UPAYA MENGEMBANGKANKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN MENCARI HARTA KARUN PADA KELOMPOK B.1 DI RAUDHATUL ATHFAL AL ULYA 3 RAJA BASA BANDAR LAMPUNG

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh: Rini Irawati Dewi NPM : 1211070041

Jurusan : Pendidikan Guru Raudhatul Athfal

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG 1437 H / 2017 M


(2)

UPAYA MENGEMBANGKANKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN MENCARI HARTA KARUN PADA

KELOMPOK B.1 DI RAUDHATUL ATHFAL AL-ULYA 3 RAJA BASA BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh: Rini Irawati Dewi NPM : 1211070041

Jurusan : Pendidikan Guru Raudhatul Athfal

Pembimbing I : Dr. Rifda El Fiah, M. Pd Pembimbing II : Dra. Hj. Eti Hadiati, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAN DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG 1437 H / 2017 M


(3)

ii

RAJA BASA BANDAR LAMPUNG Oleh

Rini Irawati Dewi

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, kemampuan kognitif di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni Metode pengembangan kognitif yang kurang tepat dengan karakteristik, kebutuhan, dan minat anak, Proses pengembangan masih banyak menggunakan lembar kerja anak sehingga anak menjadi kurang antusias dalam mengikuti proses pengembangan di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. Maka mendorong peneliti untuk mengembangkannya melalui Permainan Mencari Harta Karun. Permainan harta karun metematika merupakan permainan mencari benda-benda yang terdapat angka matematika. Penelitian ini bertujuan untuk Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Permainan Mencari Harta Karun pada Kelompok B.1 di Raudhatul Athfal Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau lazim disebut Classroom Action Risearch. Alat pengumpul data terdiri dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus, dimana peneliti menggunakan dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Dalam satu siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil data penelitian pada siklus I diperoleh data anak dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak dari 18 anak yang Belum Berkembang (BB) sebanyak 7 anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 7 anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 2 anak dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 2 anak yang memiliki jumlah persentase 11%. Hal ini menunjukkan penelitian ini belum berhasil karena belum mencapai indikator keberhasilan yakni 80% sebanyak 15 anak, maka penelitian ini berlanjut pada siklus II dan diperoleh tidak ada anak yang Belum Berkembang (BB), Mulai Berkembang (MB) sebanyak 1 anak yang memiliki jumlah persentase 6%, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 2 anak yang memlilki jumlah persentase 11%, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 15 anak yang memiliki jumlah persentase 83%. Berdasarkan hasil dari analisis siklus II maka penelitian ini dikatakan berhasil dan dapat disimpulkan bahwa Permainan Mencari Harta Karun dapat Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak pada Kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung.


(4)

(5)

(6)

v MOTTO













































Artinya : Karun berkata: "Sesungguhnya Aku Hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada padaku". dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh Telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih Kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (Q.S Al-Qashas : 78)


(7)

vi

kepada orang yang selalu mencintai dan memberi makna dalam hidupku, terutama bagi :

1. Ayahanda Tatam Suryadi dan Ibunda Nik-nik Ruknini Dewi, yang telah mengasuh, merawat, mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang serta selalu mendoakanku disetiap sujudnya untuk keberhasilanku. 2. Untuk suami tercinta Roni Indrajaya yang telah mendoakan dan

memeberikan motivasi sehingga telah selesai skripsi ini.

3. Adikku tercinta Hipni Irvana Dewi dan Nadyya Aninda Putri yang selalu menjadi motivasi dan semangat keberhasilanku.


(8)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Mekar Mulya Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan, pada tanggal 19 Mei 1994, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang merupakan buah kasih sayang pasangan Bapak Tatam Suryadi dan Ibu Nik-nik Rukmini Dewi.

Penulis memulai pendidikan formal pada SD Negeri 3 Bandan Hurip Kalianda lulus tahun 2006. Penulis melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Palas Jaya selesai pada tahun 2009, SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung selesai pada tahun 2012.

Penulis melanjutkan pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Prodi PGRA, mulai pada tahun 2012 dan diselesaikan pada tahun 2017.


(9)

viii

penelitian yang berjudul Upaya Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan Mencari Harta Karun Pada Kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. Sholawat serta salam diperuntukkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan pengikutnya yang taat pada ajaran-ajaran agamanya.

Penulis menyusun skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung dan Alhamdulilah dapat penulis selesaikan sesuai dengan rencana.

Dalam upaya menyelesaikan penelitian ini,penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak serta dengan tidak mengurangi rasa terimakasih atas bantuan semua pihak, maka secara khusus penulis ingin menyebutkan sebagai berikut:

1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

2. Ibu Dr. Hj. Meriyati, M. Pd selaku ketua jurusan PGRA dan Ibu Dra. Romlah, M. Pd.I selaku sekertaris jurusan PGRA.

3. Ibu Dr. Rifda El Fiah, M. Pd selaku pembimbing I yang telah menyediakan waktu dan bimbinganya yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memotivasi penulis.


(10)

ix

4. Ibu Dra. Hj. Eti Hadiati, M. Pd selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu dan bimbinganya yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memotivasi penulis.

5. Indria Sari, S.Pd. Aud selaku kepala di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung

6. Seluruh dewan guru dan staf di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung 7. Teristimewa kepada Lilis Eriyani, serta rekan-rekan di PGRA Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung angkatan 2012 khususnya. Rani Hikmatullah, S. Pd. I Rizki Ayudia, S. Pd Adin Wijaya, Ahmad Nur, Januar Adi Negara yang selalu mendoakan member motivasi dan pengorbanan baik dari segi moril, materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh pihak yang mendukung penulisan skripsi ini semoga bantuan yang diberikan dengan penuh keikhlasan tersebut menjadi amal ibadah disisi Allah SWT.

Akhirnya semoga Allah SWT melimpahkan rahmad pahala-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis,dan semoga Allah menjadikannya sebagai amal jariyah dan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 2017

Rini Irawati Dewi NPM:1211070041


(11)

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 10

C.Pembatasan Masalah... 11

D.Rumusan Masalah... 11

E.Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORI A.Perkembangan Kognitif Anak ... 13

1... Pengertian Kognitif Berdasarkan Teori Piaget ... 13

2. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak ... 13

3. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Anak ... 15

4. Kemampuan Kognitif yang Dimiliki Anak Usia Prasekolah . 17 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan Kognitif Anak ... 19

6. Pengertian Perkembangan Konsep Bilangan ... 22

B.Permainan Harta Karun ... 22

1. Pengertian Bermain ... 22

2. Cara/Tips memilih Permainan untuk Anak ... 25

3. Manfaat Bermain Bagi Perkembangan Anak ... 27

4. Pengertian Permainan Harta Karun ... 28

5. Cara Bermain Permainan Harta Karun ... 30

C. Pengembangan Kecerdasan kognitif Anak Melalui Permainan Harta Karun ... 31

D. Hasil Penelitian yang Relevan……….. 33

E. Hipotesis Tindakan………... 34


(12)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 38

1. Tempat Penelitian... 38

2. Waktu Penelitian ... 38

3. Subjek Penelitian ... 38

C. Rencana Tindakan ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Teknis Analisis Data ... 46

F. Indikator Keberhasilan ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 50

B. Pelaksanaan Tindakan ... 58

1. Siklus I ... 58

2. Siklus II ... 67

C. Pembahasan ... 76

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

C. Penutup ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN


(13)

xiii


(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Indikator Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif Anak

Usia 4-5 Tahun sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009 tentang Standar

Pendidikan Anak Usia Dini ... 4 Tabel 2 Upaya Mengembangkan Kemampuan Konsep Bilangan Anak Menurut

Syamsu Yusuf L. N ... 5 Tabel 3 Hasil Perkembangan Awal Kemampuan Kognitif Anak Kelas B.1

RA Al-Ulya 3 Bandar Lampung ... 7 Tabel 4 Presentase Laporan Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak

(4-5 tahun) Kelompok B.1 Semester 2 Tahun 2015-1016 RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung ... 9 Tabel 5 Identitas Sekolah ... 53 Tabel 6 Keadaan Sarana dan Prasarana Gedung

RA Al-Ulya 3 Bandar Lampung ... 55 Tabel 7 Data Sarana dan Prasarana RA Al-Ulya 3 Bandar Lampung ... 56 Tabel 8 Data Alat Permainan Dan Sarana Pembelajaran

Di RA. Al-Ulya 3 Bandar Lampung ... 57 Tabel 9 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak

Pada Siklus I Pertemuan Ke-I ... 60 Tabel 10 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak

Pada Siklus I Pertemuan Ke-II ... 63 Tabel 11 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak

Pada Siklus I Pertemuan Ke-III... 66 Tabel 12 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak

Pada Siklus II Pertemuan Ke-IV ... 70 Tabel 13 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak

Pada Siklus II Pertemuan Ke-V ... 73 Tabel 14 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak

Pada Siklus II Pertemuan Ke-VI ... 75 Tabel 15 Hasil persentase Siklus I ... 77 Tabel 16 Hasil persentase Siklus II ... 77


(15)

xiv

Lampiran 2 Hasil dari Wawancara oleh Guru... 86 Lampiran 3 Kisi Observasi ... 87 Lampiran 4 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif melalui Permainan

Mencari Harta Karun ... 88 Lampiran 5 Catatan Lapangan ... 94 Lampiran 6 RKH ... 111 Lampiran 7 Gambar 3 Kegiatan Pembukaan Sebelum Melaksanakan Kegiatan 123 Lampiran 8 Gambar 4 Kegiatan Menjelaskan Kepada Anak Sebelum Memulai

Permainan Mencari Harta Karun ... 124 Lampiran 9 Kegiatan Pemanasan Sebelum Melakukan Permainan Mencari Harta

Karun ... 125 Lampiran 10 Kegiatan Setelah Melakukan Permainan Mencari Harta Karun ... 126


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

John Locke berpendapat bahwa ketika bayi dilahirkan. Dia seperti tabula rasa atau kertas kosong. Pikiran seorang anak merupakan hasil dari pengalaman dan proses belajar. Pengalaman dalam proses belajar yang diperoleh melalui indera membentuk manusia menjadi individu yang unik. Peran orang tua dalam perkembangan anak sangat dominan karena orang tua harus bertanggung jawab untuk mengajari anak tentang kendali diri serta rasionalitas, serta merancang, memilihkan, serta menentukan lingkungan dan pengalaman yang sesuai sejak anak dilahirkan.1

Pendidkan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan satu tahap pendidikan yang tidak dapat diabaikan karena ikut menentukan perkembangan dan keberhasilan anak. Seiring dengan perkembangan pemikiran tersebut, tuntutan dan kebutuhan layanan pendidikan anak usia dini pada saat ini cenderung semakin meningkat. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan anak usia dini, kesibukan orang tua, dan banyaknya sekolah dasar yang mempersyaratkan calon siswanya telah menyelesaikan pendidikan di Taman

1


(17)

Kanak-kanak telah mendorong tumbuh dan kembangnya lembaga penyedia layanan Pendidikan Anak Usia Dini.2

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 14 tentang sistem pendidikan Nasional menyatakan bahwa “pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pengasuhan, pembimbingan dan pendidikan untuk membantu pertumbuhandan perkembangan anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Pemahaman orang tua yang terbatas pada kebutuhan bahwa anaknya harus masuk TK sebelum ke SD, bahkan banyak yang mengharapkan agar anaknya sudah mampu membaca, menulis dan berhitung setelah menyelesaikan pendidikan di TK. Padahal pendidikan TK tidak mengharuskan pencapaian kemampuan membaca, menulis dan berhitung.3Akan tetapi dalam pendidikan TK pendidik harus selalu memberikan stimulus atau rangsangan agar anak berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Aspek perkembangan anak usia dini yang harus di rangsang salah satunya adalah aspek perkembangan kognitif anak.

Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berfikir. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati, jadi merupakan tigkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan

2

Yuliani Nurani Sujiono.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,(Jakarta: PT. Indeks, 2009), h. 34

3


(18)

3

atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan sebagai cara berfikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan.4

Perkembangan kognitif pada anak-anak dijelaskan dengan berbagai teori dengan berbagai peristilahan. Selanjutnya dikemukakan bahwa perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan pengalaman. Perkembangan kognitif dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapai.5

Untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak guru dapat menggunakan permainan dalam proses pembelajaran. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat, yang menghasilkan pengertian dan memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak. Jika kita benar-benar memahaminya maka pemahaman tersebut akan berdampak positif pada cara kita membantu proses belajar anak. Pengamatan ketika anak bermain secara aktif dan pasif, sangat membantu kita dalam memahami jalan fikiran anak, juga dapat meningkatkan keterampilan kita dalam berkomunikasi.

Adapun tingkat pencapaian perkembangan kognitif pada anak usia dini usia 4-5 tahun yang harus dicapai dalam pembelajaran PAUD, sesuai dengan

4

Soeminarti Patmonodewo. Pendidikan Anak Prasekolah. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 27

5


(19)

peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Indikator Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan NasionalRepublik

Indonesia No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini6

Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif

Konsep Bilangan

1. Mengetahui konsep banyak dan sedikit

2.Membilang banyak benda satu sampai sepuluh 3.Mengenal konsep bilangan

4.Mengenal lambang bilangan 5.Mengenal lambang huruf

Dalam kegiatan perkembangan di RA Al-Ulya Bandar Lampung metode dan media yang digunakan dalam mengembangkan kemampuan kognitif khususnya kemampuan konsep bilangan anak yang dicapai belum maksimal. Hal ini dapat terlihat dalam pengembangan mengetahui konsep banyak dan sedikit, membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf.

6

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar PAUD, h. 9


(20)

5

Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Upaya Mengembangkan Kemampuan Konsep Bilangan Menurut Syamsu Yusuf L. N Dikutip dalam bukunya Perkembangan Peserta Didik7

No. Potensi Aspek Upaya Pengembangan

1. Intelektual Konsep

Bilangan

a. Mengenalkan angka-angka b. Mengidentifikasi

kecerdasan anak melalui tes kecerdasan, dan memanfaatkannya untuk layanan bimbingan.

Sesuai dengan karakteristik anak usia TK tersebut, oleh karena itu pola pembelajaran harus menyangkut tema yang sederhana, intuitif/merangsang imajinasi, menarik dan belajar melaluiaktivitas bermain (metode bermain). Hal ini sesuai dengan naluri anak-anak yang senang jika diberikan permainan ketika proses perkembangan berlangsung. Oleh karena itu, sering ada ungkapan “belajar melalui bermain atau bermain seraya belajar” karena biasanya anak lebih cepat memahami pelajaran dengan cara diberikan permainan daripada harus membaca dan mendengarkan penjelasan guru.

Dalam konteks ini Moeslichatoen, R mengungkapkan bahwa bermain adalah suatu bentuk kegiatan yang memberikan kepuasaan pada diri anak dan

7

Syamsu Yusuf L. N, Perkembangan Peserta Didik, ( Jakarta: Grafindo Persada, 2011), h. 55-56


(21)

bersifat non serius, lentur, dan bahan bermain terkandung dalam kegiatan secara imajinatif ditransformasi sepadan dengan dunia orang dewasa.8

Pemahaman tentang bermain juga membuka wawasan dan menetralkan pendapat kita sehingga menjadi lebih luwes dalam menghadapi kegiatan bermain anak.Hasilnya, segala aspek perkembangan anak dapat kita dukung sepenuhnya. Kita dapat memberikan lebih banyak kesempatan pada anak-anak untuk bereksplorasi.9

Salah satu permainan yang dapat digunakan dalam mengembangkan kognitif anak adalah permainan hatra karun, permainan harta karun adalah merupakan permainan mencari benda-benda yang terdapat angka matematika. Siswa harus mencari angka dan mendapatkan sebanyak-banyaknya. Permaina ini akan membuat suasana kelas rebut.10

Berdasarkan laporan hasil pengamatan awal kelompok B.1 RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung dapat dilihat pada tabel berikut :

8

Moeslichatoen, R. Metode Pengajaran Ditaman Kanak-kanak. (Jakarta: Renika Cipta, 2004), h. 24

9

Agung Triharso, Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Andi, 2013), h. 1-2

10

Heru Kurniawan, Titi Anisatul Laely. 30 Permainan Kreatif untuk Kecerdasan Logika Matematika Anak, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.59


(22)

7

Tabel 3

Hasil Perkembangan Awal Kemampuan Kognitif Anak Kelas B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung

No Nama Anak Indikator Pencapaian Keterangan

1 2 3 4 5

1 Cheysa Arinta BB BB BB MB MB BB

2 Essy Kartika BB BB MB BB BB BB

3 Lovely Aura Ilza BB BB BB MB MB BB

4 M. Luthfi Keysar MB MB MB BSH MB MB

5 M. Daffa Mofian MB MB MB BSH MB MB

6 Nadira Aulia Azizah BSH BSH BSH MB BSH BSH

7 Nadya Salsabila MB MB BSH BSH BSH BSH

8 Putri Pujaan Q MB MB MB BB BB MB

9 Rizky Aditya BB BB BB BSH MB BB

10 Rarhan Ar-Ridho BB MB BB BB BB BB

11 Ramadhan Dhafi. P BSB BSB MB BSB MB BSB

12 Septiana Yasmin MB MB BB MB MB MB

13 Syifa Maulida BB MB BB BB BB BB

14 Shasa Vonilita BSB MB BSB BSB BSB BSB

15 Vahrezi Mulqy BB BB BB BB MB BB

16 Dina Aulia BB MB MB BB BB BB

17 Yustitia Marva BB MB MB BB BB BB

18 Engelita BB BB MB MB BB BB

Sumber: Laporan hasil pengamatan awal kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung

Keterangan Indikator Pencapaian :

1. Mengetahui konsep banyak dan sedikit

2. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh 3. Mengenal konsep bilangan

4. Mengenal lambang bilangan 5. Mengenal lambang huruf Keterangan:

BB : Belum Berkembang (skor 0%-25%)

1. Anak masih malu dan tidak percaya diri

2. Anak tidak dapat mengikuti kegiatan yang diberikan 3. Anak tidak faham dengan kegiatan yang diberikan MB : Mulai Berkembang (skor 26%-50%)

1. Anak dapat mengikuti kegiatan tetapi masih harus dibantu oleh guru atau temannya

BSH : Berkembang Sesuai Harapan (skor 51%-75%)

1. Anak dapat melakukan kegiatan yang diberikan tanpa bantuan guru BSB : Berkembang Sangat Baik (76%-100%)

1. Anak dapat melakukan kegiatan yang diberikan tanpa bantuan guru 2. Anak dapat membantu temannya melakukan kegiatan yang diberikan


(23)

Berdasarkan lapor hasil perkembangan kemampuan kognitif anak di kelas B.1 RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung diatas dapat dipahami bahwa masih banyak peserta didik yang belum berkembang. Dalam mengetahui konsep banyak dan sedikit sebanyak 10 anak yang belum berkembang, 5 anak mulai berkembang, 1 anak berkembang sesuai harapan, dan 2 anak berkembang sangat baik. Dalam kegiatan membilang banyak benda satu sampai 10 sebanyak 6 anak belum berkembang, 10 mulai berkembang, 1 anak berkembang sesuai harapan, dan 1 anak berkembang sangat baik. Dalam kegiatan mengenal konsep bilangan sebanyak 7 anak belum berkembang, 8 mulai berkembang, 2 anak berkembang sesuai harapan, dan 1 anak berkembang sangat baik. Dalam kegiatan mengenal lambang bilangan sebanyak 7 anak belum berkembang, 5 anak mulai berkembangan, 4 anak berkembang sesuai harapan, dan 2 anak bekembang sangat baik. Dalam kegiatan mengenal lambang huruf sebanyak 7 anak belum berkembang, 8 anak mulai berkembang, 2 anak berkembang sesuai harapan, dan 1 anak berkembang sangat baik. Berdasarkan laporan hasil perkembangan kemampuan kognitif anak pada pengamatan awal dapat diketahui hasil presentasenya adalah sebagai berikut:


(24)

9

Tabel 4

Presentase Laporan Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak (4-5 tahun) Kelompok B.1 Semester 2 Tahun 2015-1016 RA Al-Ulya 3 Rajabasa

Bandar Lampung

No. Nilai Indikator Pencapaian Jumlah

1 2 3 4 5

1 BB

10 anak 56%

6 anak

33% 7 anak 39% 7 anak 39% 7 anak 39% 8 anak 41%

2 MB

5 anak

28% 10 anak

56% 8 anak 44% 5 anak 28% 8 anak 44% 7 anak 40%

3 BSH

1 anak

5% 1 anak

6% 2 anak 11% 4 anak 22% 2 anak 11% 2 anak 11%

4 BSB

2 anak

11% 1 anak

5% 1 anak 6% 2 anak 11% 1 anak 6% 1 anak 8%

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari ke-3 indikator perkembangan kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun sesuai dengan Standar Pendidikan Anak Usia Dini masih rendah dari perkembangan yang diharapkan. Dalam kegiatan mengetahui konsep banyak dan sedik yang dicapai oleh anak hanya 56% belum berkembang, 28% mulai berkembang, 5% berkembang sesuai harapan, dan 11% berkembang sangat baik. Dalam kegiatan membilang banyak benda satu sampai sepuluh 33% belum berkembang, 56% mulai berkembang, 6% berkembang sesuai harapan, 5% berkembang sangat baik. Dalam kegiatan mengenal konsep bilangan 39% belum berkembang, 44% mulai berkembang, 11% berkembang sesuai harapan, 6% berkembang sangat baik. Dalam kegiatan mengenal lambang


(25)

bilangan sebanyak 39% belum berkembang, 28% mulai berkembang, 22% berkembang sesuai harapan, 11% berkembang sangat baik. Mengenal lambang huruf sebanyak 39% belum berkembang, 44% mulai berkembang, 11% berkembang sesuai harapan, 6% berkembang sangat baik.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis berinisiatif ikut serta memecahkan persoalan terhadap guru RA Al-Ulya 3 Rajabasa untuk menerapkan permainan mencari harta karun dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak. Di sisi lain penulis ingin memotret bagaimana perkembangan anak setelah diberikan permainan mencari harta karun dan kemudian menganalisa hasil akhir dari proses pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan kognitif tersebut, dengan menuangkan dalam sebuah judul: “Upaya Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Permainan Mencari Harta Karun pada Kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti mengidentifikasi masalah terhadap kekurangan-kekurangan dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak, diantaranya:

1. Keterbatasan guru di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung dalam mengemas permainan masih terlihat seadanya atau monoton dan permainan yang digunakan pun kurang bervariasi, sehingga kemampuan kognitif anak masih belum berkembang secara optimal.


(26)

11

2. Anak kurang tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Subyek yang diteliti hanya siswa kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung.

2. Penelitian ini di fokuskan pada pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini dengan cara permainan harta karun.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang

diajukan adalah “Apakah Permainan Mencari Harta Karun dapat

Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak pada Kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kondisi objektif kemampuan kognitif yang dimiliki

peserta didik kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. 2. Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak sesudah penilitian dilakukan

dengan menggunakan permainan mencari harta karun pada peserta didik kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung.


(27)

F.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu: a) Memberikan sumbangan pemikiran Untuk memperkaya ilmu pengetahuan bagi Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia terutama yang berkaitan dengan implementasi permainan harta karun dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan dasar anak.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: a) Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Dapat menambah pengetahuan dan

sumbangan pemikiran tentangcara meningkatkan kognitif anak, khususnya melalui permainan harta karun.

b) Bagi Anak didik. Anak didik sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai pembelajaran secara aktif, kreatif dan menyenangkan melalui permainan harta karun.

c) Bagi sekolah tempat anak belajar. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran serta menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kognitif anak.


(28)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Perkembangan Kognitif Anak

1. Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piaget

Menurut Santrock tahap perkembangan kognitif usia prasekolah terdiri dari dua tahap yaitu pada usia 2 sampai 4 tahun merupakan tahap fungsi simbolik. Namun diusia 4-7 tahun, anak usia prasekolah berada pada tahap pemikiran intuitif yaitu tahap dimana anak mulai dapat menggunakan penalaran primitifnya dan rasa ingin tahu jawaban atas semua hal yang ia tanyakan berkembang pesat. Piaget menyebut tahap ini intuitif karena anak-anak pada usia ini merasa begitu yakin akan apa yang dipahami dan diketahuinya, tetapi pengetahuanya tadi hanya berdasar intuisinya saja tanpa menggunakan pemikiran yang rasional.1

2. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak

Kognitif merupakan kata sifat yang berasal dari kata kognisi (kata benda). Pada kamus besar bahasa Indonesia, kognisi diartikan dengan empat pengertian, yaitu:

a) Kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan, termasuk kesadaran dan perasaan.

b) Usaha menggali suatu pengetahuan melalui pengalamanya sendiri.

1


(29)

c) Proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang. d) Hasil pemerolehan pengetahuan.

Kognitif juga dapat diartikan dengan kemampuan belajar atau berfikir atau kecerdasan, yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana.2

Menurut Desmita dalam bukunya menyatakan perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan) yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkunganya.3

Jadi perkembangan kognitif pada anak usia dini dapat diartikan sebagai perubahan psikis yang berpengaruh terhadap kemampuan berfikir anak usia dini. Dengan kemampuan berfikirnya, anak usia dini dapat mengeksplorasi dirinya sendiri, orang lain, hewan dan tumbuhan, serta berbagai benda yang ada disekitarnya sehingga mereka dapat memperoleh berbagai pengetahuan. Berbagai pengetahuan tersebut kemudian digunakan sebagai bekal bagi anak usia dini untuk melangsungkan hidupnya dan menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah SWT.4

2

Nova Ardy Wiyani. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Gava Media, 2014), h. 61

3

Desmita, Psikologi Perkembangan. (Bandung: Remaja Rosdakaria, 2013), h.103

4

Nova Ardy Wiyani. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Gava Media, 2014), h. 62


(30)

15

Dalam islam sendiri, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang keutamaan aktivitas berfikir yang dilakukan oleh individu untuk mendapatkan berbagai pengetahuan, misalnya firman ALLah SWT berikut ini:





























































Artinya: “apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(Qs. Az-Zumar: 9).

Berdasarkan pengertian kognitif di atas dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran merupakan istilah yang digunakan oleh para ahli psikologi yang berhubungan dengan fikiran yang memungkinkan memperoleh pengalaman serta mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses kehidupan manusia, dan dikenalkan sejak usia dini.

3. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Anak

Persoalan mengenai perkembangan kognitif anak seperti telah disinggung diatas berlangsung sejak baru lahir. Dan pendayagunaan ranah kognitif manusia sudah mulai sejak manusia itu mulai mendayagunakan kapasitor motor dan sensornya. Ada beberapa tahapan perkembangan kognitif antara lain adalah:


(31)

a. Sensorimotor (0-2 Tahun)

Pada tahap ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi antara pengalaman sensoris dengan gerakan mototrik-fisik. Bayi juga mulai mengembangkan kemampuan yang lebih dari sekedar refleks, namun sudah membentuk pola sensori motor yang kompleks serta mulai mengoprasikan simbol-simbol primitive.

b. Praoprasional (2-7 Tahun)

Pada tahap ini, anak mulai mampu menerangkan dunia melalui kata-kata dan gambar.Namun, anak belum mampu melakukan tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak melakukan secara mental hal-hal yang dahulu dilakukan secara fisik.

c. Oprasional Konkrit (7-11 Tahun)

Pada tahap ini, anak-anak mulai mampu berfikir logis untuk menggantikan cara berfikir sebelumnya yang masih bersifat intuitif-primitif, namun membutuhkan contoh-contoh konkret.

d. Operasional Formal (11-15 Tahun)

Pada tahap ini, individu melewati dunia nyata dan pengalaman konkret menuju cara berfikir yang lebih abstrak dan logis, sistematis, serta mampu mengembangkan hipotesis tentang penyebab terjadinya suatu peristiwa. Kemudian, dia menguji hipotesis tersebut secara dedukatif.Sebagai konsekuensinya, anak mulai mengembangkan


(32)

17

gambaran yang ideal, misalnya bagaimana menjadi orang tua yang ideal.5

4. Kemampuan Kognitif Yang Dimiliki Anak Usia Prasekolah a. Fungsi Simbolis

Fungsi simbolis menurut Piaget merupakan kemampuan individu untuk menggunakan representasi mental atau menggunakan simbol-simbol seperti kata-kata, angka dan gambar ketika individu meletakan pada maknanya. Simbol dapat membantu anak untuk mengenal dan mempelajari satu hal yang tidak hadir secara fisik atau tidak dapat dilihat anak secara langsung saat sedang mempelajarinya.

b. Memahami Identitas

Pada usia prasekolah, anak mulai dapat memahami identitas dari suatu objek. Anak sudah mulai bisa membedakan bahwa objek yang satu bisa sama atau berbeda dengan objek lain.

c. Memahami Sebab Akibat

Anak usia prasekolah, pada siatuasi yang ia pahami, anak sudah dapat menghubungkan sebab akibat secara akurat contohnya anak berbicara pelan-pelan karena khawatir ayahnya yang sedang tidur akan terbangun. Namun begitu, menurut Piaget anak belum dapat memahami sebab dan akibat secara logis sepenuhnya.

5


(33)

d. Memahami Klasifikasi

Pada usia sekitar 4 tahun, anak sudah dapat mengklasifikasikan dua hal yaitu warna dan bentuk. Anak sudah dapat membedakan nama yang “bagus dan jelek”, “baik dan jahat”. Anak sudah dapat membedakan mana yang sama dan mana yang berbeda. Dengan kemampuannya untuk mengklasifiksikan benda, anak akan lebih dapat mengatur banyak aspek dalam kehidupanya. Namun begitu, anak belum dapat memahami perbedan antara benda hidup dan benda mati. Anak masih sering memperlakukan benda mati sebagai benda hidup yang disebut dengan istilah animisme. e. Memahami Angka-Angka

Anak usia prasekolah khususnya mulai usia 4 tahun, mereka sudh dapat memahami konsep angka, mereka sudah dapat melakukan penjumlahan sederhana, mereka memahami konsep banyak dan sedikit, mereka sudah mengetahui binatang mana yang paling tinggi diantara binatang lainnya yang dinamakan dengan konsep ordinalitas.

f. Mampu Berempati

Pada usia prasekolah, anak sudah mulai mampu merasakan dan membayangkan apa yang dirasakan orang lain, contohnya saat anak melihat kakaknya sedang menangis karena benda yang dimiliki kakaknya hilang, siadik yang berusia prasekolah akan terlihat mencoba menghiburnya.

Kemampuan empati dapat muncul dari stimulasi sehari-hari saat bercakap-cakap dengan orang disekitarnya seperti ibu dalam membicarakan banyak


(34)

19

hal tentang perasaan dan sebab akibat. Bermain peran salah satu kegiatan yang dapat menstimulsi anak mengembangkan rasa empati dan teori pikiran. g. Memiliki Pikiran Sendiri (Teori Pikiran)

Teori pikiran atau theory of mind yang dikenalkan oleh Piaget merupakan kesadaran atau pemahaman akan proses mental manusia seperti adanya kepercayaan, keinginan, mimpi dalam diri sendiri maupun individu lain. 6

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan Kognitif Anak

Perkembangan tidak berakhir dengan pencapaian maturitas fisik saja namun perubahan terjadi sepanjang hidup, yang mempengaruhi sikap individu, proses kognitif, dan prilaku. Berkaitan dengan hal tersebut penulis akan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya mutu perkembangan kognitif anak, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia dini yang berasal dari diri anak sendiri. Faktor internal ini meliputi:

1). Faktor bawaan

Teori yang mendukung faktor ini adalah teori nativisme yang dipelopori oleh seorang filosof yang bernama Schopenhauer. Teori tersebut berpendapat bahwa perkembangan anak telah ditentukan

6


(35)

oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Faktor-faktor itulah yang dinamakan dengan faktor pembawaan dan pembawaan yang telah terdapat pada waktu anak dilahirkan itulah yang akan menentukan perkembanganya kelak.

2). Faktor kematangan

Tiap anak memili organ dan organ tersebut dapat dikatakan matang apabila telah mencapai kesanggupan dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Faktor kematangan ini berhubungan erat dengan usia kronologis atau usia kalender.

3). Faktor minat dan bakat

Minat mengarahkan pada dorongan untuk berbuat dengan lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkat bakat pada dasarnya merupakan kemampuanbawaan sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan agar dapat terwujud.

b. Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia dini yang berasal dari luar. Faktor eksternal ini meliputi:

1). Faktor lingkungan

Teori yang mendukung faktor ini adalah teori empirisme yang dikembangkan oleh John Locke dengan teorinya yang dinamakan dengan “tabula rasa”. Menurut John Locke, anak dilahirkan seperti kertas putih yang bersih tanpa noda (belum ada tulisan sedikit pun),


(36)

21

namun dalam perkembangannya kertas tersebut menjadi penuh dengan tulisan, dan bagai mana tulisan tersebut akan ditentukan oleh faktor lingkungan. Menurutnya, perkembangan kognitif anak akan sangat ditentukan oleh berbagai pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnyadari lingkungan di sekitarnya.

2). Faktor pembentukan

Pembentukan merupakan segala keadaan diluar diri anak yang mempengaruhi perkembangan kognitifnya. Pembentukan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pembentukan sengaja (pendidikan di sekolah) dan pembentukan tidak disengaja (pengaruh alam sekitar). 3). Faktor kebebasan

Kebebasan merupakan keleluasaan manusia untuk berfikir divergen (menyebar) yang berarti bahwa anak dapat memilih metode-metode tertentu dalam menyelesaikan tugasnya ataupun memecahkan masalah-masalahnya, dan termasuk dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhanya. Faktor kebebasan ini sangat terkait dengan pola asuh pendidikan PAUD ataupun orang tua kepada anaknya. Kebebasan ini akan muncul jika pendidik PAUD atau orang tua menerapkan pola asuh demokraris pada anak. Sebaliknya, jika pendidik PAUD atau orang tua menerapkan pola asuh yang otoriter


(37)

maka tidak akan muncul kebebasan, alhasil perkembangan kognitif anak pun menjadi terhambat.7

Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah faktor pembawaan anak sejak lahir, faktor orang tua atau keluarga terutama sifat dan keadaan mereka yang sifatnya menentukan arah perkembangan masa depan anak, lingkungan, tempat tinggal dan pengalaman pendidikan.

6. Pengertian Perkembangan Konsep Bilangan

Konsep bilangan adalah menujuk pada pemahaman dasar anak dalam mengenal angka-angka dan suatu konsep ketika anak mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika anak dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.8

B.Permainan Harta Karun 1. Pengertian Bermain

Bermain (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang.Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang timbulkanya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.Piaget menjelaskan bahwa

7

Nova Ardy Wiyani. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Gava Media, 2014), h. 73-75

8

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 170


(38)

23

bermain “terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional”. Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah kegiatan yang “tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar”.9

Meskipun bermain adalah dunia anak, namun orang tua harus mampu memilihkan permainan yang tepat untuknya diantaranya adalah pemainan harta karun.Permainan harta karun metematika merupakan permainan mencari benda-benda yang terdapat angka matematika.10Anak harus mencari angka dan mendapatkan sebanyak-banyaknya.Sebab, hanya permainan yang tepat yang akan mampu mencerdaskan anak. Permainan yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat meningkatkan kecerdasan anak.

Sebagai orang tua, kita memahami bahwa bermain bisa menjadi stimulus dari lingkungan yang dapat memaksimalkan tumbuh kembang dan kecerdasan anak.Melalui permainan yang dilakukannya, sesungguhnya anak sedang melakukan usaha untuk memaksimalkan seluruh kemampuanya.Akan tetapi, jangan lupa bahwa orang tua memiliki peran pentingdalam memilih permainan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

Kesesuaian antara permainan dengan usia anak memang sangat penting diperhatikan. Karena itu, kita harus mempertimbangkan secara tepat saat memilihkan suatu permainan untuk anak. Hal ini akan sangat

9

Elizabet B. Hurlock, Perkembangan Anak Jlid 1, (Jakarta: Erlangga, tth), h. 320

10

Heru Kurniawan dan Titi Anisatul Laeli, 30 Permainan Kreatif untuk Kecerdasan Logika Matematika, (Bandung: Alfabeta, 2014). h. 59.


(39)

membantunya mengeksplorasi diri dan lingkunganya dengan berbagai cara. Selain itu, anak yang memperoleh permainan yang sesuai dengan usianya juga bisa membantu membentuk kemampuan mengendalikan tubuh, memfungsikan dengan baik seluruh anggota tubuh, berfikir, mengekspresikan diri, dan memecahkan masalah.

Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak secara aktif terlibat dengan lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainya. Selama bermain, anak menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan atau alat, berinteraksi dengan orang lain dan mulai merasakan dunia mereka. Bermain menyediakan kerangka kerja untuk anak untuk mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan.Bermain adalah awalan dari semua fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan dalam kehidupan anak-anak.11

Apabila proses tersebut berjalan dengan baik, maka dengan sendirinya seluruh kemampuan anak, baik yang berhubungan dengan gerak motorik kasar, motorik harus, penglihatan, kemampuan komunikasi, maupun kemampuan sosialisasi akan semakin berkembang secara optimal. Seiring dengan itu, tentunya seluruh potensi kecerdasanya pun akan turut berkembang.

11

Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: PT. Indeks, 2009). H. 63


(40)

25

2. Cara/Tips memilih Permainan untuk Anak

Memang, tidak mudah memilihkan permainan yang tepat untuk anak, namun juga tidak sesulit yang dibayangkan. Agar kita memperoleh gambaran yang benar saat memilih permainan yang tepat untuk anak, berikut beberapa tips yang harus dilakukan:12

a. Memilih Permainan yang Bersifat Edukatif (Mendidik)

Permainan yang bersifat edukatif adalah permainan yang melatih kemampuan fisik, merangsang kemampuan berfikir, dan memberikan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak, seperti keikhlasan, kesediaan untuk berbagi, bersikap sabar, serta memiliki kesadaran terhadap pentingnya kerja sama.

b. Memilih Permainan yang Bersifat Khas dan Unik

Permainan yang khas dan unik ialah permainan yang didalamnya terdapat sejumlah unsur, seperti bermacam-macam warna, tekstur halus atau kasar, bunyi, dan gerakan.Manfaat dari unsur-unsur yang demikian itu adalah untuk mambantu merangsang imajinasi, kreativitas, intelektual, dan psikologi anak.

c. Memilih Permainan yang Tidak Membahayakan Fisik maupun Psikologi Anak

Ketika memilih permaian anak yang aman, kita jangan berfokus pada keamanan fisik semata, tetapi juga keamanan terhadap psikologi anak.Secara

12

John Rinaldi, Ratusan Game Edukatif untuk Anak Usia 0-3 Tahun, (Jogjakarta: Diva Press, 2014), h. 39-42.


(41)

psikologis, anak bisa mengalami sindrom ketakutan yang berlebihan pada permainan yang pernah menyakitinya.Bahkan, dalam satu kasus juga dapat menimbulkan penyimpangan dalam kepribadian anak.Oleh karena itu, jangan pernah mengabaikan pentingnya mempertimbangkan keamanan bagi psikologi anak saat memilihkan suatu permainan. Sedangkan, secara fisik, jangan lupa memperhatikan bahan main itu dibuat, serta dampak negatif yang bisa ditimbulkannya.

d. Memilih Permainan yang Sesuai dengan Perkembangan Usia, Fisik, dan Emosi Anak

Ada sebagian orang tua yang berpendapat bahwa anak yang pada masa kecilnya diperkenalkan dan dibiasakan dengan permainan yang seharusnya untuk anak usia lebih tua akan membantu mempercepat perkembangan otak sang anak. Tentunya, pandangan ini tidaklah benar. Sebab, memperlakukan anak dengan cara demikian justru bisa membahayakan anak itu sendiri, baik secara fisik maupun psikologinya.13

e. Memberikan Mainan Hasil Kreasi Sendiri

Mainan untuk anak tidak harus mahal.Sebagai orang tua, kita bisa memberikan mainan atau permainan yang merupakan hasil kreasi sendiri. Tentunya, ini akan jauh lebih aman daripada mainan yang dibeli ditoko. Kita sendiri dapat membangkitkan kreativitas yang terpendam. Selain jauh lebih murah (bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya), melalui mainan yang kita

13


(42)

27

buat sendiri, kita juga merangsang anak untuk berkarya dan berkreasi untuk membuat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.14

3. Manfaat Bermain Bagi Perkembangan Anak

Bermain adalah kegiatan utama yang mulai tampak sejak bayi berusia tiga atau emapt bulan.Kegiatan ini penting bagi perkembangan kognitif, sosial dan kepribadian anak.Selain itu, bermain juga memiliki fungsi emosional.Melalui bermain, anak merasakan berbagai pengalaman emosi, yaitu senang, sedih, bergairah, kecewa, bangga, marah dan sebagainya. Melalui bermain pula anak memahami kaitan antara dirinya dan lingkungan soaialnya, belajar bergaul, dan memahami aturan ataupun tata cara pergaulan.

Bermain memberikan banyak manfaat yang dapat menunjang perkembangan anak. Berikut manfaat-manfaat bermain bagi perkembangan anak :15

a. Bermain memengaruhi perkembangan fisik anak b. Bermain dapat digunakan sebagai terapi

c. Bermain meningkatkan pengetahuan anak d. Bermain melatih penglihatan dan pendengaran

e. Bermain memengaruhi perkembangan kreativitas anak f. Bermain mengembangkan tingkah laku sosial anak g. Bermain memengaruhi nilai moral anak

14

Ibid, h. 41

15

Agung Triharso, Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Andi, 2013), h. 10.


(43)

Bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada secara alamiah dalam diri anak.Dapat dikatakan tidak ada anak yang tidak suka bermain. Melalui bermain, seorang anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya karena banyaknya larangan yag dialami dalam hidupnya sehari-hari. Selain itu, aktivitas bermain dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan dalam diri anak yang tidak mungkin perpuaskan dalam kehidupan nyata. Bila anak dapat memperoleh kesempatan untuk menyalurkan perasaan tegang, tertekan, dan menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya, anak akan merasa lega dan rileks.

Dengan kegiatan bermain yang dilakukan bersama kelompok teman, anak mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan-kelebihan yang dia miliki.Hal tersebut membantu pembentukan konsep diri yang positif dalam diri anak mempunyai rasa percaya diri dan harga diri karena anak merasa memiliki kompetensi tertentu. Anak belajar bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku agar dapat bekerja sama dengan teman, bersikap jujur, kesatria, murah hati, tulus, dan sebagainya.16

4. Pengertian Permainan Harta Karun

Dunia anak adalah dunia bermain.Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai hal.Oleh karena itu bermain merupakan berbagai integral dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak untuk menjadi manusia seutuhnya.

16


(44)

29

Permainan ini adalah bermain yang menggunakan konsep matematika yaitu melalui kegiatan benda kongkrit, mengetahui konsep banyak dan sedikit, membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf.

Tujuan dari permainan ini adalah sebagai berikut: a. Melatih pengetahuan bilangan pada anak.17

b. Melatih kecerdasan dan daya ingat siswa c. Melatih kecerdasan siswa dalam berimajinasi d. Melatih mandiri dan teliti

e. Mengetahui kecerdasan siswa dalam menyelesaikan masalah18

Adapun alat dan bahan yang dapat digunakan dalam permainan harta karun antara lain adalah:

a. Kotak besar

b. Dompet sesuai jumlah anak, dan

c. Kartu angka (tiap angka jumlahnya dua)19

17

Syamsidah, 100 Permainan PAUD & TK, (Jogjakarta: Diva Kids, 2015), h. 79

18

Heru Kurniawan. Titi Anisatul Laely, 30 Permainan Kreatif untuk Kecerdasan Logika Matematika Anak, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 59

19


(45)

5. Cara Bermain Permainan Harta Karun

Adapun beberapa cara untuk bermain permainan harta karu, yaitu sebagai berikut:

a. Bagi anak menjadi beberapa kelompok dengan jumlah yang sama.

b. Masukan kartu angka pada masing-masing dompet. Kartu sisanya masukan kedalam kotak.

c. Letakan seluruh dompet di samping kotak besar.

d. Tentukan urutan bermain tiap kelompok dengan cara hompimpa. Tiap kelompok menyuruh satu wakilnya untuk hompimpa. Tentukan juga waktu yang dipakai dalam permainan ini, minimal 2 menit.

e. Setelah ada aba-aba, kelompok yang dapat giliran pertama akan mengambil dompet, masing-masing anak mendapat satu. Anak-anak itu akan membuka dompet dan menemukan kartu angka. Selanjutnya, anak akan mencari kartu angka dengan gambar angka yang sama pada kotak besar. Setelah dua menit, maka kelompok dengan giliran selanjutnya yang bermain.

f. Pemenangnya adalah kelompok yang paling banyak memperoleh harta karun dengan benar.20

20

Syamsidah, 100 Permainan PAUD dan TK di Dlam dan di Luar Kelas (Yogyakarta: Diva Kids, 2015), h. 79.


(46)

31

C.Pengembangan Kecerdasan kognitif Anak Melalui Permainan Harta Karun anak merupakan sosok individu sebagai makhluk sosiokultural yang sedang memahami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur dan prangkat biologis dan psikologisnya sehingga menjadi sosok unik. Anak mengalami suatu proses perkembangan yang fundamental berarti dalam arti bahwa pengalaman perkembangan pada masa usia dini dapat memberikan pengaruh yang kuat dan berjangka waktu lama sehingga melandasi proses perkembangan anak selanjutnya.

Usia pra sekolah merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, yang merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan.Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu, karena fase ini terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang.

Lingkungan sekolah, sebagai salah satu lembaga pendidikan memegang peran penting dalam menyiapkan generasi penerus. Proses pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam bentuk belajar mengajar. Keefektifan daya serap anak didik terhadap kegiatan yang sulit dan rumit dengan bantuan alat.Kemampuan kognitif anak dapat dilihat dari keaktifanya dan kemandirianya mampu kemampuanya dalam pembelajaran.Melaksanakan


(47)

kegiatan belajar mengajar dengan tujuan dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak bukanlah hal yang mudah.

Banyak ditemukan anak yang masih enggan untuk belajar. Proses pembelajaran yang efektif, menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi anak dipengaruhi oleh berbagai unsur, antara lain guru yang memahami secara utuh hakikat, sifat, karakteristiknya. Metode pembelajaran yang berpusat pada kegiatan, sarana belajar yang memadai juga menyennagkan.Alat permainan yang menarik dan menyenangkan, tersedianya berbagai sumber belajar yang mendorong anak untuk belajar. Secara khusus, tersedianya berbagai sumber belajar akan mendukung penciptaan kondisi belajar anak yang menarik dan menyenangkan.

Kegiatan bermain bagi anak adalah bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi dan penciptaan sesuatu.Sehingga bermain merupakan aktivitas yang selalu dilakukan oleh anak setiap hari.Sepanjang waktu, anak memanfaatkan untuk kegiatan bermain. Menurut Hurlock, arti yang tepat untuk bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Dengan kata lain, bermain dilakukan oleh anak memiliki tujuan untuk kegiatan bermain itu sendiri agar anak merasa gembira.21

Salah satu kegiatan bermain yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak adalah melalui permainan harta karun. Dengan permainan harta

21


(48)

33

karun guru dapat mengetahui konsep banyak dan sedikit. Melalui permainan ini anak dapat bermain seraya belajar, dengan begitu tanpa disadari anak dapat belajar mengenal konsep bilangan.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu tentang upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui permainan harta karun yang dilakukan oleh Dewi Komalasari digunakan sebagai kajian penelitian yang relevan dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK).Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik yang disusun dari 4 tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui permainan harta karun. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelompok A yang ada di TK Abuliyatama Banjarmadu Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan yang berjumlah 17 anakyang terdiri dari 8 perempuan dan 9 laki-lakiyang masih memiliki ciri-ciri atau karakteristik anak dengan kemampuan kognitif yang masih rendah.

Penelitian ini bersifat kolaboratif antarapeneliti, guru kelas dan kepala sekolah. Data dikumpulkan melalui lembar observasi,dan catatan lapangan. Data tentang kemampuan kognitif dan penerapan pembelajaran melalui permainan harta karun dikumpulkan melalui observasi. Keabsahan data


(49)

diperiksa dengan triangulasi. Data dianalisis dengan tehnik komparatif, yaitu membandingkan hasil yang dicapai oleh anak dengan indikator kinerja.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam menggunakan permainan mencari harta karun terhadap kemampuan mengenal angka 1-10 pada anak kelompok A di TK Abuliyatama Banjarmadu Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan hasil skor pretest dan posttest, hasil skor posttest menunjukkan skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan pretest. Hasil skor pada saat pretest adalah 116 dengan rata-rata 6,82, sedangkan pada skor posttest diperoleh hasil skor 175 dengan skor rata-rata 10,29. Hasil skor dan rata-rata tersebut diperoleh dari hasil observasi terhadap 17 anak kelompok A di TK Abuliyatama Banjarmadu Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan.22

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian relevan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan adalah Penerapan Permainan Harta Karun dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung mencapai 80%.

22

http://dokumen.tips/documents/pengaruh-permainan-mencari-harta-karun-terhadap-kemampuan-mengenal-angka-1-10.html


(50)

35

F.Kerangka Berfikir

Kondisi awal

Guru belum menggunakan permainan harta

karun

Perkembnagan kognitif anak rendah

Tindakan

Menggunakan permainan harta

karun

Siklus I

Pengenalan konsep bilangan

Siklus II

Pengenalan permainan harta

karun Kondisi akhir

Diduga penggunaan permainan mencari harta karun dapat

meningkatkan kemampuan kognitif


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. Secara umum metode penelitian diartikan “sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.1

Menurut Hopkins PTK adalah satu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakanya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.

Sedangkan menurut Suyanto PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara professional.2

Wina Sanjaya mendefinisikan PTK sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan

1

Sugiyono, Metode Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,2010), h. 3

2


(52)

37

masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.3

Menurut Kusnandar penelitian tindakan kelas ada tiga unsur atau konsep, yakni sebagai berikut.

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.

2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.4

Walaupun PTK memiliki sejumlah kelebihan, akan tetapi PTK juga memiliki keterbatasan, yaitu keterbatasan yang berkaitan dengan aspek peneliti atau guru itu sendiri. Guru-guru dalam melaksanakan tugas pokoknya cenderung konvensional.Mereka biasanya sulit untuk mengubah kebiasaan mengajarnya, apalagi diajak untuk meneliti.Banyak guru yang beranggapan bahwa tugas mereka terbatas pada pelaksanaan mengajar saja.5

3

Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana, 2009), h.26.

4

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), h. 45

5


(53)

B. Seting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung pada siswa kelompok B.1.

2. Waktu penelitian

Penelitian Ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini berlangsung sesuai dengan kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dikelas.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas B.1 RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017, dengan jumlah peserta didik 18 anak yang terdiri dari 6 laki-laki dan 12 perempuan, Penulis memilih kelas kelompok B.1 karena kemampuan kognitif yang dicapai anak masih rendah. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah perkembangan kemampuan kogniti anak melalui permainan mencari harta karun.

C. Rencana Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang lazim disebut dengan Classroom Actoin Research ( Penelitian Tindakan Kelas ), adalah salah


(54)

39

satu jenis penelitian yang dilakukan guru untuk mengembangkan kualitas pembelajaran di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung.

Penelitian tindakan kelas menurut kunandar adalah sebagai suatu penelitian tindakan (Actoin Research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakan (treatmen) tertentu dalam suatu siklus.6

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus dimana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflekstion), dan selanjutnya diulang kembali dalam satu siklus. Adapun penelitian ini membahas permainan mencari harta karun di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. Menurut Suharsimi Arikunto, dkk “ model Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) atau PTK, desain dapat digambarkan sebagai berikut7

.

6

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), h. 45.

7


(55)

Gambar 1

Siklus yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas Di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung

TINDAKAN

Sumber : Model siklus Classroom Action Research dari Suharsimi Arikunto. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmiss & Mc Taggart8

Berdasarkan alur penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut diatas, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut:

a. Perencanaan

Menurut Wahidmurni dan Nur Ali “ perencanaan adalah kegiatan perancangan untuk pemecahan masalah.” Dalam tahapan ini peneliti

8

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.16.

Perencanaan

SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan

Observasi

Perencanaan

SIKLUS II

Refleksi Pelaksanaan


(56)

41

menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.9

Perencanaan tersebut antara lain yaitu:

1) Melakukan identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya merumuskan persoalan bersama-sama antara guru dengan peneliti, baik menyangkut permasalahan guru dan peserta didik.

2) Merumuskan spesifikasi alternative sementara dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui permainan harta karun.

3) Menyusun rancangan pelaksanaan tindakan berdasarkan kelompok, mencakup pembatasan materi, metode, dan media yang digunakan sesuai tema kegiatan.

4) Menjelaskan kepada guru cara permainan harta karun. b. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah implementasi dari rencana yang sudah dibuat. Setelah diperoleh gambaran keadaan di kelas B.1 pada saat kegiatan pengembangan kemampuan kognitif, aktifitas peserta didik, dan sarana belajar.Maka dilakukan tindakan yaitu, melalui pembelajaran menggunakan penerapan permainan harta karun. Tahap ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah disusun.

9


(57)

c. Observasi

Menurut Kunandar observasi dalam PTK adalah kegiatan pengumpulan data yang berupa perubahan proses kinerja PBM.10 Observasi ini dilakukan untuk mengetahui tindakan yang dilakukan guru dan dampak terhadap hasil, artinya perubahan apa saja yang terjadi, dan masing-masing seberapa besar telah terjadi dalam proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik setelah dilakukan tindakan serta mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.11

d. Refleksi

Menurut Latief, dalam bukunya Wahid Murni dan Nur Ali, mengatakan bahwa refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil pengamatan untuk menentukan sudah sejauh mana pengembangan metode yang sedang dikembangkan telah berhasil memecahkan masalah dan apabila belum berhasil, fokus apa saja yang menjadi penghambat kekurangan keberhasilan tersebut.12

jika hasil dari kegiatan pengembangan kognitif melalui permainan harta karunpada penelitian siklus I belum mencapai 80%. Maka akan dilanjutkan pada tindakan siklus II. Perencanaan pelaksanaan pada siklus II

10

Kunandar, Op, Cit, h. 73

11

Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, ( Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri, 2009), h. 86

12

Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas (Malang : UM PRESS, 2008), h. 101


(58)

43

hampir sama dengan siklus I, akan tetapi pada siklus II mengalami perbaikan dari siklus I. Hasil observasi dan tes atau penilaian dalam setiap siklus sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan prestasi belajar.

e. Evaluasi dan Revisi

Analisis dan interpretasi hasil pelaksanaan tindakan menjadi dasar untuk melakukan evaluasi dalam menentukan keberhasilan atau pencapaian tujuan tindakan. Dalam penelitian ini, evaluasi yang dilakukan adalah: 1) Evaluasi jangka pendek, yaitu evaluasi yang dilakukan setiap kali

tindakan atau pembelajaran untuk mengetahui keberhasilan dalm suatu tindakan.

2) Evaluasi yang dilakukan untuk setiap putaran/siklus untuk mengetahui tingkat untuk mengetahui pencapaian tindakan.

f. Indikator Keberhasilan Tindakan

Adapun kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah untuk:

1) Memberi makna terhadap proses kegiatan pengembangan mengenal konsep mengenal bilangan setelah pelaksanaan tindakan digunakan kriteria, yaitu membandingkan aktivitas belajar peserta didik pada tindakan/siklus pertama dengan tindakan berikutnya. Apabila keadaan setelah tindakan menunjukkan aktifitas peserta didik lebih baik dalam


(59)

mengikuti kegiatan dari pada sebelum tindakan, dapat dikatakan bahwa tindakan telah berhasil.

2) Memberikan makna terhadap keberhasilan tindakan didasarkan pada kemampuan peserta didik, yang dapat dilihat dari pencapaian nilai tes belajar sesuai dengan Tingkat Capaian Perkembangan melalui indikator kegiatan yang diberikan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Selanjutnya untuk memperoleh data atau informasi digunakan teknik sebagai berikut:

a. Pengamatan (observasi)

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan dalam rangka mencatat semua yang dilakukan yang terkait dalam hal penelitian tindakan kelas ini. Menurut pendapat Suharsimi Arikunto “ observasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengamat ketika sedang berlangsung”.13

Observasi ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang kegiatan pengembangan kognitif di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian seperti kegiatan pengembangan kognitif pada anak di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung.

13


(60)

45

b. Interview

Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancara.14Interview ini ditujukan kepada guru mengenai aspek perkembangan dasar anak khususnya perkembangan kognitif. Metode ini digunakan untuk mewawancarai guru guna memperoleh data-data yang berhubungan dengan metode pengembangan yang digunakan orangtua dan guru dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak serta melakukan observasi langsung terhadap peserta didik.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.15Penulis menggunakan metode ini sebagai alat untuk memperoleh data tentang perkembangan kognitif, memperoleh data tentang hasil karya kerja anak dalam belajar, kegiatan anak yang berkaitan dengan kemampuan kognitif.

14

Ibid, h. 198.

15


(61)

E.Teknik Analisa Data

Model analisis yang digunakan dalam analisis ini adalah “ model interaktif yang dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi”. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus didalam proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung. Berikut uraian tentang alur analisis data yang didapat melalui berbagai pengumpulan data.

1) Reduksi Data

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila diperlukan.16 Dalam kaitan ini penulis menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorian kedalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.

16


(62)

47

Menurut Dirjen Mandas DIKNAS 2010 dikutip dari Dimyanti, berpendapat bahwa pengukuran pengamatan terhadap awal pada lembaran observasi dibagi menjadi empat criteria penilaian, yaitu:17

1. BB (Belum Berkembang) 2. MB (Mulai Berkembang)

3. BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 4. BSB (Berkembang Sangat Baik)

Penelitian akan menghitung jumlah persentase pada setiap anak untuk dianalisis. Analisis persentase dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

X% = n x 100% N

Keterangan : X% = Persentase yang dicari

n = Jumlah kemampuan yang diperoleh N = Skor maksimal

Persentase Kategori Penilaian

No. Jenis Penilaian Nilai Persentase

1. BB (Belum Berkembang ) 0% - 25%

2. MB ( Mulia Berkembang ) 26% - 50%

3. BSH ( Berkembang Sangat Baik ) 51% - 75% 4. BSB ( Berkembang Sesuai Harapan ) 76% - 100%

17

Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Menejemen, Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jendral Pembinaan SD dan TK, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2010), h.11.


(63)

2) Display Data

Supaya data yang banyak dan telah direduksi mudah dipahami baik oleh peneliti ataupun orang lain, maka data perlu disajikan. Bentuk penyajiannya adalah teks naratif (pengungkapan secara tertulis) tujuannya adalah untuk memudahkan dalam mendskripsikan suatu peristiwa, sehingga memudahkan dalam mengambil kesimpulan. Dalam penyajian data ini peneliti menggambarkan hasil dari penerapan permainan harta karun untuk mengembangkan kemampuan kognitif melalui permainan harta karun anak usia dini di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung.

3) Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari analsisi data.Aktifitas ini dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap hasil analisis, menjelaskan pola urutan dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi yang diuraikan.18

Tahap ini sangat penting dilakukan, sebab tanpa adanya kesimpulan maka data yang dianalaisis dan disajikan tidak akan berarti apa-apa. Penarikan kesimpulan dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.Sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif, dianalisis secara kuantitatif/menggunakan rumus-rumus statistik.Dalam hal ini, peneliti menghitung nilai rata-rata (mean).

18


(1)

Siklus Pertemuan Nilai Perkembangan Hasil Persentase

BB 50%

9 anak

1 MB 28%

5 anak

BSH 17%

3 anak

BSB 5%

1 anak

BB 45%

8 anak

I 2 MB 33%

6 anak

BSH 11%

2 anak

BSB 11%

2 anak

BB 39%

7 anak

3 MB 39%

7 anak

BSH 11%

2 anak

BSB 11%

2 anak

BB 28%

5 anak

4 MB 22%

4 anak

BSH 22%

4 anak

BSB 28%

5 anak

BB 11%

2 anak

II 5 MB 17%

3 anak

BSH 33%

6 anak

BSB 39%

7 anak

BB 0%

0 anak

6 MB 6%

1 anak

BSH 11%

2 anak

BSB 83%

15 anak

permanan mencar harta karun pada kelompok B.1 di Raudhatul Atfhal Al-Ulya 3 Raja Basa Bandar Lampung


(2)

Diagram Batang Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan analisis pada siklus I dan siklus II maka dapat penulis simpulkan bahwa perkembangan kognitif dapat dikembangkan melalui permainan harta karun. Dengan melalui permainan harta karun anak dapat berimajinasi dan mudah untuk memahami perkembangan kognitif.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

Pertemuan IV

Pertemuan V Pertemuan VI

BB

MB

BSH


(3)

BAB V

KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdsarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif dapat dikembangkan melalui permainan mencari harta karun. Peneliti melakukan kegiatan permainan mencari harta karun yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak usia dini, sehingga dapat mengembangkan kemampuan mereka khususnya kemampuan kognitif.

Berdasarkan hasil data penelitian pada siklus I diperoleh data anak dalam mengembangkan kemampuan kognitif khususnya tingkat pencapaian mengetahui konsep banyak dan sedikit, membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf, dari 18 anak yang Belum Berkembang (BB) sebanyak 7 anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 7 anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 2 anak dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 2 anak yang memiliki jumlah persentase 11%. Hal ini menunjukkan penelitian ini belum berhasil karena belum mencapai indikator keberhasilan yakni 80% sebanyak 15 anak, maka penelitian ini berlanjut pada siklus II dan diperoleh tidak ada anak yang Belum Berkembang (BB), Mulai Berkembang (MB) sebanyak 1 anak yang memiliki jumlah persentase 6%, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 2 anak yang memlilki jumlah persentase 11%, dan Berkembang Sangat Baik (BSB)


(4)

sebanyak 15 anak yang memiliki jumlah persentase 83%. Berdasarkan hasil dari analisis siklus II maka penelitian ini dikatakan berhasil dan dapat disimpulkan bahwa Permainan Mencari Harta Karun dapat Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak pada Kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil penelitian di lapangan maupun secara teoritis, maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut :

1. Bagi pihak sekolah memfasilitasi proses belajar mengajar dengan melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

2. Perlunya koordinasi antara pengelola RA, tenaga kependidikan dengan lingkungan masyarakat secara intensif dan berkesinambungandalam rangka mengupayakan peningkatan kualitas pembelajaran, sehingga akan meningkatkan pula prestasi dan kualitas sekolah.

C. Penutup

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan tidak lupa sholawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang penuh barokah dan kita nantikan syafa’atnya di yaumil akhir nanti amin.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. PendidikanbagiAnakBerkesulitanBelajar. Jakarta: RinekaCipta.

ArdyWiyani , Nova. 2014. PsikologiPerkembanganAnakUsiaDini. Yogyakarta: Gava Media.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2014. PenelitianTindakanKelas. Jakarta: BumiAksara. B. Hurlock. Elizabet.Tth.PerkembanganAnakJlid 1. Jakarta: Erlangga.

Dinar Pratisti,Wiwien. 2008. PsikologiAnakUsiaDini. Jakarta: PT. Indeks. Hapsari Iriani Indri. 2016. Psikologi Perkembangan Aanak. Jakarta: Indeks.

http://dokumen.tips/documents/pengaruh-permainan-mencari-harta-karun-terhadap-kemampuan-mengenal-angka-1-10.html

Kunandar. 2012. LangkahMudahPenelitianTindakanKelas. Jakarta: RajagrafindoPersada.

Kurniawan, Heru, TitiAnisatulLaely. 2014. 30

PermainanKreatifuntukKecerdasanLogikaMatematikaAnak. Bandung: Alfabeta.

Mar’at Sa su uwiyati. . Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakaria.

Muslih Masnur. 2013. Melaksanakan PTK itu Mudah. Jakarta: Remaja Rosdakaria.

NuraniSujiono, Yuliani. 2009. KonsepDasarPendidikanAnakUsiaDini. Jakarta: PT. Indeks.

NuraniSujiono, Yuliani. 2009. KonsepDasarPendidikanAnakUsiaDini. Jakarta: PT. Indeks.

Patmonodewo ,Soeminarti. 2003. PendidikanAnakPrasekolah. Jakarta: PT. RinekaCipta.

PeraturanMenteriPendidikanNasionalRepublik Indonesia nomor 137 Tahun 2014 tentangStandar PAUD.

PeraturanMenteriPendidikanNasionalRepublik Indonesia nomor 58 Tahun 2009 tentangStandar PAUD.


(6)

R. Moeslichatoen. 2004. MetodePengajaranDitamanKanak-kanak. Jakarta: RenikaCipta.

Rinaldi, John. 2014. Ratusan Game EdukatifuntukAnakUsia 0-3 Tahun. Jogjakarta: Diva Press.

Sanjaya, Wina. 2009. PenelitianTindakanKelas. Jakarta: Kencana.

Sugiyono, 2010.MetodePendidikanPendekatanKualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syamsidah, 2015. 100 Permainan PAUD & TK. Jogjakarta: Diva Kids.

Triharso, Agung. 2013. PermainanKreatifdanEdukatifuntukAnakUsiaDini. Yogyakarta: Andi.

Yusuf L.N, Syamsu, Nani M. Sugandhi. 2012. PerkembanganPesertaDidik. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.


Dokumen yang terkait

MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI PERMAINAN HARTA KARUN GEOMETRI PADA Mengembangkan Kecerdasan Logika Matematika Anak Melalui Permainan Harta Karun Geometri Pada Kelompok B Di TK Aisyiyah Bentangan Wonosari Klaten Tahun Ajaran 2015/

0 4 16

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK SUSUN PADA ANAK KELOMPOK B Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan Balok Susun Pada Anak Kelompok B TK Mojorejo 2 Kec. Karangmalang Kab. Sragen Tahun 2014/2015.

0 1 15

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI PERMAINAN MENCARI PASANGAN PADA ANAK KELOMPOK A DI Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Melalui Permainan Mencari Pasangan Pada Anak TK ABA Troketon 2 Pedan Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 15

Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Alat Permainan Edukatif Pada Kelompok B di Kelompok Bermain Islam Dan Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Alat Permainan Edukatif Pada Kelompok B di Kelompok Bermain Islam Dan Raudhatul Athfal Taqiyya

0 3 18

Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Alat Permainan Edukatif Pada Kelompok B di Kelompok Bermain Islam Dan Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Alat Permainan Edukatif Pada Kelompok B di Kelompok Bermain Islam Dan Raudhatul Athfal Taqiyya

0 1 19

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK KELOMPOK B Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Melalui Permainan Balok Pada Anak Kelompok B TK ABA Tambakboyo Pedan Klaten Semester I Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 14

MENGEMBANGKAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI METODE BERCERITA DI KELOMPOK B.1 RA AL ULYA BANDAR LAMPUNG

1 12 147

UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN BALOK DI RAUDHATUL ATHFAL HARAPAN BUNDA BANDAR LAMPUNG

3 21 247

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) DI RAUDHATUL ATHFAL AR RUSSYDAH I KEDATON BANDAR LAMPUNG

3 22 148

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK KELOMPOK B MELALUI PERMAINAN TANGGA LITERASI DI RA (RAUDHATUL ATHFAL) AL-BARAAKAH SARIHARJO NGAGLIK SLEMAN.

0 0 166