sikap pelanggan lebih positif terhadap merek tertentu dibandingkan dengan merek-merek lain, maka ia dapat dikatakan loyal terhadap merek bersangkutan.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Dari peneliti sebelumnya”Persepsi konsumen terhadap produk, promosi dan harga” bertujuan untuk mengetahui tanggapan konsumen mengenai produk promosi dan harga. Peneliti menyimpulkan bahwa jumlah penumpang sebagian pria sebesar 65 %, berprofesi sebagai mahasiswa


(45)

ataupun pelajar sebesar 31 % sebagian besar penumpang berlatar belakang pendidikan SLTA dan sebagian besar penumpang telah lebih dari dua kali. Selain hal tersebut peneliti sebelumnya juga menunjukan bahwa penumpang telah setuju dengan apa yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dengan kata lain perusahaan telah memenuhi harapan-harapan konsumen pengguna jasa transportasi tersebut. Namun konsumen lebih perhatian utama terhadap harapannya mengenai produk yang telah dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, sedangkan untuk atribut promosi maupun harga kurang mendapatkan perhatian utama dari konsumen. Hal ini terjadi karena sebagian besar penumpang merupakan pelanggan, sehingga mereka telah akrab dengan kualitas produk yang ditawarkan perusahaan tersebut sehingga kurang memperhatikan atribut promosi dan harga.

C. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:232), pendidikan diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang, dalam usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Hal yang hampir sama dikatakan oleh Soedjono Soekanto yang mendefinisikan pendidikan sebagai pemberian nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya, menerima hal-hal yang baru dan juga bagaimana berfikir alamiah.


(46)

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses perubahan kelakuan manusia dalam pengetahuan, cara berfikir, perasaan, dan sikap mental. Pendidikan dikatakan suatu proses, bahwa pendidikan tidak akan pernah berhenti, tetapi akan terus berlangsung seumur hidup manusia.

Hasil dari pendidikan tersebut akan mempengaruhi cara bereaksi, cara sikap, dan berfikir terhadap pencapaian tujuan yang tentunya terdapat perbedaan sesuai dengan tingkatan pendidikan. Pendidikan terbagi dalam berbagai tingkatan, tingkatan tersebut dapat dikatakan sebagai tingkatan tinggi dan tingkatan rendah, yang dimaksud dengan pendidikan konsumen di sini adalah tingkat pendidikan tinggi dan tingkat pendidikan rendah. Tingkat pendidikan yang tinggi adalah pendidikan yang ditempuh konsumen berdasarkan jenjang pendidikan formal yakni D I, D II, D III, S I. Tingkat pendidikan konsumen tersebut juga bisa mempengaruhi persepsinya dalam memilih apa yang telah dikeluarkan perusahaan. Hal ini disebabkan cara berfikir, bereaksi, dan cara sikap yang ditunjukan konsumen berpendidikan tinggi cenderung ini mendapatkan suatu ketepatan dalam melakukan pilihannya, seperti pemilihan suatu jasa transportasi yang akan digunakannya. Hal tersebut dapat berbeda dengan pendidikan konsumen tingkat rendah, di sini konsumen yang berpendidikan rendah cenderung cara berfikir, beraksi dan cara sikap dalam persepsinya terhadap sesuatu yang ditawarkan kepada mereka cenderung lebih kearah terbatas tanpa mempertimbangkan bagaimana mereka


(47)

mendapatkan suatu yang lebih dari perusahaan jasa yang menawarkan suatu produknya terhadap mereka.

Dari uraian diatas, dapat diasumsikan bahwa pengaruh jenis kelamin konsumen terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga cenderung memiliki perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan karena konsumen yang berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan yang mereka tempuh lebih mengutamakan kenyamanan dalam menilai suatu layanan yang mereka dapatkan baik dari segi produk, promosi, maupun harga dari jasa transportasi. Hal ini justru berbanding terbalik dengan konsumen yang berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan konsumen mereka tempuh, karena konsumen laki-laki cenderung mempunyai pandangan yang berbeda karena lebuh mengutamakan ketepatan waktu dalam melakukan penilaian atas apa yang telah ditawarkan oleh perusahaan dengan menyesuaikan dengan kecerdasaan dari konsumen itu sendiri. Keadaan ini justru menimbulkan tanda tanya bagi perusahaan itu sendiri, karena perusahaan akan menganggap bahwa apa yang telah diberikan kepada konsumen telah memenuhi kebutuhan konsumen itu sendiri atau belum.

2. Pengaruh jenis kelamin antara hubungan tingkat pendapatan dan persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga.

Menurut Gilarso (1994:63) pendapatan adalah suatu balas jasa atau karya yang akan diperoleh sebagai imbalan atas jasa atau sumbangan seseorang


(48)

terhadap proses produksi. Pendapatan itu sendiri bisa bersumber pada usaha sendiri, bekerja pada orang lain, dan bisa bersumber dari milik sendiri.

Pendapatan konsumen juga terbagi dalam beberapa tingkatan, yakni tingkatan tinggi dan tingkatan rendah. Pendapatan konsumen dengan penghasilan besar atau tinggi tentu saja akan memudahkan mereka untuk memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan, termasuk persepsinya dalam pemilihan produk yang ditawarkan kepada mereka. Hal ini disebabkan bahwa konsumen dengan penghasilan tinggi ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang telah mereka dapatkan, misalnya seperti kenyamanan baik fasilitas dan sebagainya sehingga konsumen dengan penghasilan tinggi ingin merasa nyaman dalam penggunaan maupun pemakaian produk yang mereka gunakan setelah melakukan pengorbanan yang lebih, yakni pengeluaran sejumlah uang yang tidak bisa dikatakan sedikit. Sebaliknya pendapatan konsumen dalam jumlah kecil atau rendah tentu akan menyulitkan mereka untuk berbuat lebih dalam melakukan persepsinya terhadap apa yang telah ditawarkan. Hal ini dikarenakan terbatasnya keadaan keuangan mereka, dengan keadaan seperti itu tentu saja konsumen yang berpenghasilan kecil atau rendah akan menggunakan sebaik-baiknya untuk melakukan pilihan sesuai dengan kondisi keuangan mereka. Tentu saja konsumen yang berpenghasilan rendah tidak mengharapkan sesuatu yang lebih dari apa yang telah ditawarkan perusahaan.

Dari uraian di atas, diasumsikan konsuman yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan dengan tingkat pendapatan yang tinggi


(49)

cenderung memiliki persepsi yang positif hal ini disebabkan konsumen yang mempunyai pendapatan tinggi akan senantiasa menggunakan kemampuan finansialnya dengan mendapatkan layanan yang terbaik atas apa yang telah ditawarkan perusahaan kepada mereka. Keadaan ini akan memicu perusahaan untuk memberikan suatu layanan yang lebih baik lagi, ini dimaksudkan supaya perusahaan bisa mempertahankan konsumen tersebut. Sedangkan kondisi konsumen yang berpendapatan rendah cenderung mempunyai persepsi yang negatif, hal tersebut didasarkan dengan keadaan finansial yang sangat terbatas sehingga konsumen tersebut tidak bisa leluasa dalam memilih layanan yang lebih dari perusahaan.

D. Paradigma Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, promosi, dan harga jasa transportasi. Peneliti menduga bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, promosi, dan harga jasa transportasi.


(50)

Keterangan :

X1 : Variabel bebas, tingkat pendidikan konsumen X2 : Variabel bebas, pendapatan konsumen X3 : Variabel dummy, jenis kelamin konsumen

Y : Variabel terikat, persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga

E. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan dalam kerangka berpikir, maka dapatlah dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai produk.

2. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai pomosi.

3. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai harga.

Y X3

X1


(51)

4. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara pendapatan dan persepsi konsumen mengenai produk.

5. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara pendapatan dan persepsi konsumen mengenai promosi.

6. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara pendapatan dan persepsi konsumen mengenai harga.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian dengan cara studi kasus. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan survai untuk mendapatkan tanggapan dari konsumen yang dijadikan responden. Metode penelitian ini pada hakekatnya merupakan langkah untuk menemukan secara spesifik dan realitas apa yang tengah terjadi di masyarakat, dalam hal ini konsumen yang diteliti. Dengan demikian kesimpulan yang ditarik hanya berlaku bagi konsumen yang diteliti tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Perusahaan Otobus (P.O) Bejeu Jepara dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan september sampai bulan Oktober 2007.

Adapun alasan penelitian mengambil dilokasi tersebut adalah :

1. Perusahaan dipandang sebagai perusahaan yang baru berdiri sehingga perusahaan tersebut berusaha untuk meningkatkan pelayanan guna mendapatkan tempat dihati konsumen.

2. Mempunyai fasilitas yang memadai untuk kegiatan sarana transportasi. 3. Lokasi penelitian tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, jaraknya antara ±

1 Km.


(53)

4. Mempunyai manfaat bagi konsumen maupun perusahaan itu sendiri. Manfaat yang diperoleh konsumen yaitu konsumen dapat memahami kondisi perusahaan, sehingga konsumen dapat menerima layanan maupun fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Sedangkan manfaat yang diperoleh oleh perusahaan ialah perusahaan dapat memperbaiki layanan maupun fasilitas-fasilitas yang ada agar lebih dapat menarik konsumen untuk tetap memilih perusahaan tersebut sebagai mitra dalam perjalanannya.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang terlibat dalam penelitian. Dalam hal ini, mereka yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian ini. Pemberi informasi ini meliputi kepala bagian personalia, dan karyawan. Sedangkan obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian ini. Dalam hal ini adalah persepsi konsumen atas responden terhadap perusahaan baik mengenai harga, produk, dan promosi

D Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penumpang bus Senja Furnindo.


(54)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Ada beberapa rumus yang digunakan oleh peneliti untuk menentukan jumlah sampel. Jika peneliti mempunyai beberapa ratus subyek populasi maka dapat menentukan kurang lebih 25%-30% dari jumlah subyek tersebut. Jika dalam jumlah subyek dalam populasi hanya meliputi antara 100-150 orang dan dalam pengumpulan data penelitian mengunakan angket, sebaiknya subyek sejumlah itu diambil seluruhnya, ( Suharsimi Arikunto) 1990:125. Dalam hal ini penulis mengambil sebanyak 100 responden.

E. Variabel Penelitian 1. Jenis Variabel penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti.

a. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

1. Tingkat pendidikan 2. Pendapatan

b. Variabel moderator yaitu variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah jenis kelamin


(55)

c. Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi akibat atau variabel tak bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah :

1. Persepsi konsumen terhadap produk 2. Persepsi konsumen terhadap promosi 3. Persepsi konsumen terhadap harga 2. Pengukuran Variabel

a. Status Sosial Ekonomi

1) Tingkat Pendidikan Konsumen

Tingkat pendidikan tertinggi yang berhasil diselesaikan oleh konsumen. Dalam hal ini tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi: a) Lulus SD skor 1

b) Lulus SLTP skor 2 c) Lulus SMA, D I skor 3 d) Lulus D II, D III skor 4 e) Lulus SI skor 5 2) Pendapatan dan Fasilitas Konsumen

Pendapatan adalah penghasilan rata-rata yang diterima konsumen setiap bulan. Dalam hal ini tingkat pendapatan digolongkan menjadi: a) Sangat Tinggi lebih dari Rp. 1500.000 skor 5 b) Tinggi antara 1.500.000-1.000.000 skor 4


(56)

c) Sedang antara 1.000.000-750.000 skor 3 d) Rendah antara 750.000-500.000 skor 2 e) Sangat rendah dibawah 500.000 skor 1 b. Jenis Kelamin Konsumen

pengukuran jenis kelamin konsumen ini menggunakan variabel dummy. Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk membuat kategori data yang bersifat kualitatif (nominal), seperti jenis kelamin yang terdiri atas pria dan wanita. Dalam variabel regresi yang tidak mengenal data berupa huruf, maka pria dan wanita tersebut perlu dirubah menjadi kode tertentu, seperti 1 untuk wanita dan 0 untuk pria.variabel pria dan wanita inilah disebut sebagai variabel dummy.

c. Persepsi Konsumen

Persepsi sering diartikan sebagai pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menimbulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah sejumlah indra yang disatukan dan dikoordinasi didalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai obyek.(Rahmat, 1986). Dalam hal ini pemberian skor sebagai berikut :

Alternatif jawaban untuk persepsi konsumen terhadap produk Sangat setuju 5


(57)

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2 Sangat tidak setuju 1

Alternatif jawaban untuk persepsi konsumen mengenai promosi Sangat setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2 Sangat tidak setuju 1

Alternatif jawaban untuk persepsi konsumen mengenai harga Sangat setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2 Sangat tidak setuju 1


(58)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Dilakukan dengan cara mengadakan wawancara langsung dengan utusan dari perusahaan yang ditugaskan berdasarkan daftar pertanyaan, hal ini maksudkan untuk memperoleh data sekunder, data sekunder adalah data yang diperoleh dengan menyalin data yang diperlukan dalam penelitian

2. Kuesioner

Dilakukan dengan mengedarkan daftar pertanyaan kepada konsumen yang dijadikan responden. Daftar pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh data tentang tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan dan fasilitas konsumen terhadap persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga jasa transportasi. Daftar pertanyaan dibagikan kepada responden sesaat setelah bus meninggalkan terminal dan hendak berhenti ditempat peristirahatan. 3. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau dokumen yang telah ada di perusahaan. Ini digunakan untuk memperoleh data mengenai status sosial ekonomi dan jenis kelamin responden yang telah memakai jasa perusahaan tersebut.


(59)

G. Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Pengujian Validitas

Suatu instrument dikatakan valid jika dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. (Suharsimi Arikunto, 1986:56)

Dalam pengujian validitas dapat dicari dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

(Σx) . (Σy) Σx . y ---

N

rxy = --- (Σx)2 (Σy)2

√ [ Σx2 - --- ] . [Σy2 - ---] N N Keterangan:

rxy = Korelasi skor item dengan skor total N = Jumlah subyek

X = skor item Y = skor total

Setelah koefisien korelasi ditemukan, perlu diuji signifikansinya dengan taraf 5% korelasi antara item dengan total dinyatakan signifikan fxy lebih besar dari r tabel.

Uji validitas menggunakan sample berukuran n = 30 dengan jumlah dk = n – 2 (30 - 2= 28), sehingga r table = 0,239. Hasil dari pengukuran tersebut bisa dilihat dari tabel berikut ini :


(60)

Berikut ini disajikan tabel ringkasan pengujian validitas : ( hasil analisis dapat dilihat pada lampiran )

Tabel 3.1 Hasil Pengujian Validitas No

item

r hitung r tabel Ket

4 0.601 0,239 Valid

5 0.546 0,239 Valid

6 0.567 0,239 Valid

7 0.461 0,239 Valid

8 0.468 0,239 Valid

9 0.574 0,239 Valid

10 0.460 0,239 Valid

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) berhubungan erat dengan taraf keprcayaan suatu instrumen dikatakan andal atau mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika dapat mengetahui hasil yang sesuai serta stabil. ( Suharsimi Arikunto, 1986 : 81 ). Untuk memperoleh koefisien reliabilitas digunakan persamaan Alpha Cronbach

(Husein,2002:125):

r

i=

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ Σ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − 2 2 1 ) 1 ( t b k k σ σ Keterangan:

r

i : Reabilitas Instrument k : Jumlah butir pertanyaan


(61)

2

b

σ

Σ : Jumlah Varians butir 2

t

σ : Total Varians

Jika hasil perhitungan Cronbach-alpha di atas nilai 0,60 maka dikatakan bahwa instrumen penelitan tersebut adalah reliabel (Nunnaly, 1969 dalam Imam Gozali, 2001:133). Instrumen dikatakan reliabel jika nilai rhitung suatu butir pertanyaan lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan, jika nilai rhitung lebih kecil dari rtabel, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak reliabel.

Berikut ini tabel interpretasi untuk mengukur tingkat keandalan korelasi nilai r (Sugiyono, 2001:183):

Tabel 3.2

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Keandalan

0,00 - 0,199 Sangat rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,000 Sangat kuat

Dari hasil analisis dengan jumlah (n) sebanyak 30 responden pada taraf signifikasi 6% dengan bantuan program SPSS didapat hasil seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.3

Hasil Pengukuran Reliabilitas

Variabel Koefisien Alfa Indeks kesimpulan Persepsi konsumen

mengenai produk, promosi dan harga


(62)

Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa instrumen memenuhi syarat valid dan reliabel, maka instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data

H. Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ingin menyatakan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial ekonomi dengan persepsi konsumen mengenai produk,promosi dan harga.. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel–variabel tersebut digunakan model persamaan regresi.

a. Hipotesis 1

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk. Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk.

2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:


(63)

Keterangan:

1

Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap produk. 0

α = Konstanta

D = Variabel jenis kelamin 1

Χ = Variabel tingkat pendidikan 1

Χ

D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan variable tingkat pendidikan

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel DX1 terhadap Y1 maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

b. Hipotesis 2

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai promosi.


(64)

Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai promosi.

2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

Υ

2

=

α

0

+

β

1

D

+

β

2

Χ

1

+

β

3

(

D

Χ

1

)

+

µ

i Keterangan:

2

Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap promosi. 0

α = Konstanta

D = Variabel jenis kelamin 1

Χ = Variabel tingkat pendidikan 1

Χ

D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan variable tingkat pendidikan

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel DX1 terhadap Y2 maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai


(65)

signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

c. Hipotesis 3

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai harga. Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai harga.

2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

Υ

3

=

α

0

+

β

1

D

+

β

2

Χ

1

+

β

3

(

D

Χ

1

)

+

µ

i Keterangan:

3

Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap harga. 0

α = Konstanta

D = Variabel jenis kelamin 1

Χ = Variabel tingkat pendidikan 1

Χ

D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan variable tingkat pendidikan


(66)

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel DX1 terhadap Y3 maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

d Hipotesis 4

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai produk. Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai produk.

2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

Υ

1

=

α

0

+

β

1

D

+

β

2

Χ

2

+

β

3

(

D

Χ

2

)

+

µ

i Keterangan:

1

Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap produk. 0


(67)

D

= Variabel jenis kelamin 2

Χ = Variabel tingkat pendapatan 2

Χ

D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan variable tingkat pendapatan

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel DX2 terhadap Y1 maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

e Hipotesis 5

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai promosi. Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai promosi.

2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:


(68)

Υ

2

=

α

0

+

β

1

D

+

β

2

Χ

2

+

β

3

(

D

Χ

2

)

+

µ

i Keterangan:

2

Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap promosi. 0

α = Konstanta

D = Variabel jenis kelamin 2

Χ = Variabel tingkat pendapatan 2

Χ

D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan variable tingkat pendapatan

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel DX2 terhadap Y2 maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

f Hipotesis 6

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai harga.


(69)

Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai harga.

2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

Υ

3

=

α

0

+

β

1

D

+

β

2

Χ

2

+

β

3

(

D

Χ

2

)

+

µ

i Keterangan:

3

Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap harga. 0

α = Konstanta

D = Variabel jenis kelamin 2

Χ = Variabel tingkat pendapatan 2

Χ

D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan variable tingkat pendapatan

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel DX2 terhadap Y3 maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai


(70)

signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

Pengujian hipotesis tersebut menggunakan alat bantu komputer dengan mengunakan pengujian SPSS. Criteria pengujiannya adalah tentang hipotesis yang menyatakan ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara variable bebas ( tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan)dan variable persepsi konsumen. Bila koefisien regresi untuk variable bebas dan variable dummy mempunyai probabilitas lebih dari 0,05 maka sebaiknya hipotesis tersebut ditolak.


(71)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Profil Bejeu Grup

Perusahaan otobus bejeu berdiri pada tanggal 05 februari 2000, biro berlesensi dengan no. 510/505/VI/2005 merupakan pemain baru dalam dunia tour and travel dikabupaten Jepara. Sebelum perusahaan ini berdiri sudah terdapat kurang lebih tujuh perusahaan serupa yang mengadakan kegiatan tour and travel dikota kelahiran ibu Kartini. Nama perjalanan wisata dengan sebutan Bejeu Grup memiliki arti sendiri, karena nama Bejeu merupakan singkatan dari Bongkotan Jati Utama. Bejeu memiliki logo tulisan BJU dilingkari sembilan bintang. Dalam usahanya P.O Bejeu bekerja sama dengan perusahaan serupa di beberapa wilayah Jawa Tengah. Karena dengan melakukan merger perusahaan ini dapat menjadi yang terbaik dalam hal pendatang baru di dunia tour and travel Jepara dan Jawa Tengah Khususnya.

Perusahaan ini memberikan dua program harga yang dapat dibilang cukup menarik bagi konsumen. Program yang pertama yakni dengan program harga normal yakni bejeu tour hanya melayani atau mendatangkan bus kelokasi pemesanan. Program yang kedua dengan harga paket borongan yakni semua kebutuhan konsumen dalam perjalanan sudah menjadi tanggung jawab dari perusahaan otobus Bejeu.


(72)

Perusahaan ini memiliki kurang lebih 5 armada bus dengan tujuan antar kota antar propinsi, 5 bus yang diproyeksikan untuk perjalanan wisata dan 3 mini bus yang dikhususkan untuk perjalanan Takziah atau ziarah kubur Wali Songo. Namun tak jarang pula bus yang diproyeksikan untuk kegiatan operasional perusahaan dipakai dalam kegiatan tersebut, hal ini dikarenakan banyaknya permintaan konsumen khususnya ibu-ibu dalam pengajian yang sering melakukan perjalanan ziarah kubur ketempat para wali.

Etos kerja yang diusung perusahaan ini mengutamakan pelayanan, kepuasan, dan kebersamaan. Menurut penulis hal tersebut sangat betul-betul diperhatikan dalam perusahaan ini sehingga banyak konsumen yang mempercayakan perjalanan wisata mereka dengan perusahaan ini. Selain itu perusahaan yang berkantor dijalan Kopral Sapari no 27 Jepara ini menyediakan bus yang dapat dikatakan the best seller, perusahaan ini juga menyediakan tour leader yang mumpuni selain memiliki wajah yang cantik mereka juga dapat berkomunikasi selain dengan bahasa Indonesia. Selain itu perusahaan ini juga bekerja sama dengan hotel-hotel didekat kawasan lokasi. Hal ini dimaksudkan bagi kemudahan konsumen dalam menentukan pilihan tempat tinggal selama menjalani perjalanan wisata.

Untuk paket wisata perusahaan ini menyediakan berbagai keunggulan yang sangat menarik konsumen yakni dengan memberikan kenang-kenangan berupa souvenir- souvenir, door price, asuransi, satu rol film bagi konsumen yang ingin mengabadikan perjalanan wisata mereka. Media radio dan media spanduk


(73)

digunakan oleh perusahaan untuk menarik minat konsumen. Melalui media tersebut pula perusahaan memperkenalkan produk yang mereka tawarkan dengan mengunakan sistem diskon pula perusahaan tersebut berusaha menarik perhatian pasar. Harga yang ditawarkan perusahaan juga relatif bersaing dengan harga yang telah ada hal ini dimaksudkan agar konsumen benar-benar mampu mengunakan pilihan sesuai dengan keadaan finansial mereka. Bagian pemimpin perusahaan hanya digunakan untuk pemilik perusahaan menjalankan aktivitasnya, sedangkan bagian ruang rapat digunakan oleh perusahaan dan klien untuk merapatkan kegiatan-kegiatan dalam perjalanan wisata nantinya

B. Jumlah Karyawan

Jumlah karyawan tetap dalam perusahaan ini sekitar 35 orang, terbagi sebagai berikut :

1. Sopir 13 orang 2. Sopir Cadangan 2 orang 3. Bagian Kantor 8 orang 4. Kernet 8 orang 5. Bagian Penjualan Ticket 4 orang

Dalam perusahaan ini juga terdapat karyawan tidak tetap yakni mereka yang berperan sebagai penjual ticket yang berada diterminal. Jumlah mereka kurang lebih 4 orang sedangkan untuk tour leader sekitar 4 sampai lima orang hal ini disebabkan sistem kontrak kerja yang dilakukan perusahaan. Harga perjalanan bus yang melakukan rute Jepara Jakarta sebesar Rp 90.000,- harga tersebut bisa


(74)

sewaktu-waktu naik sesuai dengan kebijaksanaan dari perusahaan. Sedangkan harga perjalanan wisata antara kota Jepara sampai kota Yogyakarta sekitar Rp 2.200.000,- harga tersebut sangat Fleksibel karena bisa ditawar. Bila konsumen menghendaki harga yang sesuai dengan keadaan mereka, tentu dengan catatan-catatan tertentu yakni pengurangan fasilitas-fasilitas tertentu yang diberikan perusahaan, seperti jatah makan yang porsi normalnya tiga kali sehari dirubah menjadi dua atau satu kali sehari. Bagian kantor terbagi dalam tiga ruangan yakni bagian menerima order, ruang pemimpin perusahaan dan ruang rapat. Ruang penerimaan order juga terbagi dalam dua kategori yakni kategori penerimaan order untuk tujuan wisata dan order perjalanan rutin yang terbagi dalam dua jurusan yaitu Jakarta dan Semarang.

C. Fasilitas

Bus Bejeu memiliki armada AC dan non AC, harga bagi yang non AC relative lebih murah dibandingkan dengan Armada AC. Selain itu bus Bejeu memiliki kapasitas 44 kursi dengan recleaning set 2-2. Kapasitas 54 kursi dengan recleaning set 2-3, juga kelas Executive dengan recleaning set 2-2 dengan kapasitas 35 sampai 39 tempat duduk. Bus Bejeu juga dilengkapi toilet, selimut, bantal dan snack. Selain itu perusahaan juga menyediakan mini bus atau yang lebih terkenal dengan nama L-300 yang digunakan dalam pejalanan jarak dekat antara jepara semarang dengan harga yang terjangkau. Fasilitas untuk perjalanan wisata meliputi makan pagi, siang dan malam atau sesuai program wisata yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, sedangkan untuk perjalanan jarak pendek


(75)

seperti perjalanan kekota semarang yang hanya ditempuh dalam waktu kurang lebih sekitar satu setengah jam perusahaan memberikan fasilitas berupa minuman ringan saja seperti coca cola dan lain-lain. Fasilitas ini bisa dikurangkan jika terjadi kesepakatan harga yang berada di titik level terendah yang telah ditetapkan oleh perusahaan.


(76)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini, penulis telah menyebarkan kuesioner kepada para konsumen pemakai jasa transportasi bus Bejeu Jepara. Konsumen yang menjadi responden adalah konsumen yang memakai paket perjalanan wisata yang ditawarkan oleh perusahaan yang berjumlah 100 orang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh status sosial ekonomi terhadap persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga jika ditinjau dari jenis kelamin. Dari kuesioner ini dapat diketahui beberapa karakteristik konsumen sebelum dianalisis.

Data mengenai gambaran umum perusahaan diperoleh dengan interview langsung dengan bagian personalia yang diwakilkan pada sekertaris P.O. Bejeu Jepara. Kuesioner dibagi dalam 2 bagian yaitu bagian khusus dan bagian umum, bagian khusus ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis kelamin, pendapatan maupun tingkat pendidikan konsumen. Sedangkan bagian umum berisi tentang segala sesuatu yang menyangkut perusahaan itu sendiri, baik produk, promosi maupun harga.

Berikut ini penjelasan dari masing-masing karakteristik konsumen P.O. Bejeu yang menjadi sampel penelitian.


(77)

1. Data responden tentang jenis kelamin konsumen yang diambil sampel penelitian

a. Data responden mengenai jenis kelamin

Dari hasil penelitian, konsumen yang menjadi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.1

Karakteristik responden berdasakan jenis kelamin konsumen Jenis kelamin konsumen Jumlah Persentase

Laki – laki Perempuan

47 53

47% 53%

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari responden 100 konsumen ternyata konsumen laki-laki lebih sedikit dibandingkan konsumen perempuan. Responden konsumen perempuan berjumlah 53 orang dan laki-laki berjumlah 47 orang. Apabila persentase maka konsumen perempuan sebanyak 53% dan konsumen laki-laki 47%. Ini berarti konsumen P.O. Bejeu Jepara yang menjadi responden sebagian besar adalah perempuan.

b Data responden tentang tingkat pendidikan

Dari hasil penelitian, konsumen yang menjadi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(1)

Model Summaryb

,825a ,681 ,671 2,12

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), DX2, X2, D a.

Dependent Variable: Y3 b.

ANOVAb

919,077 3 306,359 68,448 ,000a

429,673 96 4,476 1348,750 99 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), DX2, X2, D a.

Dependent Variable: Y3 b.

Coefficientsa

3,856 ,676 5,709 ,000 -,263 ,925 -,036 -,284 ,777 2,148 ,203 ,800 10,605 ,000 ,135 ,272 ,067 ,496 ,621 (Constant) D X2 DX2 Model 1

B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardi zed Coefficien ts t Sig.

Dependent Variable: Y3 a.

Residuals Statisticsa

5,88 15,01 10,55 3,05 100 -1,534 1,463 ,000 1,000 100

,29 1,00 ,41 ,10 100

5,59 15,31 10,55 3,06 100 -5,16 4,70 8,88E-17 2,08 100 -2,438 2,222 ,000 ,985 100 -2,480 2,243 ,000 1,005 100 -5,34 4,79 1,64E-03 2,17 100 -2,550 2,292 ,000 1,016 100 ,883 21,080 2,970 2,386 100 ,000 ,089 ,010 ,018 100 ,009 ,213 ,030 ,024 100 Predicted Value

Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Y3 a.


(2)

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Total

5 5 4 5 3 5 4 31 4 5 4 5 4 5 3 30 4 4 4 3 5 5 3 28 5 3 4 4 5 4 5 30 5 3 4 5 5 4 5 31 2 3 2 2 2 2 2 25 2 4 2 3 5 2 4 22 3 3 4 4 1 5 1 21 2 4 2 2 2 3 3 18 5 2 3 3 4 5 3 25 3 3 5 5 2 2 2 22 5 5 5 5 5 4 3 32 2 5 5 4 5 3 3 27 5 5 4 3 4 3 1 25 3 3 4 3 4 3 2 22


(3)

3 3 5 3 4 3 2 23 3 3 4 5 5 3 2 25 3 5 2 5 5 2 3 24 3 5 5 5 5 5 4 32 2 3 4 3 5 5 4 26 5 4 5 5 4 4 5 32 5 4 5 3 4 3 5 29 4 5 5 3 4 5 3 39 3 5 4 5 4 4 5 30 5 4 4 5 4 3 2 28 3 4 4 3 4 3 5 26 3 3 4 3 4 3 3 23 3 3 4 4 5 5 4 28 5 5 5 5 5 5 5 35 2 2 3 3 3 3 4 20

Reliability

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases

1. Q4 3,5667 1,1651 30,0 2. Q5 3,8333 ,9855 30,0 3. Q6 3,9667 ,9643 30,0 4. Q7 3,8667 1,0417 30,0 5. Q8 4,0333 1,0981 30,0 6. Q9 3,7000 1,0875 30,0 7. Q10 3,3333 1,2411 30,0 N of Cases = 30,0


(4)

Statistics for Mean Variance Std Dev Variables

Scale 26,3000 21,6655 4,6546 7

Item Means Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance 3,7571 3,3333 4,0333 ,7000 1,2100 ,0595

Item Variances Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance 1,1818 ,9299 1,5402 ,6103 1,6564 ,0462

Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Squared Alpha if Item if Item Total Multiple if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted Q4 22,7333 15,7195 ,4967 ,2955 ,6721

Q5 22,4667 17,7057 ,3603 ,1798 ,7052

Q6 22,3333 16,9195 ,4810 ,3011 ,6792

Q7 22,4333 16,3230 ,5058 ,3099 ,6716

Q8 22,2667 16,6161 ,4294 ,2479 ,6897

Q9 22,6000 16,7310 ,4217 ,2379 ,6915

Q10 22,9667 16,5851 ,3502 ,2184 ,7129

Reliability Coefficients 7 items


(5)

(6)