JEJAK HITAM HAKIM TIPIKOR DAERAH
.COM .TEMPOINTERAKTIF HTTP://WWW
ISSN: 0126 - 4273
Rp 27.000
MAJALAH BERITA MINGGUAN
Indonesianis LIPUTAN KHUSUS
MEREKA YANG MENCINTAI
A IT M RA A RA P N D E K
52 | TEMPO 13 NOVEMBER 2011
INDONESIA
13 NOVEMBER 2011 TEMPO | 53
Indonesianis LIPUTAN KHUSUS
manya Restoran Trio. Letaknya di R gemi-
ESTORAN yang didiri-
Tahun
kan pada 1927 itu sam-
1970-an
pai kini masih menya-
adalah
jikan hidangan yang menggoyang lidah. Na-
masa
Jalan Gondangdia Lama Nomor 29-
lang
A, Jakarta Pusat—sisi depannya ber-
studi
dinding kayu berwarna hijau. Ru-
Indone-
mah makan ini terkenal dengan saji- an Cantonese cuisine. Ada 200 ma-
sia. Pe-
nelitian
sakan Canton yang dimasak dengan
resep turun-temurun.
tentang
Tiga sekawan peneliti dari Prancis,
Indone-
Denys Lombard (almarhum), Christi-
sia ber-
an Pelras, dan Pierre Labrousse, pada
datang-
dekade 1970 sering makan di restoran tersebut. Sembari menyantap, di situ
an dari
Prancis,
mereka berdiskusi soal Indonesia. Dari
restoran itu pula mereka berangan-
Ame-
angan membuat majalah yang mam-
rika,
pu menampung penelitian-penelitian
Austra-
mendalam tentang Nusantara. Hasil- nya: Archipel, jurnal berwibawa yang
lia, Be-
O bertahan sampai kini. P landa,
Kita tahu dari tangan tiga cendekia-
Jerman, U KT
N wan itu lahir karya-karya babon me- T dan
ngenai Indonesia. Dari Lombard lahir
Rusia.
SY N
tiga jilid Nusa Jawa Silang Budaya (Le
Carrefour Javanais). Dari Pelras ter- YR bit Manusia Bugis. Akan halnya Lab- K
C JA
rousse menyusun Kamus Umum In- donesia-Prancis yang sangat tebal.
tap mengikuti berita-berita tentang kalah sarjana luar negeri yang sangat Kesetiaan mereka terhadap kajian
mencintai Indonesia. Mereka menye- Indonesia mengagumkan. Denys Lom-
Indonesia. Pekan lalu, Claudine Sal-
lami dunia kuliner, religi, dan poli- bard meninggal di Paris, 1998, pada
mon, istri Lombard, datang ke Jakar-
tik kita serta mampu menyajikan data usia 60 tahun. Sebelum wafat, ia sem-
ta. Claudine adalah peneliti kawakan
dan analisis yang mengagetkan. Kita, pat menyunting kisah perjalanan sau-
sastra Melayu Tionghoa. Usianya su-
misalnya, tak akan pernah tahu me- dagar Prancis, Augustin de Beaulieu,
dah 73 tahun. Tapi, dalam sebuah dis-
miliki kerajaan berpengaruh Sriwija- ke Sumatera. Umur Pelras kini sudah
kusi di Universitas Tarumanagara, ia
ya bila sejarawan G. Coedes tak mener- di atas 70 tahun. Pada 2004, Pelras ak-
masih bersemangat membahas cerita
bitkan artikel Le Royaume de Crivija- tif terlibat dalam diskusi untuk mem-
silat dari Cina yang beredar di Indone-
ya pada 1918. persiapkan pementasan kontemporer
sia pada abad ke-19.
Tahun 1970-an adalah masa gemi- kisah La Galigo oleh sutradara avant-
Pembaca, bila majalah Tempo kali
lang studi Indonesia. Penelitian ten- garde Amerika, Robert Wilson, di Es-
ini menurunkan edisi khusus tentang
para Indonesianis, itu karena kami tang Indonesia berdatangan dari Pran- planade, Singapura. Sedangkan Lab-
cis, Amerika, Australia, Belanda, Jer- rousse sehat walafi at di Paris dan te-
ingin membaca ulang peran penting
para pemerhati Indonesia ini. Mere-
man, dan Rusia. Studi-studi itu men- cakup spektrum yang luas: dari arkeo- logi sampai militer. Banyak buku kar-
TIM INDONESIANIS ya Indonesianis dilarang Orde Baru.
Penanggung Jawab: Seno Joko Suyono Kepala Proyek: Kurniawan Koordinator: Kurniawan, Nurdin Kalim Penyunting: Studi Ruth McVey tentang komunisme
Arif Zulkifl i, Idrus F. Shahab, Purwanto Setiadi, Seno Joko Suyono, Nugroho Dewanto, L.R. Baskoro, Budi Setyarso, atau laporan Ben Anderson tentang Bina Bektiati Penulis: Kurniawan, Nurdin Kalim, Seno Joko Suyono, Dian Yuliastuti, Nunuy Nurhayati, Purwani Diyah
pembunuhan jenderal-jenderal 1965 Prabandari, Yophiandi Kurniawan, Anton Septian, Cheta Nilawaty, Stefanus Teguh Pramono, Philipus Parera, Bagja
pada Cornell Paper adalah beberapa di Hidayat Penyumbang bahan: Victoria Sidjabat (Washington, DC), Ging Ginanjar (Berlin), Sri Pudyastuti Baumeister
antaranya.
(Dresden), Asmayani Kusrini (Leiden), Khoirul Rosyadi, Marten Hanura (Moskow), Adek Media Roza (Sydney), Dewi Ada pula studi Takashi Shiraishi ten- Anggraeni, Bela Kusumah (Melbourne), Pito Agustin Rudiana, Bernada Rurit Periset Foto: Bismo Agung, Donang
tang Mas Marco Kartodikromo atau Wahyu Desain: Ehwan Kurniawan, Eko Punto Pambudi, Kiagus Aulianshah, Aji Yuliarto, Agus Darmawan, Tri W. Widodo
Haji Misbach. Selain itu, ada studi ter- Redaktur Bahasa: Uu Suhardi, Sapto Nugroho, Habib Rifai
hadap bapak Republik kita—Sukarno,
54 | TEMPO 20 NOVEMBER 2011 54 | TEMPO 20 NOVEMBER 2011
burg baru saja menyelenggarakan se- buah seminar Asia Tenggara yang me- nitikberatkan evaluasi 10 tahun desen- tralisasi dan otonomi di Indonesia. Se- banyak 160 pakar terlibat dan 60 ker- tas kerja didiskusikan.
AR
Untuk membahas masalah Indone-
sianis ini, kami mengundang Dr Roger
GINANJ
Tol, Direktur KITLV Jakarta. Roger Tol adalah pakar studi Bugis dan Me-
GING
Pierre
ditto. Di Belanda, kita mendengar Ju-
layu. Darinya kami mendapat kisah hi-
Labrousse dan
rusan Bahasa dan Sastra Indonesia di
dup beberapa Indonesianis di Belan-
Restoran Trio.
Universitas Leiden yang didirikan Pro-
da. Kami juga mengundang para In-
fesor Teeuw ditutup. Koninklijk Insti-
donesianis muda yang tengah melaku-
tuut voor Taal-, Land- en Volkenkun-
kan penelitian di Indonesia. Di anta-
de (KITLV)—Mekah bagi para peneli-
ranya Michael Buehler dan Kikue Ha-
ti Indonesia di Belanda karena di sana
mayotsu—keduanya asisten profesor
tersimpan ratusan ribu buku dan ber-
di Departemen Ilmu Politik Universi-
bagai dokumen mengenai Indonesia
tas Northern Illinois. Buehler meneli-
dari awal abad ke-20 sampai kini—ter-
ti kota-kota dan kabupaten-kabupaten
ancam bangkrut. Anggaran lembaga
yang mempraktekkan syariat Islam
itu dipotong besar-besaran.
dan Hamayotsu meneliti partai-partai
Di Rusia, hal serupa terjadi. Di St
di Indonesia.
Petersburg, ada museum antropolo-
Bersamaan dengan itu, kami menu-
gi dan etnografi Kunstkammer—mu-
gasi koresponden Tempo melakukan
seum dengan dinding hijau di pinggir
reportase ke sarang-sarang Indone-
Sungai Volga, yang pada musim dingin
sianis di Universitas Monash, Austra-
lia; Universitas Cornell, Amerika; dan Hatta, Sjahrir, dan Tan Malaka—dari
airnya beku seperti balok es. Museum
Universitas Leiden, Belanda. Kami Audrey Kahin hingga Rudolf Mrazek.
yang didirikan Peter Agung dan dibu-
juga mereportase universitas di Rusia, Semuanya memberi kita ilmu tentang
ka pada 1714 itu menyimpan banyak
Cina, dan Korea. demokrasi dan pluralisme.
barang koleksi asal Indonesia. Di sana
Kami mewawancarai berbagai In- Karya-karya mereka tak luput dari
bekerja ahli Batak bernama Dr Elena
donesianis. Ada yang sudah sepuh tapi kritik. Beberapa buku disebut bias
Revunenkova. Elena mampu memba-
demikian bersemangat ketika kenang- atau tak lagi cocok jika diteropong dari
ca aksara Batak kuno. Ia menulis di-
annya digali kembali. Kami juga me- kacamata masa kini. Pengelompokan
sertasi tentang ritual kapal roh-roh Ba-
nulis kesaksian-kesaksian tentang In- Clifford Geertz terhadap masyarakat
tak. Menurut Elena, dulu koleksi ba-
donesianis besar, seperti Daniel S. Lev Jawa—priayi, santri, dan abangan—
rang etnis asal Indonesia menjadi pri-
dan Herbert Feith, yang telah mening- sudah banyak ditolak. Tapi uraiannya
madona. Di ruang utama Kunstkam-
gal. Feith adalah Indonesianis yang ke- mengenai Bali dalam Negara: The The-
mer yang bentuknya bundar dulu pe-
rap berkaus singlet putih dan bersa- atre State in 19 th Century Bali diang-
nuh dipajang barang-barang etnis dari
rung saat naik becak atau mengayuh gap masih relevan. Teori tentang ma-
27 provinsi Indonesia. Untuk meleng-
sepeda ontel di Yogyakarta. Lev dike- syarakat yang dibayangkan Ben An-
kapi koleksi Indonesia, pengelola mu-
nal sebagai peneliti yang kuat ngobrol derson dalam Imagined Communities
seum bahkan pernah menukar kolek-
sembari ngopi sampai subuh dengan hingga kini masih dipakai untuk me-
si barang etnis Siberia yang dimiliki-
kolega-koleganya. Kami juga meng- neropong sejarah kawasan lain di Asia
nya dengan barang Indonesia yang di-
undang beberapa kolumnis, baik dari Tenggara.
miliki museum Eropa. Tapi kini sudah
berbeda. Di ruang utama sekarang di-
luar maupun dari dalam negeri, untuk
secara kritis melihat peran para Indo- ❖❖❖
suguhkan barang Asia lain, sementara
barang-barang Indonesia, kecuali Ba-
nesianis.
Pembaca, edisi khusus ini diharap- nesianis ini juga dibuat karena turun-
PEMBACA, edisi khusus para Indo-
tak, digudangkan.
kan bisa memberikan informasi ten- nya minat terhadap studi Indonesia di
Tak semua bernuansa suram, me-
tang para Indonesianis—dulu dan se- mancanegara. Di Amerika, kuliah ba-
mang. Pada Agustus, Universitas Cor-
karang. Para peneliti yang mencintai hasa Indonesia pada musim panas su-
nell dan Universitas Yale, Amerika Se-
Indonesia dengan segenap jiwa dan ra- dah sepi peminat. Di Australia idem
rikat, mengadakan Cornell-Yale Se-
venth Northeastern Conference on In-
ganya.
20 NOVEMBER 2011 TEMPO | 55
Indonesianis
LIPUTAN KHUSUS AMERIKA SERIKAT
VICTORIA SIDJABAT
Pasca-Orde Baru di Mata Cornell
Universitas Cornell, Ithaca, New York.
Cornell University pernah jadi kiblat kajian Indonesia dengan sejumlah pakar berpengaruh, dari George McTurnan Kahin hingga Benedict Anderson. Namun kegiatan kajian Nusantara di sana kemudian redup cukup lama dan kekurangan mahasiswa yang berminat mempelajari Indonesia. Kini mereka mencoba bangkit dan mengklaim kembali posisinya sebagai pusat kajian Asia Tenggara yang mumpuni. Sejumlah peneliti muda juga bermunculan dan tersebar di berbagai kampus di negeri itu. Mereka adalah peneliti yang kini aktif mengamati dan mencatat perubahan sosial-politik Indonesia pasca-Orde Baru.
13 NOVEMBER 2011 TEMPO | 57
Indonesianis LIPUTAN KHUSUS
Sayur Asam di Ithaca
UNIVERSITAS CORNELL MENGGELAR KONFERENSI AKBAR TAHUN INI. MENGHIDUPKAN KEMBALI KAJIAN INDONESIA YANG SEMPAT MATI SURI.
M Ithaca, New York, Amerika Serikat, dan Yale
ENU makan siang
Konferensi
di ruang pertemuan
tentang
George McT. Kahin
Indonesia
Center di kompleks
yang
Universitas Cornell,
diprakarsai
Cornell
hari itu agak berbeda. Di meja terse-
University
dia nasi putih, sayur asam, tahu ba-
pada Agustus
cem, ayam goreng lengkuas, telur da-
lalu.
dar, dan sambal. Menu Indonesia yang dimasak Jo- landa Pandin, doktor linguistik dari
derson, Ruth McVey, serta Fred Bun- Toraja yang jadi pengajar tetap ke-
nell, dan menyimpulkan bahwa pe- las bahasa Indonesia di Cornell, itu
ristiwa 1965 bukan kudeta PKI, me- cepat tandas. Puluhan orang asing
lainkan konfl ik internal di Angkat- yang menghadiri konferensi tentang
an Darat. Ali Moertopo dan Benny Indonesia yang diprakarsai Cor-
Moerdani sempat datang ke Cornell nell dan Yale University pada akhir
untuk meminta Kahin mengubah Agustus lalu itu menyapu semua hi-
kesimpulan tersebut. dangan.
Sebelumnya, pada 27 November Inilah konferensi tentang Indone-
George
1965, tiga jenderal dan dua kolonel sia terbesar kedua tahun ini di Ame-
McT. Kahin
di bawah pimpinan Brigadir Jende- rika Serikat. April lalu, di kampus
ral Datuk Mulia datang ke Cornell. yang sama, konferensi The State of
dan bersumpah tak akan memo-
Mereka membawa dokumen sebe- Indonesian Studies digelar Cornell
tong rambut sebelum Indonesia be-
rat 200 pon yang berisi kesaksian di Modern Indonesia Project.
nar-benar merdeka. Di Yogyakarta,
pengadilan orang-orang yang dite- Bukan kebetulan apabila konfe-
Kahin punya mobil jip yang mudah
ngarai terlibat Gerakan 30 Septem- rensi itu diselenggarakan di George
dikenali karena dua bendera terpan-
ber. Kahin bergeming: ia tetap men- McT. Kahin Center. Kahin dikenal
cang di sana: di kiri bendera Ameri-
dukung rekan-rekannya dan seca- sebagai peletak dasar studi Indone-
ka dan di kanan bendera Indonesia.
ra resmi menerbitkan Cornell Paper sia modern. Sebelumnya, penelitian
Kahin adalah akademikus cum akti-
vis. Disertasinya, ”Nationalism and
pada 1973.
Malang bagi Kahin. Ia dicekal ma- si Leiden School, yang menekankan
Indonesia lebih banyak didomina-
Revolution in Indonesia” (1952),
suk Indonesia hingga 1991. Di Ame- studi fi lologi dan indologi.
diakuinya memang berpihak pada
rika, oleh Senator McCarthy, ia ditu- Kahin datang ke Indonesia ber-
Indonesia.
Pada 1954, Kahin mendirikan ding simpatisan komunis. Di nega- bekal selembar ”visa” yang diberi-
ranya, paspor Kahin dicabut—sela- kan Sjahrir. Ia bertemu dengan Bung
lembaga Cornell Modern Indonesia
ma lima tahun. Kecil itu ketika berpidato di Mar-
Project. Salah satu hal yang menarik
dalam memoarnya, South east Asia:
kas Perserikatan Bangsa-Bangsa di
A Testament, adalah cerita tentang
New York pada 1948. Berbekal surat
ACARA seminar di George McT. itu, Kahin leluasa memasuki teritori
jenderal-jenderal Indonesia yang
Kahin Center dibuka dengan pe- yang dikuasai Republik.
menemuinya untuk menanyakan pe-
nyampaian makalah oleh Kikue Ha- Di Indonesia, Kahin bergaul de-
rihal Cornell Paper.
mayotsu, dosen ilmu politik di Uni- ngan banyak tokoh, di antaranya
Itulah analisis setebal 161 hala-
versitas Northern Illinois, Chicago. Agus Salim, Ali Sastroamidjojo, dan
man berjudul ”A Preliminary Analy-
Dia memaparkan adanya pening- Hamid Algadri. Ia pernah bertemu
sis of the October 1,1965, Coup in In-
katan intoleransi terhadap umat dengan Bung Tomo, yang gondrong
donesia”. Paper itu rampung disusun
pada 10 Januari 1966 oleh Ben An-
beragama di Indonesia. Sebagian
58 | TEMPO 20 NOVEMBER 2011
AMERIKA SERIKAT
an yang digunakannya untuk meng-
Cornell Modern Indonesia Project
gali bahan penelitian ini.
juga mati suri. Perubahan-perubah-
Kevin Fogg, calon doktor jurus-
an di dalam lingkungan kampus
an sejarah di Yale, membahas berku-
mempengaruhi perkembangan ka-
rangnya pengaruh bahasa Arab se-
jian Indonesia, termasuk menurun-
cara drastis terhadap bahasa Indo-
nya jumlah dana penelitian.
nesia. Ini terjadi sejak standardisa-
Patsy Spyer, guru besar antropolo-
si bahasa Indonesia dilakukan oleh
Kikue
gi di New York University, menggam-
Lembaga Bahasa dan Budaya yang
Hamayotsu,
barkan, dulu peneliti leluasa berkeli-
berpusat di Universitas Indonesia dosen ilmu
aran di lapangan hingga 18 bulan.
pada 1950-an. Sejak saat itu, sistem
politik di
”Sekarang mahasiswa sudah berun-
penulisan bahasa Indonesia dalam
Universitas
tung bila mendapat dana meneliti se-
naskah Arab Jawi atau Arab Melayu
Northern Illinois,
tahun saja,” ujarnya kepada jurnal
tak ada lagi.
Chicago.
Cornell Chronicle.
Memaparkan
Pada 1960-an dan 1970-an,
❖❖❖
adanya
dana penelitian berlimpah ruah.
KONFERENSI di Cornell meru-
peningkatan
Washing ton saat itu menggelontor-
JABA
pakan titik balik perhatian akade-
intoleransi
kan banyak dana untuk meneliti In-
SID
mikus internasional terhadap Indo-
terhadap umat
donesia karena pengaruh Partai Ko-
T ORIA
nesia—setelah Perang Dingin ber-
beragama di
munis Indonesia menguat. ”Para pe-
: VIC
akhir dan Indonesia memasuki pe-
Indonesia.
neliti Amerika ingin tahu apakah In-
T O -F FO
riode reformasi.
donesia akan berubah menjadi nega-
ra komunis atau tidak,” kata Vincent bahan penelitian dipungut Kikue Center for Southeast Asian Studies -
Sebelumnya, menurut Direktur
Houben, Kepala Program Studi Asia saat dia berkunjung ke Jakarta pada
di Universitas Humboldt, Berlin, liburan musim panas Juli lalu. ”Saya
Indonesia Yosef Djakababa, minat
Jerman. Para peneliti itu, kata Hou- memanfaatkan liburan untuk me-
orang Amerika mempelajari Indo-
ben, memberikan nasihat dan saran ngumpulkan bahan penelitian,” kata
nesia menurun. Jumlah mahasiswa
kepada Washington mengenai kebi- perempuan Jepang itu.
yang mengikuti Kursus Musim Pa-
jakan yang perlu ditempuh terhadap Konferensi ini menampilkan ber-
nas di Wisconsin Madison—tem-
pat dia mengajarkan bahasa Indone-
Indonesia.
bagai topik dari berbagai disiplin sia—terus berkurang. Analisis lain diberikan Paige ilmu. Andre Rivier, perwira Angkat-
Johnson Tan, guru besar madya De- an Darat Amerika Serikat dan ma-
Pada dekade 1980 dan 1990, baha-
partemen Masalah Masyarakat dan hasiswa pascasarjana Yale, misal-
sa Indonesia jadi primadona pilihan
Internasional Universitas North Ca- nya, meneliti hubungan kebijakan hasiswanya anjlok karena mereka le-
mahasiswa. Pada 2000, jumlah ma-
rolina Wilmington. Menurut dia, se- keamanan Amerika dengan refor-
telah peristiwa 11 September 2001, masi militer di Indonesia sejak 1998.
bih memilih negara lain di kawasan
orang lebih banyak memberikan per- Jacqueline Hicks, yang menulis di-
Asia, seperti Cina, Jepang, dan Ko-
hatian pada terorisme dan keaman- sertasi tentang politik dan korupsi
rea.
an Timur Tengah. Seharusnya itu tak di Indonesia pada 2004 di Universi-
terjadi, ”Karena saat ini Asia justru tas Leeds, Inggris, menganalisis fa-
mengalami kemajuan ekonomi yang silitas kesehatan dan pendidikan
baik,” katanya. yang disediakan Nahdlatul Ulama
Gairah meneliti Indonesia sebe- dan Muhammadiyah. Berkurang-
tulnya tidaklah sepenuhnya pu- nya fasilitas itu melemahkan orga-
nah. Cornell Modern Indonesia Pro- nisasi sosial itu hingga keduanya ga-
ject kini mencoba berbenah diri dan gal menjadi penyalur dukungan ma-
bangkit. Empat dana hibah diberi- syarakat kepada partai dan calon po-
kan kepada sarjana-sarjana Indo- litik.
nesia tahun ini—sesuatu yang tidak Pemakalah lain adalah para ma-
terjadi tahun lalu. hasiswa. Taylor Purvis, mahasiswa
Mungkin ini tanda-tanda baik ilmu politik di Yale, misalnya, me-
bagi kebangkitan penelitian Indone- maparkan soal pemberdayaan ma-
sia. ”Kajian Indonesia memang per- syarakat di Kabupaten Sleman, Yog-
nah kuat di masa lalu, kemudian va- yakarta, untuk bidang kesehatan.
kum. Tapi saat ini saya melihat orang Purvis baru saja meraih Bates Ju-
berminat lagi,” kata Eric Tagliacoz- nior Fellowship dan Tristan Perlroth
zo, Direktur Cornell Modern Indo- Prize untuk perjalanan ke Yogyakar-
Kevin Fogg, calon doktor jurusan sejarah di Yale,
nesia Project. ta selama empat pekan—kesempat-
membahas berkurangnya pengaruh bahasa Arab secara
drastis terhadap bahasa Indonesia.
20 NOVEMBER 2011 TEMPO | 59
60 | TEMPO 20 NOVEMBER 2011
Indonesianis LIPUTAN KHUSUS
Thomas Pepinsky,
Associate Director of Cornell Modern Indonesia Project.
R UANG di lantai tiga ge-
dung White Hall, Cornell University, Ithaca, New York, itu cukup lapang un-
tuk sebuah ruang kerja. Luasnya se- kitar 6 x 8 meter, diisi sebuah meja kerja dan komputer. Sebuah rak gan- tung di dindingnya dipenuhi pelba- gai buku tentang Indonesia, Asia Tenggara, dan Islam, seperti Suhar- to: A Political Biography karya R.E. Elson, Southeast Asia in the New In- ternational Era karya Robert Day- ley, Employment, Living Standards and Poverty in Contemporary Indo- nesia karya Sudarno Sumarto, dan Party Politics and Democratization in Indonesia: Golkar in the Post-Su- harto Era karya Dirk Tomsa.
Di sepanjang sisi timur ruang yang menghadap ke jalan serta berkarpet- berdinding kuning muda ini terda- pat jendela. Sebuah miniatur becak, merah dan biru warnanya, ”parkir” di dekat jendela.
Di ruangan inilah Thomas Pepin- sky, Associate Director of Cornell Modern Indonesia Project, mem- bangun kembali kebesaran lemba-
ga studi Indonesia yang pernah ber- jaya pada 1960-1970-an. Didirikan George McTurnan Kahin dan lima profesor lain pada 1950, semula lem- baga itu didanai Departemen Luar
Negeri Amerika Serikat untuk me- nyaingi Southeast Asia Program di Yale University. Lembaga yang kini sepenuhnya didanai Cornell ini me- nunjukkan peran pentingnya dalam sejarah ketika dua penelitinya, Bene- dict Anderson dan Ruth McVey, me- nerbitkan ”A Preliminary Analysis of the October 1, 1965, Coup in Indone- sia”, atau dikenal sebagai Cornell Pa- per, yang kontroversial.
Lembaga ini sempat ”tidur” selama hampir satu dekade setelah Benedict Anderson dan James Siegel pensiun, dan mulai bangkit lagi pada 2009, yang dipelopori Pepinsky dan kole- ganya, Eric Tagliacozzo, yang kini menduduki kursi direktur lembaga tersebut.
”Kami merasa bahwa lembaga ini penting dan harus mereklaim kem- bali posisi Cornell University sebagai pelopor penelitian intelektual ten- tang studi Indonesia di luar Indo- nesia,” kata Pepinsky, penulis buku Economic Crises and the Breakdown of Authoritarian Regimes: Indone- sia and Malaysia in Comparative Perspective. Mereka tak punya kan- tor khusus. Sebanyak 15 peneliti be- kerja dari meja masing-masing dan berhubungan lewat surat elektronik 1-2 kali seminggu. ”Kalau perlu saja, baru kami berhubungan lewat te-
lepon,” kata dosen ilmu politik dan pemerintahan di Cornell itu. ”Yang kami mi liki hanyalah energi intelek- tual, semangat, dan keahlian intelek- tual.”
Produk yang paling bertahan dari lembaga ini adalah Indonesia Jour- nal, jurnal ilmiah enam bulanan yang memuat hasil penelitian, ko- mentar, dan resensi buku tentang Indonesia yang ditulis ahli dari se- luruh dunia, khususnya dari Cor- nell. Jurnal ini dibiayai Cornell seba- gai bagian dari Southeast Asia Prog- ram. Kini jurnal itu disunting Tagli- acozzo dan Joshua Barker dari Uni- versity of Toronto. ”Jurnal itu sudah diproduksi selama lebih dari 60 ta- hun. Jadi, ada uang yang cukup se- benarnya, karena kami mencetak le- bih dari jumlah pelanggan reguler kami,” ujar Tagliacozzo. Untuk pe- ngembangan, ia memperluas prog- ram pendidikan dan penelitian, yang kini tak hanya berfokus pada ranah humaniora, tapi juga sains, ling- kungan hidup, dan kelautan.
Gebrakan pertamanya adalah konferensi The State of Indonesian Studies pada April lalu, yang meng- hadirkan 18 ahli Indonesia dari selu- ruh dunia, termasuk Belanda, Aus- tralia, Jepang, dan Singapura. Me- reka membahas berbagai aspek per- kembangan Indonesia mutakhir, dari bahasa hingga politik.
Api semangat untuk menghidup- kan kembali lembaga ini diikuti de- ngan pendirian American Institute for Indonesian Studies, yang didanai Henry Luce Foundation dan Coun- cil of American Overseas Research Center serta Sampoerna Founda- tion. Sekretariatnya di kawasan Ca- sablanca, Jakarta, akan resmi dibu- ka pada 9 Januari 2012. Organisasi ini hanya terbuka untuk peneliti dari Indonesia dan Amerika. ”Untuk me- naikkan jumlah peneliti Indonesia dan Amerika serta membantu mere- ka mendapatkan informasi dan kon- tak serta berinteraksi sesama pene- liti yang sedang mengerjakan riset,” kata Thomas Pepinsky.
Mencoba Bangkit dari Mati Suri CORNELL MODERN INDONESIA PROJECT ADALAH PELOPOR STUDI INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT. SEMPAT ”TIDUR” SELAMA SATU DEKADE.
Gedung White Hall, Cornell University, Ithaca, New York.
W IK IPED
IA
AMERIKA SERIKAT
Indonesianis LIPUTAN KHUSUS
Turun dengan Beragam Alasan
MINAT STUDI TENTANG INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT MENURUN. SEJUMLAH LEMBAGA MENCOBA MENGEREKNYA KEMBALI.
J ngan orang-orang USAID-Indone- Serikat belakangan ini.
ULI silam, James Bourk komendasi untuk peningkatan ker- Hoesterey mengutarakan ja sama di sektor pendidikan tinggi rencananya. Pada bulan yang berada di bawah program ke- mendatang, Agustus, ujar-
mitraan komprehensif yang gencar
nya, dia akan bertemu de-
dilaksanakan pemerintah Amerika
sia. Presiden Indonesia East Timor
Laporan tersebut menulis, seki-
Studies Council Lake Forest College
tar 12 tahun lalu mahasiswa Ame-
Chicago ini akan mendiskusikan pe-
rika yang belajar ke Indonesia se-
rihal potensi peneliti baru dan kerja
banyak 213. Sedangkan dua tahun
sama dengan universitas-universitas
lalu hanya 130 orang. Lalu, tercatat
di Indonesia. Selain itu, ”Mening-
13 ribu mahasiswa Indonesia meng-
katkan daya tarik Indonesia di mata
ambil pendidikan jangka panjang di
mahasiswa di universitas-universi-
Amerika pada 1997. Dua tahun si-
tas dan masyarakat Amerika pada
pun Southeast Asian Studies Sum- umumnya,” kata Hoesterey.
lam, angka itu turun hampir sepa-
Perpustakaan
mer Institute (SEASSI), yang mena- Minat warga Amerika mempela-
ruh, menjadi sekitar 7.500 orang.
Kroch yang
warkan kelas bahasa Indonesia pada jari Indonesia memang sedang me-
Associate professor Departemen menyediakan
musim panas. nukik. Penurunan tersebut mengun-
Studi Asia Selatan dan Tenggara data dan
Menurut Presiden COTI yang juga dang keprihatinan sejumlah pihak,
Universitas California di Berkeley, dokumentasi
pengajar bahasa dan budaya Asia Se- termasuk kampus-kampus yang me-
Jeffrey Hadler, mengakui jumlah tentang Asia di Universitas
latan dan Tenggara Universitas Cali- miliki program Asia Tenggara, dan
mahasiswanya yang mengambil stu-
Cornell.
fornia di Los Angeles, Juliana Wija- pemerintah Amerika sendiri. ”Penu-
di tentang Indonesia menurun. Tapi,
Mahasiswa
ya, dulu banyak peminat untuk ke- runan 40 persen arus siswa pendi-
katanya, secara umum yang mempe-
tak lagi
las-kelas di bawah COTI, yang biasa dikan tinggi Amerika-Indonesia da-
lajari Asia Tenggara terus meningkat
dipenuhi minat
membawa siswanya belajar ke Indo- lam 12 tahun terakhir cukup meng-
setiap tahun.
mengetahui
nesia. Sehingga, ujarnya, penyeleksi- ganggu,” demikian bunyi laporan las bahasa Indonesia di kampus ang-
Penurunan juga terlihat dari ke-
Indonesia.
an saat itu cukup berat. Kini keada- misi pemimpin pendidikan tinggi gota Consortium for the Teaching of
annya jauh berbeda. ”Saat ini hanya Amerika ke Indonesia yang dikeluar-
tercatat sekitar 20 pelamar,” kata- kan dua tahun silam. Laporan terse-
Indonesia (COTI) yang menawar-
nya. Padahal, untuk itu semua, yang but juga menyebutkan sejumlah re-
kan kelas bahasa Indonesia untuk
tingkat mahir setiap semester atau-
diterima per tahun 10-12 orang. Koordinator Program Indonesia di SEASSI, Amelia Joan Liwe, menya- takan hal senada. Pada 1990-an, kata Amelia, banyak mahasiswa Ameri- ka berminat mengikuti pelajaran ba- hasa Indonesia pada SEASSI di Uni- versity of Wisconsin-Madison. ”Bisa mencapai lebih dari 50 orang,” kata- nya. Pada 2.000-an, angka tersebut
Kelas
menurun drastis. Menurut Amelia,
semester
sejak ia menjabat koordinator enam
kedua pada
tahun silam, jumlahnya naik-turun.
musim semi
”Tapi belum kembali pada dekade se-
di Cornell
belum 2000.” Jumlah tertinggi yang
University
tercatat selama Amelia menjadi ko-
pada 2009.
ordinator adalah pada 2007. Pada tahun itu jumlah mahasiswa setahun
62 | TEMPO 20 NOVEMBER 2011
AMERIKA SERIKAT
Pada 1960-an, ujar Buehler, pe-
capai jenjang S-3.
merintah Amerika menilai Indone-
Kondisi seperti itulah yang mem-
sia penting karena takut Indonesia
buat sejumlah pihak kini berupa-
dikuasai dan menjadi komunis. Ke-
ya menaikkan minat para mahasis-
tika itu ada konstelasi Perang Di-
wa Amerika untuk menengok kem-
ngin, dan Partai Komunis Indone-
bali Indonesia. Caranya, antara lain,
sia merupakan partai komunis ter-
memperbaiki apa yang ada selama
kuat di dunia di luar Cina. ”Karena
ini. SEASSI, misalnya, menyempur-
itu, mereka memberi cukup banyak
nakan kurikulum dan kualitas peng-
uang untuk meneliti Indonesia,” ka-
ajar studi tentang Indonesia. ”Antara
tanya. Menurut Buehler, Pusat Studi
lain dengan membuat program bela-
Indonesia di Cornell dan Northern
jar dengan standar pendidikan dan
Illinois University kala itu menda-
metode pengajaran yang sangat baik
pat pendanaan besar untuk mema-
dan bertanggung jawab,” kata Mary
hami dinamika di negara-negara Jo Wilson. Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Adapun Liddle mengingatkan
Di luar itu semua, dalam lima belas
akan janji Presiden Obama untuk
tahun terakhir ini, ujar Buehler, ter-
meningkatkan penelitian tentang
jadi peningkatan standar penelitian.
Asia Tenggara, terutama Indone- Seorang profesor, misalnya, harus sia. Rencana tersebut masuk prog-
membandingkan dua negara atau le-
ram kemitraan komprehensif Ame-
JABA
bih. ”Kalau hanya berfokus pada In-
rika-Indonesia, antara lain dengan
SID
donesia, Anda tidak akan mendapat
cara meningkatkan jumlah peneri-
ORIA T
banyak insentif dalam penelitian.”
ma beasiswa Fulbright. ”Hanya, saya
tidak tahu realisasinya,” kata Liddle. tercatat 31 orang. Tahun-tahun ber-
VIC
William Liddle, Indonesianis yang
juga pengajar Universitas Ohio, me-
ikutnya menurun, dan tahun ini ter-
miliki pendapat berbeda. Menurut
catat hanya 16 mahasiswa.
SEJUMLAH universitas terus Beragam alasan yang menjadi la-
dia, sebenarnya selama ini tidak per-
melakukan upaya agar studi Indone- tar belakang turunnya jumlah ma-
nah ada perhatian terhadap Indone-
sia tetap ada, diminati, dan ”hidup”. hasiswa itu. Juliana Wijaya dan
sia. Jadi, ujar Liddle, yang terjadi bu-
Harvard Kennedy School, misalnya, Mary Jo Wilson—Koordinator Prog-
kan penurunan. ”Mahasiswa yang
tahun lalu membuka Program In- ram SEASSI Universitas Wiscon-
mengambil kuliah saya dari awal
donesia. Dengan dana US$ 10,5 juta sin-Madison—menunjuk salah satu
Jeffrey Hadler, sampai sekarang tetap sedikit,” kata
pria yang telah mengajar tentang dari Yayasan Rajawali, program In- penyebabnya adalah mahasiswa le-
Associate
donesia Harvard Kennedy School bih tertarik mengambil bahasa asing
professor
Asia Tenggara selama 40 tahun ini.
menitikberatkan pada pendidikan yang menjadi tren saat ini, misalnya
Departemen
Seperti di kampus-kampus lain,
dan pembangunan kapasitas untuk bahasa Cina atau Jepang.
Studi Asia
mahasiswa di Universitas Ohio, ujar
mendukung pemerintahan yang de- Pengajar bahasa Indonesia di Uni-
Selatan dan
Liddle, lebih tertarik belajar tentang
mokratis dan pengembangan in- versitas Cornell, Jolanda Pandin, California di
Tenggara Universitas
Cina, Jepang, ataupun Eropa. ”Indo-
stitusional di Indonesia. Kennedy menambah alasan lain. Ia melihat,
nesia terlalu jauh, kurang maju, dan
School inilah yang beberapa waktu misalnya, masalah anggaran pendi-
Berkeley.
tidak dikenal orang. Menurut Lid-
lalu mengadakan kursus untuk ke- dikan dari pihak pemerintah Ameri-
dle, banyak mahasiswa S-1 Amerika
pala daerah baru terpilih di Indone- ka dan situasi keamanan Indonesia.
tidak tahu di mana Indonesia. ”Apa-
kah Indonesia bagian dari Bali?” sia untuk belajar di sana. Menurut dia, selama ini banyak ma-
Adapun cara yang dipakai para hasiswa Amerika bergantung pada
kata Liddle mengutip pertanyaan se-
pengajar di Universitas Ohio ada- dukungan dana pendidikan dari pe-
jumlah mahasiswanya. Bahkan ada
lah tetap terus-menerus membicara- merintah, atau institusinya, untuk
pula yang mengacaukannya dengan
kan masalah Indonesia. Liddle juga mempelajari bahasa-bahasa asing
Indocina.
mendekatkan para mahasiswanya yang tidak umum pada masyarakat
Liddle adalah salah satu Indone-
dengan Indonesia dengan cara mem- Amerika.
sianis paling menonjol dari Negeri
bawa mereka ke kampus-kampus di Michael Buehler, asisten profesor
Abang Sam. Setelah lulus program
Indonesia, antara lain ke Universi- Departemen Ilmu Politik Northern
doktor pada akhir 1960-an dengan
tas Gadjah Mada, Yogyakarta. ”Ta- Illinois University, menunjuk alas-
mengambil studi tentang Indonesia,
hun ini, sayangnya, hanya sepuluh an lain. ”Buat pemerintah Ameri-
praktis sejak itu tidak ada lagi In-
orang,” ujar Liddle. Ia berharap apa ka, Indonesia tidak terlalu penting
donesianis yang bersinar dari kam-
yang dilakukannya itu akan diikuti lagi,” katanya. Sehingga, ujar Bueh-
pus Ohio ini. Hingga 1990-an hanya
universitas-universitas lain di Ame- ler, dana yang dianggarkan pemerin-
ada segelintir—benar-benar segelin-
tir karena hanya satu atau dua—yang
rika Serikat.
tah pun tidak begitu besar.
meneliti soal Indonesia hingga men-
20 NOVEMBER 2011 TEMPO | 63
Indonesianis LIPUTAN KHUSUS
Michael Buehler.
IS TIME
Generasi Keempat
Buehler berada di barisan Indo- nesianis muda di Amerika Serikat
masa kini. Umumnya para peneliti asing yang mengkaji Indonesia dike- lompokkan dalam tiga generasi. Ge-
dari Amerika
nerasi pertama adalah yang datang di masa perjuangan kemerdekaan
ADA KECENDERUNGAN PARA PENELITI MUDA DI AMERIKA SERIKAT UNTUK MENGKAJI ISLAM Indonesia, seperti George McTur- DI INDONESIA. TERTARIK SEJAK USIA BELIA.
nan Kahin dan Clifford Geertz. Ge- nerasi kedua muncul di masa 1960- an, seperti Benedict Anderson, Wil-
wai di perusahaan susu Nestle, ber- M torium. ”Banyak pertanyaan yang ler, yang datang ke Indonesia pada
ICHAEL Buehler
liam Liddle, Daniel S. Lev, dan Her- berusia sembilan ta-
dari korupsi, partai politik, hingga
bert Feith. Generasi ketiga hadir di hun ketika meng-
Islam. Bagi guru besar madya di De-
era 1970-an dan sesudahnya, seperti ikuti bapak baptis-
partemen Ilmu Politik Northern Il-
Robert W. Hefner dan Takashi Shi- nya, seorang pega-
linois University, Amerika Serikat,
ini, hal seperti itu bagaikan labora-
raishi. Maka orang seperti Bueh-
mukim di Jakarta selama tiga tahun
1980-an ke atas, dapatlah kita ma- sejak 1985. Dia orang Swiss dan me-
menarik dan bergaya bagi ilmu poli-
sukkan sebagai Indonesianis gene- lihat Indonesia sebagai dunia yang
tik,” ujarnya.
rasi keempat. jauh berbeda dengan kampung hala-
Sehingga, ketika dia menyiap-
Ada banyak ahli muda di Nege- mannya. Perbedaan itu makin ken-
kan disertasinya di London School
ri Abang Sam dari generasi baru ini. tara ketika dia melancong dari Flo-
of Economics and Political Science
Beberapa di antaranya adalah Tho- res sampai Aceh pada 1997.
pada 2004, dia mencari topik ten-
mas Pepinsky di Cornell University, Buehler tertarik terutama pada
tang Indonesia yang paling penting
Benjamin Smith di University of Flo- politik Indonesia. ”Di Swiss saya tak
dan aktual. Pilihannya jatuh pada
rida, Tuong Vu di University of Ore- bisa merasakan politik lagi karena di
masalah otonomi daerah dan pemi-
gon, dan Dan Slater di University of sana sudah mapan,” kata pria yang
lihan kepala daerah, yang melahir-
Chicago, James Bourk Hoesterey di pernah menjadi konsultan masalah
kan disertasi ”Politics in Formation:
University of Michigan, Rachel Ri- pemerintahan, reformasi politik, dan
An Analysis of the 2005 Direct Elec-
naldo di University of Michigan, dan strategi pemberantasan korupsi pada
tions of Local Government Heads in
Jeffrey Hadler di University of Cali- Asia Foundation, German Technical
Indonesia”. Pengalamannya sela-
ma penelitian itu membuatnya terus
fornia.
Cooperation, UNDP, dan Bank Du-
Beberapa peneliti itu mengenal nia itu.
mengamati perkembangan daerah-
Indonesia sejak belia, seperti James Sebaliknya, dia melihat setumpuk
daerah di Indonesia saat ini, terma-
Bourk yang berdarmawisata ke Pa- masalah terpampang di Indonesia,
suk lahirnya peraturan daerah ber-
basis syariah.
pua saat masih berusia 19 tahun.
64 | TEMPO 20 NOVEMBER 2011
20 NOVEMBER 2011 TEMPO | 65 AMERIKA SERIKAT
Eunsook Jung, guru besar madya di Fairfi eld University, mengikuti prog- ram pertukaran pelajar selama enam bulan di Yogyakarta pada 1995, saat masih mahasiswa tingkat sarjana di University of Korea. ”Saat itu rezim Soeharto masih berkuasa dan saya sempat berbicara dengan banyak mahasiswa yang menginginkan per- ubahan. Itu membuat saya benar-be- nar ingin belajar tentang Indonesia lebih jauh,” kata Jung.
Dia kemudian menulis tesis ten- tang gerakan perempuan Indone- sia. Karya ini diteruskannya dengan disertasi di University of Wisconsin tentang partisipasi politik tiga orga- nisasi Islam, yakni NU, Muhamma- diyah, dan Partai Keadilan Sejahtera.
Perkenalan dapat pula melalui ja- lur pertukaran pelajar, seperti Ame- rican Field Service (AFS), yang diala- mi Jeffrey Hadler, guru besar madya di University of California, Berke- ley. Hadler tiba di Jakarta pada 1985 saat berusia 17 tahun dan bersekolah di SMA Negeri 3. Kebetulan bapak angkatnya orang Minang dan mem- buatnya tertarik pada budaya Suma- tera Barat. ”Percaya atau tidak, masa saya setahun di Indonesia itu be- nar-benar menanamkan benih pada saya. Saya sudah memikirkan buda- ya Indonesia,” kata Hadler, yang ke- mudian menulis disertasi ”Places Like Home: Islam, Matriliny, and the History of Family in Minangka- bau” di Cornell University. Dia juga baru meluncurkan Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Is- lam, dan Kolonialisme di Minang- kabau, edisi bahasa Indonesia dari bukunya yang diterbitkan Freedom Institute, dan kini sedang meneliti sosok Nashar, pelukis asal Padang.
Bagi Rachel Rinaldo, guru besar madya di University of Virginia, per- kenalannya dengan Indonesia ada- lah sebuah kejutan budaya. Dia ting- gal pada sebuah keluarga di Malang selama setahun lewat program AFS. Saat itu Rachel baru berusia 17 ta- hun dan tak tahu banyak tentang In- donesia. Di kepalanya, gambaran negara Islam adalah Arab Saudi atau Iran dengan perempuan ber-burqa dan tidak boleh keluar rumah.
”Sampai di Indonesia saya melihat Islam yang begitu berbeda. Saya me-
lihat perempuan berjalan ke sana- kemari dalam kota, berbelanja, be- kerja dengan banyak profesi, me- nyetir, bekerja di ladang padi,” kata Rachel, yang kemudian menulis di- sertasi tentang peran agama dalam mendorong perempuan tampil di ru- ang publik.
Tampaklah bahwa para peneliti ini memusatkan perhatiannya pada to- pik tertentu, seperti perempuan dan Islam. Aktualitas tema juga menjadi pertimbangan. Doreen Lee, guru be- sar madya di Northeastern Universi- ty, misalnya, tiga tahun lalu menulis disertasi di Cornell tentang gerakan mahasiswa 1998. Kini ia melanjut- kan penelitiannya tentang fenomena generasi muda Indonesia masa kini, khususnya kemunculan budaya vi- sual baru, seperti grafi ti. ”Saya baru memotret dan bertemu dengan para seniman grafi ti di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta,” kata perempuan yang fasih berbahasa Indonesia dan Mandarin ini.
Doreen mengakui adanya sema- cam tren dalam pilihan topik pene- litian, seperti budaya pop dan Islam. ”Islam terutama jadi topik pilihan setelah peristiwa 11 September,” ka- tanya.
Di bidang ilmu politik, topik pe- nelitian bergeser pada upaya un- tuk membandingkan dua negara atau lebih dengan penekanan pada studi kuantitatif. ”Tren ini dimulai kira-kira 15 tahun lalu. Perbanding- an itu harus dilakukan karena me- mang begitu prasyaratnya, sehing-
ga studi khusus satu negara, seper- ti yang dulu dilakukan banyak pe- neliti, kini tak dapat dilakukan lagi,”
kata Buehler. Julie Chernov Hwang, guru besar madya di Goucher College, misal- nya, menulis disertasi tentang mo- bilisasi damai kaum muslim dengan membandingkan gerakan Islam di Indonesia, Malaysia, dan Turki. ”Po- litik Islam itu seksi. Tapi yang perta- ma-tama menarik dari politik Indo- nesia adalah dinamikanya. Indone- sia sangat dinamis, lebih dari semua negara di dunia,” kata Julie, yang kini sedang meneliti Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pemba- ngunan, dan gerakan radikal di In- donesia.
Para peneliti ini rajin berkun- jung ke Indonesia dan menggali ba- nyak aspek. Kemunculan para Indo- nesianis generasi keempat ini mem- berikan harapan bahwa ranah ka- jian Indonesia tidaklah sepi pemi- nat. Namun hingga saat ini tampak- nya belum muncul suatu tesis atau karya dari tangan mereka yang be- nar-benar dapat membantu meme- takan macam apa masyarakat Indo- nesia, seperti struktur abangan-san- tri-priayi di masyarakat Jawa yang diperkenalkan Clifford Geertz mela- lui karya monumentalnya, The Reli- gion of Java.
Menurut Buehler, pencapaian Geertz itu sukar didapat para pene- liti sekarang, karena masyarakat In- donesia kini jauh lebih kompleks dan sedang dalam masa transisi. ”Dalam perubahan semacam ini, susah un- tuk melihat pola baru atau struktur dalamnya. Mungkin butuh sepuluh tahun lagi untuk bisa melihatnya,” katanya.
Kiri-kanan:
Rachel
Rinaldo, guru besar madya di University of Virginia.
Julie Chernov
Hwang, guru besar madya di Goucher College.
Indonesianis LIPUTAN KHUSUS
66 | TEMPO 20 NOVEMBER 2011
J AMES Bourk Hoesterey mu-
lai jatuh hati pada Nusantara,
17 tahun silam. Usianya baru
19 tahun, baru semester per- tama di Marquette University, Ame- rika Serikat. Mendapat kesempat- an pelesir dua pekan ke Papua bersa- ma serombongan mahasiswa lain, ia masuk lewat pelabuhan Biak. Ia lalu ke Jayapura, dan naik ke daerah pe- gunungan dekat Wamena untuk ber- temu dengan suku Dani.
”Saya melihat Indonesia dari tem- pat seperti Papua, tempat transmig- ran Jawa dan banyak orang asli. Ada yang sukses, ada yang menghadapi kesulitan,” kata Hoesterey, kini pe- neliti di Center for Southeast Asian Studies, University of Michigan, Amerika Serikat. Ia memberi kuli-
ah tentang Islam dan budaya pop di Lake Forest College. James muda langsung terpikat pada negeri ini. Ia memutuskan me- lanjutkan kuliah S-2 dan S-3 da- lam bidang antropologi budaya un-
’Intel CIA’ di Pesantren Aa Gym
JAMES B. HOESTEREY MERUPAKAN PERPADUAN PEMBUAT FILM DOKUMENTER DAN PENELITI. DICURIGAI KETIKA MASUK PESANTREN.
tuk meneliti Indonesia. Untuk per- siapan, ia mengambil kursus baha- sa Indonesia di Cornell University, Falcon. Kesempatan kembali ke In- donesia datang pada 1998. Ia me- netap dua bulan di Sumatera Barat, meneliti budaya merantau masyara- kat Minang untuk tesis masternya di University of South Carolina. Sela- ma lima tahun sejak 2002, ia menja- di konsultan antropologi dalam be- berapa proyek pembuatan fi lm do- kumenter Discovery Channel. Pada 2002, dia ikut membuat The Chief who Speaks with God, fi lm tentang agama suku Bunan Mee di Papua.
Pada 2003, dia terlibat lagi dalam pembuatan fi lm dokumenter Planes, Pigs, and the Price of Brides, tentang cara suku Migani bergotong-royong membangun lapangan terbang pe- rintis. ”Tempat itu tidak jauh dari tambang Freeport. Kalau tidak salah kira-kira sejauh 20 menit,” katanya.
Ia juga terlibat dalam pembuatan fi lm lain tentang Papua, Gentle Can-
nibals, tentang upacara berburu ke- pala di suku Korowai. Lalu Living with the Kombai & Living with the Mek, tentang kehidupan suku Mek. Terakhir, pada 2009, dia terlibat pembuatan fi lm untuk seri Human Planet untuk BBC, yang mengangkat kehidupan suku Korowai. Film ini masuk unggulan penerima BAFTA Award, penghargaan fi lm setara de- ngan Oscar di Inggris.
Menjelang akhir program PhD-nya pada Departemen Antropologi Uni- versity of Wisconsin-Madison, per- hatian Hoesterey beralih dari Papua ke Bandung, dari masalah kesukuan ke Islam. Saat itu banyak muncul dai baru—seperti Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym dan Yusuf Mansyur— yang menggunakan metode lebih se- gar dan populer dalam berdakwah.
Dia lalu mempelajari Manajemen Qalbu milik Aa Gym. Ia rajin men- jumpai para dai kondang, terma- suk Muhammad Arif Ilham, Jefri al- Buchori, dan penyanyi Opick. Para pengikut dai mengangkat alis me- lihat Hoesterey masuk komunitas mereka. Ketika dua tahun berada di lingkungan Pesantren Daarut Tau- hid, Jalan Gegerkalong Girang, Ban- dung, ia disambut dengan baik tapi dicurigai sebagai mata-mata. Me- nurut Hoesterey, pengasuh Daarut Tauhid berkomentar enteng. ”Ka- lau Jim (James) intel CIA, tidak apa- apa. Nanti kalau pulang ke Amerika, dia akan menjelaskan kepada peme- rintah Amerika dengan informasi le- bih lengkap dan lebih benar tentang Islam di Indonesia.”
Penelitiannya di Bandung meng- hasilkan disertasi ”Sufi s and Self- help Gurus: Islamic Psychology, Re- ligious Authority, and Muslim Sub- jectivity in Contemporary Indone- sia”. Dia melihat peran ulama seper- ti Aa Gym sebagai ”penolong umat Islam” untuk mengerti tidak hanya soal fi kih, tapi juga peran penting bu- daya populer. Pada Yusuf Mansyur dan pesantren Wisata Hati yang di- kelolanya, Hoesterey mempelajari ajaran yang menekankan kekuatan bersedekah. Orang-orang ini, bagi Hoesterey, menjadi fi gur baru yang punya peran penting dalam kebang- kitan dunia Islam di Indonesia.
James Bourk Hoesterey bersama Abdullah Gymnastiar.
IS TIME
AMERIKA SERIKAT
Indonesianis LIPUTAN KHUSUS
Tak Luput dari Kritik
KARYA PARA INDONESIANIS AMERIKA DINILAI MENJADI PELOPOR PENELITIAN SOAL NEGERI INI. BEBERAPA DINILAI TAK LAGI RELEVAN.
29 tahun usianya saat itu. Tapi Takashi Shiraishi su- T dah menjadi kandidat doktor Uni- versitas Cornell, New York, Amerika Serikat. Tujuannya ke negeri ini je- las: mencari bahan penyusunan di- sertasinya.
IGA puluh empat tahun si- lam, pemuda Jepang itu tiba di Indonesia. Baru
Takashi—memperoleh gelar mas- ter hubungan internasional dari Universitas Tokyo pada 1974—ber- minat meneliti sejarah Indonesia pe- riode awal 1900-an hingga 1920-an. ”Sesuatu yang revolusioner terjadi di Indonesia pada masa itu,” tutur Ta- kashi kepada Tempo.
Menurut dia, nasionalisme Indo- P Takashi
nesia lahir pada masa itu. ”Politik
Shiraishi
RU
modern hadir di Indonesia.” Renca- nanya, Takashi berfokus pada perge-
kashi termasuk pen- rakan Islam dan komunis pada masa
kepemilikan lahan.” Dia
ting untuk memahami itu. Tak main-main persiapannya.
juga mengunjungi tem-
keberagaman Islam. Sebelum ke Nusantara, dia mempe-
pat pengusaha batik dan
”Ada berbagai macam lajari bahasa Indonesia dan bahasa
mempelajari sejarah ke-
kelompok Islam,” ujar- Jawa.
luarga mereka untuk me-
nya. Sejak 1977 hingga awal 1980-
ngetahui pentingnya in-
dustri batik dalam seja-
an, selama beberapa pekan Takashi
rah Surakarta.
mengunjungi Jakarta, Solo, dan Singkat kata, Takashi C E N D E K I AWA N
Cornell—mereka yang dilakukannya. Dia juga ingin me-
Yogyakarta. Riset dan wawancara mempresentasikan di-
menempuh pendidik- ngenal sosok Haji Misbach, tokoh Is-
sertasinya berjudul ”Is-
an atau menjadi pene- lam komunis di Surakarta. Meleng-
lam dan Komunisme” An Age in Motion,
liti di sana—memang kapi data, Takashi juga meneliti ar-
pada Desember 1983. Takashi Shiraishi
cukup banyak meng- sip di Den Haag, Belanda. Di situ,
Dua tahun berikutnya,
hasilkan karya soal Indonesia. Bebe- dia mengumpulkan hampir semua
dia diajak bergabung di Cornell se-
rapa di antaranya bahkan bisa dise- salinan dokumen kolonial Belanda
bagai asisten profesor sejarah. Un-
but sebagai pelopor. Intelektual Da- tentang Jawa Tengah, khususnya Se-
tuk menempati posisi itu, Takashi
niel Dhakidae dan sejarawan Tau- marang dan Solo, serta Yogyakarta
harus melengkapi disertasinya dan
fi k Abdullah menilai Indonesianis pada periode yang ia teliti.
mempublikasikannya dalam bentuk
asal Cornell yang paling senior ada- Takashi menginap tiga bulan di
buku. Pada 1990, An Age in Motion
lah George McTurnan Kahin. Kar- sebuah desa dekat Kecamatan De-
dipublikasikan. Tujuh tahun kemu-
ya monumentalnya berjudul Nasio- langgu, Klaten, Jawa Tengah. Di sini
dian, barulah buku berjudul Zaman
nalisme dan Revolusi di Indonesia, dia mempelajari ekonomi dan poli-
Bergerak terbit di Indonesia.
dipublikasikan pertama pada 1952, tik pedesaan. ”Sangat berguna un-
Ketua Komisi Ilmu Sosial Aka-
menyoroti perjuangan pra dan pas- tuk memahami pentingnya sistem
demi Ilmu Pengetahuan Indonesia
Taufi k Abdullah menilai buku Ta-
ca-kemerdekaan.
68 | TEMPO 20 NOVEMBER 2011
AMERIKA SERIKAT
Menurut Daniel, karya Kahin tara lain The Religion of Java, yang menjadi penting karena memelopori
diterjemahkan menjadi Abangan, penelitian dari kalangan non-Belan-
Santri, Priyayi. Karya ini mengung- da-Anglo-Saxon. Sebelumnya, pene-
kap persoalan kehidupan beraga- litian soal Indonesia lebih menjadi
ma ala orang Jawa. ”Tak mungkin Indolog, kebanyakan dilakukan oleh
berbicara soal Jawa kalau tak mem- peneliti dari Leiden, Belanda, de-
baca buku ini,” kata Taufi k. Daniel ngan pendekatan etnografi dan geo-
dan Taufi k juga mengatakan Geertz grafi , yang bertujuan menguasai ta-
membangun teori dari hasil peneliti- nah jajahan. ”George Kahin tak me-
annya di negeri ini. mandang Indonesia sebagai Hindia
Meski bisa dianggap monumental, Belanda, melainkan sebagai Indone-
karya para Indonesianis asing tak lu- sia,” kata Daniel.
put dari kritik. Peneliti Utama Lem- Keunggulan Kahin—meninggal Nasionalisme dan
baga Ilmu Pengetahuan Indone- Januari 2000 pada usia 82 tahun—
Imagined Communities,
sia Bidang Politik yang belum lama terletak pada kondisi faktual yang
Revolusi di Indonesia,
Ben Anderson
pensiun, Mochtar Pabottingi, me- dilihat langsung. Kahin hadir seki-
George McT. Kahin
nilai Imagined Communities karya tar setahun setelah Indonesia mer-
Ben Anderson tak luput dari kesa- deka. ”Dia melakukan penelitian di
Benedict
lahan konsep soal komunitas berba- tengah revolusi,” kata Daniel. Kar-
Anderson
yang. Menurut Mochtar, komunitas ya Kahin inilah yang, menurut dia,
berbayang bukan mengacu pada na- menginspirasi Indonesianis Cor-
tion seperti diungkap Ben, melain- nell lain, semacam Benedict Richard
kan pada nasionalisme. ”Tak mung- O’Gorman Anderson.
kin nation yang sudah terwujud di- Daniel dan Taufi k Abdullah me-
sebut sebagai berbayang lagi. Nation nilai karya Ben Anderson, kini 75 ta-
itu nyata, nasionalismelah yang ber- hun, yang cukup monumental seba-
bayang,” kata Mochtar. gai Indonesianis adalah Java in a
Dari tinjauan fi losofi s pun, teo- ri Ben juga dipandang lemah. Misal- nya, ujar Mochtar, Ben mengungkap-
kan semua komunitas pada dasarnya
E SUMA
berbayang, bahkan pada hubungan
LL Y U R /
dua orang. ”Itu nonsense. Hubungan
kita dengan orang tua di rumah ma-
TE
sak dibayangkan? Itu nyata.” Mochtar juga mengkritik pende-
Time of Revolution. Menurut Taufi k,
katan Clifford Geertz yang hanya
buku yang merupakan olahan dari
bertolak dari monokultur. Disebut-
disertasi Ben bertajuk ”Pemuda Re-
kan Geertz, ada semacam prototipe
volution” ini menyoroti peran pemu-
kebudayaan yang mengakibatkan si-
Clifford
da dalam revolusi.
fatnya tak berubah. Mochtar menilai
Geertz
Meski demikian, keduanya meng-
kebudayaan pada dasarnya tak statis
akui karya Ben yang cukup fenome-
dan terus berubah. ”Tak pernah ada
nal adalah Imagined Communities.
blueprint budaya,” katanya.