Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah tanda muncul dalam kegiatan yang disebut sebagai “komunikasi”. Selain itu tanda juga berfungsi untuk menjalin saling pengertian. Adanya teori tentang “tanda” ini disebabkan oleh timbulnya kesadaran manusia akan fungsi sebuah tanda. Teori ini kemudian berkembang melalui pendapat dan analisa dari beberapa teoritikus yang kemudian lebih dikenak dengan sebutan “semiotic” atau semiotika. Semiotik merupakan teori umum dalam tanda bahasa. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, semiotik tidak meneliti tanda-tanda yang bersifat konkret dalam suatu bahasa tertentu, melainkan meneliti ilmu bahasa secara umum. Semua pengetahuan pada akhirnya merupakan suatu pengetahuan yang bersifat sosial dengan syarat media yang digunakan dalam tukar menukar informasi, penerimaan informasi, cara pengolahan informasi, dan lain sebagainya dapat ditentukan secara bebas Buhr dalam Trabaut, 1996:7 Kemampuan film dalam menunjukkan gambar-gambar yang seolah-olah nyata, sama persis dengan realitas ke atas layar lebar menjadikan film sebagai media elektronik tertua. Keberadaan film telah menjadikan film sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar-benar disukai bahkan sampai sekarang. commit to user 2 Lebih dari 70-an tahun, film hadir dan merasuki kehidupan manusia yang sangat luas dan beranekaragam Liliweri, 1991:152-153. Manusia pada hakekatnya diciptakan sebagai makhluk yang baik dan netral. Namun, seiring pertumbuhan dalam kehidupannya, manusia mempelajari segala sesuatunya dari lingkungan tempatnya berinteraksi untuk mengembangkan dirinya. Pembelajaran untuk mengembangkan diri tersebut dimulai sejak manusia dilahirkan kedunia terutama pada masa anak-anak. Masa anak-anak merupakan masa perkembangan otak yang paling signifikan, oleh karena itu anak-anak adalah peniru terbaik. Anak-anak akan dapat menirukan apa yang mereka lihat, dengar atau apapun yang terjadi di sekitar tempatnya berinteraksi. Saat ini, budi pekerti merupakan barang mahal dan langka yang ada di masyarakat kita. Perkembangan pergaulan yang diterpa kemajuan teknologi yang tanpa kontrol membuat segala sesuatunya dapat dengan leluasa masuk dalam lingkup interaksi masyarakat kita tanpa terkecuali anak-anak. Kemajuan teknologi terutama televisi sangat mempengaruhi perkembangan anak-anak saat ini. Akses yang murah meriah tanpa adanya kontrol yang memadai membuat televisi menyajikan banyak sekali pilihan arah untuk mengembangkan diri bagi anak-anak. Saat ini, acara yang disajikan televisi tidak melalui pertimbangan jam tayang yang layak serta konten yang patut untuk disajikan dan ditonton oleh anak-anak. Hal ini terlihat dari banyaknya acara yang cenderung tidak mempertimbangkan konten pendidikan kepada anak-anak namun, lebih cenderung mempunyai konten yang “sebatas” menarik untuk dinikmati. commit to user 3 Saat ini film anak-anak yang disajikan kebanyakan tidak memenuhi konten edukasi yang mencukupi, malah cenderung mempunyai konten yang tidak mendidik. Di tengah terpaan acara televisi anak-anak yang gencar seperti sekarang ini, orang tua yang seharusnya menjadi pendamping yang memberikan kontrol kadang lalai dalam mendampingi anak-anak saat melihat acara televisi tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan anak-anak menangkap seluruh konten acara tersebut tanpa menyaring mana yang boleh ditiru dan mana yang tidak boleh ditiru. Keberadaan media televisi dewasa ini memang sangat sulit untuk dielakkan dari kehidupan sehari-hari. Keberadaannya yang murah namun menyajikan berbagai pilihan hiburan yang disajikan di depan konsumen membuat masyarakat cenderung menikmati hiburan yang disajikan tanpa berpikir efek yang ditimbulkan dari hiburan yang disajiikan. Hal ini diperkuat dengan kondisi masyarakat kita yang cenderung “pekerja keras” sehingga diwaktu luangnya sebisa mungkin digunakan untuk menikmati hiburan yang tersaji langsung didepannya. Kemampuan film dalam menunjukkan gambar-gambar yang seolah-olah nyata, sama persis dengan realitas ke atas layar lebar menjadikan film sebagai media elektronik tertua. Keberadaan film telah menjadikan film sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar-benar disukai bahkan sampai sekarang. Lebih dari 70-an tahun, film hadir dan merasuki kehidupan manusia yang sangat luas dan beranekaragam Liliweri, 1991:152-153. commit to user 4 Film merupakan hasil tangkapan gambar yang dapat merepresentasikan keadaan atau kenyataan. Film dapat berisikan pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada penonton dengan sajian audio visual. Isi sebuah film dapat berupa kenyataan maupun fiktif dengan harapan membuat suatu fakta baru namun dengan penyajian yang berbeda agar pesan yang ingin disampaikan akan lebih mudah ditangkap oleh penonton. Saat ini, perkembangan film di Indonesia sangat cepat dengan berbagai genre. Tetapi dalam poses perkembangannya, perfilman Indonesia cenderung didominasi oleh film-film cinta, seks, horor atau komedi yang notabene cenderung tidak mengedepankan aspek edukasi bagi penontonnya akan tetapi lebih fokus ke aspek hiburan semata. Film-film yang kurang mendidik dan tidak mengedepankan aspek edukasi diantaranya Quickie Express, Xtra Large, Suster Keramas. Film-film yang kurang mengedepankan aspek edukasi tersebut tumbuh menjamur tanpa mempertimbangkan penonton film yang kemungkinan terdapat anak-anak di dalamnya. Film yang cenderung disukai anak-anak adlah film animasi, hal ini disebabkan adanya suatu ilustrasi imajinasi bagi anak yang tergambar dalam sebuah film animasi. Anak akan lebih bebas mengembangkan imajinasinya ketika menikmati film animasi yang disukainya. Saat ini film-film animasi juga banyak tumbuh di Indonesia meskipun bukan produk asli bangsa ini. Film animasi yang beredar saat inipun juga commit to user 5 cenderung tidak mengedepankan aspek edukasi, justru diantaranya menunjukan aspek kekerasan, kenakalan, diantaranya adalah Crayon Shincan, Naruto, Avatar. Dari sedemikan banyak film animasi yang marak beredar di Indonesia, hanya segelintir yang mengedepankan asperk edukasi kepada anak-anak, salah satunya adalah “Upin Ipin”. Film ini mengedepankan aspek kerukunan dan pembelajaran budi pekerti pada anak-anak. Discussions of animation tend to blend movement with these other concepts of gesture, performance, etc. and although movement is inherent in these concepts, they do not necessitate movement, nor are they made up of movement alone. Movement is therefore subjectively transformed in relation to other concepts. So although Wells does state that “animated motion carries with it implied ‘meaning’, sometimes metaphoric or symbolic”, he does also aver that “motion could be simply ‘blocking’, i.e. the movement from A to B” Wells, 2009 Animasi adalah jenis film yang tidak menggunakan karakter atau tokoh riil namun dengan menggunakan tokoh khayalan animasi yang dibuat sedemikian rupa untuk merepresentasikan aktor atau tokoh yang dimaksud. Animasi lebih menarik bagi kalangan anak-anak dikarenakan karakter-karakter yang dibuat sedemikian rupa hingga anak-anak dapat ikut merasakan peran serta dalam film tersebut. In animation the issue of movement is central to any discussion of its nature, irrespective of its form, style or process of creation. As an animator, Norman McLaren believed “the most important thing in film is motion, movement” in Bendazzi, 1994:117, whilst Wells describes animated films as “the artificial creation of the illusion of movement in inanimate lines and forms” 1998:10. Movement is of primary concern in this simple definition and in earlier critical analyses of animation, Sergei Eisenstein “recognised ‘if it moves, then it’s alive’” Leyda, 1988:54 quoted in Wells, 1998:14. Film yang menjadi obyek penelitian ini adalah film serial animasi “Upin Ipin” produksi LES’ COPAQUE keluaran tahun 2007 terbitan oleh H. commit to user 6 Burhanuddin bin Md Radzi dan Hj. Ainon binti Ariff. Film ini dibuat oleh Malaysia dengan tokoh utama Upin Ipin sebagai anak kembar yatim piatu yang hidup bersama nenek Opah dan seorang kakak perempuan Kak Ros. Dalam film ini Upin sebagai kakak dan Ipin sebagai adik. Penulis memilih “Upin Ipin” dikarenakan film ini memiliki beberapa episode dengan masing-masing cerita dan pembelajaran yang berbeda. Selain itu film ini menggambarkan sebuah kepolosan anak-anak ketika sedang menghadapi suatu masalah sampai pada saatnya terjadi suatu pembelajaran oleh anak-anak tersebut. Film ini menceritakan kehidupan sehari-hari Upin dan Ipin di sebuah lingkungan yang masyarakatnya beragam baik suku, ras, budaya dan agama dalam menyambut dan melalui bulan Ramadhan. Upin dan Ipin yang masih kecil nan lincah mempunyai teman-teman bermain dari bermacam-macam suku, budaya dan agama, namun tetap terjalin kerukunan diantara mereka dan terjalin rasa saling toleransi diantara mereka serta terjalin interaksi yang saling mengingatkan tentang kebaikan, budi pekerti, kesopanan serta sikap yang patut bagi anak-anak. Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana representasi pembelajaran budi pekerti terhadap anak-anak dalam film serial animasi “Upin Ipin season 1”. Penulis memilih meneliti Film Malaysia dikarenakan penulis menganggap Film tersebut mempunyai nilai-nilai pendidikan yang lebih bagi anak-anak saat ini commit to user 7 dibandingkan dengan Film-Film yang bermunculan di Indonesia akhir-akhir ini. Selain itu, penulis juga menganggap bahwa Film Malaysia masih mempunyai keterikatan budaya dan bahasa yang tidak terlampau jauh dengan Indonesia, dibandingkan dengan Film yang berasal dari neagara lain yang budaya dan bahasanya jauh berbeda dengan Indonesia. Penulis memilih analisis semiotik karena penulis ingin mengetahui lebih dalam makna pesan moral yang terkandung dalam scene-scene yang ada dalam Film animasi Upin Ipin tersebut.

B. Rumusan Masalah