PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 WATESKULON PROGO.

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK PADA SISWA KELAS IV SD

NEGERI 2 WATES KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Sukowati NIM 12108241012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 WATES KULON PROGO” yang disusun oleh Sukowati, NIM 12108241012 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 11 Maret 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Dr. Anwar Senen, M. Pd. Ketua Penguji ... ... Dr. Wuri Wuryandani, M. Pd. Sekretaris Penguji ………. ………. Dr. Farida Agus S, M, Pd. Penguji Utama ... ………..

Yogyakarta,

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M. Pd.


(5)

v MOTTO

“Segala sesuatu itu butuh diperjuangkan dengan banyak pengorbanan” (Penulis)

”Pahamilah karakter anak didik dengan baik dan guru pun dapat memilih metode pengajaran yang sangat beragam bagi siswa-siswa yang memiliki berbagai

karakter dan potensi” Munif Chotib (2014: 21)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kehadirat Allah swt atas segala nikmat dan rahmat-Nya, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu mendukung, memberikan motivasi, dan melantunkan doa di setiap shalatnya.

2. Almamaterku.


(7)

vii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK PADA SISWAKELAS IV SD

NEGERI 2 WATESKULON PROGO Oleh

Sukowati 12108241012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 2 Wates. Adapun cara yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar PKn melalui penggunaan strategi pembelajar berbasis kecerdasan majemuk.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wates. Penelitian ini menggunakan model Kemmis & Mc Taggart yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wates Kulon Progo yaitu 16 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Metode pengumpulan data menggunakan tes objektif, observasi, angket, dan dokumentasi. Validasi instrumen dilakukan melalui expert judgment dan uji validitas isi. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif kuantitatif, sementara data kualitatif dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Rata-rata nilai dari 33 siswa pada siklus I yaitu 70,3 dengan presentase sebesar 51,52%, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 20. Sedangkan pada siklus II rata-rata milai siswa 80,3 dengan presentase sebesar 84,85%, nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Jumlah siswa mencapai KKM pada siklus I 17 siswa dan siklus II 28 siswa serta siswa yang tidak mencapai KKM pada siklus I 16 siswa dan siklus II 5 siswa. Peningkatan rata-rata pra tindakan-siklus I sebanyak 6, 85 dan siklus I-siklus II sebanyak 10. Disimpulkan bahwa strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk dapat meningkatkan hasil belajar PKn.

Kata kunci: Kecerdasan Majemuk, Hasil Belajar, Pendidikan Kewarganegaraan, Perkembangan Peserta Didik


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Wates Kulon Progo” ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkankepada Rasulullah tercinta, Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mendapatkan banyakbantuan, bimbingan, nasehat, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penyusunan skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

4. Bapak Dr. Anwar Senen, M. Pd.selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa sabar dalam membimbing, mencurahkan waktunya,memberikan nasehat, dan motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.


(9)

ix

5. Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Wates Ibu Nuri Mahayati, S. Pd yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Ibu Wahyu Ramadhani, S. Pd. selaku guru kelas IV SD Negeri 2 Wates yang telah bersedia menjadi mitra dalam penelitian ini.

7. Segenap Guru dan siswa kelas IVSekolah Dasar Negeri 2 Wates yang telah banyak membantu selama proses penyusunan skripsi.

8. Orang tuaku tercinta, Bapak Sarjikun dan Ibu Bibit yang selalu mendukung, memberikan motivasi, dan mendoakan saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Kakek dan nenek tercinta yang memberikan dukungan dan doa demi

kelancaran studi saya.

10. Kakak-kakakku yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, dan doa demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

11. Keponakanku yang selalu menghiburku dikala jenuh mengerjakan skripsi. 12. Pakdhe, Budhe serta para Om dan Tante atas perhatian dan doa yang selalu

diberikan

13. Orang Tuaku di Jogja terimakasih atas segala cinta, motivasi, dukungan, dan doa yang diberikan.

14. Jodohku yang masih dirahasikan-Nya terimakasih atas segala doa yang kau kirimkan dalam setiap sujudmu.

15. Keluarga kecilku di Jogja (kos KPB), Wiwit Rahayu, Hesti Tri Rahayu, Ayu Restianingrum, Khikmah Fitriani N, dan Mustatiroh.

16.Teman seperjuangan organisasi terimakasih telah menjadi rumah, memberikan motivasi dan doa.


(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Kecerdasan Majemuk ... 11

1. Definisi Kecerdasan Majemuk ... 11

2. Jenis-jenis Kecerdasan Majemuk ... 12

B. Kajian tentang Strategi pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 21

1. Definisi Strategi pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 21

2. Strategi pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 23

3. Langkah-langkah Strategi pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 25

C. Kajian tentang Hasil Belajar ... 31

1. Definisi Hasil Belajar ... 31

2. Macam-macam Hasil Belajar ... 32

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 35

D. Pendidikan Kewarganegaraan ... 39


(12)

xii

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 40

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan ... 42

E. Karakteristik Peserta Didik Kelas IV Sekolah Dasar ... 43

F. Kerangka Pikir ... 45

G. Hipotesis Tindakan ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48

B. Setting Penelitian ... 49

C. Subjek Penelitian ... 50

D. Desain Penelitian ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ... 55

F. Instrumen Penelitian ... 57

1. Pengembangan Instrument ... 57

2. Validitas Instrument ... 64

G. Teknik Analisis Data ... 65

1. Analisis Data Observasi ... 65

2. Analisis Angket Respon Guru dan Siswa ... 66

3. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa ... 66

H. Indikator Keberhasilan ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 69

B. Hasil Penelitian ... 70

1. Pra Tindakan ... 70

2. Siklus I ... 73

3. Siklus II ... 87

C. Pembahasan ... 98

D. Keterbatasan Penelitian ... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar Nilai Hasil Ulangan Harian Sistem Pemerintahan Pusat ... 4

Tabel 2. SK-KD Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IV Semester 2 ... 43

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Angket penelian perangkat pembelajaran dalam Pembelajaran PKn ... 58

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran dalam Pembelajaran PKn ... 61

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Observasi Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran PKn ... 63

Tabel 6. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siswa ... 64

Tabel 7. Kualifikasi Prosentase Keaktifan Siswa ... 65

Tabel 8. Kriteria Hasil Angket ... 66

Tabel 9. Kriteria Ketuntasan Minimal Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 67

Tabel 10. Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Tahap Pra Tindakan 72 Tabel 11. Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Tahap Siklus I ... 82

Tabel 12. Perbandingan Pra Tindakan dan Siklus ... 83

Tabel 13. Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siklus II ... 93


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart ... 53


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Silabus PKn SD Kelas IV Pembelajaran Berbasis Kecerdasan

Majemuk ... 108

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 111

Lampiran 3. Soal Evaluasi 1 ... 151

Lampiran 4. Soal Evaluasi 2 ... 156

Lampiran 5. Kunci Jawaban Soal Evaluasi 1 ... 160

Lampiran 6. Kunci Jawaban Soal Evaluasi 2 ... 161

Lampiran 7. Soal dan Kunci Jawaban (Jawaban Stik) ... 162

Lampiran 8. Kisi-Kisi Soal Evaluasi 1 ... 164

Lampiran 9. Kisi-Kisi Soal Evaluasi 2 ... 166

Lampiran 10. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ... 168

Lampiran 11. Daftar Nama Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Wates ... 169

Lampiran 12. Catatan Lapangan ... 171

Lampiran 13. Siklus I Hasil Observasi ... 185

Lampiran 14. Rekapitulasi Lembar Observasi Keterlaksanaan Penerapan Strategi Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 189

Lampiran 15. Siklus II Hasil Observasi ... 190

Lampiran 16. Rekapitulasi Siklus II Lembar Observasi Keterlaksanaan Penerapan Strategi Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 194

Lampiran 17. Angket Penilaian Perangkat Pembelajaran ... 195

Lampiran 18. Siklus 1 Rekapitulasi Angket Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ... 197

Lampiran 19. Siklus 1 Presentase Angket Penilaian Pembelajaran ... 198

Lampiran 20. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ... 202

Lampiran 21. Pengamatan Proses ... 204

Lampiran 22. Dokumentasi ... 224


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pedidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan pengertian di atas, terdapat tiga komponen utama dalam pendidikan, yaitu pendidik, peserta didik, dan tujuan pendidikan.

Kegiatan utama dalam pendidikan adalah tercapainya tujuan pembelajaran yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan pembelajaran di atas salah satunya adalah tercapainya hasil belajar yang baik. Hal di atas ditunjukan dengan tercapainya hasil belajar yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Hasil belajar adalah sesuatu meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dicapai setelah pembelajaran selesai. Hasil belajar di atas biasanya diukur dengan menggunakan soal evaluasi yang hasilnya berupa nilai dalam bentuk angka atau huruf. Selain itu hasil belajar juga digunakan untuk mengukur tingkat kepahaman siswa dengan materi yang disampaikan oleh guru. Keberhasilan pembelajaran yang biasanya ditunjukan dalam bentuk nilai digunakan guru untuk menentukan pilihan dalam memilih strategi belajar.


(17)

2

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki misi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut Sunarso, dkk (2008: 1) secara kurikuler PKn dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, dan partisipasif, dan bertanggung jawab. Secara teoritik PKn dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Sedangkan secara pragmatik PKn dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nila (content embedding value) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam keidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbanga, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Oleh karena itu PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang proses pembelajaranya perlu dilaksanakan dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis kecerdaan majemuk.

Pelaksanaan pembelajaran yang selama ini dilakukan pada umumnya masih menggunakan metode ceramah yang relatif sama pada setiap pertemuan. Terlebih mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang


(18)

3

memiliki uraian pokok bahasan yang sulit. Dalam penyampaiannya diperlukan strategi yang tepat agar siswa mudah paham dan dimungkinkan tidak mudah lupa. Alokasi waktu yang terbatas membuat guru menyampaikan materi kepada siswa dengan cara yang praktis, misalnya dengan cara ceramah dan diskusi. Masih banyak guru SD yang belum menggunakan strategi belajar yang tepat dalam menyampaikan semua materi. Untuk itu perlu adanya suatu strategi baru yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi PKn yaitu melalui strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk.

Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Wates terletak dijalan Tamtama sebelah utara alun-alun kota wates. Sekolah ini merupakan salah satu SD Negeri favorit di kota wates yang diminati oleh masyarakat. Hal di atas dibuktikan dengan banyaknya siswa yang mendaftar pada saat penerimaaan siswa baru. Selain itu dalam penerimaan siswa baru juga diadakan seleksi. Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang terdapat di SD Negeri 2 Wates yaitu 14 orang, yang terdiri dari guru kelas, penjaga sekolah, guru mata pelajaran, dan penjaga perpustakaan. Adapun guru kelas berjumlah 6 orang, kepala sekolah 1 orang, guru olah raga 1 orang, guru TIK dan pramuka 1 orang, guru agama 2 orang, penjaga perpustakaan 1 orang, guru bahasa inggris 1 orang, dan penjaga sekolah 1 orang. SD Negeri 2 Wates memiliki 6 ruang kelas dengan rata-rata satu kelas berjumlah 33 siswa. Situasi dalam kelas saat pembelajaran terlihat tenang, semua siswa dapat dikendalikan. Terkecuali untuk kelas satu, siswa masih sangat hiperaktif karena masih dalam peralihan dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar.


(19)

4

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di SD Negeri 2 Wates, diketahui hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaran (PKn) kelas IV masih rendah. Hal di atas ditunjukan dengan hasil ulangan harian pada materi sistem pemerintahan pusat rata-rata siswa tidak mencapai Kriteria Kentutasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh guru. Nilai tertinggi perolehan siswa sebesar 93 dan terendah sebesar 40 dari nilai KKM yang telah ditetapkan guru yaitu 75. Dari 39 jumlah siswa dalam kelas terdapat 8 siswa yang lulus KKM dan 31 siswa yang tidak lulus KKM. Berikut ini adalah daftar nilai hasil ulangan harian pada materi sistem pemerintahan pusat.

Tabel 1. Daftar Nilai Hasil Ulangan Harian Sistem Pemerintahan Pusat No Nilai Hasil Ulangan Keterangan Jumlah Siswa

Tidak Mencapai KKM Mencapai KKM

1 40 2 Siswa

2 50 8 Siswa

3 53 3 Siswa

4 55 3 Siswa

5 60 1 Siswa

6 62 4 Siswa

7 63 2 Siswa

8 64 1 Siswa

9 67 4 Siswa

10 70 1 Siswa

11 71 2 Siswa

12 76 3 Siswa

13 84 1 Siswa

14 87 2 Siswa

15 91 1 Siswa

16 93 1 Siswa

Jumlah 8 Siswa 31 Siswa

Setelah melakukan observasi lebih lanjut tentang proses pembelajaran PKn di kelas IV, guru mengatakan bahwa untuk menerima materi tentang


(20)

5

sistem pemerintahan pusat siswa masih mengalami kendala, sehingga masih banyak siswa yang belum mencapai KKM pada materi di atas. Selain itu selama proses pembelajaran siswa tidak menjawab pertanyaan ketika ditanya oleh guru. Selama proses pembelajaran siswa tidak aktif dan siswa beranggapan bahwa PKn itu sulit sehingga mereka tidak berminat mempelajari PKn.

Guru seharusnya dapat memilih strategi yang tepat untuk siswa agar dapat membelajarkan siswa pada proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal di atas dimaksud agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, dengan hasil belajar yang dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75. Dari masalah di atas, peneliti memilih strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SD Negeri 2 Wates, Kulon Progo.

Strategi pembelajaran merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar. Startegi pembelajaran adalah serangkaian rencana kegiatan yang didalamnya berisi penggunaan metode dan pemanfaatan dari berbagai sumber daya yang ada. Strategi pembelajaran disusun untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran yang dipilih untuk meningkatkan hasil belajar dalam penelitian menggunakan kecerdasan majemuk atau multiple intelegence.


(21)

6

Menurut Munif Chotib (2015: 65) sumber kecerdasan seseorang adalah kebiasaanya untuk membuat produk-produk baru yang mempunyai nilai budaya (kreativitas) dan kebiasaannya menyelesaikan masalah secara mandiri (problem solving). Lebih lanjut Gardner (dalam Munif Chotif, 2015: 68) menjelaskan bahwa kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi, tidak hanya kecerdasan verbal (bahasa) atau kecerdasan logika, akan tetapi kecerdasan itu ”multiple” (jamak atau majemuk). Jadi, kecerdasan majemuk adalah pendekatan perkembangan dalam belajar pada semua dimensi secara menyeluruh. Melalui strategi pemebelajaran berbasis majemuk diharap siswa akan berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul ”Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Strategi Belajar Berbasis Kecerdasan Majemuk Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Wates Kulon Progo” pada materi sistem pemerintahan pusat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Pada kegiatan pembelajaran PKn siswa masih mengalami kendala, yaitu siswa sulit menerima materi yang dijelaskan oleh guru.

2. Selama proses pembelajaran siswa tidak aktif.

3. Siswa beranggapan bahwa pelajaran PKn itu sulit sehingga mereka tidak berminat mempelajari PKn.


(22)

7

4. Kurang tepatnya strategi dalam pembelajaran menyebabkan siswa kelas IV kesulitan menerima materi yang disampaikan oleh guru khususnya mata pelajaran PKn pada materi sistem pemerintahan pusat.

5. Sebagian besar siswa kelas IV belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada materi sistem pemerintahan pusat.

6. Guru kelas IV belum paham pentingnya penggunaan strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada sebagian besar siswa kelas IV belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga digunakan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk meningkatkan hasil belajar PKn di kelas IV SD Negeri 2 Wates.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat dikemukakan perumusan masalah yaitu:

”Bagaimana strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dapat meningkatkan hasil belajar PKn di kelas IV SD Negeri 2 Wates?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk untuk meningkatkan hasil belajar PKn di kelas IV SD Negeri 2 Wates.


(23)

8 F. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoretis, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam rangka memperluas pemahaman tentang meningkatkan hasil belajar PKn melalui strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadiakan referensi dan memberikan pengalaman serta pengetahuan dalam menerapkan strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk untuk meningkatkan hasil belajar PKn di kelas IV SD Negeri 2 Wates.

c. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu siswa agar dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru melalui strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. Sehingga hasil belajar PKn di kelas IV SD Negeri 2 Wates akan meningkat.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan untuk meningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn pada


(24)

9

materi sistem pemerintahan pusat melalui strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk di kelas IV SD Negeri 2 Wates.

3. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran dan persepsi yang berbeda terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dari itu perlu dikemukakan beberapa batasan istilah, antara lain sebagai berikut. 1. Strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk adalah langkah-langkah

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menekankan perbedaan individu guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. 2. Hasil belajar adalah ketercapaian belajar siswa berupa hasil belajar

kognitif yang diwujudkan dalam bentuk nilai angka. Nilai yang diperoleh siswa dijadikan acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru.

3. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang berada pada kurikulum KTSP 2006. Tujuan dari mata pelajaran PKn adalah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang beperan aktif, bekembang positif, bertanggung jawab, kritis, rasional, cerdas, demokratis, kreatif, dan memiliki komitmen kuat serta konsisten tinggi dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Siswa Sekolah Dasar (SD) kelas IV adalah siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di atas meliputi kegiatan


(25)

10

visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental, dan emosional dalam upaya memperoleh pengalaman.


(26)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kecerdasan Majemuk

1. Definisi Kecerdasan Majemuk

Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah, kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat (Sri Widayati dan Utami Widijati, 2008: 2). Menurut Howard Gardner (2003: 34) kecerdasan menyangkut kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode yang merupaka konsekuensi dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu.

Lebih lanjut Howard Gardner menjelaskan bahwa teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences/ MI) dibingkai dalam asal-usul biologis dari setiap keterampilan menyelesaikan masalah. Teori kecerdasan majemuk sebaliknya menjadikan majemuk konsep konvensional yang artinya kecerdasan ditetapkan secara operasional sebagaikemampuan untuk menjawab berbagai jenis tes kecerdasan. Sedangkan menurut Armstrong (2013: 15) mengatakan bahwa Multipel Intellegences adalah teori fungsi, yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan dan kapasitas dalam delapan jenis kecerdasan. Pendapat di atas sejalan dengan Julia Jasmine (2007: 11) yang mengatakan bahwa teori kecerdasan majemuk adalah validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat


(27)

12

tergantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa (pelajar) belajar, di samping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing pembelajar.

Abiyu Mifzal (2013: 48), teori multiple intelligence menegaskan bahwa setiap anak adalah individu yang unik. Setiap anak cerdas dan tidak ada anak yang bodoh. Teori ini bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomondasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikiran yang unik. Kecerdasan majemuk memiliki beberapa prinsip utama, salah satunya adalah kecerdasan umumnya bekerja bersamaan (simultan) dengan cara yang kompleks.

Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa kecerdasan majemuk merupakan kemampuan yang dimiliki setiap orang dengan jenis kecerdasanberbeda. Oleh karena itu setiap orang mempunyai cara sendiri dalam memecahkan permasalahannya. Sehingga dapat menciptakan sebuah karya yang dapat bermanfaat bagi lingkunganya.

2. Jenis-jenis Kecerdasan Majemuk

Gardner dalam Armstrong (2013: 6-7) mengemukakan bahwa kemampuan-kemampuan manusia dapat dikelompokan kedalam delapan kategori ”kecerdasan”. Kecerdasan ini tidak bersifat mutlak karna bisa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Kecerdasan-kecerdasan tersebut meliputi:


(28)

13 a. Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistik merupakan kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik lisanmaupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk memanipulasi sintaks atau struktur bahasa, fonologi, atau bunyi bahasa, makna bahasa, dan kegunaan praktis dari bahasa.

Siswa dengan kecerdasan linguistik yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya (Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar, 2009: 12).

Siswa dengan kecerdasan linguistik akan senang bercerita tentang kisah yang dialami maupun dilihatnya. Siswa dengan kecerdasan linguistik juga akan senang jika mendapat tugas membuat puisi, mengarang cerita, maupun membuat pantun dan akan menyelesaikannya dengan baik. Siswa tersebut akan unggul pada mata pelajara bahasa dan cenderung lebih mudah belajar dengan mendengarkan.

Lwin (2003: 12-17) mengemukakan pentingnya mengembangkan kecerdasan linguistik-verbal kepada siswa, yaitu: 1. Meningkatkan kemampuan membaca yang ditunjukan dengan


(29)

14

2. Meningkatkan keterampilan menulis yang ditunjukan dengan kemampuan merangkai ide menjadi tulisan.

3. Membangun pembawaan diri dan keterampilan linguistik umum yang ditunjukan dengan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

4. Meningkatkan kemampuan mendengarkan yang ditunjukan dengan kemampuan memberikan tanggapan dari sebuah pembicaraan. b. Kecerdasan Logis-matematis

Kecerdasan logis-matematis merupakan kemampuan menggunakan angka secara efektif dan untuk alasan yang baik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap pola-pola dan hubungan-hubungan yang logis, pernyataan dan dalil (jika-maka, sebab-akibat), fungsi, dan abstraksi terkait lainnya.

Menurut Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar (2009: 11), siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Selain itu siswa cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Siswa yang memiliki keunggulan pada kecerdasan logis matematis menunjukan minat yang tinggi pada pelajaran ilmu pasti seperti matematika dan IPA.

Lwin (2003: 44-48) mengemukakan pentingnya mengembangkan kecerdasan logis matematis bagi siswa, yaitu:


(30)

15

1. Meningkatkan logika dan memperkuat keterampilan berpikir 2. Meningkatkan keterampilan menemukan pola dan hubungan suatu

percobaan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Meningkatkan pemahaman terhadap konsep bilangan dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mengembangkanketerampilan memecahkan masalah.

5. Memperbaiki kemampuan untuk mengklasifikasikan dan mengelompokan.

6. Meningkatkan daya ingat. c. Kecerdasan Visual-spasial

Kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara akurat dan melakukan perubahan-perubahan pada persepsi di atas. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan-hubungan yang ada di antara unsur-unsur ini.

Menurut Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar (2009: 13), siswa tersebut memiliki kemampuan menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi. Siswa dengan kecerdasan visual spasial akan terlihat antusiasme ketika mengerjakan tugas seni rupa. Siswa akan lebih mudah belajar dengan menggunakan gambar dibandingkan menggunakan teks, seperti melihat foto, slide, video, dan film. Siswa


(31)

16

juga akan mudah membaca dan memahami peta, bagan, tabel, dan grafik dari pada membaca teks.

Lwin (2003: 74-82) mengemukakan pentingnya mengembangkan kecerdasan visual spasial bagi siswa, yaitu:

1. Meningkatkan kreativitas yang ditunjukan dengan memperhatiakan apa yang ada di lingkungan sekitar.

2. Meningkatkan daya ingat karena adanya asosiasi antara objek yang dilihat dengan benda disekitarnya.

3. Mengembangkan pemikiran tingkat tinggi dan keterampilan memecahkan masalah.

4. Membantu anak mengungkapkan perasaan dan emosi. d. Kecerdasan Kinestetik-tubuh

Siswa dengan kecerdasan kinestetik mempunyai keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide, perasaan, dan kelincahan dalam menggunakan tangan seseorang untuk menciptakan sesuatu. Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik tertentu seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibelitas, dan kecepatan, serta kapasitas-kapasitas proprioseptif, taktil, dan haptic. Siswa yang memiliki kecerdasan kinestetik tubuh akan menyukai pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tubuh atau seluruh tubuh, seperti olah raga dan menari. Siswa dengan kecerdasan kinestetik tubuh ini juga akan cenderung unggul pada salah satu cabang olah raga dan pandai menari (Hamzah B. Uno dan Masri


(32)

17

Kudrat Umar, 2009: 13). Siswa akan lebih aktif dibandingakan siswa lain.

Lwin (2003: 169-174) mengemukakan pentingnya mengembangkan kecerdasan kinestetis bagi siswa, yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan motorik, yaitu motorik kasar dan motorik halus.

2. Meningkatkan keterampilan sosial

3. Membangun rasa percaya diri dan harga diri. 4. Meletakan fondasi bagi gaya hidup sporty. 5. Meningkatkan kesehatan.

e. Kecerdasan Musikal

Kecerdasan musikal merupakan kemampuan untuk merasakan, membedakan, mengubah, dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, nada, atau melodi, dan timbre atau warna nada dalam sepotong musik. Seseorang dapat memiliki pemahaman musik yang figural atau ”dari atas ke bawah” (global, intuitif), pemahaman musik yang formal atau ”dari bawah ke atas” (analitis, teknis), atau keduanya.

Menurut Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar (2009: 12), siswa tersebut senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui senandung yang dilakukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik yang dimainkannya sendiri. Mereka lebih mudah mengingat


(33)

18

sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik atau lagu.

Lwin (2003: 137-143) mengemukakan pentingnya mengembangkan kecerdasan musikal bagi siswa, yaitu:

1. Meningkatkan kreativitas dan imajinasi. 2. Meningkatkan kecerdasan.

3. Meningkatkan daya ingat melalui lagu yang biasa didengar oleh siswa.

4. Memiliki dampak terapi pada kehidupan, karena dapat menenangkan hati dan pikiran.

f. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami perbedaan-perbedaan pada suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan terhadap orang lain. Hal ini dapat mencakup kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, dan gerak tubuh; kemampuan untuk membedakan berbagai jenis isyarat interpersonal; dan kemampuan untuk merespons secara efektif isyarat-isyarat di atas dalam beberapa cara pragmatis.

Siswa dengan kecerdasan intepersonal akan banyak memiliki teman baik dirumah maupun disekolah. Siswa juga cenderung lebih suka belajar kelompok karena materi pelajaran akan mudah dipahami. Menurut Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar (2009: 14), Siswa dengan kecerdasan interpersonal yang tinggi ditandai dengan


(34)

19

kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antarteman, dan memperoleh simpati dari siswa yang lain.

Lwin (2003: 198-202) mengemukakan pentingnya mengembangkan kecerdasan interpersonal bagi siswa, yaitu:

1. Mudah menyesuaikan diri dengan orang lain meskipun berada dalam lingkungan yang baru.

2. Memiliki kemampuan bekerja sama dengan orang lain sehingga menjadi berhasil dalam karirnya.

3. Menyeimbangkan kesehatan jasmani dan rohani dengan bersosialisasi di lingkungan sekitar.

g. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal merupakan pengetahuan diri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Kecerdasan ini termasuk memiliki gambaran yang akurat tentang diri sendiri, kesadaran terhadap suasana hati dan batin, maksud, motivasi, temperamen, keinginan, kemampuan untuk mendisiplinkan diri, pemahaman diri, dan harga diri.

Menurut Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar (2009: 14), siswa dengan kecerdasan intrapersonal senang melakukan introspeksi diri, mengoreksi kelemahan maupun kekurangannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Mereka lebih mudah memahami materi pelajaran jika dipelajari sendiri.


(35)

20

Lwin (2003: 234-238 mengemukakan pentingnya mengembangkan kecerdasan intrapersonal bagi siswa, yaitu:

1. Mengembangkan pemahaman yang kuat mengenai diri yang membimbingnya kepada kestabilan emosional.

2. Mampu mengendalikan dan mengarahkan emosi negate menjadi emosi positif.

3. Mengatur dan memotivasi diri.

4. Mampu bertanggung jawab atas kehidupan diri sendiri

5. Mengembangkan harga diri yang tinggi yang merupakan dasar bagi keberhasilan.

h. Kecerdasan Naturalis

Siswa dengan kecerdasan naturalis mempunyai keahlian dalam mengenali dan mengklasifikasikan berbagai spesies flora dan fauna dari sebuah lingkungan individu. Hal ini juga mencakup kepekaan terhadap fenomena alam lainnya, kepekaan kasus yang tumbuh di lingkungan perkotaan, dan kemampuan untuk membedakan benda-benda mati seperti mobil, sepatu, dan sampul CD.

Sedangkan Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar (2009: 14) mendefinisikan kecerdasan naturalistik sebagai kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam. Siswa dengan kecerdasan tersebut cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.


(36)

21

Siswa dengan kecerdasan naturalis akan lebih tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan diluar ruangan kelas. Mereka memiliki ketertarikan terhadap tumbuhan dan hewan yang berada di sekitar sekolah. Siswa juga senang mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan di luar sekolah, seperti berkemah, piknik, kunjungan wisata, atau jelajah alam atau haking

B. Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk

1. Definisi Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk

Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Ada dua pihak yang harus bekerja sama apabila proses pembelajaran ingin berhasil. Apabila kerja sama ini tidak berjalan mulus, proses belajar yang dijalankan gagal (Munif Chotib, 2015: 121). Dalam strategi pembelajaran, guru mengajar dan siswa belajar adalah dua proses yang berbeda. Artinya, ketika guru mengajar belum tentu siswa belajar. Ketika siswa banyak melakukan aktivitas, sebenarnya saat itu siswa belajar (Munif Chotib, 2015: 101).

Startegi pembelajaran adalah langkah-langkah yang ditempuh guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada, guna mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien (Suyadi, 2013: 14). Menurut Khanifatul (2013: 15) strategi pembelajaran merupakan suatu rencana, cara pandang, dan pola pikir guru dalam mengorganisasikan isi pelajaran, penyampaian pelajaran, dan pengelolaan kegiatan belajar mengajar untuk


(37)

22

mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut Dick dan Carey dalam (Khanifatul, 2013: 16) mengatakan terdapat lima komponen strategi pembelajaran, yaitu (a) kegiatan pembelajaran pendahuluan (b) penyampaian informasi (c) partisipasi siswa (d) tes (e) kegiatan lanjut.

Multiple Intelligences adalah strategi pembelajaran berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan dalam silabus (Munif Chotib, 2015: 98). Teori kecerdasan multiple menunjukkan bahwa tidak ada satu set dari strategi-strategi pengajaran yang akan bekerja terbaik bagi semua siswa setiap saat. Semua anak memiliki kecenderungan yang berbeda dalam kedelapan jenis kecerdasan, sehingga setiap strategi tertentu mungkin akan sangat berhasil pada satu kelompok siswa, dan kurang berhasil pada kelompok lainnya (Thomas Amstrong, 2013: 79).

Menurut Niken Larasati (2015: 23), strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan pembelajaran yang dirancang dan disesuaikan dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaranberbasis kecerdasan majemuk adalah suatu rangkaian aktivitas pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing siswa.


(38)

23

2. Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk

Setiap siswa mempunyai kecerdasan yang berbeda. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas guru perlu mengembangkan kecerdasan siswa secara optimal dengan strategi-strategi pembelajaran yang bervariasi. Gardner (Paul Suparno, 2008: 55) menyatakan bahwa untuk mengaplikasikan kecerdasan majemuk di dalam kelas diperlukan strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga semua kecerdasan yang dimiliki siswa dapat berkembang.

Menurut Amstrong (2003: 100-133) terdapat beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas.

a. Strategi pengajaran kecerdasan linguistik dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita, curah gagasan, merekam dengan tape recorder, menulis jurnal, dan publikasi.

b. Strategi pengajaran kecerdasan logis-matematis dapat diterapkan dengan cara kalkulasi dan kuantifikasi, klasifikasi dan kategorisasi, pertanyaan sokratis, heuristic, dan penalaran Ilmiah.

c. Strategipengajaran kecerdasan spasial dapat diungkapkan melalui visualisasi, penggunaan warna, metafora gambar, sketsa gagasan, dan simbol grafis.

d. Strategi pengajaran kecerdasan kinestetik-tubuh dapat dilakukan dengan cara memberikan respon tubuh, membuat teater kelas, membuat konsep kinestetis, dan hands-on thinking.


(39)

24

e. Strategi pengajaran kecerdasan interpersonal dapat diajarkan melalui sesi refleksi satu menit, menghubungan materi pelajaran dengan pengalaman pribadi, memberikan pilihan, momentum mengekspresikan perasaan, dan sesi Perumusan Tujuan.

f. Strategi pengajaran kecerdasan naturalis dapat dilakukan dengan mengajak siswa jalan-jalan di alam terbuka, melihat ke luar jendela, membawa tanaman sebagai dekorasi, membawa hewan piaraan ke kelas, dan ekostudi.

g. Strategipengajaran kecerdasan musik dapat diungkapkan dengan mengajarkan materi pelajaran melalui irama, lagu, rap, senandung, diskografi, musik supermemori, konsep musikal, dan musik suasana. h. Strategi pengajaran kecerdasan intrapersonal intrapersonal dapat

dikembangkan dengan cara memberi kesemptan kepada siswa untuk berbagi rasa dengan teman sekelas, formasi patung dari orang, kerja kelompok

Jasmine (2007: 119), menyatakan bahwa untuk menerapkan kecerdasan majemuk dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara. Pertama, menggabungkan berbagai mata pelajaran dalam satu jenis kecerdasan yang akan dikembangkan. Kedua, melibatkan beberapa kecerdasan dengan suatu aktivias pada mata pelajaran tertentu.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk yang meliputi kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual, kecerdasan spasial, dan


(40)

25

kecerdasan linguistik dengan melibatkan beberapa kecerdasan pada mata pelajaran tertentu. Selain kecerdasan yang digunakan diatas, kecerdasan yang digunakan dapat berkembang sesuai dengan langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk Paul Suparno (2008: 79-97) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, sebagai berikut:

a. Mengenal kecerdasan majemuk siswa

Langkah pertama yang harus dilakukan guru untuk mengaplikasikan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah dengan mengenal karakteristik kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Cara untuk mengenal kecerdasan siswa, antara lain melalui tes, mencoba mengaplikasi kecerdaan majemuk di dalam kelas, observasi di dalam kelas, observasi siswa di luar kelas, dan mengumpulkan portofolio siswa.

1) Tes

Untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing siswa, guru dapat membuat tes sederhana. Tes tersebut dapat berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan karekteristik masing-masing kecerdasan majemuk. Berdasarkan tes tersebut guru merangkum kecerdasan menonjol yang dimiliki oleh setiap siswa.


(41)

26

2) Mencoba mengaplikasikan kecerdasan majemuk di kelas

Guru dapat mengetahui kecenderungan kecerdasan majemuk siswa dengan cara mengajarkan materi meggunakan salah satu kecenderungan yang dimiliki oleh siswa. Dari pembelajaran yang dilakukan guru dapat megetahui apakah siswa menyukai atau tidak dengan metode yang digunakan. Misalnya untuk menyampaikan materi PKn guru menggunakan suatu metode yaitu mind map. Siswa dengan kecerdasan spasial-visual yang tinggi akan mudah menangkap materi yang dijelaskan oleh guru. 3) Observasi perilaku di dalam kelas

Untuk megetahui kecenderungan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa dapat dilakukan dengan mengamati perilaku siswa di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Perilaku tersebut secara tidak langsung akan menunjukan kecenderungan yang dimiliki oleh siswa.

4) Observasi perilaku di luar kelas

Selain dengan mengamati perilaku siswa di dalam kelas, untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan yang dimiliki siswa yaitu dengan cara mengamati perilaku siswa di luar kelas. Perilaku siswa saat istirahat, sebelum masuk kelas, dan saat jam pelajaran berakhir akan menunjukan kecenderungan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa.


(42)

27 5) Portofolio siswa

Guru dapat mengetahui kecenderungan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa dengan mengumpulkan semua dokumen-dokumen yang dimiliki dan pernah dibuat oleh siswa. Dokumen yang dimaksud adalah hasil kerja siswa atau prestasi yang dicapaioleh siswa.

Dalam mengenali kecenderungan kecerdasan majemuk yang dimliki oleh siswa dapat dilakukan dengan menggunakan kelima langkah diatas. Kelimalangkah tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal tersebut dikarenakan adanya kesinambungan antara langkah satu dengan langkah lainnya.

b. Mempersiapkan pembelajaran

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa. Munif Chotib (2015: 108) mengemukakan bahwa pelaksanaan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk lebih mudah jika langkah awal difokuskan pada model aktivitas pembelajaran, kemudian dilakukan analisis terhadap aktivitas tersebut berkaitan dengankecerdasan apa saja yang termuat didalamnya.

Format RPP dalam pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk tidak jauh berbeda dengan format RPP pada umumnya, yaitu terdiri


(43)

28

dari identitas, standar kopetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber, media, dan evaluasi atau penilaian. Namun, pada RPP pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk format RPP dilengkapi dengan mencantumkan kecerdasan apa saja yang akan digunakan dalam pembelajaran. Kecerdasan-kecerdasan tersebut terangkum dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian. Menurut Munif Chotib (2013: 54-56) prosedur aktivitas dalam pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk terdiri dari alpha zone, scene setting, activitas,teaching aids, dan penilaian.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan format RPP Munif Chotib, yaitu prosedur aktivitas pembelajaran terdiri dari alpha zone, scene setting, activitas, teaching aids, dan penilaian. Selain itu dalam pembelajaran terdapat 5 kecerdasan yang akan dikembangkan.

c. Strategi pembelajaran

Strategi pebelajaran dipilih sesuai dengan kecerdasan yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi-strategi yang digunakan dalam pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk berdasarkan kecerdasan siswa yang dominan. Kecerdasan-kecerdasan tersebut dikombinasikan agar dapat memfasilitasi kecenderungan kecerdasan yang dimiliki siswa. Dalam kegiatan pembelajaran minimal 4 strategi kecerdasan yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk yang digunakan dalam


(44)

29

penelitian ini yaitu, kecerdasan musikal, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan linguistic, dan kecerdasan visual. d. Menentukan evaluasi

Menurut Munif Chotib (2013: 140) mengatakan bahwa teori multiple intelegence atau kecerdasan majemuk menganjurkan dalam proses pembelajaran tidak tergantung pada tes standar yang disasarkan pada nilai formal, akan tetapi menggunakan penilaian autentik (sebenarnya). Penilaian tersebut diharapkan dapat memfasilitasi kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.

Penilaian autentik perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Untuk itu, ranah yang perlu dinilai adalah ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Adapun ranah yang dinilai pada penelitian ini adalah ranah kognitif. Kompetensi ranah kognitif meliputi tingkat menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi. Jenis penilaian kognitif yaitu tes dan tugas. Untuk jenis penilaian tes, terdapat dua bentuk yaitu tes lisan berupa pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui daya ingat dan tes tertulis dilakukan untuk mengungkapkan penguasaan siswa. Sedangkan tugas adalah jenis penilaian kognitif dalam bentuk tes yang dikerjakan secara berkelompok (Munif Chotib, 2013: 151-152).

Lebih lanjut Munif Chotib (2013:139-140) menyebutkan keunggulan menggunakan penilaian autentik pada pembelajaran.


(45)

30

1) Penilaian mengukur tiga aspek yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. 2) Penilaian berkesinambungan dan terus menerus pada setiap tatap muka

(berbasis proses).

3) Soal tes yang digunakan konkret atau nyata. 4) Menggunakan berbagai jenis penilaian.

5) Skala penilaian atau rubrik yang menggunakan kriteria majemuk (minimal dua kriteria)

6) Laporan perkembangan siswa dapat berbentuk angka, predikat, atau narasi. 7) Penilaian cenderung menekankan pada kompetensi yang diajarkan dan

cenderung membangunnn semangat kerja sama. 8) Membantu siswa yang lemah untuk berkembang.

Berdasarkan uaraian diatas, maka penelitian ini akan menggunakan langkah-langkah pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Paul Suparno (2004: 79) dengan menentukan beberapa indikator untuk pelaksanaan pembelajaran PKn, yaitu:

1. Guru melakukan pengenalan terhadap kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa melalui tes, percobaan mengajar dengan strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk, observasi di dalam maupun di luar kelas, dan portofolio.

2. Guru melakukan persipan pembelajaran dengan menyiapakan seperangkat pembelajaran yang akan digunakan seperti RPP. Format RPP memuat startegi apa saja yang akan dikembangkan dalam pembelajaran.


(46)

31

3. Guru menggunakan strategi pembelajaran minimal setengah dari strategi pembelajaran berbasis majemuk yang ada, yaitu minimal menggunakan 4 strategi kecerdasan.

4. Guru melakukan penilaian terhadap setiap kecerdasan yang dikembangkan menggunakan penilaian autentik.

C. Hasil Belajar

1. Definisi Hasil Belajar

Menurut Ahmad Susanto (2014: 5) hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Purwanto (2010: 46) yang mengatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku akibat belajar. Hasil tersebut dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Jihad dan Haris (2012: 14) juga menyatakan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ni Wayan, dkk (2014: 7) yang menyatakan bahwa hasil belajar PKn adalah perubahan perilaku atau kemampuan yang dimiliki siswa baik peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan setelah menerima pembelajaran PKn.


(47)

32

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil yang diwujudkan dalam bentuk kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hal tersebut ditunjukan dengan terjadinya perubahan perilaku yang dialami oleh siswa.

2. Macam-macam Hasil Belajar

Menurut Ahmad Susanto (2014: 6-11) hasil belajar siswa meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dijelaskan sebagai berikut:

a. Pemahaman Konsep

Pemahaman menurut Bloom 1979 (dalam Ahmad Susanto, 2014: 6) adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang siswa rasakan.

Menurut Purwanto (2010: 50) hasil belajar kognitif adalah perubaham perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal. Kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif meliputi beberapa tingkat atau jenjang.

Bloom (Purwanto, 2010: 50) menjelaskan hasil belajar kognitif dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi


(48)

33

yaitu, hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).

b. Keterampilan Proses

Menurut Indrawati 1993 (dalam Ahmad Susanto, 2014: 9) keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Selanjutnya, Indrawati menyebutkan enam aspek keterampilan proses, yang meliputi: observasi, klasifikasi, pengukuran, mengkomunikasikan, memberikan penjelasan atau interpretasi terhadap suatu pengamatan, dan melakukan eksperimen.

Purwanto (2010: 52) menjelaskan bahwa hasil belajar tingkat yang lebih tinggi hanya dapat dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Simpson (Purwanto, 2010: 53) mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam yaitu, persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan kreativitas.

c. Sikap

Menurut Lange dalam Azwar 1998 (dalam Ahmad Susanto, 2014: 10) struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu:


(49)

34

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap; komponen afektif, yaitu perasaan yang menyangkut emosional; dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang.

Krathwohl (Purwanto, 2010: 51) membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkatan yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Hal ini dipertegas dengan pendapat Bloom (Purwanto, 50-51) yang menjelaskan bahwa ranah kognitif yang dibelajarkan pada siswa, yaitu:

a) Kemampuan menghafal (knowledge) merupakan kemampuan memanggil kembali fakta yang disimpan dalam otak untuk merespon suatu masalah.

b) Kemampuan pemahaman (comprehension) adalah kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta.

c) Kemampuan penerapan (application) adalah kemampuan kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus, dan lain-lain.

d) Kemampuan analisis (analysis) adalah kemampuan memahami sesuatu dengan menguraikannya kedalam unsur-unsur.

e) Kemampuan sintesis (synthesis) adalah kemampuan memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian ke dalam kesatuan. f) Kemampuan evaluasi (evaluation) adalah kemampuan membuat

penilaian dan mengambil keputusan dari hasil penilaiannya.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti akan melakukan penelitian mengenai hasil belajar yang diperoleh siswa pada ranah


(50)

35

kognitif yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Hasil yang ditekankan berupa hasil belajar kognitif yang digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran. Hasil belajar kognitif tersebut akan ditingkatkan melalui strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Ahmad Susanto (2014: 14) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Faktor dari dalam siswa meliputi kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, dan minat. Sedangkan faktor dari lingkungan, model penyajian materi pelajaran, pribadi dan sikap guru, suasana pengajaran, kompetensi guru, dan masyarakat.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor intern yang ada dalam diri individu yang sedang belajar dan faktor ekstern yang ada diluar individu (Slameto, 2010: 54). Lebih lanjut Slameto (2010: 54-72) menjelaskan faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi siswa, yaitu:

a. Faktor Interent

Faktor internt terdiri dari tiga faktor yaitu, faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.


(51)

36 1) Faktor jasmaniah

a) Faktor kesehatan

Untuk belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badan tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar,istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah. b) Cacat tubuh

Cacat tuuh adalah suatu kondisi yang menyebabkan kurang baik mengenai tubuh.

2) Faktor psikologis a) Inteligensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif.

b) Perhatian

Agar siswa belajar dengan baik, usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran sesuai dengnan bakatnya.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.


(52)

37

Bakat adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk belajar.

e) Motif

Motif adalah erat kaitannya dengan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Untuk menumbuhkan motif dapat dilakukan dengan cara memberi latihan-latihan yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon. Kesedian itu timbul dari dalam diri seseorang dan berhubungan dengan kematangan.

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan jasmani terihat dengan lemahnya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan atau kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.


(53)

38 b. Faktor Ekstern

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar angota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat

Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, kegiatan siswa dalam masyarakat, mediamassa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam diri siswa seperti minat siswa terhadap pelajaran, kecerdasan yang dimiliki siswa, kesiapan siswa dalam belajar, perhatian siswa dalam pembelajaran, kematangan emosi yang dimiliki siswa, dan kesehatan psikis maupun fisik yang dimiliki oleh siswa. Sedangkan faktor dari luar meliputi bagaimana keluarga mendidik siswa, bagaimana sekolah maupun guru


(54)

39

menangani segala kondisi siswa dengan kurikulum maupun metode yang digunakan, interaksi siswa dan temannya di lingkungan sekolah, dan bagaimana interaksi siswa terhadap lingkungan masyarakat.

D. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, kecakapan, keterampilan serta kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, serta ikut berperan dalam percaturan global (Ahmad Susanto, 2014: 227).

Menurut Syahrial Syarbaini (2010: 4) mengatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah suatu bidang kajian yang mempunyai obyek telaah kebijakan dan budaya kewarganegaraan, menggunakan disiplin ilmu pendidikan, disiplin ilmu politik, dan disiplin ilmu lainya sebagai kerangka kerja keilmuanpokok yang relevan secara koheren diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler kewarganegaraan, aktivitas social-kultural, dan kajian ilmiah kewarganegaraan.

Sedangkan menurut Ni Wayan, Adnyana, dan I Made (2014: 6-7) PKn adalah mata pelajaran yang dapat digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan nilai moral bangsa Indonesia, dapat membentuk diri yang


(55)

40

beragam, terampil, cerdas dan berkarakter sesuai dengan UUD 1945. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Noor Ms Bakry (2011: 3) yang mengatakan pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha sadar dan terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik dan memberikan kesadaran terhadap hak dan kewajiban sebagai warga negara, sehingga terbentuk manusia berjiwa pancasila sesuai dengan UUD 1945.

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan pendidikan kewarganegaraan secara umum adalah memupuk kesadaran bela negara dan berpikir komperehensif integral di kalangan mahasiswa dalam rangka Ketahanan Nasional sebagai Geostrategi Indonesia (Noor Ms Bakry, 2011: 10). Muhamad Erwin (2013: 7) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya, yang religius, nasionalis, adil, demokratis, berkemanusian dan berkeadaban sebagai manusia yang cerdas serta bertanggung jawab.

Menurut Ahmad Susanto (2014: 234) tujuan pendidikan PKn di sekolah dasar adalah untuk menjadikan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Lebih lanjut Susanto menjelaskan bahwa dengan diajarkannya pendidikan


(56)

41

PKn sejak sekolah dasar diharapkan kelak dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik sehingga mampu mengikuti kemajuan teknologi modern.

Selain itu pendidikan kewarganegaraan bertujuan membekali siswa agar memiliki kemampuan untuk berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, membekali siswa memiliki sikap antikorupsi, membekali siswa memiliki kemampuan untuk berkembang secara positif dan demokratis, serta membekali kemapuan untuk dapat menjadi warga negara yang baik sehingga dapat berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain di dunia (Mukhamad Murdiono, 201249-50).

Tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi kepada siswa sebagai berikut (Wuri Wuryandani dan Fathurrohman, 2012: 9).

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara bermutu, bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.


(57)

42

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain baik secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Pendidikan PKn di sekolah dasar bertujuan membekali peserta didik agar berprtisipsi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditunjukan dengan sikap rasa peduli terhadap lingkungannya. Selain itu pendidikan PKn bertujuan untuk membentuk karakter siswa sesuai jati diri bangsa Indonesia. Pendidikan PKn juga berupaya menciptakan geberasi yang cerdas, sadar akan hak dan kewajibannya sebagai bangsa Indonesia.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan pada satuan pendidikan SD/MI meliputi sistem pemeritahan desa dan kecamatan, sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan provinsi, sistem pemeritahan pusat, dan globalisasi. Adapun ruang lingkup pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas IV SD Semester 2 mencakup Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai berikut (Mukhamad Murdiono, 2012: 56-57).


(58)

43

Tabel 2. SK-KD Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IV Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Sistem Pemerintahan

Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat

3.1Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK dll

3.2Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, seperti Presiden, Wakil Presiden, dan para Menteri. Globalisasi

4. Menunjukan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya

4.1Memberi contoh sederhana pengaruh globalisasi dilingkungannya.

4.2Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional 4.3Menentukan sikap terhadap

pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil materi tentang sistem pemerintahan pusat, yaitu pada standar kompetensi Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat dan indikator Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK dll.

E. Karekteristik Peserta didik kelas IV Sekolah Dasar

Dalam keadaan normal, fikiran anak usia Sekolah Dasar berkembang secara berangsur-angsur dan secara tenang. Banyak keterampilan mulai dikuasai, dan kebiasaan-kebiasaan tertentu mulai dikembangkannya. Dari iklim yang egosentris, anak memasuki dunia obyektif dan dunia pikiran orang lain. Hasrat untuk mengetahui realitas benda dan peristiwa-peristiwa


(59)

44

mendorong anak untuk meneliti dan melakukan eksperimen. Ingatan anak pada usia 7-12 tahun mencapai intensitas paling besar, dan paling kuat. Daya menghafal dan daya memorisasi adalah paling kuat. Pada usia ini juga anak mampu memuat jumlah materiingatan paling banyak (Kartini Kartono, 1995: 138).

Pemikiran operasional konkret melibatkan penggunaan operasi dan menggantikan penalaran intuitif dengan penalaran logis pada situasi konkret. Pengelompokan kemampuan mulai hadir, namun pemikiran secara abstrak belum berkembang (Laura A. King, 2013: 163). Menurut Endang Poerwati dan Nur Widodo (2002: 44), masa anak akhir (late childhood) berlangsung sampai usia 12 tahun, masa ini disebut sebagai masa bermain. Ditandai dengan cirri-ciri memiliki dorongan untuk keluar rumah dan memasuki kelompok sebaya, keadaan fisik yang memungkinkan anak memasuki dunia permainan dan memiliki dorongan mental memasuki konsep, logika, symbol, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Piaget (dalam Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 105-106) masa kanak-kanak akhir tergolong masa operasi konkret (usia 7-12 tahun) yaitu siswa berpikir logis terhadap objek yang konkret. Sedangkan masa kelas tinggi Sekolah Dasar (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 116) berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar yang memiliki ciri khas, yaitu:

1. Perhatian tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. 2. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.


(60)

45

4. Siswa memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

5. Siswa-siswa suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Marsh (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 118) menggemukakan bahwa strategi guru dalam pembelajaran pada masa kanak-kanak akhir adalah:

1. Menggunakan bahan-bahan yang konkret. 2. Gunakan alat visual.

3. Gunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan siswa dari hal yang bersifat sederhana ke yang bersifat kompleks.

4. Menjamin penyajian yang singkat dan terorganisasi dengan baik. 5. Berilah latian nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan.

Berdasarkan uraian diatas, seharusnya pemebelajaran PKn di Sekolah Dasar pada masa kanak-kanak akhir (7-12 tahun) relevan dengan kondisi siswa sehari-hari. Selain itu kondisi siswa yang ingin tahu, realistik, dan ingin belajar harus diarahkan agar potensi tersebut berkembang dengan baik dan secara optimal. Pembelajaran Pkn hendaknya dilakukan dengan banyak melibatkan peran siswa terutama dilakukan secara berkelompok karena pada masa usia SD siswa suka membentuk kelompok sebaya. Pembelajaran disajikan dengan melibatkan beberapa kecerdasan menonjol yang dimiliki oleh masing-masing siswa yang dibantu dengan penggunaan bahan/media pembelajaran yang kongkret. Selain itu pembelajaran yang dilakukan dimulai dari hal-hal sederhana menuju hal-hal yang bersifat kompleks.

F. Kerangka Pikir

Pendidikan dikatakan berhasil apabila proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditentukan sebelumnya. Ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut ditunjukan


(61)

46

dengan hasil belajar siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil belajar dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk nilai angka sebagai indikator ketercapaian belajar siswa dalam menerima materi pelajaran. Oleh karena itu, untuk mencapai nilai sesuai KKM dibutuhkan suatu cara yaitu salah satunya dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk.

Kecerdasan majemuk adalah perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Untuk itu, dalam melaksanakan proses pembelajaran guru perlu melibatkan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswanya. Siswa akan mudah memahami materi yang disampaikan guru apabila dalam pembelajarantersebut melibatkan potensi yang menonjol pada diri masing-masing siswa.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 2 Wates, guru mengatakan bahwa untuk menerima materi tentang sistem pemerintahan pusat siswa masih mengalami kendala, sehingga masih banyak siswa yang belum mencapai KKM pada materi di atas. Selain itu selama proses pembelajaran siswa hanya duduk, diam, dan mendengarkan penjelasan guru. Selama proses pembelajaran siswa tidak aktif dan siswa beranggapan bahwa PKn itu sulit sehingga mereka tidak berminat mempelajari PKn.

Berdasarkan masalah di atas, startegi belajar berbasis kecerdasan majemuk dapat dijadikan sebagai solusi guna meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Strategi pembelajaran majemuk merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kecerdasan majemuk


(62)

47

siswa agar tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai secara efektif dan efisiensi. Oleh karena itu, dalam menyajikan suatu aktivitas pembelajaran guru perlu melibatkan beberapa kecerdasan pada mata pelajaran PKn. Dengan disajikannya aktivitas pembelajaran yang melibatkan beberapa kecerdasan majemuk diharapkan siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga, hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih baik yaitu mencapai KKM yang ditentukan.

G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian tindakan ini adalah “belajar berbasis kecerdasan majemuk dapat digunakan sebagai strategi belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas IV SD Negeri 2 Wates”.


(63)

48 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian Tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam kelasnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaboratif artinya peneliti tidak melakukan penelitian sendiri, namun berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru kelas IV SD Negeri 2 wates.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yaitu, penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran (Zaenal Aqib, 2009: 19). Pardjono, dkk (2007:12) menjelaskan bahwa misi pemberdayaan dalam penelitian tindakan kelas adalah memberdayakan guru dan sekaligus siswa. Guru diberdayakan dari sudut pengembangan profesionalitas sedangkan siswa mendapatkan manfaat dari upaya guru karena mendapatkan pelayanan yang lebih baik karena dampak dari meningkatnya kualitas pembelajaran. Dalam penelitian ini, upaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang ditunjukan dengan meningkatnya hasil belajar PKn yang dilakukan melalui strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Wates.

Fokus penelitian ini yaitu pada tindakan-tindakan alternatif yang dibuat oleh peneliti. Adapun tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan


(64)

49

yang dilakukan oleh peneliti secara sadar dan terkendali. Sehingga tindakan di atas dapat memperbaiki kualitas pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas, penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Tujuan dipilihnya model ini dengan alasan peneliti bermaksud meningkatkan hasil belajar yang berdampak pada kualitas pembelajaran.

B. Setting Penelitian

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 2 Wates pada tahun ajaran 2015/2016. Peneliti memilih SD Negeri 2 Wates sebagai lokasi penelitian karena selama 2 tahun ajaran, secara berturut-turut nilai siswa kelas IV pada mata pelajaran PKn rata-rata berada dibawah KKM. Hal di atas berdampak pada kualitas mutu pembelajaran. Selain itu, SD Negeri Wates merupakan SD Negeri favorit yang diminati oleh masyarakat. Dengan demikian, untuk menghasilkan mutu pembelajaran yang berkualitas sebagai salah satu SD Negeri favorit yang diminati oleh masyarakat perlu didukung dengan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar berupa nilai kognitif Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) melalui strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk. Selain menggunakan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, dalam penelitian ini juga menggunakan pendukung seperti peta konsep, gambar, jawaban stik, bermain peran, dan mind map guna mendukung ketercapaian pembelajaran yang dilakukan.


(65)

50 C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas IV SD Negeri 2 Wates yang menyampaikan pembelajaran dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Wates yang akan menghasilkan pembelajaran. Siswa kelas IV SD Negeri 2 Wates berjumlah 33 orang yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Karakteristik siswa yang menjadi subjek penelitian ini yaitu siswa yang memiliki nilai dibawah KKM khususnya pada materi sistem pemerintahan pusat. Hanya terdapat beberapa siswa yang lulus KKM pada materi ini. Padahal guru sudah menjelaskan secara runtut dan detail, serta memberikan soal evaluasi maupun pengayaan setelah materi selesai. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika terdapat materi yang belum dipahaminya. Hal di atas menunjukan bahwa hasil belajar Pendidikan kewarganegaraan kelas IV SD Negeri 2 Wates masih rendah. D. Desain Penelitian

Menurut Pardjo (2007: 31)ada banyak model penelitian tindakan,diantaranya yaitu model Kurt Lewin, Kemmis dan Mc Taggart, Model Ebbut, dan Model Mc Kerman. Desain penelitian yang akan dikembangkan pada penelitian ini adalah model Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart pada tahun 1988. Zainal Aqib (2007: 22) model Kemmis dan Mc Taggart dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan (Planning), aksi/tindakan (acting), observasi (obseving), dan refleksi (refleting).


(66)

51

Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (1988: 11-13) menggambarkan bahwa penelitian tindakan itu dilaksanakan melalui beberapa siklus dan tiap-tiap siklus terdari dari 3 tahap.

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan fokus penelitian. Selanjutnya guru mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya, mendata kelemahan-kelemahannya, diidentifikasi, dan dianalisis kelayakannya untuk diatasi dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti juga menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan rencana pembelajaran, soal tes tertulis, lembar observasi, dan angket respon siswa dan guru. Pengembangan rencana pembelajaran dibuat berdasarkan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2015/2016. Instrumen pengamatan berupa lembar observasi digunakan oleh peneliti untuk mengamati kesesuaian proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sebagai pelaksana penelitian tindakan dengan menerapkan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. Lembar observasi dan angket dalam pembelajaran PKn digunakan untuk mengetahui prosentase pelaksanaan pembelajaran dalam pembelajaran


(67)

52

PKn dan kesesuan antara rencana pembelajaran dan pembelajaran dengan menerapkan strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk.

2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi (Act & Observe)

Tahap pelaksanaan tindakan digunakan untuk mengatasi masalah yang telah terpilih. Penelitian tindakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn melalui strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk di kelas IV SD Negeri 2 Wates. Guru sebagai kolaborator melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk didalam pembelajaran. Kolaborator mengamati dan membuat catatan-catatan mengenai jalannya pembelajaran.

Observasi dilakukan selama tindakan berlangsung dengan maksud untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan. Pengamatan dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan pedoman observasi. Fokus pengamatan adalah kegiatan guru dalam menjalankan skenario pembelajaran dan hasil belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan. 3. Refleksi (Reflection)

Pada tahap ini, peneliti bersama dengan kolaborator mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mengkaji pelaksanaan tindakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Apabila hasil refleksi menunjukan telah tercapainya indikator keberhasilan yang ditentukan, maka penelitian dihentikan.


(68)

53

Namun apabila hasil yang terjadi adalah sebaliknya, maka dilakukan perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya. Kelemahan dan kekurangan yang telah ditemukan pada siklus sebelumnya dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya. Sehingga siklus selanjutnya akan menjadi lebih baik daripada siklus sebelumnya.

Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc. Taggart (1988: 11) yaitu model spiral. Model spiral ini terdiri dari 2 siklus dan dari setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi.

Gambar 1. Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart (Kemmis dan Mc. Taggart, 1988: 11)

Prosedur penelitian tindakan kelas yang dirancang dengan penjabaran sebagai berikut.


(69)

54 1. Siklus 1

a. Perencanaan

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2) Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

3) Menyusun soal evaluasi

4)Menyusun lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran 5) Menyusun angket pelaksanaan pembelajaran

6) Menyusun angket perangkat pembelajaran b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Selama proses pembelajaran yang berlangsung, guru mengajar sesuai RPP yang dibuat dengan menerapkan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. Penelitian dilakukan dengan melibatkan kecerdasan yang menonjol dari masing-masing siswa. Peneliti mengamati jalannya pembelajaran berdasarkan indikator pelaksanaan dan menerima pembelajaran dalam pembelajaran PKn.

Observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati kesesuaian proses pembelajaran berdasarkan rencana yang telah dibuat dengan menerapkan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. Selain itu dalam pelaksanaan tindakan, siswa diberikan angket pelaksanaan pembelajaran siswa untuk mengetahui prosentase pelaksanaan pembelajaran yang dilakukanguru dengan penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk di kelas IV SD Negeri 2 Wates.


(70)

55 c. Refleksi

Data yang diperoleh pada saat observasi dianalisis untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn di kelas IV SD Negeri 2 Wates melalui pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu, data angket penilaian perangkat pembelajaran dan penilaian pelaksanaan pembelajaran juga dianalisis untuk menengetahui prosentasi hasil belajar siswa di kelas berdasarkan tanggapan dari responden sendiri. Kemudian dilaksanakan diskusi antara peneliti dan guru kelas untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan pembelajaran. Apabila hasil refleksi menunjukan telah tercapainya indikator keberhasilan yang ditentukan, maka penelitian dihentikan. Namun apabila hasil yang terjadi adalah sebaliknya, maka dilakukan perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut.

1. Teknik Angket

Menurut Pardjono (2007: 44), teknik angket merupakan teknik memperoleh data dengan memberikan daftar peryataan atau pertanyaan tertulis yang harus ditanggapi atau dijawab oleh sejumlah besar responden. Responden dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Wates. Angket untuk guru digunakan untuk memberikan penilaian terhadap perangkat pembelajaran yang di sediakan oleh peneliti. Sedangkan angket untuk siswa digunakan untuk memberikan penilaian


(1)

229 Gambar 30. Kondisi Awal

Pertemuan 2 siklus II

Gambar 31. Membahas LKS yang Belum Selesai Pertemuan 2 Siklus II

Gambar 32. Kondisi Saat Menonton Video Pertemuan 2

Siklus II

Gambar 33. Bertanya Jawab tentang Isi Video Pertemuan 2 Siklus II

Gambar 34. Bermain Jawaban Stik Pertemuan 2 Siklus II

Gambar 35. Mengerjakan Soal Evaluasi Pertemuan 2 Siklus II


(2)

230 Lampiran 23


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BATU BADAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 53

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFUL LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Pendem

1 3 15

SILABUS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS IV SD Standar Kompetensi PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN WORD SQUARE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I KANDANGREJO KABUPATEN GROBOGAN.

0 1 44

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Strategi Pembelajaran Think Talk Write Pada Siswa Kelas V SDN 01 Ngemplak Karangpand

0 1 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, dan Satisfaction) (PTK pada Kelas IV SD Negeri Gabugan 1 Tanon

0 0 18

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI DAMPAK GLOBALISASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN Peningkatan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan materi dampak globalisasi melalui metode pembelajaran make a match bagi siswa kelas IV Sek

0 0 15

PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN Peningkatan Tanggungjawab Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas V Semester I Sd Negeri I Gosono Kecamatan Wonose

0 0 15

PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS V SEMESTER I SD NEGERI I Peningkatan Tanggungjawab Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas V Sem

0 1 16

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GEMBONGAN.

0 0 179

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS IV SD

0 0 14