Persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan : studi kasus penumpang Bus Trans Jogja, Yogyakarta.

(1)

viii ABSTRAK

PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI ATRIBUT JASA TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN

TINGKAT PENDIDIKAN

(Studi Kasus Penumpang Bus Trans Jogja, Yogyakarta) Sugiyanto Slamet

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin; (2) perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan; (3) perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendidikan.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada penumpang Bus Trans Jogja. Populasi penelitian adalah seluruh penumpang Bus Trans Jogja, Yogyakarta. Sampel penelitian berjumlah 100 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental dan purposive sampling. Teknik pengambilan data adalah wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji t dan one way anova ( uji F ).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin (asymp. Sig sebesar 0,030 < 0,05 dan thitung sebesar 2,201 > ttabel sebesar 1,988); (2) ada perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan (asymp. Sig sebesar 0,000 < 0,05 dan Fhitung sebesar 6,228 > Ftabel sebesar 2,476); (3) ada perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendidikan (asymp. Sig sebesar 0,021 < 0,05 dan Fhitung sebesar 3,050 > Ftabel sebesar 2,476).


(2)

ix ABSTRACT

THE PERCEPTION OF CUSTOMERS ON ATTRIBUTEOF

TRANSPORTATION SERVICE PERCEIVED FROM SEX, INCOME AND EDUCATIONAL LEVEL

(A Case Study of the passengers Trans Jogja Bus Yogyakarta) Sugiyanto Slamet

Sanata Dharma University Yogyakarta

2011

This research intends to find out the different perception of customers on attribute of transportation service perceived from: (1) sex; (2) income; (3) educational level.

This research is a case study on the passengers of Trans Jogja Bus. The population of this research was entire passengers of Trans Jogja Bus, Yogyakarta. The samples of this research were 100 passengers. The techniques of sample collection were Accidental method and Purposive sampling. The techniques of data collection were interview, questionnaire, and documentation. The techniques of data analysis were t-tes and One Way Anova (F-test).

The result of this research shows: (1) there is a different perception of customers on attribute of transportation service perceived from sex (asymp. Sig of 0,030 < α = 0,05 and tcount of 2,201 > ttable of 1,988); (2) there is a different perception

of customers on attribute of transportation service perceived from income (asymp. Sig of 0,000 < α = 0,05 and Fcountof 6,228 > Ftable of 2,476); (3) there is a different perception of customers on attribute of transportation service perceived from educational level (asymp. Sig of 0,021 < α = 0,05 and Fcount of 3,050 > Ftable of 2,476).


(3)

PENDAPATAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN

(Studi Kasus Penumpang Bus Trans Jogja, Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

SUGIYANTO SLAMET 051334083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2011


(4)

i

PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI ATRIBUT JASA TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN

TINGKAT PENDIDIKAN

(Studi Kasus Penumpang Bus Trans Jogja, Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

SUGIYANTO SLAMET 051334083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2011


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Sebuah karya kecil yang akan aku persembahkan kepada:

Tuhan Yang Maha Esa

Kedua Orang Tuaku Bapak Mijan Esmiharja dan Ibu Mujiati Keluarga Besar Andong

Adik-adikku Eva Maria dan Herjuno Darpito Wijoyo

Almamaterku Universitas Sanata Dharma - Yogyakarta  


(8)

v

MOTTO

“Apapun yang kita lakukan, Tuhan Beserta kita”

“Jadilah seperti yang kamu inginkan, karna kamu hanya memiliki satu kehidupan

dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan”

“Diantara ribuan peluang dan kesempatan, di sana ada kesuksesan, namun

dikelilingi dengan kegagalan. Ambil kesempatan dan peluang tersebut, biarkan

Anda gagal dalam proses menemukan kesuksesan tersebut”


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Januari 2011 Penulis


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Sugiyanto Slamet Nomor Mahasiswa : 051334083

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI ATRIBUT JASA TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 17 Januari 2011 Yang menyatakan


(11)

viii ABSTRAK

PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI ATRIBUT JASA TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN

TINGKAT PENDIDIKAN

(Studi Kasus Penumpang Bus Trans Jogja, Yogyakarta) Sugiyanto Slamet

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin; (2) perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan; (3) perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendidikan.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada penumpang Bus Trans Jogja. Populasi penelitian adalah seluruh penumpang Bus Trans Jogja, Yogyakarta. Sampel penelitian berjumlah 100 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental dan purposive sampling. Teknik pengambilan data adalah wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji t dan one way anova ( uji F ).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin (asymp. Sig sebesar 0,030 < 0,05 dan thitung sebesar 2,201 > ttabel sebesar 1,988); (2) ada perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan (asymp. Sig sebesar 0,000 < 0,05 dan Fhitung sebesar 6,228 > Ftabel sebesar 2,476); (3) ada perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendidikan (asymp. Sig sebesar 0,021 < 0,05 dan Fhitung sebesar 3,050 > Ftabel sebesar 2,476).


(12)

ix ABSTRACT

THE PERCEPTION OF CUSTOMERS ON ATTRIBUTEOF

TRANSPORTATION SERVICE PERCEIVED FROM SEX, INCOME AND EDUCATIONAL LEVEL

(A Case Study of the passengers Trans Jogja Bus Yogyakarta) Sugiyanto Slamet

Sanata Dharma University Yogyakarta

2011

This research intends to find out the different perception of customers on attribute of transportation service perceived from: (1) sex; (2) income; (3) educational level.

This research is a case study on the passengers of Trans Jogja Bus. The population of this research was entire passengers of Trans Jogja Bus, Yogyakarta. The samples of this research were 100 passengers. The techniques of sample collection were Accidental method and Purposive sampling. The techniques of data collection were interview, questionnaire, and documentation. The techniques of data analysis were t-tes and One Way Anova (F-test).

The result of this research shows: (1) there is a different perception of customers on attribute of transportation service perceived from sex (asymp. Sig of 0,030 < α = 0,05 and tcount of 2,201 > ttable of 1,988); (2) there is a different perception

of customers on attribute of transportation service perceived from income (asymp. Sig of 0,000 < α = 0,05 and Fcountof 6,228 > Ftableof 2,476); (3) there is a different perception of customers on attribute of transportation service perceived from educational level (asymp. Sig of 0,021 < α = 0,05 and Fcount of 3,050 > Ftable of 2,476).


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI ATRIBUT JASA TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN”.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan, dorongan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu kesempatan ini sudah selayaknya bagi penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.


(14)

xi

5. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan penyempurnaan skripsi ini. 

7. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga menjadi bekal dalam penyusunan skripsi ini.

8. Segenap karyawan di sekretariat pendidikan Akuntansi (Bu Aris dan Pak Wawik) atas segala pelayanannya dan bantuannya selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma.

9. Bapak dan Ibu Pegawai Dinas Perhubungan, Karyawan Shelter dan penumpang Bus Trans Jogja yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

10. Kedua Orangtuaku tercinta Bapak Mijan Esmiharja dan Ibu Mujiati, yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan dan pengorbanan baik material maupun spiritual sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

11. Kedua adikku Eva Maria dan Herjuno Darpito Wijoyo, yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis.

12. Simbah Putri, Budhe Mami, Budhe Eni, Pakde Toto, ms Agus, ms Dwi, keluarga Andong, keluarga Jogja dan keluarga lampung yang selalu memberikan semangat dan dukungan baik material maupun spiritual.


(15)

xii

13. Teman- temanku seperjuangan Asih, villa, mb Tia, mb Rina, Rina, Andri, Rita, Boim, ms Eka, Febran, Tosu, Sinyo, Arnon, dan teman-temanku PAK angkatan 2005 yang tidak bisa saya sebut satu persatu. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

14. Teman-teman Kos gang Tutul 2/3: Jaelani cipapap, Iqbal, Jelodong, Petruk, Andi, Mbah Lukman, Jeki, Edho, Mario dan yang lainnya yang selalu bisa buat aku tersenyum, bahagia walaupun kadang menjengkelkan Thanks for all.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis masih membuka diri terhadap saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Penulis


(16)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERSEMBAHAN... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………. vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4


(17)

xiv BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritik ... 6

1. Persepsi Konsumen... 6

2. Jenis Kelamin... 10

3. Pengertian Pendapatan... 12

4. Pengertian Pendidikan ... 12

5. Konsep Pemasaran... 13

6. Perilaku Konsumen... 14

7. Bauran Pemasaran (Marketing Mix). ... 21

8. Kepuasan dan Loyalitas Konsumen... 26

B. Kajian Hasil Penelitian... 30

C. Kerangka Berfikir... 30

D. Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 34

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 35

1. Variabel... 35


(18)

xv

F. Teknik Pengumpulan Data... 38

G. Uji Coba Instrumen Penelitian... 39

1. Validitas ... 39

2. Reliabilitas ... 43

H. Teknik Analisis Data... 44

1. Uji Prasyarat Analisis... 44

2. Uji Hipotesis... 45

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Berdirinya Bus Trans Jogja………... 49

B. Tujuan dan Sasaran Transportasi Bus Trans Jogja... 53

C. Deskripsi Trayek Transportasi Bus Trans Jogja... 54

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 56

B. Pengujian Prasyarat Analisis... 64

1. Uji Normalitas... 64

2. Uji Homogenitas... 66

3. Pengujian Hipotesis Penelitian... 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian... . 70

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 75


(19)

xvi

C. Saran... 76 DAFTAR PUSTAKA... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skoring Berdasarkan Skala Likert... 37

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Penyusunan Kuesioner... 38

Tabel 3.3 Data Validitas dan Reliabilitas………... 41

Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Uji Validitas Kuesioner Produk... 42

Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Uji Validitas Kuesioner Tarif... 42

Tabel 4.1 Deskripsi Trayek... 54

Tabel 4.2 Jumlah Lokasi Tempat henti………... 55

Tabel 5.1 Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan... 57

Tabel 5.2 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 58

Tabel 5.3 Interpretasi Persepsi Konsumen Terhadap Produk dan Tarif Bus Trans Jogja ... 59

Tabel 5.4 Persepsi Konsumen Terhadap Produk dan Tarif Jasa Bus Trans Jogja Ditinjau dari Jenis Kelamin... 60

Tabel 5.5 Persepsi Konsumen Terhadap Produk dan Tarif Jasa Bus Trans Jogja Ditinjau dari Tingkat Pendapatan... 61

Tabel 5.6 Persepsi Konsumen Terhadap Produk dan Tarif Jasa Bus Trans Jogja Ditinjau dari Tingkat Pendidikan... 63

Tabel 5.7 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Berdasarkan Jenis Kelamin... 65


(21)

xviii

Tabel 5.8 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Berdasarkan Tingkat Pendapatan... 65 Tabel 5.9 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Berdasarkan Tingkat

Pendidikan... 66 Tabel 5.10 Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas……….……….. 67


(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian, Kategori Kecenderungan Variabel, Interpolasi nilai t tabel dan F tabel,

Lampiran 2 : Validitas, Reliabilitas dan Normalitas,

Lampiran 3 : Uji Homogenitas, T-Test dan One Way anova Lampiran 4 : Data Induk,


(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada beberapa tahun yang lalu di Indonesia terjadi krisis yang membawa dampak negatif bagi setiap sektor, baik sektor internal maupun sektor eksternal. Sektor internal meliputi ketidakstabilan harga-harga kebutuhan pokok, sedangkan pada sektor eksternal yaitu dengan naiknya harga minyak dunia. Salah satunya terwujud dalam kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), yang kemudian menyebabkan kenaikan harga pada semua sektor. Salah satunya ialah kenaikan tarif pada perusahaan yang bergerak di bidang transportasi.

Di samping memberikan kesempatan berusaha kepada pengusaha jasa transportasi darat, pengembangan kepariwisataan juga telah meningkatkan suhu persaingan diantara pengelola jasa transportasi tersebut. Keadaan ini tentu menuntut kejelian manajemen dalam menentukan kebijakan-kebijakan untuk memilih strategi pemasaran yang ditempuh.

Pada saat seperti ini persaingan di bidang usaha terutama di bidang jasa semakin ketat. Hal ini diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan membawa pengaruh lingkungan yang cukup besar. Perusahaan harus menempatkan orientasi kepada kepuasan konsumen sebagai tujuan utama. Keadaan ini tampak dari banyaknya perusahaan yang menyertakan komitmennya terhadap kepuasan konsumen dalam pernyataan misi, tujuan dan


(24)

iklan. Selain itu, banyaknya perusahaan yang menyadari bahwa kepuasan konsumen merupakan suatu tuntutan dari komitmen sehingga perusahaan mau tak mau harus memberikan atau mewujudkannya dengan berbagai macam strategi agar dapat mempertahankan pelanggannya.

Untuk memenuhi kepuasan pelanggan pada industri jasa, kualitas pelayanan sangat penting dikelola perusahaan dengan baik. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (Kotler, 1994). Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukan dilihat dari persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasar persepsi pelanggan. Persepsi konsumen terhadap kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa.

Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa harus mampu melaksanakan kegiatan pemasaran secara aktif dalam menarik konsumen, yaitu melalui pelayanan. Artinya, perusahaan tersebut harus memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan keinginan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Apabila keinginan konsumen sudah terpenuhi, pelayanan yang diberikan kepada konsumen akan menjadi suatu usaha yang berhasil karena perusahaan telah mempunyai keunggulan bersaing.

Dalam situasi persaingan yang ketat dan naiknya harga tarif, seorang manajemen dituntut kejelian dalam mencari informasi tentang kebutuhan atau keinginan konsumen. Manajemen juga harus mengetahui faktor-faktor apa saja


(25)

yang mempengaruhi konsumen dalam membeli atau mengapa konsumen menyukai suatu produk atau jasa tertentu.

Oleh karena itu setiap pengusaha transportasi darat wajib menguasai dan memahami berbagai aspek jasa yang diusahakannya. Para pengusaha harus tahu manfaat apa saja yang diharapkan konsumen dari jasa yang dikonsumsinya. Untuk itu manajemen dituntut dapat menentukan kebijaksanaan dalam memilih strategi yang tepat dan saling menguntungkan sehingga dapat menimbulkan adanya repeat-costumer.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengetahui dan meneliti tentang pemasaran jasa transportasi darat, khususnya mengenai Persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan (Studi kasus Bus Way Trans Jogja).

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan penelitian tentang persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan dalam hal ini konsumen yang diambil adalah para penumpang Bus way Trans Jogja. Atribut tempat dan promosi tidak penulis teliti karena pertimbangan bahwa atribut tempat tidak berkaitan langsung dengan tujuan penelitian dan Bus Trans Jogja tidak melakukan banyak promosi karena para penumpang telah mengetahui bahwa Bus tersebut merupakan adaptasi dari Bus Trans Jakarta yang telah ada terlebih dahulu.


(26)

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada Perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin.

2. Apakah ada Perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan.

3. Apakah ada Perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendidikan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Apakah ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin.

2. Apakah ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan.

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendidikan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan Bus way

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu manajemen dalam mengetahui apakah ada perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan.


(27)

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan bahan perpustakaan dan informasi bagi mahasiswa lain yang tertarik dengan penelitian sejenis. 3. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperdalam pengetahuan yang diperoleh melalui bangku kuliah dan memperoleh pengalaman dari hasil penelitian terhadap praktik yang terjadi dalam dunia usaha.

4. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan sumber bacaan, dan mahasiswa lain yang ingin mengambil topik yang sama khususnya mengenai persepsi konsumen.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritik

1. Persepsi Konsumen a. Pengertian persepsi

Persepsi sering diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah sejumlah indra yang disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat syaraf yang lebih tinggi sehingga manusia bisa mengenali dan menilai suatu objek (Rahman, 1986).

Selain pengertian di atas persepsi juga dapat diartikan sebagai proses yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi yang menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti (Kotler, 2002:198).

Selain dipengaruhi oleh rangsangan fisik, persepsi juga berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Pada obyek yang sama beberapa orang dapat memiliki persepsi yang berbeda pada obyek tersebut, hal ini dipengaruhi oleh perhatian selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif. Perhatian selektif merupakan kondisi penyaringan terhadap rangsangan-rangsangan informasi yang diterima seseorang.


(29)

Distorsi selektif merupakan kecenderungan seseorang untuk mengubah rangsangan informasi yang telah diseleksi sedemikian rupa bermakna baginya dan mendukung pra konsepsi mereka. Menurut Kotler (2002:196) distorsi selektif ini merupakan kondisi yang tidak dapat dimanipulasi oleh pemasar.

Ingatan selektif merupakan tindakan seorang individu untuk mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinannya. Dengan demikian, hal-hal yang baik tentang produk atau jasa akan selalu diingat oleh konsumen, demikian pula dengan hal-hal yang disukai juga akan selalu diingat oleh konsumen.

Menurut Salahudin berpendapat bahwa persepsi adalah mengenal sesuatu melalui alat indra dengan secara global dan belum disertai kesadaran sedangkan subjek dan objek belum terbedakan satu dengan lainnya, baru ada proses memiliki tanggapan (Rusdiana, 2007: 12).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman dan menginterpretasikan rangsangan dari luar tentang apa yang ditangkap oleh indranya.

b. Proses mempersepsi

Biasanya manusia menyadari proses yang menentukan persepsinya. Apakah terjadi persepsi penglihatan, pendengaran ataupun rabaan, jarang sekali mereka terhenti untuk menganalisis sensasi-sensasi yang masuk dan


(30)

dasar intreprestasi yang berarti. Hal ini merupakan pendekatan manusia yang memiliki bermacam-macam karakteristik yang berbeda-beda terhadap setiap hal yang sudah dikenal yang ada dalam lingkungan sekitar. Sebagaimana karakteristik tersebut menentukan bagaimana cara mempersepsi situasi sekarang dan tidak bisa lepas dari adanya pengalaman masa lalu kalau pengalaman itu sering muncul, maka reaksi manusia lalu menjadi salah satu kebiasaan.

c. Persepsi konsumen mengenai produk

Menurut Bei dan Chiao (2001: 129) sebagian riset tentang pemasaran jasa yang telah banyak dilakukan bertujuan untuk menemukan konstruk dan dimensi dari kualitas jasa, atau hubungan kualitas jasa dengan kepuasan dan loyalitas konsumen. Dalam kenyataannya, sebagian besar industri jasa selain menawarkan intangible product juga menawakan tangible product. Tangible product dari suatu jasa adalah lingkungan fisik dan peralatan yang menyertai intangible product (Bei dan Chiao, 2001: 129). Produk fisik hanya merupakan bagian kecil dari kualitas fisik keseluruhan dari suatu jasa.

Berdasarkan kajian terhadap 32 penelitian tentang industri jasa, Cronin, Brandy, dan Hult (Bei dan Chiao, 2001: 129) mengemukakan bahwa tangible quality dari suatu jasa dapat dicakup dalam model kepuasan konsumen dalam riset-riset mendatang. Menurut Brucks,


(31)

Zeithaml, dan Naylor, persepsi terhadap kualitas tangible product memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan pembelian. d. Persepsi konsumen mengenai harga

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (Bei dan Chio, 2001: 126) menyatakan bahwa kualitas jasa, kualitas produk, dan harga mempengaruhi kepuasan konsumen. Anderson, Fornel, dan Lehman (Bei dan Chiao, 2001: 129) menyatakan bahwa harga sebagai faktor penting dalam kepuasan konsumen, karena ketika konsumen mengevaluasi nilai dari jasa yang diterimanya, pada umumnya mereka berpikir tentang harga untuk memperoleh nilai tersebut.

Zeithaml menyatakan bahwa dari konsep kognitif, harga adalah sesuatu yang harus diberikan atau dikorbankan untuk memperoleh produk atau jasa tertentu (Bei dan Chiao, 2001: 129). Pengertian harga dari pandangan konsumen adalah harga yang dipersepsikan konsumen, yaitu persepsi terhadap harga bagi konsumen lebih penting dari pada harga dalam moneter.

Pada umumnya, persepsi mengenai harga yang rendah diartikan sebagai pengorbanan yang rendah atau kecil, yang selanjutnya dapat menimbulkan kepuasan yang tinggi. Menimbulkan kepuasaan yang tinggi dimaksudkan bahwa dengan harga yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau dengan kata lain harga yang telah dikeluarkan oleh perusahaan sangat diharapkan oleh konsumen pengguna jasa tersebut.


(32)

Sangat diharapkan dimaksudkan sebagai harga yang bisa mengerti akan kondisi dari konsumen tersebut. Namun harga yang dikeluarkan oleh perusahaan itu masih dalam kondisi yang sewajarnya.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin dibedakan dua macam yakni pria dan wanita, keduanya memiliki perbedaan yang sangat mencolok baik dalam masalah fisik begitu pula tentang penilaian suatu produk menurut persepsinya masing-masing. Umumnya para wanita lebih condong melakukan penilaiannya terhadap suatu produk dengan keadaan kenyamanan suatu produk yang ditawarkan oleh perusahaan misalnya kenyamanan dalam hal fasilitas pelayanan, hal ini bisa terlihat dengan adanya fisik wanita cenderung lemah bila dibandingkan dengan fisik pria. Dalam hal persepsi konsumen khususnya wanita lebih memilih produk yang baru. Hal ini juga bisa berbanding terbalik dengan kondisi pria. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan karakteristik keduanya. Perbedaan karakteristik dapat dilihat dari pola pikirannya, pria mendekati masalah terutama dari luar dengan memakai pikirannya. Pria cenderung mendekati suatu masalah sebagai seorang pengamat yang bersifat objektif. Sedangkan wanita mendekati masalah dari dalam dengan memakai hatinya. Wanita ingin terlibat dengan persoalan, wanita menangani masalah dan berfikir tentang suatu soal sampai hal yang sekecil-kecilnya. Ini bisa terlihat dalam hal persepsinya mengenai suatu produk, misal barang yang akan dibeli atau dipakainya pun diteliti dengan cermat. Perbedaan mengenai pola


(33)

perasaan dapat dilihat pria yang lebih dominan dalam hal pemikiran yang objektif, ia lebih berusaha memecahkan suatu masalah dengan tidak melibatkan perasaan senang maupun tidak senang sedangkan wanita lebih cenderung berusaha memecahkan masalah dengan melibatkan perasaan. Hal ini bisa untuk lebih diperhatikan lagi tentang kegiatan pemasaran yang sesuai dengan kondisi tersebut. Dengan demikian mengandung arti perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan yang secara biologis serta memiliki perbedaan dan ciri-ciri sendiri. Jenis kelamin berarti perbedaan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi-fungsi organisme yang berbeda. Dalam arti perbedaan jenis kelamin pengertian pria atau laki-laki dan perempuan terpisah secara biologis. Laki-laki memiliki fisik yang kuat, otot yang kuat, memiliki jakun, bersuara berat, memiliki penis, testis, sperma, yang berfungsi untuk alat reproduksi dalam meneruskan keturunan. Perempuan dan laki-laki memiliki ciri-ciri yang berbeda. Perempuan memiliki hormon yang berbeda dengan laki-laki, sehingga terjadi menstruasi, perasaan yang sensitif, serta ciri-ciri fisik dan postur tubuh yang berbeda dengan laki-laki, seperti bentuk pinggul yang lebih besar dari pada laki-laki.

Secara biologis alat-alat biologis melekat pada laki-laki dan perempuan selamanya, fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau keturunan Tuhan (kodrat). Sementara itu gender adalah pembagian laki-laki dan perempuan


(34)

yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya perempuan dianggap lemah lembut, emosional, keibuan dan lain sebagainya.

3. Pengertian Pendapatan

Pengertian pendapatan sangat erat dengan penghasilan, bahkan banyak orang yang menyamakan kedua pengertian tersebut ( San. S. Hutabarat, 1978: 92). Pendapatan dan penghasilan mempunyai pengertian yang sama yaitu besarnya arus uang dan barang yang masuk dalam suatu usaha rumah tangga dari sektor usaha baik sektor formal maupun sektor informal yang dinilai dengan satuan uang (rupiah) yang meliputi gaji dan macam-macam tunjangan antara lain: tunjangan asuransi kesehatan, tunjangan fungsional, tunjangan beras, tunjangan perbaikan rumah dan pemberian balas jasa ( As’ ad, 2001: 16). Sedangkan pendapatan adalah suatu hasil yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu.

4. pengertian Pendidikan

Kamus Bahasa Indonesia (1991:232), Pendidikan berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak


(35)

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Raharja, 2010). Menurut UU nomor 9 tahun 2009, jenjang pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Yang dimaksud pendidikan dasar di Indonesia adalah wajib belajar 9 tahun yaitu SD/ MI dan SMP/ MTs. Pendidikan menengah yaitu SMA/ SMK. Pendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi/ Akademi.

5. Konsep Pemasaran

Dalam melakukan kegiatan usahanya para pengusaha acap kali mengalami berbagai macam kesulitan yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara rencana dengan realisasi. Kenyataan ini memaksa pengusaha untuk mengakui pentingnya peranan pemasaran, juga cara-cara dan falsafah pemasaran. Cara dan falsafah pemasaran ini disebut konsep pemasaran.

Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi adalah meliputi penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (target market) dan pemberi keputusan yang diinginkan secara efektif dan efisien dari yang dilakukan oleh pesaing ( Kotler dan Amstrong 1992: 15).

Falsafah konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Dengan demikian kegiatan dalam perusahaan yang menganut konsep pemasaran harus diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut, baik dari segi personalia, produksi, keuangan dan riset.


(36)

6. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen dapat didefinisikan menurut beberapa ahli dalam buku mereka masing-masing. Perilaku konsumen didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan, persiapan, dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Engel, Swasta, & Handoko). John C. Mowen dan Michael Minor mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide (Saiful, 2008). Engel dan kawan-kawan (1994) mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut (Husein Umar, 2002:49). Sementara itu, pendapat Nessim Hanna dan Richatd Wozniak adalah bahwa perilaku konsumen merupakan suatu bagian dari aktivitas-aktivitas kehidupan manusia, termasuk segala sesuatu yang teringat olehnya akan barang atau jasa yang dapat diupayakan sehingga ia akhirnya menjadi konsumen (Saiful, 2008).

Dari beberapa contoh definisi perilaku konsumen di atas serta contoh-contoh lain yang walaupun tidak disajikan, kiranya dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah suatu tindakan-tindakan nyata individu atau


(37)

kumpulan individu, misalnya suatu organisasi yang dipengaruhi oleh aspek eksternal dan internal yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan.

Dalam hal memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan setidaknya konsumen mempunyai kepercayaan, sikap, dan perilaku. Konsep kepercayaan, sikap, dan perilaku adalah saling berhubungan erat. Mowen dan Minor menyatakan bahwa keterhubungan itu didominasi oleh atribut produk (Saiful, 2008). Atribut adalah fitur produk dimana konsumen membentuk kepercayaan. Bagaimana atribut produk dan faktor-faktor lainnya mempengaruhi pembentukan serta perubahan kepercayaan, sikap dan perilaku konsumen. Atribut produk ini merupakan sebagian atau serangkaian ide perilaku konsumen yang terpenting bagi manajer pemasaran.

Berikut ini uraian singkat tentang kepercayaan konsumen, sikap, dan perilaku:

a. Konsep Kepercayaan Konsumen

Kepercayaan sebagai suatu keadaan yang melibatkan ekspektasi positif mengenai motif-motif dari pihak lain yang berhubungan dengan diri seseorang dalam situasi yang berisiko (Boon dan Holmes, 1991; Lau dan Lee, 1999; Tjahyadi, 2006). Dengan demikian dapat disimpulkan kepercayan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang obyek, atribut dan manfaatnya. Atribut intrinsik merupakan


(38)

segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat aktual produk, sedangkan atribut ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk seperti nama, merk, dan label.

b. Sikap Konsumen

Sikap menurut Thurstone yang dikutip Mowen dan Minor didefinisikan sebagai afeksi atau perasaan untuk atau terhadap suatu rangsangan (Saiful, 2008). Dalam konteks perilaku konsumen, sikap didefinisikan sebagai kecenderungan yang dipelajari dalam berprilaku dengan cara menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek tertentu. Jadi, mengingat kepercayaan merupakan pengetahuan kognitif tentang suatu objek, maka sikap merupakan tanggapan perasaan atau afektif tentang sebuah objek.

c. Perilaku dan Keinginan untuk Berperilaku

Perilaku konsumen terdiri dari semua tindakan konsumen untuk memperoleh, menggunakan dan membuang barang atau jasa. Sebelum bertindak, seseorang sering kali mengembangkan keinginan berperilaku berdasarkan keinginan tindakan yang akan dilakukan. Keinginan berperilaku didefinisikan sebagai keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu dalam rangka memiliki, membuang, dan menggunakan produk atau jasa.


(39)

Pemahaman terhadap perilaku konsumen ini sangat penting untuk keberhasilan dari sistem pemasaran suatu perusahaan. Ada berbagai macam alasan yang mempengaruhi seseorang membeli suatu produk. Selain jenis produk, faktor demografi dan faktor ekonomis, faktor psikologis juga turut mempengaruhi pembelian seseorang. Faktor psikologis adalah sikap, minat, motif serta kepribadian seseorang atau konsumen. Kegiatan pemasaran dimaksudkan untuk mempengaruhi konsumen agar bersedia membeli barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal yang penting bagi manajer pemasaran adalah memahami mengapa dan bagaimana tingkah laku konsumen, sehingga perusahaan dapat mengembangkan strategi pemasarannya.

Pada awalnya seorang konsumen menganggap bahwa dorongan untuk melakukan tindakan pemilihan diantara berbagai jenis barang dan jasa serta berbagai merek yang ada adalah karena konsumen berpendapat bahwa kualitas dari barang dan jasa yang dipilihnya dianggap yang paling baik atau yang paling murah harganya. Namun kenyataannya sering kali pertimbangan yang dipakai tidak hanya mempertimbangkan kualitas atau harga saja, tetapi ada faktor lain yang menimbulkan keputusan-keputusan dalam pembelian suatu barang atau jasa. Misalnya rasa harga diri, ikut-ikutan, tidak mau kalah dan sebagainya.

Umumnya konsumen melakukan pembelian suatu barang atau jasa adalah karena kebutuhan. Kebutuhan dalam hal ini sangat relatif, artinya ada


(40)

kebutuhan yang mendesak, kebutuhan agak mendesak dan kebutuhan tidak terlalu mendesak. Berdasarkan hal ini kita harus tahu mengapa seseorang membutuhkan suatu barang atau jasa tertentu. Tapi jika hanya mengetahui kebutuhan-kebutuhan tertentu dari konsumen terhadap barang atau jasa, perusahaan baru mampu mendorong seseorang untuk melakukan pembelian terhadap barang atau jasa tanpa mengabaikan keputusannya sebagai tujuan.

Perilaku konsumen dalam pembelian tidak sederhana. Pemahaman akan perilaku ini menjadi tugas yang penting bagi manajemen pemasaran. Pasar konsumen terdiri dari semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.

Menurut E. Catur Rismiati dan Ig. Bondan Suratno (2001: 66) dalam bukunya mendefinisikan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut:

1). Kebudayaan 2). Kelas sosial

3). Kelompok reverensi kecil 4). Keluarga

5). Pengalaman 6). Kepribadian

7). Sikap dan kepercayaan 8). konsep diri


(41)

Berikut uraian singkat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu:

1) Kebudayaan

Kebudayaan menyangkut segala aspek kehidupan manusia dan merupakan faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Dalam kenyataannya perilaku manusia ditentukan oleh kebudayaan.

2) Kelas Sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif lama dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki minat, nilai dan tingkah laku yang sama. Pada pokoknya masyarakat dikelompokkan menjadi tiga golongan. Golongan itu adalah:

a) Golongan atas, seperti pengusaha kaya, pejabat tinggi.

b) Golongan menengah, seperti karyawan instansi pemerintah dan pengusaha menengah.

c) Golongan rendah, seperti buruh pabrik, tukang becak, pegawai rendah atau kecil

Dalam hal ini tidak berarti bahwa kelas atas lebih bahagia dari kelas lainnya. Diantara kelas-kelas tersebut juga terdapat perbedaan secara psikologis. Ini akan nampak pada saat mereka memberikan tanggapan terhadap suatu produk.


(42)

3) Kelompok Referensi Kecil

Kelompok sering digunakan sebagai pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku. Kelompok di sini misalnya serikat buruh, perkumpulan agama serta lingkungan rumah tangga. Masing-masing kelompok memiliki pelopor yang dapat mempengaruhi anggota kelompoknya. Maka menjadi tugas manajer pemasaran yakni untuk mencari tahu siapa pelopor dalam suatu kelompok referensi kecil tersebut. 4) Keluarga

Dalam suatu keluarga masing-masing anggota memiliki sikap pembelian yang berbeda akibat dari perbedaan selera dan keinginan. Dalam hal ini perlu ditelusuri siapa yang mempengaruhi dalam membuat keputusan.

5) Pengalaman

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku, dari perbuatannya di masa lalu seseorang dapat mempelajari sesuatu, sebab dengan belajar orang memperoleh pengalaman.

6) Kepribadian.

Dapat diartikan sebagai pola sikap individu yang dapat menentukan tanggapan untuk bertingkah laku. Kepribadian mempengaruhi pandangan dan perilaku pembelian seseorang.


(43)

7) Sikap dan Kepercayaan

Dua kepribadian ini saling mempengaruhi, yang paling menonjol adalah perasaan emosional seseorang terhadap suatu barang, jasa atau merk produk.

8) Konsep Diri

Konsep diri merupakan pandangan untuk melihat kemampuan dirinya dalam hal melakukan suatu pembelian. Dengan begitu seseorang akan mengetahui sejauh mana dirinya bisa menjadi konsumen yang bisa dengan tepat memanfaatkan produk yang ditawarkan oleh perusahaan. 7. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Marketing mix adalah istilah yang dikembangkan dan digunakan secara gabungan dalam menentukan empat masalah yang terpisah yaitu produk, lokasi, promosi dan harga. Marketing mix merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yang secara definitif dapat dinyatakan sebagai kombinasi dari empat variabel yang merupakan inti sistem pemasaran perusahaan yakni produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi (Catur dan Bondan, 2001: 63). Menurut Kotler (1997: 48) Marketing Mix adalah perangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, yang dipadukan oleh perusahaan untuk meghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran.

Tujuan dari diciptakan dan dilaksanakannya marketing mix adalah untuk memuaskan konsumen.


(44)

Berikut ini uraian dari strategi Marketing mix, yaitu: a. Produk

Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan, meliputi barang fisik, jasa, kegiatan, orang, tempat, organisasi dan ide-ide (Kotler, 1997: 48).

Dalam situasi persaingan, perusahan harus saling merebut pangsa pasar yang ada (konsumen) karena konsumen akan memilih produk yang ada di pasar disesuaikan dengan keinginan dan kemampuannya. Dalam jasa transportasi darat produk utamanya adalah penyediaan fasilitas alat angkut atau kendaraan.

b. Harga

Menurut Basu Swastha, Harga dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Catur dan Bondan, 2001: 215). Harga merupakan jumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk/jasa. Dalam perekonomian, untuk mengadakan pertukaran atau mengukur nilai suatu barang digunakan uang dan istilah yang dipakai adalah harga. Jumlah uang yang digunakan dalam pertukaran mencerminkan tingkat harga diri suatu barang. Apabila harga suatu produk yang dibeli konsumen mampu memuaskan konsumen, maka dikatakan bahwa penjualan


(45)

perusahaan berada pada tingkat yang memuaskan bila diukur ke dalam nilai rupiah.

c. Lokasi

Usaha jasa transprotasi adalah jasa memindahkan orang atau barang dari suatu tempat tertentu ke tempat yang lain. Penentuan lokasi yang tepat berarti telah mengatasi setidaknya satu masalah yaitu pendistribusian produk.

d. Promosi

Promosi dan publikasi secara sederhana bertujuan untuk memberitahu kepada orang lain bahwa ada produk yang ditawarkan untuk dijual. Suksesnya kegiatan promosi tergantung kepada produk yang akan dijual, apakah produk yang dipropagandakan itu benar-benar memenuhi keinginan masyarakat sehingga dapat memenuhi harapan-harapannya. Promosi meliputi setiap bentuk yang dibayar dari presentasi non-personal dan promosi gagasan, barang-barang atau jasa-jasa oleh suatu sponsor yang diketahui jelaslah bahwa promosi dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe utama yaitu iklan produk dan iklan institusional yang dibuat untuk menciptakan sikap yang baik terhadap suatu lembaga. Oleh karena itu, perhatian utama kita adalah terhadap suatu pemakaian iklan sebagai alat penjualan. Oleh karena itu perlu menilai kesempatan untuk memanfaatkan iklan konsumen, untuk dapat memanfaatkan kesempatan dan merangsang permintaan yang selektif melalui iklan yang ditujukan kepada konsumen,


(46)

maka faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

Kondisi Pertama, iklan akan lebih efektif jika perusahaan mengikuti tren permintaan primer. Produk yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan agar para konsumen segera memakai dan mempercayainya sebagai pelanggan setia perusahaan dan bukan sebaliknya. Kondisi kedua yang menentukan kesempatan perusahaan untuk dapat mempengaruhi permintaaan ialah adanya kesempatan luas untuk diferensiasi produk. Jika produk cukup dapat didiferensiasi, maka besar kemungkinan iklan itu akan efektif. Sebaliknya, iklan tidak banyak manfaatnya jika terdapat kecenderungan berbagai produsen menghasilkan produk yang sama. Kondisi yang ketiga adalah peranan relatif dari kualitas yang tersembunyi dari produk tersebut dari konsumen. Kualitas yang tersembunyi ini adalah lawan dari kualitas yang dapat dilihat dan dinilai. Jika kualitas yang tersembunyi itu ada, maka konsumen akan cenderung mempercayai merek itu, dan iklan dapat digunakan untuk mengasosiasikan adanya kualitas tersebut dengan mereknya. Sebaliknya, jika ciri-ciri suatu produk yang penting bagi konsumen dapat dinilai pada waktu pembelian, maka merek itu cenderung kehilangan sebagian maknanya, dan iklan tidak dibutuhkan untuk membangkitkan asosiasi mental mengenai ciri-ciri ini. Kondisi yang keempat adalah motif pembelian emosional yang kuat yang dapat dipakai dalam himbauan iklan


(47)

kepada konsumen. Sebaliknya, jika daya-tarik yang kuat itu tidak dapat dipakai secara efektif, maka kesempatan iklan itu tidak begitu bermanfaat. Kondisi kelima yang penting adalah apakah operasi perusahaan memberikan banyak iklan dan promosi produk untuk mencapai pasar yang hendak dijangkau. Iklan haruslah dilaksanakan dalam skala cukup besar untuk membuat kesan efektif terhadap pasarnya.

Setelah menilai kesempatan untuk memanfaatkan iklan konsumen, maka sekarang eksekutif dapat menentukan peranannya dalam perpaduan penjualan. Walaupun iklan konsumen mungkin merupakan satu-satunya metode promosi yang dipakai dalam kasus-kasus tertentu yang luar biasa, namun lebih lazim unsur-unsur penjualan lain seperti kewiraniagaan dan usaha-usaha promosi stand, juga dimasukkan ke dalam promosi tersebut. Proses penentuan metode yang akan dipakai ini dimulai dengan penaksiran yang seksama terhadap kesempatan yang dapat memberikan sumbangan berguna bagi tercapainya tujuan yang dikehendaki. Iklan konsumen sebaiknya diutamakan dalam keadaan berikut:

Pertama, jika penilaian menunjukkan bahwa kondisi sangat baik untuk mempengaruhi penilaian konsumen dan untuk menciptakan tindakan pembelian yang cepat melalui iklan konsumen itu. Kedua, jika analisa membawa kepada kesimpulan kewiraniagaan tidak penting dalam pemasaran yang menguntungkan produk ini. Ketiga, jika usaha promosi stand dan metode-metode penjualan lainnya, jika dipakai sendirian,


(48)

ternyata kurang memberikan harapan dalam meningkatkan penjualan daripada iklan konsumen.

8. Kepuasan dan Loyalitas Konsumen a. Kepuasan Pelanggan

Terdapat beberapa pendapat mengenai kepuasan pelanggan yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Zeithamal (2004) merumuskan kepuasan konsumen sebagai “costomer’s evaluation of a product or service in terms of whether that product or service has met their needs and expectation”. Dengan demikian kepuasan konsumen merupakan perilaku yang terbentuk terhadap barang atau jasa sebagai pembelian produk tersebut. Kepuasan konsumen ini sangat penting karena akan berdampak pada kelancaran bisnis atau perusahaan. Pelanggan yang merasa puas akan jasa/produk yang digunakannya akan kembali menggunakan jasa/produk yang ditawarkan (Jatmiko, 2006: 28). Hal ini akan membangun kesetiaan pelanggan. Menurut Triatmojo (2006) berpendapat bahwa Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Namun, definisi yang banyak diacu adalah dari Oliver (1997) yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai evaluasi


(49)

purnabeli, di mana persepsi terhadap kinerja alternatif produk/jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum pembelian. Apabila persepsi terhadap kinerja tidak dapat memenuhi harapan, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan.

Pemahaman mengenai ketidakpuasan lebih dominan dibandingkan dengan kepuasan pelanggan. Dalam hal ketidakpuasan, riset banyak diarahkan pada aspek disonasi dan perilaku komplain. Disonasi berkaitan dengan keragu-raguan atas pilihan dan keputusan pembelian yang telah dilakukan. Dalam hal ini konsumen bimbang apakah dia telah memilih produk yang tepat atau tidak.

b. Mengukur Kepuasan Pelanggan

Menurut Triatmojo (http://triatmojo.wordpress.com), ada enam konsep umum yang dipakai untuk mengukur kepuasan pelanggan yaitu:

1). Kepuasan pelanggan keseluruhan. Caranya, yaitu dengan menanyakan pelanggan mengenai tingkat kepuasan atas jasa yang bersangkutan serta menilai dan membandingkannya dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan atas jasa yang mereka terima dari para pesaing. 2). Dimensi kepuasan pelanggan. Prosesnya melalui empat langkah.

Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan. Kedua, meminta pelanggan menilai jasa perusahaan berdasarkan item-item spesifik seperti kecepatan layanan atau keramahan staf pelayanan terhadap pelanggan. Ketiga, meminta


(50)

pelanggan menilai jasa pesaing melalui atau berdasarkan item-item spesifikasi yang sama. Keempat, meminta pelanggan menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka ada dikelompok penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruhan.

3). Konfirmasi harapan. Dalam hal ini, kepuasan tidak diukur langsung, melainkan disimpulkan berdasarkan kesesuaian antar harapan pelanggan dengan kinerja aktual jasa yang dijual perusahaan.

4). Minat pembelian ulang. Kepuasaan pelanggan diukur berdasarkan apakah mereka akan mengadakan pembelian ulang atas jasa yang sama yang dia konsumsi.

5). Kesediaan untuk merekomendasi. Cara ini merupakan ukuran yang penting, apalagi bagi jasa yang pembelian ulangnya relatif lama, seperti jasa pendidikan tinggi.

6). Ketidakpuasan pelanggan. Dapat dikaji misalnya dalam hal komplain, biaya garasi, word of mouth yang negatif, serta defections.

c. Loyalitas pelanggan

Loyalitas pelanggan menurut Dick dan Basu didefinisikan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek dan pemasok, berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercemin dalam pembelian ulang yang konsisten (dalam Fandi, 2000). Definisi ini mencakup dua hal penting, yaitu loyalitas sebagai sikap. Kombinasi kedua komponen akan menghasilkan empat situasi. Untuk mengkaitkan antara tingkat kepuasan


(51)

dan tingkat loyalitas menurut Schnaars (dalam Saiful, 2008) akan dihasilkan empat alternatif situasi yaitu failures, forced loyality, defectors, dan successes. Kondisi failures dicirikan dengan kondisi tidak puas dan tidak loyal. Forced loyality dicirikan dengan kondisi tidak puas, namun ada perasaan terikat pada program promosi yang dicanangkan perusahaan sehingga tetap menjadi loyal. Sedangkan defectors dicirikan sebagai tingkat kepuasan yang tinggi, tetapi merasa tidak harus terikat dengan produk tersebut, dan successes dicirikan sebagai konsumen yang merasa puas dan memberikan word of mouth yang positif.

Loyalitas pelanggan sering dihubungkan dengan loyalitas merek. Ada dua perspektif, yaitu perspektif perilaku dengan perspektif sikap. Penjelasannya sebagai berikut:

1). Perspektif perilaku. Dalam perspektif ini, loyalitas merek diartikan sebagai pembelian ulang suatu merek secara konsisten oleh pelanggan. Dalam kenyataannya, jarang dijumpai pelanggan yang setia 100% hanya pada merek tertentu. Oleh karena itu, loyalitas merek dapat diukur misalnya melalui proporsi dan rentetan pembeli.

2). Perspektif sikap.Menurut Robbins(2006:169) sikap adalah pernyataan- pernyataan atau penilaian evaluatif berkaitan dengan objek, orang atau suatu peristiwa. Pembelian ulang tidak dapat menjelaskan apakah konsumen benar-benar lebih menyukai merek tertentu dibandingkan dengan merek lain atau karena berada dalam situasi dipengaruhi oleh


(52)

aspek lain. Oleh karena itu, dalam pengukuran loyalitas merek, sikap pelanggan terhadap merek juga harus diteliti. Bila sikap pelanggan lebih positif terhadap merek tertentu dibandingkan dengan merek-merek lain, maka ia dapat dikatakan loyal terhadap merek-merek bersangkutan.

B. Kajian Hasil Penelitian

Dari penelitian sebelumnya oleh Saiful Anton Prasetyo, (2008) Studi Kasus: P.O Bejeu Jepara. “persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga” bertujuan untuk mengetahui tanggapan konsumen mengenai produk, promosi dan harga. Peneliti menyimpulkan bahwa penumpang telah setuju dengan apa yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan kata lain perusahaan telah mampu memenuhi kebutuhan konsumen pengguna jasa transportasi tersebut.

Namun konsumen lebih perhatian terhadap harapannya mengenai produk yang telah dikeluarkan oleh perusahaan, sedangkan untuk atribut promosi maupun harga kurang mendapatkan perhatian lebih dari konsumen. Hal ini terjadi karena sebagian besar konsumen merupakan pelanggan, sehingga mereka akrab dengan apa yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.

C. Kerangka Berpikir

1. Persepsi konsumen mengenai produk dan tarif yang ditawarkan perusahaan ditinjau dari jenis kelamin.

Konsumen yang berjenis kelamin wanita diduga memiliki persepsi mengenai produk dan tarif jasa transportasi yang berbeda dengan konsumen


(53)

yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan kebanyakan dari kaum laki-laki lebih senang dengan kesederhanaan suatu yang ditawarkan oleh perusahaan jasa, sedangkan sebaliknya bagi wanita lebih senang dengan penjelasan yang lebih kompleks dari perusahaan yang menawarkan jasanya tersebut.

2. Persepsi konsumen mengenai produk dan tarif yang ditawarkan perusahaan ditinjau dari tingkat pendapatan.

Pendapatan atau penghasilan tercermin dalam tingkat kemampuan seseorang untuk bersosialisasi dengan sesamanya yang nampak dalam pergaulan sehari-hari maupun tingkat kemampuan seseorang untuk menunjukkan identitasnya sebagai makhluk sosial atau setidaknya mendapat pengakuan dari masyarakat. Faktor tingkat pendapatan atau penghasilan tidak lepas dari status sosial ekonomi, misalnya Penghasilan seseorang sangat mempengaruhi pengeluaran seseorang. Dengan penghasilan yang tinggi, seseorang tersebut dapat dikatakan memiliki pengeluaran yang tinggi pula demikian juga sebaliknya. Pendapatan yang dimiliki konsumen akan dapat mempengaruhi tanggapannya mengenai produk dan tarif yang ditawarkan oleh perusahaan.


(54)

3. Persepsi konsumen mengenai produk dan tarif yang ditawarkan perusahaan ditinjau dari tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi konsumen dalam menggunakan jasa transportasi. Pendidikan melandasi perilaku seseorang dalam menentukan pilihannya. Misalnya, Orang dengan pendidikan yang tinggi cenderung lebih bisa mengendalikan dirinya dalam setiap tindakan yang dilakukan, cenderung lebih cepat, tepat dan hati-hati dalam mengambil keputusan. Hal ini dikarenakan orang yang berpendidikan tinggi pada umumnya melihat siapa yang berbicara bukan apa yang dikatakan oleh orang itu. Sedangkan, Orang dengan pendidikan yang rendah cenderung mudah terpengaruh orang lain, tanpa memandang baik dan buruknya terlebih dahulu, karena orang yang berpendidikan rendah pada umumnya menangkap informasi secara mentah-mentah. Sehingga tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang dapat memberikan tanggapan yang berbeda terhadap produk dan tarif jasa trnsportasi.

D. Hipotesis

1. Ada perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin.

2. Ada perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan.

3. Ada perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendidikan.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan survei untuk mendapatkan tanggapan dari konsumen yang dijadikan responden. Metode penelitian ini pada hakikatnya merupakan langkah untuk menemukan secara spesifik apa yang tengah terjadi di masyarakat, dalam hal ini konsumen yang diteliti. Dengan demikian kesimpulan yang ditarik hanya berlaku bagi konsumen yang diteliti tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di perusahaan Bus Trans Jogja dan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010.

Adapun alasan mengambil di lokasi tersebut adalah :

1. Perusahaan dipandang sebagai perusahaan yang baru berdiri sehingga perusahaan tersebut berusaha untuk meningkatkan pelayanan guna mendapatkan tempat di hati konsumen.

2. Mempunyai fasilitas yang memadai untuk kegiatan sarana transportasi. 3. Lokasi penelitian tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, jaraknya antara ±

1 Km.

4. Untuk memperoleh informasi-informasi perusahaan yang bermanfaat bagi konsumen khususnya para penumpang yang baru menggunakan jasa


(56)

transportasi Bus Trans Jogja dan konsumen yang ingin mengetahui kondisi perusahaan sehingga konsumen dapat menerima layanan maupun fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan tersebut.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang terlibat dalam penelitian. Dalam hal ini, mereka yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu Pimpinan, karyawan dan para penumpang Bus Trans Jogja. Sedangkan objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian ini. Dalam hal ini adalah persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi dilihat dari jenis kelamin, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan.

D Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Iqbal Hasan, 2002: 58). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penumpang Bus Trans Jogja.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Ada beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel. Untuk memperoleh data hasil penelitian yang valid dari penumpang maka


(57)

pengambilan sampel dilakukan pada saat penumpang berada dalam bus, sepanjang perjalanan, hingga penumpang sampai pada tempat tujuan.

Penelitian ini menggunakan 100 orang responden sebagai sampel yang dipilih dengan menggunakan Accidental method yaitu metode pengambilan sampel dengan cara memilih responden yang ditemui saat penyebaran kuesioner, teknik ini digunakan karena jumlah populasi tidak terbatas, mengingat para penumpang Bus Trans Jogja tidak bisa diketahui jumlahnya secara tepat. Purposive sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri dan sifat tertentu yang dipandang mempunyai hubungan erat dengan penelitian ini. Dengan kata lain, penelitian sampel ini dilakukan secara subjektif mengambil sampel dengan anggapan bahwa sampel yang diambil representative bagi penelitiannya (Suharsimi Arikunto, 1987: 107).

E. Variabel Penelitian 1. Jenis Variabel penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti.

a. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:


(58)

1. Jenis kelamin

2. Tingkat pendapatan

3. Tingkat pendidikan

b. Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi akibat atau variabel tak bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah :

1. Persepsi konsumen terhadap produk jasa transportasi.

2. Persepsi konsumen terhadap tarif jasa transportasi.

2. Pengukuran Variabel

a. Pendapatan Konsumen

Pendapatan adalah penghasilan rata-rata yang diterima konsumen setiap bulan. Dalam hal ini tingkat pendapatan digolongkan menjadi:

1) Sangat Tinggi lebih dari Rp. 1.500.000,00 skor 5 2) Tinggi antara Rp. 1.000.000,00- Rp. 1.500.000,00 skor 4 3) Sedang antara Rp.750.000,00- Rp.1.000.000,00 skor 3 4) Rendah antara Rp. 500.000,00- Rp.750.000,00 skor 2 5) Sangat rendah di bawah Rp.500.000,00 skor 1 b. Tingkat Pendidikan Konsumen

Tingkat pendidikan tertinggi yang berhasil diselesaikan oleh konsumen. Dalam hal ini tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi:


(59)

1) Lulus SD skor 1 2) Lulus SLTP skor 2 3) Lulus SMA, D I skor 3 4) Lulus D II, D III skor 4 5) Lulus SI / S2 skor 5 c. Jenis Kelamin Konsumen

Jenis kelamin dibedakan menjadi dua yaitu pria dan wanita yang memiliki perbedaan persepsi mengenai produk dan tarif jasa transportasi.

d. Persepsi Konsumen

Untuk mengukur persepsi konsumen terhadap produk dan tarif ditinjau dari jenis kelamin, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan maka digunakan skala Likert. Dalam skala Likert pemberian skor menggunakan empat kategori yaitu:

Tabel 3.1

Skoring Berdasarkan Skala Likert Kriteria Jawaban Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju(STS) 1 4


(60)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner

Variabel Dimensi Indikator Positif Negatif Jumlah 1. Persepsi Produk Kenyamanan 1, 3, 11, 14 6, 12 6

Konsumen Fasilitas 2, 5, 9, 10 4

Keamanan 4 1

Pelayanan 7, 13 2

Tepat Waktu 8 1

Tarif Terjangkau 15, 17, 21 18 4

Kesesuaian dengan

Pelayanan 16 1 perbedaan harga 19 1

Kesesuaian dengan

kualitas 20 1

Kesesuaian dengan

kondisi 22 1

Ekonomi

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan subjek penelitian yang dikerjakan secara teratur dan sistematis. Wawancara digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari dokumen dan kuesioner.

2. Kuesioner

Dilakukan dengan mengedarkan daftar pertanyaan kepada konsumen yang dijadikan responden. Daftar pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh data tentang persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi.


(61)

Daftar pertanyaan dibagikan kepada responden sesaat setelah bus meninggalkan terminal dan hendak berhenti di Halte berikutnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan catatan, kutipan atau dokumen yang telah ada di perusahaan yang berhubungan dengan objek penelitian.

G. Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Pengujian Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid jika dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 1986:56). Untuk menguji instrumen penelitian maka digunakan pengujian validitas. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu instrumen alat ukur telah menjalankan fungsi ukurnya. Menurut Sekaran (2003) validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Arikunto (2002:146) untuk menguji validitas setiap item dalam penelitian digunakan teknik product moment, dengan rumus sebagai berikut :

N. ∑ X Y - ∑ X . ∑ Y


(62)

Keterangan :

N = Total Responden X = Skor dari setiap item Y = Skor total seluruh item

r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya, harga koefisien korelasi (r xy) ini dibandingkan dengan harga r tabel. Jika r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel, maka butir soal tersebut valid. Sebaliknya, apabila harga r hitung lebih kecil dari r tabel, berarti butir soal tersebut tidak valid.

Uji validitas dilakukan pada responden Pengguna jasa Bus Trans Jogja sebanyak 30 orang diluar dari responden sampel penelitian. Pengujian dilaksanakan dengan menggunakan program SPSS 12 for wondows. Dengan taraf signifikan 5%, apabila rhitungsuatu item pertanyaan lebih besar dari pada

rtabel maka item kuesioner tersebut dianggap valid. Untuk menentukan nilai

rtabel dengan df sama dengan jumlah kasus dikurangi 2, dalam kasus ini df

30-2 = 30-28 dengan taraf signifikan 5% maka didapat nilai rtabel 0,239. Berikut ini

disajikan rangkuman hasil pengujian validitas butir-butir pertanyaan untuk variabel penelitian ini.


(63)

2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 75 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 1 3 3 2 60 4 4 3 2 2 3 3 3 1 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 1 3 2 3 57 5 3 2 3 3 1 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2 56 6 4 3 2 2 3 2 3 1 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 57 7 4 3 2 3 4 3 3 1 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 67 8 4 3 2 3 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 74 9 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 63 10 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 3 59 11 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 1 3 3 4 65 12 3 3 1 3 4 2 4 1 3 4 2 1 3 3 4 4 4 3 4 3 1 2 62 13 3 3 2 4 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 67 14 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 78 15 4 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2 65 16 3 4 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 1 3 3 3 68 17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3 65 18 3 3 1 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 61 19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 66 20 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 2 3 3 61 21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 68 22 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 69 23 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 64 24 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 71 25 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 68 26 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 59 27 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 72 28 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 63 29 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 64 30 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 55


(64)

Tabel 3.4

Rangkuman pengujian validitas produk

No Item Validitas Keterangan

r hitung r tabel (taraf signifikan

5%)

1 0,376 0,239 Valid 2 0,620 0,239 Valid 3 0,460 0,239 Valid 4 0,516 0,239 Valid 5 0,465 0,239 Valid 6 0,411 0,239 Valid 7 0,372 0,239 Valid 8 0,342 0,239 Valid 9 0,414 0,239 Valid 10 0,331 0,239 Valid 11 0,460 0,239 Valid 12 0,453 0,239 Valid 13 0,399 0,239 Valid 14 0,396 0,239 Valid

Tabel 3.5

Rangkuman pengujian validitas Tarif

No Item Validitas Keterangan

r hitung r tabel (taraf signifikan

5%)

15 0,562 0,239 Valid 16 0,554 0,239 Valid 17 0,374 0,239 Valid


(65)

18 0,510 0,239 Valid 19 0,473 0,239 Valid 20 0,482 0,239 Valid 21 0,360 0,239 Valid 22 0,480 0,239 Valid

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji validitas setiap pertanyaan adalah vailid.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) berhubungan erat dengan taraf kepercayaan suatu instrumen. Instrumen dikatakan andal atau mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika dapat mengetahui hasil yang sesuai serta stabil (Suharsimi Arikunto, 1986 : 81). Untuk memperoleh koefisien reliabilitas digunakan persamaan Alpha Cronbach (Husein,2002:125):

ri= ⎥

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ Σ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − 2 2 1 ) 1 ( t b k k σ σ Keterangan:

ri : Reabilitas Instrument

k : Jumlah butir pertanyaan 2

b σ

Σ : Jumlah Varians butir 2

t

σ : Total Varians

Menurut Nunnaly (1969), jika hasil perhitungan Cronbach-alpha di atas nilai 0,60 maka dikatakan bahwa instrumen penelitian tersebut adalah reliabel (Imam Gozali, 2001:133). Setelah dilakukan pengujian reliabilitas


(66)

dengan jumlah 30 responden diperoleh dengan hasil koefisien alpha sebesar 0,796 untuk instrument persepsi konsumen terhadap produk dan 0,749 untuk instrumen persepsi konsumen terhadap tarif. Dengan demikian instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi konsumen terhadap produk dan tarif jasa Bus Trans Jogja dinyatakan reliabel (handal).

H. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu:

a. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji analisis data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas data. Tujuan pengujian normalitas ini untuk mengetahui apakah kondisi masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov dengan rumus sebagai berikut:

D = Maksimum Fo (x)- Sn (x) Keterangan :

D = Deviasi atau penyimpangan Fo = Distribusi kumulatif teoritis


(67)

Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan bantuan program SPSS 12 for windows. Kriteria pengujian normalitas yaitu jika harga asmp.sig (2-tailed) lebih besar dari alpha (σ) 0,05 berarti distribusi data tidak menyimpang dari distribusi normal (data berdistribusi normal). Sedangkan jika asymp. sig (2-tailed) lebih kecil dari alpha (σ) 0,05 berarti data tidak berdistribusi normal.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk memeriksa apakah data yang diperoleh memenuhi syarat yaitu data masing-masing kelompok yang diuji perbedaannya memiliki varians homogen. Adapun kriteria pengujian homogenitas adalah jika taraf signifikansi lebih besar dari 0,05 maka datanya homogen. Sebaliknya jika taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka datanya tidak homogen.

2. Pengujian Hipotesis

Untuk menjawab hipotesis dalam penelitian ini, langkah-langah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Analisis Persentase

Analisis ini digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen dilihat dari jenis kelamin, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan. Dengan membandingkan ukuran persentase jawaban responden yang menunjukkan karakteristik responden maka hasil


(68)

analisis dapat diperoleh berdasarkan persentase tertinggi. Adapun rumus untuk melihat persentase dari Supramono dan Sugiarto (1992: 35) sebagai berikut:

A

A+B%= x 100 % A + B

Keterangan :

A = Jumlah responden yang diteliti A+B = Total responden

A+B % = Nilai persentasi jawaban responden b. Perumusan hipotesis

Ho1 = Tidak ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen terhadap atribut jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin. Ha1 = Ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen terhadap

atribut jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin.

Ho2 = Tidak ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen terhadap atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan.

Ha2 = Ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen terhadap atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan.

Ho3 = Tidak ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen terhadap atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendidikan.


(69)

Ha3 = Ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen terhadap atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendidikan.

c. Uji hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, dan diperoleh hasil bahwa masing-masing variabel berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama atau homogen, maka untuk menguji hipotesis pertama adalah Uji t dan kedua digunakan One Way Anova ( uji F ).

Uji t digunakan untuk menguji hipotesis pertama karena data terdiri dari dua kelompok sampel yaitu persepsi konsumen laki-laki dan perempuan. Uji F digunakan untuk menguji hipotesis kedua karena data terdiri dari lebih dari dua kelompok sampel.

Pertama, jika harga t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara signifikan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin. Begitu pula sebaliknya, jika harga t hitung < t tabel maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin.

Kedua, One Way Anova ( uji F ) merupakan proses pengujian data yang terdiri lebih dari dua varabel. Analisis ini bertujuan untuk menguji hipotesis 2, yaitu untuk mengetahui apakah ada perbedaan


(70)

atau tidak dalam persepsi konsumen terhadap produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan.


(71)

BAB IV

GAMBARAN UMUM A. Sejarah Berdirinya Bus Trans Jogja

Yogyakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga tidak lepas dari berbagai permasalahannya, daerah yang tumbuh dengan ikon kotanya sebagai kota pelajar, kota wisata dan budaya memberi dampak pada pesatnya pembangunan yang terjadi di Yogyakarta. Dari tahun ke tahun tercatat pertumbuhan penduduk di kota Yogyakarta semakin meningkat. Meningkatnya jumlah penduduk ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:

1. Keberadaan sarana pendidikan

2. Kultur dan budaya masyarakat yang unik dan ramah 3. Kondisi wilayah yang nyaman

4. Suasana wilayah yang kondusif untuk berbagai kegiatan 5. Keberadaan daerah tujuan wisata

6. Ketersediaan berbagai sarana dan prasarana yang memadai

Beberapa faktor pengaruh di atas merupakan alasan-alasan yang biasanya menjadi sebab mengapa orang ingin menetap dan memilih berdomisili di Yogyakarta, alasan itulah yang kemudian mendorong semakin tingginya jumlah penduduk di Yogyakarta, tingginya jumlah populasi ini serta merta mendorong munculnya permasalahan-permasalahan di kota, mulai dari masalah sosial,


(72)

ekonomi, lingkungan, keruangan dan permasalahan lainnya. Di antara kompleksitas masalah yang terjadi di wilayah perkotaan, khususnya Yogyakarta, salah satunya adalah permasalahan transportasi, ketersediaan lahan yang terbatas akibat dari berbagai kegiatan pembangunan, tidak mampu membendung tingginya animo masyarakat yang lebih cenderung memilih menggunakan alat transportasi pribadi (private transport) untuk menjalankan aktivitas pribadinya masing-masing.

Besarnya tingkat penggunaan transportasi pribadi yang hanya membawa sedikit orang ini (single occupant vehicle) tidak hanya berdampak pada kemacetan jalan (congestion) tapi juga menimbulkan permasalahan lain, masalah lingkungan misalnya tingginya polusi udara dan kebisingan, yang dikeluarkan dari gas emisi karbon kendaraan dan suara mesin-mesin kendaraan yang tidak hanya menjadi masalah lingkungan namun juga berdampak pada berkurangnya tingkat kesehatan serta kualitas hidup masyarakat di daerah perkotaan.

Masalah sosial seperti kecemburuan sosial (social jealousy) akan berakibat tingginya resiko kriminal, di aspek ekonomi penggunaan kendaraan pribadi yang tinggi, berdampak pada tingginya pengeluaran dan inefisiensi penggunaan bahan bakar, di aspek keruangan, dampak yang ditimbulkan dari permasalahan transportasi ini salah satunya adalah berkurangnya ruang terbuka serta inefisiensi penggunaan lahan yang hanya lebih banyak diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan dan parkir kendaraan, selain itu juga berdampak pada tidak terbendungnya sebaran kota (urban sprawl) hingga sampai ke wilayah pinggiran


(73)

(suburban) yang secara perlahan akan mengubah fungsi lahan pertanian menjadi lahan yang fungsinya lebih komersial. Luasnya dampak yang diakibatkan dari permasalahan transportasi ibarat satu mata rantai yang saling terkait dan terus memberikan dampak domino bagi aspek-aspek lainnya.

Kurang tanggapnya kita terhadap problematika transportasi tentu saja mengancam keberlangsungan kota (urban sustainable), sehingga diperlukan perencanaan transportasi yang komprehensif, yang mengelaborasi setiap sisi permasalahan dari transportasi sehingga mampu dijadikan sebagai solusi terhadap semakin meluasnya permasalahan transportasi di daerah perkotaan khususnya Yogyakarta. Salah satu program solutif yang diprogramkan oleh pemerintah Provinsi Yogyakarta dalam menanggulangi permasalahan transportasi adalah dengan berupaya menyediakan sarana transportasi massal (high occupant vehicle) yang murah, aman, serta nyaman bagi masyarakat, alat transportasi itu kini lebih kita kenal dengan nama Trans Jogja.

Pengoperasian model transportasi massal yang berupa bus dengan kapasitas 20 - 40 orang tersebut, diharapkan mampu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang akhirnya juga akan mengurangi berbagai dampak negatif yang timbul akibatnya seperti kemacetan, polusi udara, kecelakaan dan lain-lain.

Pengelolaan Trans Jogja berada di bawah kewenangan Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam menjalankan program ini DISHUB DIY bekerja sama dengan PT Jogja Tugu Trans, adapun bentuk kerjasama antara keduanya adalah Dinas Perhubungan dalam hal ini sebagai


(74)

pengelola utama yang bertugas mengatur sistem dan menyediakan fasilitas shelter dan isinya, sedangkan PT. Jogja Tugu Trans menyediakan fasilitas kendaraannya dan mengelola SDM yang menjadi petugas baik di bus maupun di dalam shelter.

Kebijakan pengoperasian sistem transportasi publik Trans Jogja dimulai pada Februari 2008, kini program tersebut telah berjalan lebih dari dua tahun. Dalam mendukung kegiatan operasionalnya, Trans Jogja dilengkapi dengan beberapa bus yang mampu menampung 20 - 40 orang, dengan kapasitas tempat duduk 20 buah dan free space atau sebagian ruang tanpa tempat duduk mampu menampung 20 orang lagi. Selain itu operasional Trans Jogja dilengkapi dengan 75 buah shelter dengan 67 shelter berfungsi sebagai shelter umum, dan 8 shelter lainnya berfungsi sebagai shelter pos, dengan lokasi masing-masing shelter tersebar di beberapa wilayah. Untuk pembagian daerah operasional Trans Jogja sendiri di bagi menjadi 6 trayek, terdiri dari trayek 1A, 1B, 2A, 2B, 3A, dan 3B.

Operasional Trans Jogja dimulai pada pukul 06.00 dan berakhir hingga pukul 22.00 setiap harinya. Dalam usahanya melayani penumpang manajemen Trans Jogja menempatkan masing-masing dua orang petugas di sebuah shelter dan dua orang petugas di dalam bus sebagai supir dan juga petugas yang memandu naik dan turunnya penumpang, waktu tunggu bus dengan trayek yang sama adalah selama maksimal 15 menit, misalnya bus 1A melintas di shelter X maka untuk menunggu kedatangan bus 1A kembali dibutuhkan waktu 15 menit,


(75)

sedangkan biaya yang harus di keluarkan oleh penumpang untuk menggunakan fasilitas Trans Jogja adalah sebesar Rp 3.000,00 untuk satu kali perjalanan dari shelter asal hingga shelter tujuan.

Manajemen Trans Jogja juga memberikan fasilitas kartu elektronik langganan. Setiap orang bebas untuk memiliki kartu tersebut dengan persyaratan yang tidak terlalu rumit, yaitu cukup dengan mengisi formulir permohonan, dan membayar sejumlah uang untuk mengisi saldo kartu yang terdiri dari jumlah Rp 15.000,00, Rp 25.000,00, Rp 50.000,00 dan Rp 100.000,00. Bagi penumpang yang memiliki fasilitas kartu tersebut biaya yang dikenakan sekali perjalanan hanya Rp 2.700,00 ditambah dengan fasilitas free charge apabila penumpang turun selama satu jam dan kemudian sebelum satu jam kembali menggunakan Trans Jogja.

B. Tujuan dan Sasaran Transportasi Bus Trans Jogja

Beberapa uraian tujuan dan sasaran manajemen mendirikan transportasi Bus Trans Jogja yaitu:

1. Perbaikan sistem angkutan umum

2. Perbaikan manajemen pengelolaan angkutan umum

3. Perbaikan pola operasi angkutan umum (misalnya berhenti pada halte yang telah ditentukan, standardisasi armada bus, dll)


(76)

4. Penghubung simpul transportasi, pusat kegiatan bisnis dan pusat kegiatan pariwisata (jangka pendek – menengah)

5. Penghubung seluruh wilayah perkotaan

C. Deskripsi Trayek Transportasi Bus Trans Jogja

1. Trayek Bus Trans Jogja melewati wilayah Jogjakarta bagian Utara, Selatan, Barat, dan Timur,

2. Wilayah pelayanan trayek berdasarkan bangkitan dan tarikan perjalanan, 3. Tahap awal ada 6 trayek yang melayani penumpang dengan lokasi yang

berbeda dengan tiap pasang trayek melayani 2 rute yang berlawanan Tabel 4.1

Deskripsi Trayek

Trayek Panjang Jumlah Headway Trayek (km) bus (menit)

1A 35,93 8 15

1B 36,96 8 15

2A 32,90 8 15

2B 31,79 8 15

3A 33,02 8 15


(77)

Tabel 4.2

Jumlah Lokasi Tempat Henti Trayek Jumlah Lokasi Tempat Henti

1A 25 1B 23 2A 27 2B 24 3A 21 3B 19

4. Beberapa lokasi dilewati lebih dari satu trayek sehingga penggunaan tempat henti (shelter) secara bersama sama, sehingga jumlah total tempat henti (shelter) sebanyak 76 buah.

5. Sistem otomatis dan terbuka yang dapat diintegrasikan dengan jaringan lain. 6. Data transaksi di setiap tempat henti dapat langsung dikontrol.


(78)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2010 sampai tanggal 18 Agustus 2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Penyebaran kuesioner untuk konsumen Trans Jogja dilakukan secara langsung di shelter-shelter tempat para penumpang menunggu Bus Trans Jogja. Besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden. A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Responden

Besarnya sampel adalah 100 orang yang diharapkan dapat mewakili persepsi konsumen terhadap atribut jasa Bus Trans Jogja. Penyebaran kuesioner dilakukan di shelter-shelter Bus Trans Jogja. Response rate untuk konsumen tergolong sangat baik yaitu 100%. Hal ini tampak dari kuesioner yang disebarkan sebanyak 100 eksemplar dan kembali semuanya. Beberapa uraian pengelompokkan karakteristik responden adalah sebagai berikut: a. Pengelompokkan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

Responden dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Pengelompokan jenis kelamin ini dianalisis dengan menggunakan analisis persentase. Responden yang berjenis kelamin laki-laki ada 54 orang atau 54% dari total responden, sedangkan responden


(79)

yang berjenis kelamin perempuan ada 46 orang atau 46%. Dapat disimpulkan bahwa responden yang berjenis laki-laki lebih banyak dibandingkan reponden wanita.

b. Pengelompokkan Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan.

Pengelompokkan responden berdasarkan pendapatan atau uang saku per bulan, dibagi menjadi lima kelompok yaitu kelompok yang berpendapatan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Pengelompokkan pendapatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 5.1

Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang berpendapatan sedang paling banyak dibandingkan responden lain.

Pendapatan Jumlah Responden Persentase > Rp 1.500.000

Rp.1.000.000- Rp.1.500.000 Rp.750.000- Rp.1.000.000

Rp. 500.000- Rp. 750.000 < Rp. 500.000

7 15 28 27 23

7% 15% 28% 27% 23%


(1)

106 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

107 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

108 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

109 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

110 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

111 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI