PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR MELALUI METODE CERAMAH TERHADAP PRESTASI AKADEMIK DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS V SD NEGERI GUGUS III KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA.

(1)

i

PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR MELALUI METODE CERAMAH TERHADAP PRESTASI AKADEMIK DAN

KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS V SD NEGERI GUGUS III KECAMATAN KOTAGEDE

YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Nikita Mulyawati NIM 13108241006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR MELALUI METODE CERAMAH TERHADAP PRESTASI AKADEMIK DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS V SD NEGERI GUGUS III KECAMATAN

KOTAGEDE YOGYAKARTA Oleh

Nikita Mulyawati NIM 13108241006

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterampilan mengajar melalui metode ceramah terhadap prestasi akademik dan kecerdasan emosional siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian Ex-post Facto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri kelas V Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta yang berjumlah 176 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan skala untuk mengumpulkan data keterampilan mengajar melalui metode ceramah dan kecerdasan emosional, sedangkan prestasi akademik menggunakan dokumentasi. Uji instrumen meliputi uji validitas menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Teknik analisis data menggunakan regresi sederhana.

Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh signifikan antara keterampilan mengajar melalui metode ceramah dengan prestasi akademik siswa, dengan nilai signifikansi 0,001 < 0,5. Hasil dari R2 sebesar 6,1%, hal ini berarti keterampilan mengajar melalui metode ceramah memiliki sumbangan efektif sebesar 6,1% terhadap prestasi akademik, sedangkan 93,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. (2) terdapat pengaruh signifikan antara keterampilan mengajar melalui metode ceramah dengan kecerdasan emosional siswa, dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil dari R2 sebesar 18,7%, hal ini berarti keterampilan mengajar melalui metode ceramah memiliki sumbangan efektif sebesar 18,7% terhadap kecerdasan emosional, sedangkan 81,3% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.


(3)

iii

“THE EFFECT OF TEACHING SKILLS WITH LECTURE METHODS ON

ACADEMIC ACHIEVEMENT AND EMOTIONAL INTELLIGENCE ON 5th GRADE STUDENTS OF PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL CLUSTER III,

KOTAGEDE SUBDISTRICT OF YOGYAKARTA” By

Nikita Mulyawati 13108241006

ABSTRACT

This research aims to find out the effect of teaching skills with lecture method on academic achievement and emotional intelligence on 5th grade students of cluster III, Kotagede subdistrict of Yogyakarta.

This research used a quantitive approach to the type of research is expost facto. Population in this research were all students in 5th grade of public elementary school students on cluster III, Kotagede subdistrict of Yogyakarta which amounts to 176 students. Scale used to collect the data about teaching skills with lecture method and emotional intelligence. Documentation used to collect the data about academic achievement. The validity test used Product Moment and reliability test used Alpha Cronbach. Data analysis techniques used simple regression analysis.

The result of simple regression analysis shows that: (1) there is significant effect between teaching skills with lecture method on academic of students, indicated by the value of significance 0,001 < 0,05. The R2 contribution of 6,1%, it means that teaching skills with lecture method have the effective contribution of 6,1% on academic achievement, whereas 93,9% is influenced by another variable outside the research. (2) there is significant effect between teaching skills with lecture method on emotional intelligence of students, indicated by the value of significance 0,000 < 0,05. The R2 contribution of 18,7%, it means that teaching skills with lecture method have the effective contribution of 18,7% on emotional intelligence, whereas 81,3% is influenced by another variable outside the research.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

“Fa-inna ma‟al „usri yusran”

(Karena sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan) (QS. Al-Insyirah:5)

“Jangan samakan perjuanganmu dengan orang lain, karena sudah jelas itu berbeda. Nikmati saja, pasti ada indahnya.”

(Penulis)

“Belajar bersabar adalah hal yang wajib dilakukan karena rencana Allah pasti lebih indah.”


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak, Ibu, kakak, dan keluarga besar tercinta yang telah memberikan do’a dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, Nusa dan Bangsa.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengaruh Metode Ceramah terhadap Prestasi Akademik dan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta” dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah banyak memberikan saran/masukan, bimbingan dan motivasi dengan sabar selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Bapak Dr. Sujarwo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Statistika yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian Tugas Akhir Skripsi dapat terlaksana sesuai tujuan.

3. Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd., Ibu Safitri Yosita Ratri, S.Si, M.Pd, M.Ed., dan Ibu Dr. Farida Agus Setiawati, M.Si. selaku Ketua Penguji, Sekretaris Penguji, dan Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan terhadap Tugas Akhir Skripsi ini.

4. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya Tugas Akhir Skripsi ini.

5. Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Ahir Skripsi.

6. Kepala Sekolah SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.

7. Guru Kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta yang telah membantu dan memerikan pengarahan dalam penelitian.


(10)

x

8. Ibu dan Bapak yang selalu memberikan do’a dan semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.

9. Saudara Firman Dwi Prabowo yang selalu menemani, memberikan semangat, motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.

10.Teman-teman yang selalu membantu, memberi semangat dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.

11.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang setimpal. Demikianlah skripsi ini saya buat semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, Mei 2017 Peneliti,


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 13

1. Pengertian Keterampilan Mengajar ... 13

2. Pengertian Metode Ceramah ... 14

3. Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 16

B. Prestasi Akademik ... 25

1. Pengertian Prestasi Akademik ... 25

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik ... 26

C. Kecerdasan Emosional ... 28

1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 28

2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ... 29

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... 31

D. Penelitian yang Relevan ... 32

E. Kerangka Pikir ... 33

F. Hipotesis ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C. Variabel Penelitian ... 38

D. Definisi Operasional ... 38


(12)

xii

2. Prestasi Akademik ... 39

3. Kecerdasan Emosional ... 39

E. Populasi ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Dokumentasi ... 40

2. Skala ... 40

G. Instrumen Penelitian ... 41

1. Lembar Skala ... 41

a. Pembuatan Kisi-Kisi Instrumen ... 41

b. Penskoran Instrumen ... 43

c. Uji Coba Instrumen ... 44

1) Uji Validitas ... 44

2) Analisis Item ... 45

3) Uji Reliabilitas ... 45

d. Hasil Uji Coba Instrumen ... 45

1) Analisis Item Instrumen Metode Ceramah ... 45

2) Analisis Item Instrumen Kecerdasan Emosional ... 46

3) Uji Reliabilitas Instrumen ... 47

2. Dokumentasi ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 49

1. Analisis Data Deskriptif... 49

2. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 54

C. Hasil Analisis Deskriptif ... 54

D. Pengujian Hipotesis ... 70

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

F. Keterbatasan Penelitian ... 75

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN ... 77

B. SARAN ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Siswa Kelas V Gugus III Kecamatan Kotagede ... 40

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 42 Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional ... 43

Tabel 4. Alternatif Jawaban Instrumen ... 44

Tabel 5. Hasil Ringkasan Analisis Item Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 46 Tabel 6. Hasil Ringkasan Analisis Item Kecerdasan Emosional ... 47

Tabel 7. Hasil Uji Coba Instrumen ... 48

Tabel 8. Rumus Perhitungan Kategori ... 51

Tabel 9. Hasil Analisis Deskriptif ... 55

Tabel 10. Skor Indikator Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 56 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 58 Tabel 12. Rumus Klasifikasi Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 60 Tabel 13. Klasifikasi Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 60 Tabel 14. Distrbusi Frekuensi Prestasi Akademik ... 62

Tabel 15. Rumus Klasifikasi Prestasi Akademik ... 63

Tabel 16. Klasifikasi Prestasi Akademik ... 64

Tabel 17. Skor Indikator Kecerdasan Emosional ... 65

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional ... 67

Tabel 19. Rumus Klasifikasi Kecerdasan Emosional ... 69

Tabel 20. Klasifikasi Kecerdasan Emosional ... 69 Tabel 21. Hasil Analisis Regresi Keterampilan Mengajar melalui

Metode Ceramah terhadap Prestasi Akademik ... 70 Tabel 22. Hasil Analisis Regresi Keterampilan Mengajar melalui

Metode Ceramah dengan Kecerdasan Emosional ... 71


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir ... 33

Gambar 2. Grafik Skor Indikator Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 56 Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 59 Gambar 4. Grafik Klasifikasi Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 60 Gambar 5. Grafik Distribusi Frekuensi Prestasi Akademik ... 63

Gambar 6. Grafik Klasifikasi Prestasi Akademik ... 64

Gambar 7. Grafik Skor Indikator Kecerdasan Emosional ... 66

Gambar 8. Grafik Distribusi Kecerdasan Emosional ... 68


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 84

Lampiran 2. Data Uji Coba Instrumen Penelitian ... 97

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 99

Lampiran 4. Data Mentah Hasil Penelitian ... 109

Lampiran 5. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 130

Lampiran 6. Hasil Uji Hipotesis ... 133

Lampiran 7. Daftar Nama Siswa Kelas V SD Negeri Kelas V Gugus III Kecamatan Kotagede ... 136 Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian ... 143

Lampiran 9. Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian ... 145


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian yang tidak lepas dari kehidupan manusia untuk mencapai suatu keberhasilan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan usaha yang keras dari pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Dalam Undang-undang Sisdiknas no. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha yang sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kecerdasan, akhlak mulia, pengendalian emosi, dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, bangsa, dan negara.

Salah satu jenjang pendidikan yang harus ditempuh warga Indonesia adalah pendidikan sekolah dasar, karena pemerintah mencanangkan program wajib belajar 12 tahun yang mulai dilaksanakan pada tahun 2015 (Republika, 26 Agustus 2015). Pendidikan sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang wajib ditempuh terlebih dahulu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan di sekolah dasar dilaksanakan sesuai dengan perkembangan siswa, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan.

Perkembangan siswa di sekolah dapat dilihat dari prestasi akademik dan non akademiknya. Menurut Masnida dan Adiyanti (2015), prestasi akademik merupakan penguasaan materi studi oleh peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Semakin tinggi prestasi akademik seseorang


(17)

2

berarti hasil belajar yang diperoleh semakin tinggi pula. Sedangkan prestasi non akademik merupakan prestasi yang dimiliki seseorang di luar bidang akademik. Melalui kegiatan non akademik, peserta didik dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti kegiatan olahraga, kesenian, dan keterampilan.

Pendidikan sekolah dasar selama ini lebih cenderung untuk mengembangkan prestasi akademik peserta didik yang selalu menekankan pada pengembangan IQ. Sunarno (2007) mengungkapkan bahwa pendidikan sekolah dasar lebih menekankan pada kemampuan siswa menghafal isi/konten yang kurang bermakna bagi dirinya. Kondisi ini menjadi masalah bagi peserta didik yang kurang dalam bidang akademik, padahal seharusnya pengembangan prestasi akademik dan non akademik peserta didik dilakukan secara seimbang, karena setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada peserta didik yang unggul dalam bidang akademik, namun kurang dalam bidang non akademik, dan sebaliknya ada peserta didik yang sangat berbakat dalam bidang non akademik, namun akademiknya kurang. Tidak semua orang yang memiliki IQ tinggi selalu sukses dan orang yang memiliki IQ rata-rata selalu gagal. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan orang yang memiliki IQ tinggi gagal, dan orang yang memiliki IQ rata-rata sangat sukses. Hal tersebut Menurut Goleman (2007:xiii) dipengaruhi oleh kemampuan-kemampuan yang disebut kecerdasan emosional.

Nurdin (2009) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan menjaga suasana hati agar tidak


(18)

3

frustasi. Kecerdasan emosional seseorang tampak pada kemampuan seseorang dalam mengendalikan tingkah lakunya. Setiap orang memiliki tingkah laku yang berbeda. Hal ini karena kecerdasan emosional setiap orang juga berbeda-beda. Kecerdasan emosional yang baik pasti akan menghasilkan individu yang baik pula. Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk mengembangkan prestasi akademik peserta didik, namun juga kecerdasan emosionalnya. Karena peserta didik yang memiliki kemampuan akademik yang baik, namun kecerdasan emosionalnya kurang, maka siswa cenderung kurang bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya atau kurang bisa bergaul serta kurang bisa menyelesaikan masalah dengan baik.

Pada umumnya, sering dijumpai siswa sekolah dasar yang menggunakan emosi dan kekuatan fisik dalam menghadapi suatu masalah. Misal, saat kegiatan diskusi, peserta didik saling beradu pendapat sampai memukul teman, menganggu teman saat sedang mengerjakan tugas sehingga menimbulkan kegaduhan sampai perkelahian, peserta didik tidak memperhatikan saat guru menjelaskan, bergurau sendiri, sering berbicara kotor di kelas, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional peserta didik belum bisa dikembangkan secara maksimal. Maka dari itu, peran guru di sekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik sangat dibutuhkan.

Dalam pembelajaran, guru memiliki peran penting. Beberapa di antaranya adalah guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, dan guru sebagai pembimbing (Mudri, 2010). Guru sebagai pendidik yaitu guru menjadi panutan bagi peserta didik yang harus memiliki nilai dan norma yang baik, guru sebagai


(19)

4

pengajar yaitu guru membantu peserta didik untuk memahami sesuatu yang belum diketahui, dan guru sebagai pembimbing yaitu membimbing peserta didik secara fisik, mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual. Jadi, selain mengembangkan prestasi akademik, guru juga membimbing kecerdasan emosional peserta didik.

Setiap hari, guru berinteraksi dengan peserta didik, oleh sebab itu guru diharapkan mampu mengenali karakteristik setiap peserta didiknya. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa karakteristik setiap peserta didik berbeda-beda. Guru harus memiliki kewajiban untuk memahami semua hal yang dibituhkan oleh peserta didik dalam pembelajaran, termasuk cara membuat peserta didik paham dengan informasi yang disampaikan. Dengan demikian, keterampilan guru dalam mengajar memang sangat dibutuhkan untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.

Menurut Uno (2006), keterampilan mengajar adalah keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada motivasi belajar dan peningkatan kualitas lulusan sekolah. Setiap guru diharapkan memiliki keterampilan mengajar yang baik, karena dengan memiliki keterampilan mengajar yang baik, maka guru akan mampu menguasai model, metode, dan teknik mengajar, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan maksimal. Salah satu metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah, oleh sebab itu, keterampilan mengajar melalui metode ceramah

Menurut Majid (2016) metode ceramah adalah metode yang digunakan untuk mengembangkan proses pembelajaran melalui penuturan. Metode ceramah


(20)

5

menuntut keaktifan guru dalam proses pembelajaran, atau lebih tepatnya teacher center. Suyono dan Hariyanto (2015:96) menjelaskan bahwa dengan menggunakan metode ceramah, guru bisa fokus pada materi yang ingin disampaikan, penggunaan waktu bisa lebih efektif karena guru bisa mengatur waktu sebaik mungkin, dapat digunakan dalam kelompok besar dengan jumlah pendengar banyak, dan guru juga bisa mengontrol keadaan kelas. Apabila guru menggunakan metode ceramah dengan tepat, maka siswa akan dapat memahami dan menerima informasi yang disampaikan guru dengan baik, selain itu metode ini cocok untuk anak SD karena dengan ceramah, guru dapat menanamkan konsep pelajaran dengan baik. Apabila dalam menyampaikan materi guru tidak menggunakan metode ceramah dan langsung praktek, maka siswa cenderung tidak dapat memahami materi yang ingin disampaikan guru. Misalnya saat pelajaran matematika materi perkalian. Guru akan menjelaskan terlebih dahulu konsep perkalian dengan ceramah sambil memberikan contoh, setelah itu siswa mengerjakan soal perkalian di buku masing-masing sesuai dengan konsep yang diajarkan oleh guru. Apabila guru langsung meminta siswa mengerjakan tanpa menjelaskan melalui ceramah terlebih dahulu, peserta didik akan bingung. Dalam penelitian Novita (2014) yang berjudul Efektivitas Penggunaan Metode Ceramah Bervariasi dalam Meningkatkan Operasi Perkalian bagi Anak Berkesulitan Belajar, diperoleh kesimpulan bahwa pada taraf signifikan 95% atau alfa= 0,05 maka diperoleh Utab= 0, untuk n = 4 berarti dapat disimpulkan bahwa pada taraf α = 0,05 terbukti bahwa penggunaan metode ceramah bervariasi efektif digunakan untuk anak berkesulitan belajar. Dari penelitian ini, dapat diketahui


(21)

6

bahwa metode ceramah juga efektif digunakan untuk anak berkebutuhan khusus apabila dilakukan dengan cara yang tepat.

Beberapa pihak memandang bahwa penggunaan metode ini dirasa kurang efektif karena peserta didik terkesan kurang aktif dan hanya mendengarkan materi yang dijelaskan guru. Peserta didik menerima materi dari guru tanpa menggali pengetahuan sendiri dan mencoba menemukan hal yang baru. Menurut Suyono dan Hariyanto (2015), metode ceramah tidak cocok untuk pengingatan jangka panjang, metode ini hanya efektif digunakan antara 10-15 menit saja, hal ini terkait dengan kemampuan mendengar dan mengingat peserta didik. Penggunaan metode ceramah dengan durasi waktu yang panjang akan menimbulkan kebosanan bagi peserta didik. Penelitian yang dilakukan oleh Mudri (2010) dalam jurnal Kompetensi dan Peranan Guru dalam Pembelajaran menghasilkan data bahwa menyampaikan pembelajaran dengan ceramah cenderung membuat pembelajaran menjadi monoton. Selain itu dalam tesis Immawati (2016) yang berjudul Perbedaan Metode Debat dan Metode Ceramah terhadap Penguasaan Konsep IPS Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa di SMP N 23 Makassar. Hasil dari tesis tersebut adalah kemampuan berpikir kritis kategori tinggi berjumlah 27 siswa dengan presentase 81% dan kategori rendah berjumlah 5 siswa dengan presentase 19%. Pada kelas ceramah, kategori tinggi berjumlah 9 siswa dengan presentase 27% dan kategori rendah berjumlah 24 siswa dengan presentase 73%. Hal ini berarti kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode ceramah lebih rendah daripada menggunakan metode debat.


(22)

7

Di sekolah dasar sering ditemui peserta didik yang memiliki prestasi akademik yang baik, namun kurang percaya diri dan kurang bisa bergaul dengan teman-temannya, ada juga peserta didik yang cerdas, namun tidak memiliki sopan santun terhadap guru atau orang yang lebih tua. Sebaliknya, ada peserta didik yang prestasi akademiknya biasa saja atau bahkan kurang, namun kecerdasan emosionalnya baik. Guru memiliki peran dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan prestasi akademik siswa yang dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam pembelajaran, guru diharapkan mampu memilih metode yang sesuai dengan karakteristik siswanya. Pada umumnya, metode pembelajaran yang sering digunakan guru adalah metode ceramah. Seberapa besar pengaruh metode ceramah terhadap perkembangan kecerdasan emosional dan prestasi akademik peserta didik perlu diketahui untuk mengukur keefektifan penggunaan metode yang selama ini sering dipandang negatif.

Prestasi akademik siswa dapat diketahui dari hasil belajar mereka. Pada tahun 2016, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari lima wilayah masing-masing meraih nilai rata-rata UN tingkat SD yaitu tertinggi diraih Kabupaten Kulonprogo dengan nilai rata-rata 237,59 disusul Kota Yogyakarta 236,82 kemudian Kabupaten Sleman 236,16, Bantul 229,35 dan Gunungkidul 217,53 (Republika, 11 Juni 2016). Dari data tersebut menunjukkan bahwa prestasi akademik siswa di Kota Yogyakarta tergolong tinggi.

SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta termasuk dalam wilayah Kota Yogyakarta, yang berarti juga ikut memberikan andil atas tingginya nilai rata-rata UN yang diraih. Meskipun begitu, masih ditemui beberapa masalah


(23)

8

terkait dengan pembelajaran di kelas dan peserta didik sebagai pembelajar. Setelah melakukan observasi selama dua bulan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri Gugus III di Kecamatan Kotagede, metode yang mendominasi dalam pembelajaran adalah metode ceramah . Guru sering memberikan penguatan kepada siswa, namun masih ditemukan siswa yang minder, guru sudah menjelaskan pelajaran dengan sangat rinci, namun ada beberapa siswa yang masih bingung ketika diberi pertanyaan, guru sudah memberikan variasi pembelajaran sehinngga kelas jadi menyenangkan dan siswa aktif, namun kelas terkesan sangat ramai, guru sudah menjelaskan materi sopan santun, namun tidak memberikan contoh secara nyata sehingga siswa kurang bisa mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, saat guru berceramah, peserta didik terlihat tenang dan serius, namun banyak yang mengantuk, melalui pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, banyak peserta didik yang prestasi akademiknya baik, namun kurang pandai bergaul. Sebaliknya ada juga peserta didik yang prestasi akademiknya kurang, namun pandai bergaul, siswa memahami materi yang disampaikan guru, namun kurang kreatif dalam mengembangkannya, melalui ceramah, guru cenderung menyampaikan pengetahuan, belum menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam penelitian ini, penulis mengambil objek penelitian pada siswa Sekolah Dasar Negeri Kelas V Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta. Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi prestasi akademik dan kecerdasan emosional siswa, maka dalam penulisan skripsi


(24)

9

ini, penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Metode Ceramah terhadap Kecerdasan Emosional dan Pretasi Akademik Siswa Kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Guru sering memberikan penguatan kepada siswa, namun masih ditemukan siswa yang minder.

2. Guru sudah menjelaskan pelajaran dengan sangat rinci, namun ada beberapa siswa yang masih bingung ketika diberi pertanyaan.

3. Guru sudah memberikan variasi pembelajaran sehinngga kelas jadi menyenangkan dan siswa aktif, namun kelas terkesan sangat ramai.

4. Guru sudah menjelaskan materi sopan santun, namun tidak memberikan contoh secara nyata sehingga peserta didik kurang bisa mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Melalui ceramah, guru cenderung menyampaikan pengetahuan, belum menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

6. Saat guru berceramah, peserta didik terlihat tenang dan serius, namun banyak yang mengantuk.

7. Melalui pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, banyak peserta didik yang prestasi akademiknya baik, namun kurang pandai bergaul.


(25)

10

Sebaliknya ada juga peserta didik yang prestasi akademiknya kurang, namun sangat pandai bergaul.

8. Melalui ceramah, peserta didik memahami materi yang disampaikan guru, namun kurang kreatif dalam mengembangkannya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dengan melihat kondisi dan permasalahan serta segala keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka penelitian akan dibatasi pada pengaruh keterampilan mengajar melalui metode ceramah terhadap prestasi akademik dan kecerdasan emosional siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh keterampilan mengajar melalui metode ceramah terhadap prestasi akademik siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta?

2. Adakah pengaruh keterampilan mengajar melalui metode ceramah terhadap kecerdasan emosional siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian


(26)

11

1. Mengetahui pengaruh keterampilan mengajar melalui metode ceramah terhadap prestasi akademik siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta.

2. Mengetahui pengaruh keterampilan mengajar melalui metode ceramah terhadap kecerdasan emosional siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya serta dapat memberikan gambaran tentang pengaruh keterampilan mengajar melalui metode pembelajaran ceramah terhadap prestasi akademik dan kecerdasan emosional, sedangkan secara praktis dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat bagi orang tua

Menambah informasi bagi orang tua terhadap metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah, lebih memahami sikap dan perilaku anak serta prestasi akademik anaknya.

2. Manfaat bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya kepada guru dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran dengan memadukan metode pembelajaran yang digunakan untuk menggali prestasi akademik dan kecerdasan emosional yang dimiliki siswa.


(27)

12 3. Manfaat bagi siswa

Kesadaran bagi siswa bahwa setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga dapat mendorong atau memotivasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan prestasi akademik dan kecerdasan emosionalnya.


(28)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah 1. Pengertian Keterampilan Mengajar

Mengajar merupakan tugas guru untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada peserta didik. Mengajar sering dianggap sebagai hal yang mudah, padahal dalam proses pembelajaran guru membutuhkan banyak keterampilan mengajar. Praktiki dalam Rasto (2015:2) menjelaskan bahwa keterampilan mengajar adalah tindakan mengajar atau perilaku yang dimaksudkan untuk memberikan fasilitas belajar siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sejalan dengan penjelasan Safitri dan Sontani (2016) bahwa keterampilan mengajar adalah tindakan untuk memfasilitasi pembelajaran murid secara langsung atau tidak langsung untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan mengajar merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru, karena apabila guru menguasai keterampilan mengajar dengan baik, maka guru akan dapat menguasai kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Lebih lanjut Sukirman (2013:3) menerangkan bahwa keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang bersifat generik/mendasar/umum dab kompleks yang haru dikuasai oleh setiap guru.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengajar adalah tindakan pengajaran untuk memberikn fasilitas belajar kepada siswa.


(29)

14 2. Pengertian Metode Ceramah

Dalam pembelajaran sehari-hari, guru menggunakan metode untuk melaksanakan kegiatan belajar. Menurut Majid (2016: 193) metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai dengan maksimal. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamruni (2009:6) yang menjelaskan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Lebih lengkapnya, menurut Bahri dan Zain (2013 : 46), metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Apabila dikaitkan dengan pembelajaran, metode adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Salah satu metode pembelajaran yang sering digunakan di sekolah yaitu metode ceramah. Metode ceramah merupakan metode yang kerap digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Sanjaya (2012: 147) menjelaskan bahwa metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturuan secara lisan atau penjelasan secara langsung kepada siswa. Metode ini bersifat satu arah dan kurang melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Selanjutnya, Majid (2016: 194) mengungkapkan bahwa metode ceramah merupakan cara yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cara penuturan (lecture). Harsono & Susanto (2009) mengungkapkan bahwa metode ceramah merupakan metode yang persiapannya paling sederhana dan mudah, fleksibel tanpa memerlukan persiapan yang khusus. Dalam pembelajaran, metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan oleh


(30)

15

guru. Metode ceramah bagus jika penggunaannya tepat dan betul-betul dipersiapkan dengan baik.

Sagala (2010: 201) mengungkapkan bahwa metode ceramah merupakan sebuah bentuk interaksi yang dilakukan dengan penuturan dan penerangan dari guru kepada peserta didik Dalam pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar, dan audiovisual lainnya. Senada dengan Sagala, Suryosubroto (2002: :165) menjelaskan bahwa metode ceramah adalah metode mengajar guru yang dilakukan dengan secara lisan di kelasnya, dengan bantuan alat-alat seperti gambar-gambar bagan agar uraiannya lebih jelas. Melalui alat-alat bantu yang digunakan oleh guru, diharapkan siswa bisa lebih paham dengan penjelasan yang disampaikan oleh guru.

Bahri dan Zain (2013: 97) menjelaskan bahwa metode ceramah merupakan cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi tentang suatu pokok persoalan secara lisan, disebut juga metode tradisional. Hal ini senada dengan pendapat Sholeh (2011: 209), metode ceramah merupakan metode yang sudah ada sejak adanya pendidikan, dan dikenal sebagai metode tradisional yang sangat sering digunakan dalam pembelajaran. Sunarti (2014) menjelaskan bahwa metode ceramah merupakan metode yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan (termasuk materi pembelajaran) yang membutuhkan uraian atau penjelasan secara lisan. Dengan metode ini, maka guru akan menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi akademik siswa.


(31)

16

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode ceramah merupakan yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran kepada peserta didik secara langsung melalui penuturan (lisan). Melalui metode ini, guru diharapkan memiliki keterampilan bertutur yang baik, sehingga mampu menarik perhatian siswa.

3. Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah

Keterampilan mengajar melalui metode ceramah merupakan tindakan mengajar untuk memberikan fasilitas belajar kepada siswa secara langsung yang dilakukan melalui penuturan (lisan). Berikut akan dijelaskan macam-macam keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru serta pengimplementasian keterampilan mengajar yang dilakukan melalui langkah-langkah metode ceramah. a. Macam-macam Keterampilan Mengajar

Macam-macam keterampilan mengajar menurut Rasto (2015) adalah sebagai berikut:

1) Keterampilan membuka pelajaran

Keterampilan membuka pembelajaran adalah proses mempersiapkan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran atau proses mengenalkan pelajaran pada siswa. Aktivitas membuka pelajaran bertujuan untuk memfokuskan perhatian siswa tehadap pembelajaran yang akan dilaksanakan, membangkitkan motivasi siswa, dan mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari.


(32)

17 2) Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan adalah seni mengajar dengan menggunakan pernyataan yang tepat oleh guru agar siswa dapat memahami konsep, fenomena, atau prinsip yang diinginkan. Pernyataan yang tepat mengandung makna penjelasan guru harus sesuai dengan usia siswa, kematangan siswa, dan sesuai dengan materi atau konsep atau fenomena yang dijelaskan.

3) Menutup Pembelajaran

Menutup pembelajaran yaitu mengarahkan perhatian pada penyelesaian tugas tertentu atau urutan belajar pada akhir pembelajaran. Menutup pembelajaran berisi ringkasan singkat dari materi yang diajarkan sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya.

4) Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya merupakan bagian penting untuk membuat pembelajaran yang efektif. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas untuk melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. melalui pertanyaan, guru mampu memberikan rangsangan kepada siswa.

5) Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan adalah keterampialn yang digunakan guru untuk meningkatkan frekuensi perilaku positif (diinginkan dari siswa) atau untuk mengurangi perilaku negatif (yang tidak diinginkan dari siswa). Penguatan dipandang sebagai alat yang ampuh untuk meningkatkan perilaku sosial siswa dalam kelas dan meningkatkan prestasi akademik.


(33)

18 6) Keterampilan Melakukan Variasi Stimulus

Keterampilan variasi stimulus yaitu kemampuan guru untu mengubah perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk menarik dan mempertahankan perhatian siswa pada level tertinggi terhadap pelajaran atau aktivitas di kelas. 7) Keterampilan Melakukan Demonstrasi

Keterampilan demonstrasi merupakan keterampulan guru untuk memperlihatkan suatu tindakan atau penggunaan prosedur tertentu, degan rinci setahap demi setahap. Jadi siswa ditunjukkan cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan alat, mesin, dan bahan yang sebenarnya.

8) Keterampilan Menggunakan Papan Tulis

Keterampilan menggunakan papan tulis merupakan keterampilan guru dalam menjelaskan dengan menuliskan poin-poin utama, meringkas, dan meninjau hasil belajar di papan tulis untuk menciptakan suasana informal dan dapat memotivasi belajar siswa.

Selanjutnya B.K. Passi dalam Rani (2011) memberikan daftar keterampilan mengajar sebagai berikut: (1) menulis tujuan instruksional; (2) memperkenalkan pelajaran; (3) kelancaran dalam bertanya; (4). menggali pertanyaan; (5) menjelaskan; (6) menggambarkan dengan contoh-contoh; (7) variasi stimulus; (8) berdiam diri dan menggunakan non-verbal isyarat; (9) memberikan penguatan; (10) meningkatkan partisipasi murid; (11) menggunakan papan hitam; (12) mencapai penutupan; (13) perilaku mengenali kehadiran. Selanjutnya, Allen dan Ryan dalam Bhargava (2009) menyebutkan keterampilan mengajar sebagai berikut: (1) stimulus variasi; (2) set induksi; (3) penutupan; (4)


(34)

19

guru berdiam diri dan menggunakan non-verbal isyarat; (5) memperkuat partisipasi murid; (6) kelancaran dalam bertanya; (7) menggali pertanyaan; (8) gunakan pertanyaan yang lebih susah; (9) pertanyaan yang divergen; (10) mengakui dan menghadiri perilaku; (11) ilustrasi dan penggunaan contoh; (12) Ceramah; (13). pengulangan rencana; (14) ketuntasan komunikasi.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa macam-macam keterampilan mengajar adalah keterampilan membuka pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan menutup pelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan melakukan variasi, keterampilan melakukan demonstrasi, dan keterampilan menggunakan papan tulis.

b. Langkah-langkah Metode Ceramah

Langkah-langkah yang tepat dalam menerapkan metode pembelajaran sangat diperlukan untuk mencapai tujuan. Menurut Sanjaya (2010:149) langkah-langkah dalam melaksanakan metode ceramah adalah:

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang akan disampaikan, dan mempesiapkan alat bantu.

2) Guru menjaga kontak mata dengan siswa.

3) Guru menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh siswa.

4) Guru menyajikan materi secara sistematis, tidak meloncat-loncat agar mudah dimengerti oleh siswa.

5) Guru menanggapi respon siswa dengan segera.


(35)

20

7) Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan.

8) Guru memancing siswa untuk dapat menanggapi atau memberi ulasan tentang materi yang sudah disampaikan.

9) Guru melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang sudah disampaikan.

Selanjutnya, Sudjana (2009:77-78) menjelaskan bahwa langkah-langkah yang diharapkan dalam metode ceramah adalah sebagai berikut:

1) Tahap persiapan, yaitu tahap guru untuk menciptakan kondisi belajar yang baik sebelum mengajar dimulai.

2) Tahap penyajian, yaitu tahap guru menyampaikan bahan ceramah.

3) Tahap asosiasi (komparasi), yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterimanya. Pada tahap ini diberikan tanya jawab dan diskusi.

4) Tahap generalisasi/ kesimpulan. Pada tahap ini siswa menyimpulkan hasil ceramah.

5) Tahap aplikasi/evaluasi. Pada tahap ini diadakan penilalaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru, evaluasi bisa dalam bentuk lisan, tulisan, tugas, dan lain-lain.

Lebih lengkap, menurut Solehatin (2012:124) ada empat langkah dalam pelaksanaan metode ceramah, yaitu:

a. Tahap persiapan ceramah, meliputi persiapan bahan ajar dan media yang digunakan.


(36)

21

c. Tahap pengembangan ceramah, meliputi penyampaian dengan media dan bahan yang telah dipersiapkan.

d. Tahap akhir ceramah, meliputi penyampaian kesimpulan, refleksi, dan tindak lanjut.

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti mengambil metode ceramah dari pendapat Sanjaya, yaitu:

a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang akan disampaikan, dan mempersiapkan alat bantu.

b. Guru menjaga kontak mata dengan siswa.

c. Guru menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh siswa.

d. Guru menyajikan materi secara sistematis, tidak meloncat-loncat agar mudah dimengerti oleh siswa.

e. Guru menanggapi respon siswa dengan segera.

f. Guru menjaga kelas agar tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar. g. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan.

h. Guru memancing siswa untuk dapat menanggapi atau memberi ulasan tentang materi yang sudah disampaikan.

i. Guru melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang sudah disampaikan.


(37)

22 c. Kelebihan Metode Ceramah

Meskipun metode ceramah merupakan metode klasik dalam proses pembelajaran, metode ini memiliki banyak keunggulan. Majid (2016: 196) berpendapat bahwa ada beberapa alasan metode ceramah sering digunakan, yaitu: 1) Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah.

Dikatakan murah karena ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap seperti metode demokrasi atau peragaan. Dikatakan mudah karena ceramah hanya mengandalkan suara guru dan tidak perlu persiapan yang rumit. 2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.

Maksudnya adalah materi pelajaran yang luas dapat diringkas dengan disampaikan pokok-pokoknya saja dalam waktu yang singkat.

3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Maksudnya guru dapat menekankan pokok-pokok materi yang ingin ditekankan sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai.

4) Guru dapat mengontrol keadaan kelas.

Hal ini karena sepenuhnya kelas adalah tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.

5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam dan rumit. Asal siswa menempati tempat duduk dan mendengarkan guru, ceramah sudah bisa dilakukan. Selanjutnya, menurut Sholeh (2011: 209) kelebihan merode ceramah adalah sebagai berikut:


(38)

23 2) Mudah dilaksanakan

3) Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah besar.

4) Guru dapat menjelaskan banyak bahan pelajaran kepada siswa.

Sejalan dengan pendapat Sholeh, menurut Bahri dan Zain (2013 : 96), kelebihan metode ceramah adalah :

1) Guru mudah menguasai kelas

2) Guru mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas. 3) Bisa diikuti oleh siswa dalam jumlah besar.

4) Mudah dipersiapkan dan dilaksanakan.’

5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode ceramah adalah guru dapat dengan mudah menguasai kelas, mudah dan murah dalam pelaksanaannya, dapat diikuti siswa dalam jumlah besar, serta guru dapat menjelaskan materi yang luas dengan waktu yang terbatas.

d. Kelemahan Metode Ceramah

Di samping memiliki kelebihan, metode ceramah juga memiliki kelemahan.

Menurut Sagala (2009: 202) kelemahan dari metode ceramah adalah:

1) Proses pengetahuan kurang tajam, karena tidak memberikan kesempatan berdiskusi untuk memecahkan masalah,

2) Kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya,


(39)

24

3) Pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh pendenganya, apalagi digunakan kata-kata asing,

4) Kurang cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil, karena taraf berpikir anak masih dalam taraf yang kurang konkret.

Selanjutnya, Majid (2016: 197) menjelaskan kelemahan metode ceramah yaitu:

1) Materi yang dikuasai siswa akan terbatas pada hasil ceramah yang disampaikan guru, serta terbatas pada apa yang dikuasai guru.

2) Ceramah yang tidak disertai peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.

3) Ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan jika guru tidak mampu bertutur yang baik dan menyenangkan. Hal yang sering terjadi adalah saat guru menerangkan, siswa mengantuk karena gaya bertutur guru tidak menarik. 4) Dengan ceramah, sangat sulit mengetahui apakah seluruh siswa sudah paham apa yang telah dijelaskan guru.

Lebih lengkapnya, Bahri dan Zain (2013: 97) menjelaskan bahwa kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut:

a. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

b. Siswa yang kemampuan visualnya lebih menjadi rugi, sementara yang auditif (mendengar) yang besar menerimanya.

c. Apabila selalu digunakan dan terlalu lama akan membosankan.

d. Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali.


(40)

25 e. Menyebabkan siswa menjadi pasif.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari metode ceramah adalah apabila digunakan terlalu lama menyebabkan kebosanan, cenderung membuat siswa pasif, dan materi yang dikuasai siswa terbatas dengan yang dikuasai guru.

B. Prestasi Akademik

1. Pengertian Prestasi Akademik

Pendidikan yang ditempuh oleh seseorang akan menghasilkan prestasi apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Pada umumnya, prestasi akademik merupakan prestasi yang lebih banyak dikembangkan di sekolah. Menurut Asrori (2009: 100), prestasi akademik merupakan perwujudan nyata dari proses belajar, latihan pengetahuan, pengalaman, motivasi, bakat dan kemampuan yang dicapai seseorang sesuai dengan keahliannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Basri (2012) bahwa prestasi akademik itu sendiri merupakan hasil belajar, atau hasil kemampuan seseorang yang menjadi tolak ukur kemampuan atau keterampilannya. Hasil belajar itu sendiri diwujudkan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Dengan simbol atau angka tersebut, maka akan dapat diketahui sejauh mana prestasi akademik yang telah dicapai oleh peserta didik.

Lebih lengkapnya menurut Wibowo (2016), prestasi akademik adalah tingkat keberhasilan akademis seseorang yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor prestasi akademik digunakan untuk menunjukkan pencapaian keberhasilan tujuan dalam suatu usaha belajar yang dilakukan oleh seseorang secara maksimal.


(41)

26

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik merupakan hasil kemampuan yang dicapai untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang dalam bidang akademis yang diwujudkan dalam bentuk angka atau simbol tertentu.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Prestasi akademik seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Basri (2012) menjelaskan bahwa prestasi akademik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri yang mencakup konsentrasi, minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan cita-cita. Selanjutnya faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu, termasuk lingkungan fisik seperti keadaan udara, suhu, cuaca, alat-alat yang dipakai, dan lingkungan sosial individu baik yang hadir secara langsung maupun secara tidak langsung yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang. Hal ini senada dengan pendapat Azwar (2004) yang menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik yaitu yang berhubungan dengan fisik seperti penglihatan dan pendengaran sedangkan faktor psikologis berhubungan dengan minat, motivasi, bakat, intelegensi, sikap, dan kesehatan mental. Faktor eksternal yaitu berasal dari lingkungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik menurut Habsari (2005: 76) meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, yaitu:


(42)

27

a. Inteligent Quotient (IQ), merupakan kecerdasan bawaan atau faktor bakat. b. Emotional Quotient (EQ), merupakan kemampuan untuk mengelola perasaan

dan mengenali keinginan serta kebutuhan orang lain.

c. Spiritual Quotient (SQ), merupakan kecerdasan spiritual atau tingkat keimanan seseorang.

d. Creativity Quotient (CQ), merupakan kemampuan untuk memunculkan ide-ide baru dalam bidang ilmu pengetahuan maupun bidang lainnya.

e. Adversity Quotient (AQ) merupakan kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan berbagai tantangan.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar yang diri peserta didik yaitu:

a. Motivasi, yaitu faktor yang mendorong agar memiliki semangat untuk meraih prestasi.

b. Lingkungan belajar, meliputi lingkungan rumah dan sekolah yang menunjang pembelajaran

c. Kedisiplinan, yaitu kemampuan mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah atau rumah

d. Kesehatan, meliputi kesehatan jasmani dan rohani.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang mencakup minat, bakat, inteligensi, motivasi, dan sebagainya. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, yaitu dari lingkungan sekitar.


(43)

28 C. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Istilah “Emotional Intellingence” yang selanjutnya disebut “kecerdasan emosional” pertama kali diungkapkan pada tahun 1990 oleh Peter Salovey dari Universitas New Hampshire untuk menjelaskan kualitas-kualitas emosional seperti empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antarpribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat (Shapiro, 2003:5).

Goleman (2007:xiii) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi (emotional intellingence) adalah kecerdasan yang mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain. Selanjutnya, Munif (2011: 74) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang melibatkan kecerdasan diri, disiplin, dan empati. Hal ini senada dengan pendapat Saptoto (2010:8) bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk berbagi rasa dan menerima sudut pandang orang lain, sehingga saat terjadi masalah mereka tidak langsung menyalahkan orang lain dan bisa bersikap bijaksana sehingga bisa menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Yusuf (2009:113) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan mengendalikan diri, memotivasi diri, dan berempati. Saat ini, kecerdasan emosional sangat perlu untuk dimiliki, diperhatikan, dan dikaji secara mendalam karena kondisi kehidupan saat ini yang semakin kompleks yang


(44)

29

memberikan dampak yang sangat buruk terhadap perkembangan emosional individu.

Uno (2010: 68) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan mengahadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati; dan menjaga agar stres tidak melumpuhkan pikiran, berempati dan berdo’a.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang memahami diri sendiri dan orang lain.

2. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional

Masaong dan Timole (2011: 3) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional dapat dilihat dari dua domain, yaitu: pertama, domain kecakapan pribadi yang mencakup kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi; kedua, domain kecakapan sosial yang mencakup empati dan keterampilan sosial. Salovey dalam Uno (2010: 74-75) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional mencakup lima aspek sebagai berikut.

a. Mengenali emosi diri.

Mengenali emosi diri yaitu memiliki kesadaran diri untuk mengenali perasaan yang sedang terjadi dan yang sedang dirasakan pada saat perasaan itu timbul.


(45)

30 b. Mengelola emosi.

Mengelola emosi yaitu kemampuan seseorang untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialaminya dengan tepat serta mampu menghadapi gejolak emosi pada dirinya sendiri. Dengan demikian, seseorang akan mampu mengendalikan emosi yang sedang dirasakan dan mengekspresikannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, ketersinggungan, serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

c. Memotivasi diri sendiri.

Memotivasi diri sendiri yaitu keadaan dimana seseorang tidak cepat putus asa bila mengahadapi hambatan dalam mewujudkan cita-citanya, ulet, dan tekun dalam mengahadapai berbagai rintangan dan permasalahan yang dihadapinya. d. Mengenali emosi orang lain.

Mengenali emosi orang lain atau empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan dan dikehendaki orang lain.

e. Membina hubungan

Membina hubungan merupakan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, mampu memimpin, dan mengorganisir, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama dalam tim. Pada


(46)

31

umumnya mereka adalah tipe orang yang disukai karena secara emosional mereka itu menyenangkan, mampu membuat orang di sekitarnya merasa tenteram.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kecerdasan emosional adalah kesadaran diri, motivasi diri, mengelola emosi, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Walgito (2009: 24) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah:

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosi. Faktor ini memiliki dua sumber, yaitu dari segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang terganggu maka memungkinkan dapat mempengaruhi kecerdasan emosinya. Sementara segi psikologis mencakup pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, dan motivasi.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan tempat kecerdasan emosi berlangsung. Faktor eksternal meliputi:

1) Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosional tanpa distorsi.

2) Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosi.


(47)

32

Selanjutnya, Firdaus (2012: 38) menjelaskan bahwa otak kanan berfungsi dalam perkembangan kecerdasan emosional (emotional quotient). Salah satu wujudnya adalah sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan orang lain, mengintepretasikan perumpamaan atau perbandingan (imagery), serta pengendalian emosi. Kecerdasan emosional membuat seseorang mampu mengelola emosinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah otak, faktor internal yang meliputi segi jasmani dan segi psikologis, serta faktor eksternal yang meliputi stimulus dan lingkungan.

D. Penelitian yang Relevan

1. Wahyu Hidayati (2011) dalam penelitian Pengaruh Penyesuaian Sosial Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Sekolah Dasar Negeri Kelas Atas di Desa Wirogaten Kecamatan Mirit Kabupaten Magelang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyesuaian sosial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan emosional siswa SD.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2013) pada siswa SMA Negeri di Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013 diperoleh kesimpulan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menegaskan bahwa pengembangan kecerdasan emosional sangat penting dalam pembelajaran salah satunya melalui pengembangan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan emosional dan prestasi belajar.


(48)

33 E. Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Pikir

Keterangan : X = Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah Y1 =Prestasi Akademik

Y2 = Kecerdasan Emosional

Mengajar merupakan tugas guru dalam proses pembelajaran. Seringkali orang menganggap bahwa mengajar merupakan hal yang mudah untuk dilakukan, padahal dalam mengajar, dibutuhkan banyak keterampilan yang harus dimiliki oleh guru. Keterampilan-keterampilan tersebut yaitu keterampilan membuka pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan menutup pelajaran, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan bertanya, keterampilan melakukan variasi stimulus, keterampilan melakukan demonstrasi,dan keterampilan menggunakan papan tulis (Rasto, 2015). Keterampilan mengajar yang dimiliki guru ini diaplikasikan ke dalam metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

X

Y1


(49)

34

rencana yang disusun secara nyata untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal (Majid, 2016).

Salah satu metode pembelajaran yang sering mendominasi adalah metode ceramah. Metode ceramah merupakan cara menyajikan pelajaran yang dilakukan secara langsung melalui lisan (Sanjaya, 2012:47). Dengan metode ini, guru akan lebih mudah dalam menyampaikan materi, karena tidak memerlukan persiapan yang rumit dalam pelaksanaannya, serta bisa digunakan untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak. Dengan menggunakan metode ceramah, maka dapat diketahui sejauh mana keterampilan guru dalam mengajar.

Dalam pembelajaran di sekolah, guru memiliki peran yang sangat penting, baik sebagai pendidik, pengajar, maupun pembimbing. Guru diharapkan mampu mendidik, mengajar, dan membimbing siswa dalam segala hal. Dalam kenyataannya, pendidikan saat ini masih lebih mengembangkan kemampuan siswa dalam mencapai prestasi akademik yang tinggi dan menekankan aspek kognitifnya saja. Padahal setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada hakikatnya, kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan dalam bidang akademik, namun pengendalian diri serta hubungan yang baik dengan orang lain juga ikut andil dalam kesuksesan seseorang. Kemampuan untuk mengelola emosi dan menjalin hubungan baik dengan orang lain disebut kecerdasan emosional. Banyak orang memiliki prestasi akademik baik, namun kecerdasan emosionalnya kurang cenderung gagal, sebaliknya orang yang


(50)

35

memiliki prestasi akademik kurang, namun kecerdasan emosionalnya baik, akan lebih berhasil dan sukses.

Apabila keterampilan mengajar guru baik, maka anggapan negatif mengenai metode ceramah akan hilang. Karena guru mampu membuat siswa paham akan informasi yang disampaikan melalui keterampilan menjelaskan, guru mampu membuat siswa memiliki penalaran yang baik melalui keterampilan bertanya, dan keterampilan-keterampilan lain yang semuanya itu bisa diaplikasikan melalui metode ceramah.

Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik adalah konsentrasi siswa (Basri, 2012). Apabila siswa mampu berkonsentrasi dengan baik, siswa akan mampu memahami informasi yang disampaikan guru dengan baik, sehingga prestasi akademik juga akan meningkat. Selain itu salah satu kelebihan metode ceramah adalah guru dapat menekankan pokok-pokok materi yang ingin ditekankan, sehingga siswa dapat terfokus pada materi tersebut (Majid, 2016).

Keterampilan mengajar melalui metode ceramah memiliki pengaruh signifikan terhadap kecedasan emosional siswa karena guru bertanggungjawab untuk membimbing kecerdasan emosional siswa. Kecerdasan emosional siswa dipengaruhi oleh cara guru mendidik dan mengajar di sekolah. Semakin sering guru berceramah dengan menyelipkan nasehat-nasehat untuk siswa, maka kecerdasan emosional akan semakin meningkat. Hal ini juga didukung penjelasan Goleman (2007) bahwa pelajaran-pelajaran emosi yang diperoleh dari sekolah


(51)

36

akan membentuk sirkuit-sirkuit emosi yang membuat seseorang cakap atau tidak dalam hal kecerdasan emosional.

Guru memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Salah satu keterampilan mengajar adalah keterampilan memberikan penguatan. Penguatan dipandang sebagai alat yang ampuh untuk meningkatkan perilaku sosial siswa dalam kelas dan prestasi akademik siswa (Rasto, 2015). Keterampilan guru dalam melakukan komunikasi yang baik dengan siswa akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa keterampilan mengajar melalui metode ceramah memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi akademik dan kecerdasan emosional siswa.

F. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang telah disampaikan di atas, maka diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:

1. Keterampilan mengajar melalui metode ceramah memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi akademik siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta.

2. Keterampilan mengajar melalui metode ceramah memiliki pengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosional siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta.


(52)

37 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini yaitu menggunakan penelitian ex-post facto. Syaodih (2009: 55) mengatakan bahwa penelitian ex-post facto meneliti hubungan sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Hubungan sebab akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi. Peneliti hanya menggunakan data berdasarkan hasil pengukuran gejala yang telah ada secara wajar pada diri responden.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang bekerja dengan angka sebagai perwujudan gejala yang diamati dan dalam menganalisa menggunakan teknik analisa statistik. Sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2013:14) sebagai berikut.

“Pendekatan kuantatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umunya dilakukan secara random, pegumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan”.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta, yaitu SD N Kotagede 1, SD N Kotagede 4, SD N Kotagede 5, SD N Baluwarti, dan SD N Dalem. Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan dari 11 Oktober 2016 sampai 15 Maret 2017.


(53)

38 C. Variabel Penelitian

Berkaitan dengan penelitian ini, maka dapat dikemukakan dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Variabel bebas (Independent variabel)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penelitian ini adalah keterampilan mengajar melalui metode ceramah.

2. Variabel terikat (dependent variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi akademik dan kecerdasan emosional.

D. Definisi Operasional

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka definisi operasional masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah

Keterampilan mengajar melalui metode ceramah merupakan tindakan mengajar untuk memberikan fasilitas belajar kepada siswa secara langsung yang dilakukan melalui penuturan (lisan). Langkah-langkah keterampilan mengajar melalui metode ceramah adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang akan disampaikan, dan mempersiapkan alat bantu.


(54)

39

c. Menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh siswa.

d. Menyajikan materi secara sistematis, tidak meloncat-loncat. e. Menanggapi respon siswa dengan segera.

f. Menjaga kelas agar tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar. g. Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan.

h. Memancing siswa untuk dapat menanggapi atau memberi ulasan tentang materi yang sudah disampaikan.

i. Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa 2. Prestasi Akademik

Prestasi akademik merupakan hasil kemampuan yang dicapai untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang dalam bidang akademis yang diwujudkan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Dalam penelitian ini, prestasi akademik berwujud rapot yang berisi nilai-nilai ulangan harian siswa. 3. Kecerdasan Emosional

Kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan orang lain. Memahami diri meliputi mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri. Sedangkan memahami emosi orang lain meliputi mengenali emosi orang lain dan membina hubungan.

E. Populasi

Menurut Sugiyono (2013:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu


(55)

40

yang ditetapkan oleh peneliti untk dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pendapat di atas, populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede. Berikut adalah daftar SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede serta jumlah siswa kelas V.

Tabel 1 . Daftar Siswa Kelas V Gugus III Kotagede

No. Sekolah Dasar Negeri Jumlah Siswa Jumlah Laki-laki Perempuan

1. SD N Kotagede 1 38 27 65

2. SD N Kotagede 4 14 13 27

3. SD N Kotagede 5 10 20 30

4. SD N Baluwarti 17 9 26

5. SD N Dalem 18 10 28

Jumlah 176

F. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen, rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2006: 158). Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan adalah nilai rapot.

b. Skala

Metode pengumpulan data untuk variabel metode ceramah dan variabel kecerdasan emosional yaitu skala dengan perhitungan 4-3-2-1. Pengumpulan


(56)

41

data dari variabel metode ceramah berupa persepsi siswa mengenai pembelajaran yang menggunakan metode ceramah.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160). Instumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Lembar Skala

a. Pembuatan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen menunjukkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data yang akan diteliti. Kisi-kisi instrumen digunakan sebagai pedoman dalam menyusun daftar pertanyaan atau pernyataan dalam instrumen. Butir jawaban dibedakan antara favorable (butir yang mendukung indikator variabel), dan unfavorable (butir yang tidak mendukung indikator variabel). Di bawah ini dituliskan kisi-kisi instrumen metode ceramah dan kecerdasan emosional yang digunakan untuk menyusun butir-butir skala metode ceramah dan skala kecerdasan emosional. Secara lengkap instrumen dapat dilihat pada lampiran Skala. Adapun kisi-kisi penyusunan instrumen tersebut adalah sebagai berikut.


(57)

42

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah No. Indikator Item Pernyataan

Favorable Unfavorable Jumlah

1. Merumuskan tujuan 1,3 2,4 4

2. Menyiapkan alat bantu

5,6 7,8 4

3. Menentukan pokok-pokok materi.

9,11 10,12 4

4. Menjaga kontak mata dengan siswa

13,14 15,16,17,18 6 5. Menggunakan

bahasa yang komunikatif

19,20,21 22,23 5

6. Menyajikan materi 24,25 26,27 4 7. Menjaga

komunikasi dengan siswa

28,29,30,33,34 31,32 7

8. Menyimpulkan 35,38 36,37 4

9. Memberi evaluasi 39,40,43 41,42 5 Jumlah 23 20 43


(58)

43

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional

Variabel No Indikator Sub Indikator Item Pernyataan Jml Favor- able Unfavor- able Kecerdasan Emosional

1. Mengenali Emosi Diri

Mengenali perasaan yang sedang terjadi

1,2,4 3,5 5

Mengenali perasaan yang sedang dirasakan

8,9 6,7 4

2. Mengelola Emosi

Mengungkap kan perasaan

15,16 17,18 4 Mampu

menghadapi gejolak emosi

12,13,14 10,11 5

3. Memotivasi Diri Sendiri

Tidak putus asa

19.20 21,22 4

Tekun 25,26 23,24 4

4. Mengenali emosi orang lain Peka terhadap emosi orang lain.

27,28,29 30,31 5

Empati 32,33 34,35 4 5. Membina

Hubungan

Menjalin hubungan dengan orang lain

36,37 38,39 4

Mampu bermusyawa- rah

41,42 40,43 4

Jumlah 21 23 43

b. Penskoran Instrumen

Penelitian ini menggunakan alternatif jawaban selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Dalam penelitian ini menggunakan butir favorable dan butir unfavorable. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban diberi skor yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(59)

44

Tabel 4. Alternatif Jawaban Instrumen Alternatif Jawaban Pernyataan

Favorable Unfavorable

Selalu 4 1

Sering 3 2

Kadang-kadang 2 3

Tidak Pernah 1 4

c. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, instrumen ini akan diuji cobakan terlebih dahulu. Uji coba instrumen dimaksudkan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Validitas instrumen diuji untuk mengetahui apakah instrumen itu telah mengukur apa yang hendak diukur. Uji coba instrumen dilakukan kepada siswa kelas V A SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta.

1) Uji Validitas

Pengujian validitas instrumen dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat kevalidan dan demi kesahihan instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid (Sugiyono, 2013: 173). Validasi instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Validasi isi dilakukan sebelum instrumen digunakan untuk melakukan uji coba penelitian, Validasi isi dilakukan oleh dosen ahli yang kompeten (expert judgement) dengan masukan agar menyederhanakan bahasa agar mudah dipahami oleh siswa. Jika instrumen sudah dinyatakan layak oleh dosen ahli, maka dilakukan uji coba instrumen.


(60)

45 2) Analisis Item

Langkah selanjutnya setelah melakukan uji validitas instrumen yaitu melakukan analisis item instrumen, sehingga dapat diketahui mana butir yang valid (layak digunakan) dan gugur (tidak layak digunakan). Analisis item menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Pearson yaitu rumus korelasi product moment dengan bantuan program SPSS 16.

3) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keajegan suatu alat ukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2013:173). Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS 16.

d. Hasil Uji coba Instrumen

1) Analisis Item Instrumen Metode Ceramah

Hasil Uji coba instrumen dari 43 pernyataan tentang metode ceramah diperoleh 38 butir valid dan 5 butir tidak valid. Butir yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian. Hasil uji analisis item adalah sebagai berikut.


(61)

46

Tabel 5. Hasil Ringkasan Analisis Item Keterampilan Mengejar melalui Metode Ceramah

No. Indikator Nomor Butir Jumlah Butir Total Valid Gugur Valid Gugur

1. Merumuskan tujuan

2,3,4 1 3 1 4

2. Menyiapkan alat bantu

5,6,8 7 3 1 4

3. Menentukan pokok-pokok materi.

9,10,11,12 - 4 - 4

4. Menjaga

kontak mata dengan siswa

13,14,15,16, 17,18

- 6 - 6

5. Menggunakan bahasa yang komunikatif

19,20,21,22, 23

- 5 - 5

6. Menyajikan materi

25,26,27 24 3 1 4

7. Menjaga komunikasi dengan siswa

28,29,30,31, 32,33,34

- 7 - 7

8. Menyimpulkan 35,36,37,38 - 4 - 4 9. Memberi

evaluasi

40,41,42 39,43 3 2 5

Total 38 5 43

2) Analisis Item Instrumen Kecerdasan Emosional

Hasil Uji coba instrumen dari 43 pernyataan tentang kecerdasan emosional diperoleh 35 butir valid dan 8 butir tidak valid. Butir yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian. Hasil uji analisis item adalah sebagai berikut.


(62)

47

Tabel 6. Hasil Ringkasan Analisis Item Kecerdasan Emosional

Indikator Sub Indikator Nomor Butir Jumlah Butir Total Valid Gugur Valid Gugur

Mengenali Emosi Diri Mengenali perasaan yang sedang terjadi 1,2,3, 4,5

- 5 - 5

Mengenali perasaan yang sedang

dirasakan

7,8,9 6 3 1 4

Mengelola Emosi Mengungkapkan perasaan 15,16, 17,18

- 4 - 4

Mampu menghadapi gejolak emosi

10,11, 13,14

12 4 1 5

Memotivasi Diri Sendiri

Tidak putus asa 19,21, 22

20 3 1 4

Tekun 23,24

26

25 3 1 4

Mengenali emosi orang lain Peka terhadap emosi orang lain. 28,29, 30,31

27 4 1 5

Empati 32,34, 35

33 3 1 4

Membina Hubungan Menjalin hubungan dengan orang lain 36,38, 39

37 3 1 4

Mampu

bermusyawarah

40,41, 42

43 3 1 4

Jumlah 35 8 43

3) Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas instrumen. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS 16. Berikut ini merupakan perbandingan antara r hitung dengan indeks reliabilitas.


(63)

48

Tabel 7. Hasil Uji Coba Instrumen

Skala r hitung Indeks reliabilitas Keterangan Metode Ceramah 0,920 0,70 Reliabel Kecerdasan

Emosional

0,898 0,70 Reliabel

Apabila r hitung > 0,70 maka skala tersebut reliabel sedangkan apabila r hitung < 0,70 maka skala tersebut tidak reliabel. Dari data di atas, dapat diketahui bahwa r hitung 0,70, maka dapat disimpulkan bahwa skala keterampilan mengejar melalui metode ceramah dan skala kecerdasan emosional reliabel untuk digunakan dalam pengambilan data penelitian.

e. Dokumentasi

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang prestasi akademik. Peneliti tidak menggunakan tes untuk mengetahui prestasi akademik siswa, tetapi prestasi akademik diperoleh dari nilai rapor yang diambil dari rata-rata jumlah nilai mata pelajaran siswa pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017.


(64)

49 H. Teknik Analisis Data

Masing-masing variabel dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Selanjutnya, digunakan analisis regresi sedehana untuk menguji hipotesis. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 16.

1. Analisis Deskriptif

Data diperoleh dari lapangan yang disajikan dalam bentuk deskripsi dari masing-masing variabel. Analisis data meliputi penyajian data terkecil dan terbesar, rentang data, mean, median, modus, standar deviasi, tabel distribusi frekuensi, grafik batang, dan tabel kecenderungan dari masing-masing variabel. a. Modus, Median, Mean

1) Modus (Mo)

Modus merupakan nilai yang mempunyai frekuensi pemunculan terbanyak atau nilai yang muncul terbanyak dalam suatu distribusi (Nazir, 2005:385). Untuk menghitung modus dalam penilitian ini, menggunakan bantuan program SPSS 16. 2) Median (Md)

Median merupakan nilai tengah-tengah yang dicari dalam sebuah seri yang sudah diatur menurut rangking (Nazir, 2005: 384). Untuk menghitung median dalam penilitian ini, menggunakan bantuan program SPSS 16.

3) Mean (Me)

Mean merupakan nilai rata-rata atau nilai tengah. Untuk menghitung mean dalam penilitian ini, menggunakan bantuan program SPSS 16.


(65)

50 4) Standar deviasi

Standar deviasi atau simpangan baku merupakan salah satu ukuran dispersi data, ukuran dispersi adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh penyimpangan nilai- nilai data dari nilai- nilai pusatnya (Nazir, 2005: 386). Standar deviasi atau simpangan baku dari data yang telah disusun dalam tabel frekuensi, dapat dihitung menggunakan bantuan program SPSS 16.

b. Tabel Distribusi Frekuensi 1) Menentukan kelas Interval

Tabel distribusi frekuensi digunakan untuk menyajikan data yang jumlahnya cukup banyak. Langkah pertama dalam membuat tabel distribusi frekuensi adalah menentukan kelas interval. Menurut Sugiyono (2011: 34-35), jumlah kelas interval dapat dihitung dengan rumus Sturges sebagai berikut:

K= 1 + 3,3 log n Keterangan: K : Jumlah kelas n : jumlah responden log : logaritma

Penyajian data akan lebih mudah dipahami jika dinyatakan dalam persen (%). Penyajian data yang merubah frekuensi menjadi persen dinamakan Tabel Distribusi Frekuensi Relatif. Cara menghitungnya dengan rumus menurut Sugiyono (2011:39), sebagai berikut:


(66)

51 2) Menghitung Rentang Data

Langkah selanjutnya yang diperlukan untuk menyusun tabel yaitu menghitung rentang data, untuk menghitung rentang data menggunakan rumus:

Rentang = Skor tertinggi – Skor terendah + 1

(Sugiyono, 2007: 36) 3) Menentukan Panjang Kelas

Menentukan panjang kelas digunakan rumus sebagai berikut: Panjang Kelas = Rentang : Jumlah kelas

(Sugiyono, 2007: 36)

4) Nilai Kecenderungan instrumen

Untuk menentukan kecenderungan skor masing-masing variabel, dihitung menggunakan rumus menurut Saifuddin Azwar (2014: 135), sebagai berikut.

Tabel 8. Rumus Perhitungan Kategori.

No. Rumus Kategori

1 X < (μ− 1,0x σ ) Rendah

2 (μ− 1,0x σ) X < (μ+1,0 x σ) Sedang

3 (μ+ 1,0 x σ ) X Tinggi Keterangan

μ = Mean

σ = Deviasi Standar. 2. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Sederhana

Uji hipotesis dalam penelitian ini mengunakan uji regresi sederhana. Untuk menguji signifikasi digunakan rumus sebagai berikut.


(67)

52 n - 2

1 - r2

Bila r hitung lebih kecil dari rtabel, maka Ho diterima, dan Ha ditolak. Bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh > r tabel) maka Ha diterima. Selanjutnya, analisis

dilanjutkan dengan menghitung persamaan regresinya. Mengacu pada hipotesis, maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Analisis regresi sederhana yaitu analisis yang menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen (Nazir, 2005: 459). Di dalam penelitian ini, terdapat sebuah variabel independen yaitu metode ceramah (X) dan dua variabel dependen yaitu prestasi akademik (Y1) dan kecerdasan emosional (Y2). Selanjutnya ada dua

hipotesis yang akan diukur dengan analisis regresi sederhana, yaitu:

1) Metode ceramah terhadap prestasi akademik

X Y1

2) Metode ceramah terhadap kecerdasan emosional

X Y2

Secara umum, persamaan regresi sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y’ = a + b X Keterangan :

Y’ = Nilai yang diprediksikan t =


(68)

53 a = Konstanta atau bila harga X = 0 b = Koefisien regresi


(1)

150


(2)

151

Lampiran 10


(3)

152

DOKUMENTASI UJI VALIDITAS

KELAS V A SD N KOTAGEDE 1


(4)

153

DOKUMENTASI PENELITIAN SKALA

Pengisian Angket kelas V B SD N Kotagede 1


(5)

154

Pengisian Angket kelas V SD N Kotagede 4


(6)

155

Pengisian Angket kelas V SD N Dalem