NOVEMBER 11 TEMPO | 117
20 NOVEMBER 2011 TEMPO | 117
118 | TEMPO 20 NOVEMBER 2011
Indonesianis LIPUTAN KHUSUS
G EDUNG bercat putih di
jantung Moskow itu terli- hat sepi. Hanya ada bebe- rapa gelintir orang yang berlalu-lalang. Memasuki
musim panas, gedung yang dikenal
sebagai ВОСТОЧНЫЙ УНИВЕРСИТЕТ
(baca: Vostocni Universitet) itu me- mang lebih sunyi. Sebagian besar mahasiswanya memilih menghabis- kan masa liburan di luar kampus, se- telah hampir enam bulan berjibaku dengan berbagai urusan akademis.
Vostocni Universitet adalah sa- lah satu kampus bersejarah di Ru- sia. Dalam bahasa Inggris, Vostoc- ni Universitet diterjemahkan seba- gai University of Oriental Studies alias Universitas Ketimuran. Berada di bawah naungan Institut of Orien- tal Studies of Russian Academy of Science, Vostocni Universitet me- rupakan kawah candradimuka ber- bagai kajian tentang negara-negara Timur atau Asia. ”Dari gedung ini- lah karya-karya tentang sosial buda- ya bangsa Timur pernah lahir,” kata Drugov, seorang pengajar di sana.
Ketika Rusia masih tergabung da- lam Uni Soviet, kampus ini memiliki posisi strategis bagi negara adida- ya pesaing Amerika Serikat saat itu. Vostocni Universitet menjadi andal- an Uni Soviet dalam menyebarkan pengaruh kiri, baik secara akademis, ideologi, maupun politik, di negara- negara Asia, termasuk Indonesia. Di kampus inilah berbagai hal yang berkaitan dengan Indonesia dipe- lajari secara mendalam. Pada 1991, misalnya, tercatat 15 ilmuwan yang menjadikan Indonesia sebagai ob- yek penelitian mereka. ”Kelima be- las ilmuwan tersebut meneliti Indo- nesia dalam berbagai bidang kajian.
Ada yang meneliti sejarah Indonesia, politik Indonesia, ekonomi Indone- sia, hingga bahasa Indonesia,” Dru- gov menjelaskan.
Drugov kini tercatat sebagai peng- ajar di jurusan bahasa Indonesia dan Malaysia yang resmi dibuka di uni- versitas itu pada 1995. Sebagai il- muwan, dia banyak mendalami seja- rah dan politik Indonesia. Pria yang pernah menjadi penerjemah Sukar- no itu mengakui pada masa sebelum runtuhnya Uni Soviet, kajian soal In- donesia memang amat menggiurkan bagi para ilmuwan. Sebagai sebuah negara, Indonesia terlihat begitu seksi dan menarik untuk dilihat dan dikaji. ”Budaya dan sosialnya sangat kaya dan luar biasa,” kata Drugov.
Victor Sumsky, seorang Indonesia- nis dari State University of Interna- tional Relations, bahkan mencatat ada cukup banyak karya sangat pen- ting di Pusat Studi Ketimuran saat itu. ”Lembaga ilmu ketimuran me- nemukan puncak aksi kreativitasnya pada pertengahan 1980-an, waktu yang paling baik bagi riset dan ba- nyak karya penting tentang Indone- sia meski saat itu masih zaman ko- munis,” kata Sumski. ”Beberapa kar- ya tentang Indonesia pernah dimuat (diterbitkan) dan dibicarakan. Pada saat itu juga banyak orang muda yang mau ikut dan melakukan penelitian mengenai Indonesia.”
Namun kondisi itu berubah begitu Uni Soviet runtuh. Kini kajian me- ngenai Indonesia nyaris tak terde- ngar. Jumlah peminatnya pun me- lorot tajam. ”Sekarang hanya tinggal tersisa empat orang yang masih kon- sisten mengkaji Indonesia di Univer- sitas Ketimuran,” kata Drugov sam- bil berkaca-kaca. Selain dia, ilmu-
wan yang setia mengkaji Indonesia adalah Tsiganov, Ludmila Dzume- dzuk, dan Aleeva.
Runtuhnya Uni Soviet berdam- pak buruk pada perekonomian ne- geri itu. Krisis ekonomi mengakibat- kan terjadinya krisis di bidang pen- didikan, penelitian, dan ilmu penge- tahuan. Kondisi ini membuat gene- rasi muda Rusia sekarang lebih ber- pikir praktis dan pragmatis. Mereka lebih memilih jurusan yang menjan- jikan lapangan pekerjaan. Perubah- an orientasi pendidikan inilah yang
”Tidak ada cukup re- generasi yang berminat menjadi ahli Indonesia yang sepenuh hati Ahli Indonesia baru saat ini hampir tidak ada.”