Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI SMA N 1 Depok Yogyakarta.

(1)

xi ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA N 1 DEPOK YOGYAKARTA

Aprilia Setyarini Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan metode kooperatif tipe TGT pada pembelajaran ekonomi untuk peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 3, SMA N 1 Depok Yogyakarta. Dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Setelah itu diadakan evaluasi untuk melihat perkembangan hasil belajar. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi keterlibatan belajar siswa di kelas, lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar kegiatan guru dalam proses pembelajaran, lembar instrument pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan siswa dalam kelompok, dan instrument refleksi, juga perhitungan nilai perkembangan siswa yang kemudian dimasukkan ke daftar nilai. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan komponen mengajukan pertanyaan (13,51,%), menjawab pertanyaan (27,03%), mengerjakan lembar kerja/tugas (86,49%), kemampuan siswa dalam diskusi/interaksi dalam kelompok kooperatif (86,49%), dan menanggapi pendapat (27,03%). Pada siklus II menunjukkan komponen mengajukan pertanyaan (21,62%), menjawab pertanyaan (21,62%), mengerjakan lembar kerja/tugas (89.18%), kemampuan siswa dalam diskusi/interaksi dalam kelompok kooperatif (86,49%), dan menanggapi pendapat (24,32%). Dari kedua siklus tersebut menyatakan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam 3 hal yaitu dalam komponen mengajukan pertanyaan, komponen mengerjakan lembar kerja/tugas, dan komponen diskusi/interaksi dalam kelompok, sedangkan 2 hal lainnya yaitu komponen menjawab pertanyaan dan menanggapi pendapat mengalami penurunan. Sedangkan untuk hasil belajar, pada siklus I yang mendapat nilai diatas batas minimum sebanyak 32 siswa (86,48 %) dari keseluruhan siswa, dengan rata-rata tim 20 yang berpredikat baik. Kemudian pada siklus II, 33 siswa juga mendapat nilai diatas batas minimum (89,18 %). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa hasil evaluasi pada siklus II mengalami peningkatan dan mendapat rata-rata tim 23,33 yang berpredikat hebat. Itu berarti penerapan proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(2)

xii ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) METHOD TO INCREASE STUDENT’S ACTIVITY AND

FINAL SCORE ON ECONOMICS ON THE ELEVENTH GRADE OF 1 DEPOK SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA

Aprilia Setyarini Sanata Dharma University

2010

This research aims to know the effect of the application of TGT method on economics to increase student’s activity and score. This research was held on the Eleventh grade of the Social Sciences Departement of Senior High School Depok Yogyakarta. The implementation of this action class research was divided into two cycles, they are the first cycle and the second cycle. Each cycle consists of four steps. They are planning, action, observation, and reflection. The next step is the evaluation to know the progress of learning. The data were collected by using observation instrument of students’ involvement in the class, observation sheet of teachers’ activity, observation sheet of students’ activity, observation sheet of class’s activity, the sheet of teachers’ activity in learning process, instrument sheet of monitoring class, observation sheet of student’s activity in group, and reflection instrument, and also the calculation of students’ score. All of them were put in score list. The data were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis. The result of the first cycle shows that giving question component is 13,51%, answering question is 27,03%, finishing worksheet is 86,49%, the students’ ability in cooperative group discussion/interaction is 86,49%, and responding opinion is 27,03%. The second cycle shows that giving question component is 21,62%, answering question is 21,62%, finishing worksheet is 89,18%, the students’ ability in cooperative group discussion/interaction is 86,49%, and responding opinion is 24,32%. Those cycles state that research shows that the application of cooperative learning of TGT can increase the students’ activities on three cases, they are giving question component, finishing worksheet component, and group discussion/interaction component, whereas two others, answering question component and responding opinion component decrease. The final score shows that there are 32 students (86,48%) who get score above minimum standard and the average is 20 students with good predicate in the first cycle. There are 33 students (89,18%) get score above minimum standard in the second cycle. From the result, the second cycle increase and get the average of team with best predicate. It means that the application of learning, process using cooperative learning method TGT type can increase the result of students learning process.


(3)

i

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

TEAMS GAMES TOURNAMENTS

(

TGT

) UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA N 1

DEPOK YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: SUSI SULASTRI

041334039

Oleh:

Aprilia Setyarini

NIM: 061334032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

™

Orang tuaku tercinta sebagai tanda bakti, cinta, hormat dan

pemenuhan janji yang selama ini telah membesarkan dengan

kasih saying, mendoakan siang dan malam serta mendukung

dengan segenap keikhlasan.

™

Dhama Hujayana suamiku tercinta yang selalu memberikan

nasehat, semangat, dukungan dan motivasi.

™

Anakku tersayang Dhaffa Putra Pratama yang selalu

mewarnai hari-hari penuh kecerian.


(7)

v

MOTTO

“Hanya Kepada Engkau kami menyembah dan Hanya kepada

Engkaulah kami mohon pertolongan”.

“Ridho Allah berada pada ridho kedua orang tua dan murka Allah

(akibat) murka kedua orang tua”.

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila

kamu telah selesai dari satu urusan, kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh urusan yang lain. Hanya kepada Tuhanmulah kamu

berharap”.


(8)

(9)

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan petunjuk yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI SMA N 1 Depok Yogyakarta”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.


(11)

ix

5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd, S.I.P., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Natalina Premastuti B, S.Pd, M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

8. Seluruh mahasiswa angkatan 2006 yang juga telah memberi kritik dan saran, masukan serta dukungannya.

9. SMA N 1 Depok Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.

10. Bapak Drs.Tri Nardono selaku guru mitra dalam penelitian tindakan kelas ini. 11. Siswa-siswi kelas XI IPS 3 selaku subjek dalam penelitian ini.

12. Orangtuaku, yang telah memberikan doa, semangat, dukungan materiil, dan dukungan moral.

13. Suamiku Dhama Hujayana yang telah memberikan doa, dukungan, semangat, dan motivasi.

14. Anakku tersayang Dhaffa Putra Pratama yang telah menceriakan hari-hariku. 15. Mertuaku yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungannya.


(12)

(13)

xi ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA N 1 DEPOK YOGYAKARTA

Aprilia Setyarini Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan metode kooperatif tipe TGT pada pembelajaran ekonomi untuk peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 3, SMA N 1 Depok Yogyakarta. Dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Setelah itu diadakan evaluasi untuk melihat perkembangan hasil belajar. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi keterlibatan belajar siswa di kelas, lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar kegiatan guru dalam proses pembelajaran, lembar instrument pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan siswa dalam kelompok, dan instrument refleksi, juga perhitungan nilai perkembangan siswa yang kemudian dimasukkan ke daftar nilai. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan komponen mengajukan pertanyaan (13,51,%), menjawab pertanyaan (27,03%), mengerjakan lembar kerja/tugas (86,49%), kemampuan siswa dalam diskusi/interaksi dalam kelompok kooperatif (86,49%), dan menanggapi pendapat (27,03%). Pada siklus II menunjukkan komponen mengajukan pertanyaan (21,62%), menjawab pertanyaan (21,62%), mengerjakan lembar kerja/tugas (89.18%), kemampuan siswa dalam diskusi/interaksi dalam kelompok kooperatif (86,49%), dan menanggapi pendapat (24,32%). Dari kedua siklus tersebut menyatakan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam 3 hal yaitu dalam komponen mengajukan pertanyaan, komponen mengerjakan lembar kerja/tugas, dan komponen diskusi/interaksi dalam kelompok, sedangkan 2 hal lainnya yaitu komponen menjawab pertanyaan dan menanggapi pendapat mengalami penurunan. Sedangkan untuk hasil belajar, pada siklus I yang mendapat nilai diatas batas minimum sebanyak 32 siswa (86,48 %) dari keseluruhan siswa, dengan rata-rata tim 20 yang berpredikat baik. Kemudian pada siklus II, 33 siswa juga mendapat nilai diatas batas minimum (89,18 %). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa hasil evaluasi pada siklus II mengalami peningkatan dan mendapat rata-rata tim 23,33 yang berpredikat hebat. Itu berarti penerapan proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(14)

xii ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) METHOD TO INCREASE STUDENT’S ACTIVITY AND

FINAL SCORE ON ECONOMICS ON THE ELEVENTH GRADE OF 1 DEPOK SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA

Aprilia Setyarini Sanata Dharma University

2010

This research aims to know the effect of the application of TGT method on economics to increase student’s activity and score. This research was held on the Eleventh grade of the Social Sciences Departement of Senior High School Depok Yogyakarta. The implementation of this action class research was divided into two cycles, they are the first cycle and the second cycle. Each cycle consists of four steps. They are planning, action, observation, and reflection. The next step is the evaluation to know the progress of learning. The data were collected by using observation instrument of students’ involvement in the class, observation sheet of teachers’ activity, observation sheet of students’ activity, observation sheet of class’s activity, the sheet of teachers’ activity in learning process, instrument sheet of monitoring class, observation sheet of student’s activity in group, and reflection instrument, and also the calculation of students’ score. All of them were put in score list. The data were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis. The result of the first cycle shows that giving question component is 13,51%, answering question is 27,03%, finishing worksheet is 86,49%, the students’ ability in cooperative group discussion/interaction is 86,49%, and responding opinion is 27,03%. The second cycle shows that giving question component is 21,62%, answering question is 21,62%, finishing worksheet is 89,18%, the students’ ability in cooperative group discussion/interaction is 86,49%, and responding opinion is 24,32%. Those cycles state that research shows that the application of cooperative learning of TGT can increase the students’ activities on three cases, they are giving question component, finishing worksheet component, and group discussion/interaction component, whereas two others, answering question component and responding opinion component decrease. The final score shows that there are 32 students (86,48%) who get score above minimum standard and the average is 20 students with good predicate in the first cycle. There are 33 students (89,18%) get score above minimum standard in the second cycle. From the result, the second cycle increase and get the average of team with best predicate. It means that the application of learning, process using cooperative learning method TGT type can increase the result of students learning process.


(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...…..…. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………..…..… ii

HALAMAN PENGESAHAN ………...….... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv

MOTTO ……….... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……..……….…...vi

KATA PENGANTAR ………..…..viii

ABSTRAK ……….…….. xi

ABSTRACT ………. xii

DAFTAR ISI ………..…... xiii

DAFTAR TABEL ……….... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ………... xviii

BAB I PENDAHULUAN ………...….. 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ……….……….... 4

C. Rumusan Masalah ……...………... 5

D. Tujuan Penelitian ...………...………... 5

E. Manfaat Penelitian ………...………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………...………... 7

A. Kajian Teoritis ……… 7

1. Pembelajaran Kooperatif ... 7


(16)

xiv

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ………..………...… 11

4. Keaktifan ……….………...… 15

5. Hasil belajar ……….……….………... 19

6. Mata Pelajaran Ekonomi ………...….….………. 20

B. Kajian Penelitian Yang Relevan….………...……..……. 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………..……….. 24

A. Jenis Penelitian... 24

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

C. Subyek dan Obyek Penelitian………..……. 24

D. Prosedur Penelitian .………..…... 25

E. Instrumen Penelitian... …………...………..…...…... 29

F. Pengumpulan dan Analisis Data ………….……….……… 33

BAB IV GAMBARAN UMUM …………...……….. 38

A. Sejarah SMA N 1 Depok Yogyakarta ..………..……….. 38

B. Visi Misi SMA N 1 Depok Yogyakarta.………...……...……. 39

C. Mutu dan relevansi Pendidikan SMA N 1 Depok Yogyakarta…………. 41

D. Sumber Daya Manusia SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta …………...….… 44

E. Siswa SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta ………..……….…... 48

F. Proses Belajar Dan Mengajar SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta ... 49

G. Fasilitas Pendidikan dan Latihan SMA N 1 Depok Yogyakarta..……….……... 49

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..……….………. 51

A. Deskripsi Penelitian ……….………... 51

1. Pra Penelitian ……….……….……….. 51


(17)

xv

a. Perencanaan ………..………... 54

b. Tindakan ………...………..………. 58

c. Observasi ………...…….. 61

d. Refleksi ………...………. 69

3. Siklus Kedua ………...……….. 78

a. Perencanaan ………...……….. 79

b. Tindakan ………...………...…… 82

c. Observasi ………. 85

d. Refleksi ………...………. 92

B. Analisis Komparatif Tingkat Keaktifan dan Hasil Belajar……….. 106

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN.………. 114

A. Kesimpulan ……….……... 114

B. Keterbatasan Penelitian ………...……….…….…...…… 115

C. Saran ………...……. 116

DAFTAR PUSTAKA ….……….………...…... 118 LAMPIRAN


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aktivitas Guru Pada Siklus I ... 61

Tabel 2.2 Keterlibatan Siswa Pada Siklus Pertama ... 64

Tabel 2.3 Instrumen Pengamatan Kelas ... 65

Tabel 2.4 Instrumen Pengamatan Kelas ………..….…….…... 67

Tabel 2.5 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 70

Tabel 2.6 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 73

Tabel 2.7 Indikator Keberhasilan Tingkat Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I ... 75

Table 2.8 Daftar Nilai Siswa Siklus I……….... 76

Tabel 3.1 Aktivitas Guru Pada Siklus II ... 85

Tabel 3.2 Keterlibatan Siswa Pada Siklus Kedua ... 88

Tabel 3.3 Pengamatan terhadap Kelas ... 89

Tabel 3.4 Pengamatan terhadap kelas ………..….... 90

Tabel 3.5 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... 93

Tabel 3.6 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... 96

Tabel 3.7 Indikator Keberhasilan Tingkat Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II ... 97


(19)

xvii

Tabel 4.1 Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Kelas XI IPS 3

Pokok Bahasan Perdagangan Internasional ... 99 Tabel 4.2 Daftar Nilai Siswa Siklus II ………...… 102 Tabel 4.3 Daftar Nilai Siswa Siklus I dan Siklus II ………...… 105 Tabel 5 Indikator Keberhasilan Tingkat Keaktifan Belajar Siswa


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skenario Pembelajaran

Lampiran la Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran Ib Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 2a Materi Siklus I: Perdagangan Internasioanal

Lampiran 2b Materi Siklus II : Kebijakan Perdagangan Internasioanal Lampiran 3a Soal games siklus I: Mix and Match

Lampiran 3b Soal games siklus II: Estafet

Lampiran 4a Soal turnamen siklus I: Pertanyaan Berantai Lampiran 4b Soal turnamen siklus II: Cerdas Cermat Lampiran 4c Soal Evaluasi siklus I

Lampiran 4d Soal Evaluasi siklus II

Lampiran 5a Daftar Nama Siswa Kelas XI IPS 3 SMAN 1 Depok Yogyakarta Lampiran 5b Grouping/Nama Kelompok

Lampiran 5c Skor Games dan Tournaments Siklus I Lampiran 5d Skor Games dan Tournaments Siklus II Lampiran 6 Lembar Kegiatan Pra Penelitian

Lampiran 6a Lembar Observasi Kegiatan Guru Pra Penelitian Lampiran 6b Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pra Penelitian Lampiran 6c Lembar Observasi Kegiatan Kelas Pra Penelitian

Lampiran 7 Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa Pra Penelitian .


(21)

xix Lampiran 8 Daftar Nilai Siswa Pra Penelitian Lampiran 9 Lembar Kegiatan Siklus I

Lampiran 9a Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I Lampiran 9b Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Lampiran 9c Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus I

Lampiran 10a Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Lampiran 10b Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok Lampiran 10c Instrumen Pengamatan Kelas

Lampiran 10d Intrumen Pengamatan Kelas secara ringkas Lampiran 10e Intsrumen Refleksi Guru

Lampiran 10f Instrumen Refleksi Siswa

Lampiran 10g Indikator Keberhasilan Tingkat Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I

Lampiran 11 Daftar Nilai Siswa Siklus I Lampiran 12 Instrumen wawancara

Lampiran 12a Hasil wawancara siswa Siklus I

Lampiran 12b Hasil wawancara teman sejawat siklus I Lampiran 12c Hasil wawancara guru mitra siklus I Lampiran 13 Lembar Kegiatan Siklus II

Lampiran l3a Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II Lampiran l3b Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Lampiran l3c Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus II


(22)

xx

Lampiran 14b Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok Lampiran 14c Instrumen Pengamatan Kelas

Lampiran 14d Intrumen Pengamatan Kelas secara ringkas Lampiran 14e Intrumen Refleksi Guru

Lampiran 14f Intrumen Refleksi Siswa Lampiran 15 Daftar Nilai Siswa siklus II Lampiran 16 Instrumen wawancara

Lampiran 16a Hasil wawancara siswa siklus II

Lampiran 16b Hasil wawancara teman sejawat siklus II Lampiran 16c Hasil wawancara guru mitra siklus II


(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya pendidikan adalah proses terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Dalam proses interaksi tersebut guru sebagai pendidik tidak hanya mentransfer ilmu yang dia miliki kepada para siswanya, namun juga harus mampu memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang materi yang diberikan kepada siswanya agar hasil belajar yang didapatnya nanti dapat optimal. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan csara memberikan inovasi yang lain dalam proses kegiatan belajar mengajarnya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa. Guru harus berusaha semaksimal mungkin agar siswa benar-benar terlibat secara aktif baik secara fisik, mental, intelektual, dan emosional. Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Namun, hingga saat ini penerapan metode mengajar guru di kelas masih dirasa sangat monoton dan kurang bervariasi. Banyak guru yang menerapkan teknik mengajar yang sama meskipun materi pelajarannya berbeda. Guru sebagai pengajar umumnya menyampaikan materi dari buku pelajaran kepada siswa. Umumnya guru kurang kreatif dan pandai berinovasi dalam menciptakan suatu proses pembelajaran agar menjadi proses yang menyenangkan. Metode ceramah dan diskusi merupakan metode yang sering digunakan oleh guru dalam prosers pembelajaran. Pada saat guru menerapkan ceramah, kecenderungan siswa merasa bosan dalam mengikuti


(24)

pelajaran, siswa tidak mendengarkan, acuh tak acuh, bahkan ada yang tidak memperhatikan pelajaran sama sekali. Begitu pula dengan kegiatan diskusi, siswa cenderung banyak yang ngobrol, sibuk sendiri, tidak mau berpendapat,dll. Padahal dengan proses pembelajaran yang lebih menyenangkan, maka diharapkan akan membuat siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran juga mendapatkan hasil yang maksimal.

Paradigma lama dalam pembelajaran adalah guru memberikan pengetahuan kepada siswa secara searah. Seorang guru memberikan pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa hanya menerima pengetahuan dari gurunya. Jika diandaikan, pengetahuan siswa dianggap seperti botol kosong dan guru akan mengisi kekosongan botol tersebut. Berbeda dengan paradigma baru dimana pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Siswa membangun pengetahuan secara aktif dengan interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antar guru dan siswa.

Berdasarkan pengalaman yang telah dialami peneliti selama duduk di bangku SMA, serta pengamatan peneliti di SMA N 1 Depok Yogyakarta ketika guru mengajar dengan menerapkan metode ceramah, pada awalnya siswa masih dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menyimak penjelasan dari guru. Namun lama kelamaan siswa mulai kurang memperhatikan materi yang diberikan oleh guru, ada yang ribut ngobrol dengan teman, ada yang sibuk sendiri, intinya banyak siswa yang cenderung tidak merespon lagi pembelajaran dari guru. Kemudian ketika guru mengajar dengan menerapkan metode diskusi kurang lebih kondisinya sama dengan ketika guru menerapkan metode ceramah. Sekilas siswa


(25)

memang tampak aktif di dalam kelompoknya, namun jika dilihat lebih dalam ternyata hanya beberapa siswa yang benar-benar aktif sedangkan yang lain cenderung pasif. Siswa yang pasif kebanyakan hanya menggantungkan diri pada jawaban teman yang aktif yaitu dengan menyalin jawaban teman ke dalam lembar tugasnya. Dari kasus di atas menunjukkan bahwa penerapan metode ceramah dan diskusi kurang begitu efektif dalam proses pembelajaran sehingga hal ini menyebabkan kurangnya keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, dengan menggunakan metode pembelajaran tertentu dapat mendorong siswa untuk lebih antusias lagi dalam mengikuti pelajaran.

Ada berbagai pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengatasi kondisi pembelajaran seperti : Cooperative Learning, CTL, Active Learning, Quantum Learning. Adapun alasan mengapa menggunakan pembelajaran kooperatif adalah agar dengan pembelajaran tersebut, siswa dapat meningkatkan belajarnya dimana tercipta aktivitas dan interaksi siswa dalam kelompok. Metode pembelajaran ini pada dasarnya merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen (tinggi, rendah, sedang). Keaktifan siswa dalam kelompok tersebut dapat menimbulkan kerja sama dan saling membantu dengan siswa lainnya dalam tugas tugas terstruktur dimana guru bertindak sebagai fasilitator.

Ada berbagai macam pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Teams- Games-Tournamens (TGT). Metode pembelajaran ini adalah salah satu metode


(26)

pembelajaran yang relatif mudah untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam suatu kelas. Pembelajaran tipe ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa membedakan status, peran siswa sebagai tutor sebaya dan di dalamnya mengandung unsur permainan yang sangat menyenangkan (Slavin, 1995:84). Dengan penerapan metode TGT ini, diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar, meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeyakinan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa di kelas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yaitu “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI SMA N 1 Depok Yogyakarta”.

B.Batasan Masalah

Penerapan metode pembelajaran kooperatif bisa dilihat dari berbagai tipe, tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan :

1) Apakah ada peningkatan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran ekonomi ?


(27)

2) Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran ekonomi ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatan keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi melalui penerapan metode kooperatif tipe TGT.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi : 1) Bagi peserta didik

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peserta didik untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar dalam mata pelajaran Ekonomi. 2) Bagi peneliti

Sebagai calon seorang pendidik, penelitian ini sangat bermanfaat dalam pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama kuliah ke dalam pembelajaran di kelas yang sesuai dengan tujuan pendidikan saat ini yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa.

3) Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi program studi terutama guru bidang studi dalam rangka mengefektifkan pendidikan dan pengelolaan sumber-sumber belajar.


(28)

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan aktivitas pengajaran di lapangan.


(29)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian teoritis

1. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (1995:2), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam mempelajari materi pelajaran. Sulihatin (2005:5), berpendapat bahwa pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.

Sedangkan menurut Lie (2002:12), sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau pembelajaran kooperatif dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar para siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berfikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan


(30)

diri sendiri maupun teman lain. Pembelajaran kooperatif juga merupakan suatu model pembelajaran yang berisi serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar para pelajar dalam suatu kelompok yang bersifat sosial dan masing-masing pelajar bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani (Kagan, 1994:8). Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan, dan keterampilan dengan bekerja sama dengan siswa lainnya.

Unsur- unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (Nur, 2000: 193) adalah sebagai berikut :

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompok.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Selain dari unsur- unsur di atas, metode kooperatif juga memiliki beberapa ciri- ciri (Carin, 1993: 69), yang diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Setiap anggota memiliki peran.

b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.

c. Setiap kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman- teman sekelompoknya.

d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.


(31)

Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:4-8) yang diantaranya adalah:

a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.

b. Teams Games Tournaments (TGT)

Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok. c. Jigsaw

Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk


(32)

mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.

c. Learning Together

Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.

d. Group Investigation

Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana


(33)

cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.

3. Pembelajaran Kooperatif tipe Teams games tournaments ( TGT)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, persaingan sehat, keterlibatan, dan kerja sama.

Lima komponen utama dalam komponen dalam TGT yaitu (Slavin, 1995:84-88)

a. Presentasi Kelas

Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar diperkenalkan kepada siswa melalui presentasi kelas. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan melalui pengajaran secara langsung yang dipandu oleh guru. Pada saat guru menyampaikan materi, siswa diharapkan memperhatikan materi tersebut. Hal ini dikarenakan akan memudahkan siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal-soal pada kegiatan belajar kelompok.


(34)

Di dalam kegiatan kelompok masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman satu kelompok menguasai materi pembelajaran tersebut.

Sebelum kegiatan belajar kelompok dimulai, guru terlebih dahulu menjelaskan beberapa sikap yang harus diperhatikan siswa agar kerjasama dalam kelompok berjalan dengan lancar. Pada saat diskusi berlangsung, seluruh anggota sebaiknya berbicara dengan suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara bersama- sama, jika ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah satu teman kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan dari guru.

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

c.Permainan

Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Game terdiri dari


(35)

pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor.

d.Turnamen (Tournament)

Turnamen disini merupakan suatu pertandingan antar anggota- anggota yang berbeda. Pelaksanaan turnamen biasanya dilakukan setelah guru menjelaskan materi dan setelah siswa melakukan belajar dalam kelompok. Pada awal turnamen, guru menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan oleh guru kelas dan hasil dari tes sebelumnya (dalam penelitian ini ada 5 meja turnamen yaitu meja I, meja II, meja III, meja IV dan V yang terdiri dari 3-4 orang siswa).

Kegiatan ini berlangsung sebagai berikut : para siswa yang berada di meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu (pengambilan nomor kartu berdasarkan urutan yang telah disepakati bersama) dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu pertanyaan- pertanyaan yang sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Apabila ada siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman yang lain dalam satu meja


(36)

turnamen sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang menjawab dengan benar berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.

e. Penghargaan Kelompok

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing- masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya.

4. Keaktifan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:17) aktivitas diartikan sebagai keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris dari kata activity yang berarti kegiatan (Budiono ,1998:13). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer disebut aktivitas berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin, selalu berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang.

Menurut Sriyono (http://keaktifanhemow.wordpress.com), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.


(37)

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Aktivitas peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar adalah salah satu kunci keberhasilan pencapaian peranan pendidikan. Aktivitas merupakan asas penting dalam asas didaktik karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seseorang belajar. Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi


(38)

juga aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Rohani, 2004:6).

Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Piaget (Pardjono, 2001:2006), ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu: (1) siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna, (2) cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan objek yang konkrit, (3) belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi. Jadi dalam proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa (peserta didik) harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata.

Jadi belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Karena sekolah merupakan sebuah miniator dari masyarakat maka dalam proses pembelajaran harus terjadi


(39)

saling kerjasama dan interaksi antar berbagai komponen yang terbaik. Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan yang dia pelajari. Dengan mengalami sendiri, siswa memperoleh pengetahuan pemahaman dan ketrampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai.

Hal ini tidak berarti guru pasif atau tidak aktif dalam pembelajaran berlangsung, tetapi guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif belajar. Herman Handoyo (Rias, 1988:121-123) mengklasifikasikan aktivitas belajar atau yang menurutnya disebut aktivitas intelektual siswa seperti pada uraian di bawah :

1. Menguji.

Pada waktu guru memberikan materi, guru hendaknya melibatkan intelektual siswa yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengabstraksi dan menemukan. Mengabstraksi berarti mengidentifikasi esensi dari bentuk atau struktur dari hal yang diketahui sedangkan menemukan berarti menghasilkan sesuatu yang dianggap baru dengan menggunakan imajinasi, pikiran atau eksperimen.

2. Mengungkapkan.

Aktivitas ini mengharapkan siswa dapat menghasilkan kata, kalimat, bagan atau tabel dengan menggunakan simbol yang sesuai dengan situasi masalahnya. Ini merupakan proses belajar untuk mengkonstruksi model– model dari situasi masalah yang dihadapi.

3. Membuktikan.

Apabila siswa sudah berhasil merumuskan sesuatu, mereka perlu membuktikan berdasarkan argument atau alasan yang terstruktur.

4. Mengaplikasikan masalah.

Konsep dan prosedur yang telah diketahui perlu diaplikasikan ke situasi baru. Dalam mengaplikasikan mungkin siswa harus dapat mengabstraksikan.

5. Menyelesaikan masalah.

Dari suatu masalah komplek yang dihadapi namun belum pernah diselesaikan, seorang siswa harus menyelesaikan dengan konsep atau teorema serta prosedur yang telah dikuasai.


(40)

Aktivitas ini berupa pertukaran informasi diantara siswa, masing–masing dengan menggunakan simbol yang sama. Para siswa harus mendapat kesempatan untuk menyatakan gagasan secara verbal dan tertulis, mengkomprehensikan dan menginterpretasikan gagasan–gagasan yang nyatakan siswa lain.

Klasifikasi aktivitas belajar dari Herman Hudoyo di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas disini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapat secara langsung diamati tetapi juga meliputi aktivitas rohani.

5.Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dari hasil belajar dapat memberikan informasi tentang kemajuan siswanya demi mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Selanjutnya informasi tersebut dapat menjadikan kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk individu ataupun bersama.

(http://technoly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar/)

Sujana (1989:3) berpendapat bahwa penilaian fungsi sebagai alat ukur dalam proses belajar mengajar dan dasar penyusunan laporan kemajuan belajar siswa pada orang tua, sedang tujuan penilaian adalah untuk mendiskripsikan kelebihan dan kekurangan siswa, mengetahui keberhasilan pendidikan dan pengajaran agar siswa mempunyai aspek intelektual, sosial, emosional, moral dan ketrampilan, menentukan tindak lanjut hasil penilaian dan memberikan pertanggungjawaban pada orang tua dan masyarakat.

Ada 3 macam hasil belajar :

a) Ketrampilan dan kebiasaan b) Pengetahuan dan pengertian c) Sikap dan cita-cita


(41)

Hasil belajar yang diharapkan dapat dikuasai siswa dalam penelitian ini adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (Sujana, 1989:3) rinciannya sebagi berikut :

a) Ranah Kognitif, meliputi : 1) Ingatan dan pengetahuan 2) Pemahaman

3) Penerapan 4) Analisis 5) Sintesis 6) Evaluasi

b) Ranah Afektif , meliputi : 1) Stimulasi

2) Jawaban 3) Penilaian 4) Organisasi 5) Karakteristik c) Ranah Psikomotorik

Dalam ranah psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan bertindak individu, seperti gerakan reflek, ketrampilan gerakan dasar, dan kemampuan bidang fisik.

6. Mata Pelajaran Ekonomi

Menurut Fajar (2002:128), ekonomi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi dan berkembang dengan


(42)

sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, distribusi. Ruang lingkup mata pelajaran ekonomi dimulai dari masalah-masalah ekonomi yang terjadi dalam kehidupan. Adapun ruang lingkupnya adalah perilaku ekonomi dan kesejahteraan, mencakup aspek-aspek ekonomi, ketergantungan, spesialisasi dan pembagian kerja, perkoperasian, kewirausahaan dan pengelolaan keuangan perusahaan. Sedangkan menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumberdaya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.

Fungsi dari mata pelajaran ekonomi di SMA adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan ekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa-peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta terlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang ada pada masyarakat.

Tujuan dari mata pelajaran ekonomi di SMA adalah : a) membekali siswa dengan sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk lebih mendalami ilmu ekonomi, b) membekali siswa dengan nilai-nilai etika ekonomi, c) membantu siswa untuk memiliki jiwa wirausaha, d) membantu siswa untuk mengetahui dan mengerti peristiwa serta permasalahan ekonomi dalam kehidupan sehari- hari.

Ruang lingkup ekonomi terdiri atas perilaku ekonomi dan kesejahteraan, mencakup aspek-aspek ekonomi, ketergantungan,


(43)

spesialisasi dan pembagian kerja, kewirausahaan dan pengelolaan keuangan perusahaan.

B. Kajian penelitian yang relevan

Dalam penelitian yang dilakukan Susi Sulastri (2009), dengan judul penelitian “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi”, jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan subtantif dalam dua siklus.

Hasil dari penelitiannya adalah siklus I, sebesar 75% dan berada pada kualifikasi tinggi. Indikator keberhasilan siswa pada siklus I dengan capaian skor tertinggi adalah siswa aktif mengerjakan tugas dan siswa aktif dalam diskusi. Kemudian untuk indikator keberhasilan tingkat keaktifan siswa pada siklus II sebesar 90% dan berada pada kualifikasi sangat tinggi.

Juga dalam penelitian Rohmawati, Yuana. 2010. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Malang Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Skripsi, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universiras Negeri Malang. Hasil belajar ekonomi siswa mengalami peningkatan dimana siklus pertama ketuntasan belajarnya sebesar 77% dan pada siklus kedua menjadi sebesar 86%


(44)

22 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif yaitu suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993:44). Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan, kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA N 1 Depok Sleman Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Maret-Mei 2010. C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N 1 Depok Sleman Yogyakarta.


(45)

2. Obyek penelitian

Obyek penelitiannya adalah pelaksanaan pembelajaran ekonomi dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT.

D. Prosedur Penelitian

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengawali dengan kegiatan pra-penelitian. Kegiatan ini dilakukan terhadap pembelajaran di kelas sebelum menggunakan metode TGT. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain dengan observasi, guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah mengadakan kegiatan pra-penelitian, peneliti mengadakan penelitian di dalam kelas setelah menggunakan metode TGT.

Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah :

1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan, dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa.

2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya meningkatkan keaktifan siswa.


(46)

4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa.

Secara operasional, penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

a. Siklus pertama.

Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan atau tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi :

1) Perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, yang meliputi:

a) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan membagi siswa secara heterogen menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan materi presentasi.

b) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi : (1) lembar observasi kegiatan guru (catatan anekdotal); (2) lembar observasi kegiatan siswa (catatan anekdotal); (3) lembar observasi kegiatan kelas (catatan anekdotal);

(4) lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran; (5) lembar instrumen pengamatan kelas;

(6) lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok; (7) instrumen refleksi.


(47)

2) Tindakan

Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan rencana tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Guru bidang studi ekonomi bertindak sebagai guru yang membimbing dan mengarahkan siswa.

b) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4-6 anggota/siswa yang memiliki karakteristik yang heterogen.  c)  Games/ Permainan

Games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dalam presentasi kelas dan belajar kelompok. Pertanyaan-pertanyaan itu berisi pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor, siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor tersebut. Jika siswa tersebut menjawab benar maka akan mendapatkan skor yang nantinya akan dikumpulkan siswa untuk babak turnamen.

d) Turnamen

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok. Turnamen yang pertama, guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa dikelompokkan pada meja I, tiga siswa berikutnya pada meja II, dan seterusnya.


(48)

Tahap ini, dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Di dalam tahap ini peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan hasil dari pelaksanaan tindakan, yaitu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa tampak dari keberanian mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan, partisipasi siswa dalam kelompok, dan kemampuan mengerjakan lembar kerja yang diberikan. Pengamatan juga direkam dengan menggunakan video camcorder .

e) Refleksi

Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap hasil prestasi belajar siswa. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu :

1) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya.

2) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai dengan indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis, peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.


(49)

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya yang membedakan adalah tindakannya. Pada siklus kedua ini tindakan ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama. E. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. Perencanaan

Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Dalam RPP ini guru dan peneliti menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan dalam pembelajaran, serta kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang direncanakan. Hal-hal yang terkandung di dalam RPP yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator keberhasilan, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan strategi/ prosedur pembelajaran

b. Grouping

Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 orang. Adapun pembagian kelompok di sini telah ditentukan terlebih dahulu oleh guru mitra sebagai pihak yang lebih mengerti tentang siswa yang heterogen. 2. Tindakan


(50)

Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah direncanakan. Instrumen yang dibutuhkan dalam mengukur tingkat keaktifan siswa dipilah menjadi tiga bagian, yaitu secara menyeluruh (kelas), kelompok, dan secara individu. Dalam mengukur keaktifan kelas digunakan lembar observasi keaktifan dan keterlibatan belajar siswa, sedangkan untuk mengukur keaktifan siswa di dalam kelompok instrumen yang diperlukan yaitu lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok.

3. Observasi

Suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Arikunto, 1998:139). Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa di kelas. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini mengacu pada Bergerman, 1992 dan Tantra (2006:15) yang mengacu pada tiga kelompok yaitu: instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher), instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom), dan instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).

a. Observasi pra penelitian

1) Instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher)

Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan guru dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal. Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang


(51)

bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran.

2) Instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom) Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan kelas dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal. Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang terjadi di kelas selama pembelajaran.

3) Instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).

Dalam penelitian ini, observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal. Catatan anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik tentang aktivitas siswa selama pembelajaran.

b. Observasi saat PTK dilaksanakan

1) Instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher)

Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan guru dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal dan dalam bentuk lembar observasi kegiatan guru. Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran.


(52)

2) Instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).

Dalam penelitian ini, observasi terhadap perilaku siswa dilakukan peneliti dengan membuat lembar observasi kegiatan siswa untuk mengetahui tingkat keaktifan dan keterlibatan siswa selama proses belajar mengajar serta dengan membuat catatan anekdotal.

3) Instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom) Dalam penelitian ini, observasi terhadap aktivitas kelas dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal dan dalam bentuk instrumen pengamatan kelas . Catatan anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik tentang aktivitas siswa selama pembelajaran.

4. Refleksi

Dalam tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan pembuatan kesimpulan hasil observasi. Instrumen yang diperlukan adalah lembar refleksi guru dan lembar refleksi siswa.

F. Pengumpulan dan Analisis Data 1. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data dilakukan dengan:


(53)

1) Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain (Hopkins, 1993:125). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data berkaitan dengan aktivitas belajar siswa serta pandangan dari guru dan siswa terhadap metode TGT yang diterapkan dalam pembelajaran ekonomi.

2) Observasi

Suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 1998:28). Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa dikelas.

3) Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang perencanaan pembelajaran ekonomi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai jumlah siswa dan latar belakang siswa sebagai dasar menentukan jumlah kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT. Selanjutnya, audio-visual digunakan untuk mendukung 2 teknik terdahulu dan penguat hasil penelitian.

4) Tes

Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar yang dicapai siswa selama proses belajar mengajar menggunakan metode TGT.


(54)

a) Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe TGT sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.

b) Analisis Komparatif

Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan keaktifan dan hasil belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya pada masa pra penelitian, siklus pertama, dan siklus kedua.

Tabel

Indikator Keberhasilan Tingkat Keaktifan dalam Proses Pembelajaran Indikator Keberhasilan Komponen Situasi Awal (%) Target (%) Siklus I (%) Siklus II (%) Deskriptor Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan.

5 25 Jumlah siswa

yang mengajukan pertanyaan. Keberaniaan siswa dalam menjawab pertanyaan

20 30 Jumlah siswa

yang menjawab pertanyaan Kemampuan siswa dalam mengerjakan lembar kerja/ tugas

10 50 Jumlah siswa

yang mengerjakan lembar kerja/ tugas Kemampuan siswa dalam diskusi/interaks i dalam kelompok kooperatif

20 50 Jumlah siswa

yang aktif (berbagi informasi, berbagi tafsiran, negosiasi makna) dalam pemecahan


(55)

masalah dalam kelompok.

Kemampuan siswa dalam menanggapi

pendapat guru/temannya

10 25 Jumlah siswa

yang dapat menanggapi

pendapat guru/temannya

Situasi awal diketahui dari hasil observasi di dalam kelas sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dari situasi awal kemudian ditentukan target berapa persen tingkat keberhasilan yang ingin dicapai. Target yang ditentukan peneliti yaitu naik minimal 50 % dari situasi awal. Target juga diperoleh dari referensi skripsi milik Susi Sulastri (2009), dengan judul penelitian “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi”

Untuk pengukuran hasil belajar dilakukan dengan mengadakan tes setelah melakukan pembelajaran dengan metode pembelajaran tipe TGT. Jika nilai siswa menjadi lebih baik berarti hasil belajar siswa meningkat.

Teknik penilaiannya pada metode pembelajaran tipe TGT ini terdiri dari tiga bagian yaitu :

1) Skor dasar

Skor dasar = total skor : frekuensi

2) Skor kuis terkini

Tes dikerjakan secara individu, skor diperoleh setelah siswa mengerjakan tes yang diberikan guru.


(56)

Skor ini diperoleh jika tes yang diberikan guru hasilnya dapat melewati skor dasar yang dimiliki setiap siswa.

Contoh panduan skor perkembangan

Nilai kuis Nilai

tambah Lebih dari sepuluh poin dibawah skor dasar 5 Sepuluh poin dibawah sampai satu poin dibawah skor

dasar

10

Sampai sepuluh poin diatas skor dasar 20 Sepuluh poin sampai limabelas poin diatas skor dasar 30

Pekerjaan sempurna 30

Rata-rata tim :

15-20 : baik

21-25 : hebat

Lebih dari 25 : super

Rata-rata individu :

15-20 :cukup baik


(57)

Lebih dari 25 : sangat baik

Dari ketiga bagian skor tersebut memperlihatkan pula seberapa tinggi tingkat kenaikan hasil belajar siswa setelah menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT pada proses belajar mengajar


(58)

36 BAB IV

GAMBARAN UMUM A. SEJARAH SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA

SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta merupakan salah satu sekolah andalan yang ada di wilayah Depok Sleman Yogyakarta. SMA Negeri 1 Depok ditinjau dari letak geografisnya adalah dipinggiran kota Yogyakarta di belahan timur masuk wilayah Kabupaten Sleman belahan selatan, berada dalam lingkungan pendidikan perguruan tinggi. Pengaruh pendidikan setingkat SMA cenderung pada sekolah di Kota. SMA Negeri 1 Depok berada di Wilayah Kecamatan Depok cakupan pelayanan pendidikan yaitu dari

1. SLTP/MTs Negeri/Swasta dalam satu wilayah Kecamatan Depok = 60 %

2. SLTP/MTs Negeri/Swasta diluar Kecamatan dalam satu wilayah Kabupaten = 20 %

3. SLTP/MTs Negeri/Swasta diluar Kabupaten Sleman dalam Propinsi = 10%

4. SLTP/MTs Negeri/Swasta diluar Propinsi D.I. Yogyakarta = 10 % SMA ini berdiri pada tanggal 17 Januari 1977 dengan nama SMA Negeri 2 Sleman, dengan SK pertama pendirian 0478/0/1977,tanggal 25 Oktober 1977. SMA Negeri 1 Depok memiliki luas tanah 7973 dengan luas bangunan 2639 .

Siswa Kelas I baru adalah hasil penerimaan murid baru melalui 2 jalur seleksi yaitu


(59)

a. Jalur tanpa tes bagi siswa-siswa berprestasi dari wilayah Kabupaten Sleman dengan persyaratan-persyaratannya sehingga dapat menampung siswa berkualitas dari wilayah kabupaten Sleman sebesar 30 % dari jumlah daya tampung kelas I = 216 murid.

b. Jalur tes dari wilayah Kabupaten Sleman bagi siswa tidak memenuhi syarat poin a. dan bagi calon-calon siswa dari luar wilayah Kabupaten Sleman dapat terseleksi untuk mendapatkan calon-calon siswa berkualitas sebesar 69,5 % dari dari jumlah daya tampung 216 calon murid kelas I baru.

B. VISI MISI SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA

1. VISI

SMA YANG BERPRESTASI TINGGI, BERKEPRIBADIAN DAN KREATIF.

Yang dimaksud dari Visi tersebut adalah

a. Berprestasi tinggi adalah : meningkatkan kualitas pembelajaran yang effektif sehingga materi kurikulum terkuasai 100% , memperoleh (Nilai Ujian Akhir Nasional) NUAN yang tinggi dan mampu bersaing seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi Negeri dan Favorit. Mengembangkan system seleksi penerimaan siswa baru sehingga diperoleh calon siswa yang berkualitas.

b. Berkepribadian adalah warga sekolah harus mempunyai kepribadian nasional


(60)

Indikator Visi SMA Negeri 1 Depok antara lain :

a. Unggul dalam aktifitas keagamaan minimal juara di tingkat Kabupaten dan Propinsi;

b. Unggul dalam kedisiplinan dan ketertiban 99% mentaati aturan/ketentuan yang berlaku

c. Unggul dalam lingkungan sekolah yang bersih dan sehat;

d. Unggul dalam berbagai lomba disegala bidang setiap lomba yang diikuti mendapat minimal mendapat juara harapan;

e. Unggul dalam ketrampilan berbahasa Asing terutama Bahasa Inggris 90 % dari jumlah siswa mampu mengucapkan dengan baik dan benar;

f. Unggul dalam ketrampilan Komputer 80 % dari jumlah siswa minimal mampu mengoperasikan program Microsoft. Word dan Microsoft Exel; g. Unggul dalam ketrampilan dan kreativitas Seni;

h. Unggul dalam perolehan rata-rata NUAN minimal rata 6,50;

i. Unggul dalam persaingan SPMB minimal mencapai 40 % PTN dan 50 % PTS;

2. MISI

Misi dalam mewujudkan Visi sekolah adalah :

a. Melaksanakan kurikulum 1994 dan 2004 yang efektif; b. Melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien c. Melaksanakan pembinaan iman dan taqwa warga sekolah


(61)

e. Membina minat dan kreatifitas siswa

C. MUTU DAN RELEVANSI PENDIDIKAN 1. Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan sangat penting, karena apabila mutu pendidikan rendah akan berdampak / mengakibatkan banyak hal.

a. Input calon siswa yang berkualitas merupakan modal dasar siswa untuk dapat berprestasi menuju ke mutu pendidikan.

b. Proses pengelolaan pendidikan di sekolah sangat berperan sekali untuk mencapai mutu pendidikan. Dalam hal ini ditentukan oleh beberapa hal dan faktor antara lain :

a. Siswa

b. Guru dan Tenaga kependidikan lainnya c. Fasilitas (Sarana Prasarana)

d. Dukungan masyarakat (publik) e. Manajemen sekolah yang andal

f. Lingkungan yang nyaman, aman dan kondusif.

Faktor-faktor tersebut dan lain-linnya yang mendukung proses pembelajaran di sekolah maupun di rumah.

c. Output akan dapat berkualitas dan bermutu diawali dari Input yang berkwlitas apabila dikelola dengan profesional dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki seoptimalnya dengan menyamakan langkah menuju pada pencapaian hasil mutu pendidikan yang berkualitas dapat diandalkan


(62)

mampu untuk bersaing dalam menempuh seleksi ke perguruan tinggi atau mencari kerja.

2. Relevansi Pendidikan

Relevansi Pendidikan SMA setelah lulus diharapkan dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Sesuai dengan tujuan pendidikan sekolah menengah umum adalah memberi bekal kemampuan kepada peserta didik (siswa) untuk mengembangkan kehidupan sesuai pribadi anggota masyarakat, warga negara dan umat manusia , serta mempersiapkan untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi.

Bagi siswa yang tidak dapat melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi perlu diberi pembekalan ilmu pengetahuan dan ketrampilan tentang kecakapan hidup (life skill education).

Dengan kecakapan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki dapat membekali siswa untuk mencari kerja sebagai bekal hidup.

3. Efisiensi Pendidikan

Mutu Pendidikan ditentukan juga oleh efisiensi pendidikan yaitu bermula dari input, proses interaksi selama menjadi siswa dan output serta kelanjutan setelah lulus termasuk ketepatan menyelesaikan studi. Efisien dari segi waktu, biaya. Dan tenaga.

Efisien waktu yaitu siswa dapat menyelesaikan studi sesuai dengan batas waktu minimal harus sudah lulus. Tidak ada siswa mengulang krena tinggal kelas atau cepat tuntas dalam mengikuti proses pembelajaran. Efisiensi waktu sangat mempengaruhi efisiensi biaya dan tenaga. Kondisi efisiensi di SMA Negeri 1


(63)

Depok cukup tinggi.angka siswa mengulang atau D.O. yaitu 1 / 240 X 100% = 0,025 %.

4. Manajemen Pendidikan

Manajemen Pendidikan di SMA Negeri 1 Depok dilaksanakan dengan transparan, akuntabel, pertanggungjawaban dan partisipatifnya cukup tinggi. Semua warga sekolah di ikut sertakan dan berperan serta untuk mengerjakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) belum bisa dilaksanakan sepenuhnya karena masih harus mengikuti dan mentaati ketentuan-ketentuan serta kebijakan pemerintah.

Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah sangat komit terhadap peningkatan mutu pendidikan yang digalakkan oleh pemerintah Kabupaten Sleman melalui Dinas Pendidikan. Tugas dan fungsi dari Dewan Pendidikan dan Komite tingkat efektifitasnya tinggi.

Pemahaman sekolah andalan dihubungkan dengan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di pemerintahan Kabupaten sampai di tingkat kalurahan dan Dinas Pendidikan termasuk warga sekolah belum semua faham dan mengerti. Untuk bisa dipahami dan di mengerti oleh semua pihak sampai ke publik perlu adanya suatu pensosialisasian secara bertahap dan berkelanjutan perkembangan dan hasilnya.

D. Sumber Daya Manusia SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta 1. Personalia dan Pembagian Tugas


(64)

a. Kepala Sekolah

SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta dikepalai oleh bapak Riswiyanto Mp,S.Pd. Pada umumnya, kepala sekolah berfungsi sebagai :

1) Edukator, yaitu melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien

2) Manajemen, yaitu menyusun perencanaan, mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan kegiatan, mengkoordinasikan kegiatan, melaksanakan pengawasan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan, menentukan kebijakan, mengadakan rapat, mengambil keputusan

3) Administrasi, yaitu menyelenggarakan kegiatan administrasi (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan sebagainya)

4) Supervisor, yaitu menyelenggarakan proses KBM, kegiatan BK, kegiatan Ekstrakurikuler, kegiatan Ketatausahaan, kegiatan Kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait, sarana prasarana, kegiatan OSIS, kegiatan 7 K

5) Pemimpin (leader), yaitu dapat dipecaya, memahami kondisi lingkungan (guru, karyawan, siswa), memiliki visi dan memahami misi sekolah, mengambil keputusan urusan intern dan ekstern sekolah, mencari gagasan baru.

6) Inovator, yaitu melakukan pembaruan (KBM, BK, Ekstra kurikuler), melaksanakan pembinaan guru dan karyawan,


(65)

melakukan Pembaharuan dalam menggali sumber daya di Komite sekolah dan masyarakat.

7) Motivator, yaitu mengatur ruang kantor yang kondusif untuk bekerja, mengatur ruang kantor yang kondusif untuk BK, mengatur ruang kelas yang kondusif untuk KBM, mengatur ruang laboratorium yang kondusif untuk praktik, mengatur ruang perpustakaan yang kondusif untuk belajar

b. Wakil Kepala Sekolah

Dalam melaksanakan tugas kedinasan, kepala sekolah tidak bekerja sendiri melainkan dibantu oleh wakil kepala sekolah. Di SMA Negeri 1 Depok memiliki 5 (lima) wakil kepala sekolah, antara lain :

1) Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum

Bertugas menyusun kalender pendidikan, jadwal pelajaran, program pengajaran, mengatur kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler.

2) Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan

Bertugas mengatur program BK, mengatur program 7 K, mengatur dan membina program Kegiatan OSIS.

3) Wakil Kepala Sekolah Bagian Sarana Prasana

Bertugas merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana untuk KBM, merencanakan program pengaduan, mengatur pemanfaatan sarana prasarana.


(66)

Bertugas mengatur dan mengembangkan hubungan masyarakjat dan peran komite sekolah, menyelenggarakan bakti social, menyelenggarakan hasil pendidikan di sekolah.

5) Wakil Kepala Sekolah Bagian Penelitian dan Pengembangan c. Dewan Guru

Dewan guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar tetapi juga merangkap sebagai :

1) Guru bidang studi, yaitu mengatur segala hal yang berhubungan dengan proses belajar mengajar di dalam kelas

2) Guru wali kelas, yaitu mengatur administrasi kelas

3) Guru piket, yaitu mengisi daftar presensi guru dan mengisi jam kosong

4) Guru bimbingan konseling, yaiu memberikan bimbingan baik bimbingan karir, personal terhadap siswa dan guru

d. Wali Kelas

Wali Kelas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan – kegiatan sebagai berikut : pengelolaan kelas, penyelenggaraan administrasi kelas, pengisian daftar kumpulan nilai siswa ( Legger )

e. Karyawan

Karyawan SMA Negeri 1 Depok, dapat digolongkan menjadi: 1) Bagian Tata Usaha

Kepala Tata Usaha bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah


(67)

meliputi kegiatan - kegiatan sebagai berikut : menyusun program tata usaha sekolah, mengelola keuangan sekolah, mengurus administrasi ketenagaan dan siswa, membina dan pegembangan karir pegawai tata usaha sekolah, menyusun administrasi perlengkapan sekolah, menyusun dan penyajian data/statistik sekolah, mengkoordinasikan dan melaksanakan 6 K

2) Bagian Perpustakaan

Bagian perpustakaan bertugas: merencanakan pengadaan buku, mengurus pelayanan perpustakaan, merencanakan pengembangan perpustakaan, memelihara dan perbaikan buku cetak

3) Bagian Ekstra Kurikuler

Bertugas membuat angket pilihan ekstrakurikuler, membuat jadwal ekstrakurikuler, mengkoordinasi kegiatan ekstra dengan guru pengampu ekstra, membuat presensi kehadiran guru pengampu ekstra dan siswi peserta ekstra.

4) Bagian Kebersihan 5) Jaga Malam

E. Siswa SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta

Siswa adalah warganegara yang terdidik, oleh sebab itu harus dapat menjadi warga negara yang baik dan memiliki sikap hidup; takwa, jujur, bertanggung jawab, kebersamaan dan menghargai. untuk itu perlu peraturan tata tertib siswa.


(68)

Berdasarkan kurikulum yang berlaku di SMA Negeri 1 Depok untuk kelas X, XI, XII menggunakan KTSP. Pembagian penjurusan dilakukan di kelas XI pada saat penerimaan siswa baru. Adapun program keahlian yang terdapat di SMA Negeri 1 Depok, yaitu:

1. Program IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) 2. Program IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

F. Proses Belajar Dan Mengajar SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta

Kegiatan belajar mengajar (KBM) di SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta diadakan 6 hari seminggu dari Senin hingga Sabtu. Sebelum proses KBM berlangsung diawali dengan doa bersama. KBM umumnya dimulai pukul 07.00. Pada hari Senin-Kamis, juga Sabtu, KBM berakhir pada pukul 13.30 sedangkan hari Jumat berakhir pukul 11.45. Pada hari Senin-Kamis dan Sabtu terdapat dua kali waktu istirahat, yaitu : Istirahat I (15 menit) di sela-sela jam ke-3 dan ke-4 dan istirahat II (15 menit) di sela-sela jam ke-6 dan ke-7. Sedangkan waktu KBM hari Jumat lebih singkat dari hari lainnya, pada hari tersebut hanya ada satu kali jam istirahat (15 menit). Satu jam pelajaran terdiri dari 45 menit yang dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan asas ketercapaian tujuan. Seandainya ada guru yang berhalangan untuk mengajar, guru tersebut akan menitipkan tugas pada guru piket untuk dikerjakan siswa dan kemudian dikumpulkan lagi pada guru piket. Selain mata pelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), di SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta juga terdapat beberapa program tambahan yang dilaksanakan setelah pulang sekolah.


(69)

G. Fasilitas Pendidikan dan Latihan

Salah satu bentuk komitmen dalam meningkatkan kualitas lulusan, SMA Negeri 1 Depok berusaha meningkatkan berbagai macam fasilitas pendidikan dan latihan bagi para siswa-siswinya. Fasilitas belajar yang dimiliki SMA Negeri 1 Depok, antara lain :

1. Ruang kelas

Memiliki 18 kelas yang berukuran 7 x 8 meter dengan sirkulasi udara dan cahaya yang cukup. Tiap ruang kelas terdapat 20 meja dan 40 kursi. Tiap kelas dilengkapi dengan 2 papan tulis white board dan penghapus yang selalu tersedia. Tiap kelas memiliki hiasan yang beragam sesuai dengan kreativitas siswa dari masing-masing kelas.

2. Perpustakaan

Perpustakaan merupakan sarana yang menyediakan buku penunjang kegiatan belajar mengajar. Koleksi buku perpustakaan SMA Negeri 1 Depok cukup banyak, yaitu sekitar 2.042 buku fiksi dan 13.194 buku non fiksi.

3. Laboratorium

a. Laboratorium Fisika b. Laboratorium Kimia c. Laboratorium Biologi d. Laboratorium Bahasa 4. Ruang Komputer


(70)

SMA Negeri 1 Depok memiliki 45 unit komputer. Ruang komputer ini digunakan oleh siswa dalam pelajaran TI dan kegiatan ekstra kurikuler.


(1)

Siswa : “Pengalaman baru.”

Peneliti :“Apakah anda senang dengan pembelajaran yang anda ikuti? Mengapa?” Siswa : “Ya! Karena tidak membosankan”

Peneliti :“Bagaimana pendapatmu tentang cara guru menerangkan atau menjelaskan materi pelajaran? Jelaskan!”

Siswa : “Dapat dipahami karena guru memakai contoh nyata” Peneliti :“Bagaimana evaluasi yang dilakukan guru?

Siswa : “Baik.

Peneliti :“Apakah kalian dapat memahami pelajaran yang baru saja kalian ikuti?” Siswa : “Ya, lebih baik dari biasanya”


(2)

HASIL WAWANCARA

DENGAN SISWA KELAS XI IPS 3 PADA SIKLUS II

Peneliti :“Bagaimana pendapatmu tentang pembelajaran yang baru saja kalian ikuti?”

Siswa : “Menyenangkan.”

Peneliti :“Apakah anda senang dengan pembelajaran yang anda ikuti? Mengapa?” Siswa : “Ya! Karena asyik”

Peneliti :“Bagaimana pendapatmu tentang cara guru menerangkan atau menjelaskan materi pelajaran? Jelaskan!”

Siswa : “Dapat dimengerti karena guru memakai contoh” Peneliti :“Bagaimana evaluasi yang dilakukan guru? Siswa : “Baik.

Peneliti :“Apakah kalian dapat memahami pelajaran yang baru saja kalian ikuti?”


(3)

Siswa : “Beda dari biasanya, lebih seru.”

Peneliti :“Apakah Anda senang dengan pembelajaran yang anda ikuti? Mengapa?”

Siswa : “Ya! Karena asyik dan ada hadiahnya”

Peneliti :“Bagaimana pendapatmu tentang cara guru menerangkan atau menjelaskan materi pelajaran? Jelaskan!”

Siswa : “Lebih jelas karena memakai contoh” Peneliti :“Bagaimana evaluasi yang dilakukan guru? Siswa : “ Sudah Baik.

Peneliti :“Apakah kalian dapat memahami pelajaran yang baru saja kalian ikuti?”


(4)

HASIL WAWANCARA

DENGAN SISWA KELAS XI IPS 3 PADA SIKLUS II

Peneliti :“Bagaimana pendapatmu tentang pembelajaran yang baru saja kalian ikuti?”

Siswa : “Sesuatu yang baru, menyenangkan.”

Peneliti :“Apakah anda senang dengan pembelajaran yang anda ikuti? Mengapa?” Siswa : “Ya! Karena lebih dapat memahami materi”

Peneliti :“Bagaimana pendapatmu tentang cara guru menerangkan atau menjelaskan materi pelajaran? Jelaskan!”

Siswa : “Dapat dimengerti karena lebih jelas dalam menjelaskannya ada contoh juga”

Peneliti :“Bagaimana evaluasi yang dilakukan guru? Siswa : “Baik.

Peneliti :“Apakah kalian dapat memahami pelajaran yang baru saja kalian ikuti?” Siswa : “Ya, lebih paham dari biasanya”


(5)

Teman : “ Sudah bagus, terlihat dari penguasaan guru terhadap materi dan kondisi kelas.”

Peneliti : “ Bagian mana yang sudah baik?”

Teman : “Pemberian stimulus untuk membangkitkan keaktifan siswa dan game yang lebih seru dari siklus I”

Peneliti :“Bagian mana yang perlu diperbaiki ?” Teman : “ Pengelolaan waktu”

Peneliti :“ Apakah anda yakin bahwa dengan menggunakan pembelajaran tipe TGT dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa? Jelaskan?

Teman : “ Bisa, melihat kondisi dan keaktifan siswa. Mereka jadi lebih semangat dengan adanya game dan turnamen.

Peneliti :“Apa saran anda untuk PBM selanjutnya ?” Teman : “ Waktu lebih dilihat lagi.


(6)

Lampiran 16c

HASIL WAWANCARA

DENGAN GURU MITRA PADA SIKLUS II

Peneliti : “Metode pembelajaran apa yang sering Bapak gunakan?” Guru : “ Ceramah, Tanya jawab, dan diskusi kelompok.”

Peneliti : “Bagaimana pendapat Bapak tentang pelaksanaan pembelajaran dengan tipe TGT dikelas?”

Guru : “Siswa lebih aktif dikelas”

Peneliti :“ Menurut pendapat Bapak bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT?” Guru : “ Antusias dalam mengikuti pembelajaran”

Peneliti :“ Menurut Bapak melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT apakah dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa?”

Guru : “ Ya bisa, karena melihat saat dikelas mereka sangat antusias mengikuti pelajaran dan hasil dari pengematan dan kuis siklus I meningkat”

Peneliti :“ Menurut Bapak kendala apa saja yang dihadapi selama proses pembelajaran menggunakan tipe TGT?”

Guru : “ Waktu dan belum biasa menggunakan metode tipe TGT” Peneliti : “Apakah Bapak berminat menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT lagi?

Guru : “ Berminat,jika ada kesempatan saya akan mencoba memakai metode TGT”


Dokumen yang terkait

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) PADA MATA PELAJARAN IPS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA.

0 1 46

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta.

0 3 400

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Torunaments (TGT) dalam mata pelajaran ekonomi untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa : studi kasus pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 2 246

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi.

0 2 260

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi : studi kasus siswa kelas XI IPS 1 SMA N I Depok Yogyakarta.

0 0 2

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tour Naments (TGT) pada mata pelajaran ekonomi untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta.

0 0 258

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA N 1 DEPOK YOGYAKARTA

0 0 270

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 1 288