Daftar Perusahaan Perkebunan Kelas IV dan Kelas V

Tabel 4. Daftar Perusahaan Perkebunan Kelas IV dan Kelas V

No. Kelas Kebun

Nama Kebun

Nama Perusahaan

A. IV Jatikalangan

PT. Makmur Jaya Utama

PT. Pawana Indonesia

B. V Tratak

PT. Perkebunan Tratak

Karanggondang

PT. Estu Subur

Pakisadji

PT. Pakisadji Banjoemas Sumber : Diolah dari Data Sekunder

commit to user

Usaha pada Bidang Usaha Perkebunan (BUP) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, yang membuat perkebunan-perkebunan tersebut di atas tergolong pekebunan kelas IV dan kelas V disebabkan adanya beberapa faktor, antara lain:

1. Kebun Jatikalangan (Kelas IV). Kebun seluas 179, 21 ha ini turun dari kelas

III ke kelas IV selain diakibatkan karena penjarahan dari warga, diakibatkan pula karena adanya permasalahan intern antara perusahaan dengan pemerintah daerah dalam pengurusan perpanjangan HGU yang habis masa berlakunya pada tahun 2000. Pada saat mengajukan perpanjangan HGU, Walikota Semarang ‘mempersulit’ proses perpanjangan HGU dikarenakan pemerintah daerah mempunyai kepentingan atas lahan itu dalam rangka pembangunan permukiman/perumahan. Akhirnya 50 ha kebun Jatikalangan dilepas kepada pemerintah daerah untuk dijadikan perumahan/permukiman sesuai RTRW Kota Semarang. Sampai saat ini masalah tersebut belum selesai dan BPN Pusat belum mengeluarkan putusan atas HGU tersebut.

2. Kebun Kandangan (Kelas IV). Kebun ini turun dari kelas III ke kelas IV diakibatkan karena kebun tersebut terbengkalai, tidak terawat, pemeliharaan tanaman sangat kurang, dan pelaksanaan usaha perkebunan yang tidak optimal.

3. Kebun Pakisadji (Kelas IV). Kebun ini turun dari kelas III ke kelas IV diakibatkan karena adanya penjarahan oleh masyarakat sekitar kebun. Sebenarnya Dinas Perkebunan sudah memfasilitasi penyelesaian masalah tersebut dengan adanya kerjasaa antara perusahaan dan masyarakat, akan tetapi karena kurangnya pendanaan dari manajemen perusahaan itu sendiri, sehingga mengakibatkan kebun tidak dapat beroperasi secara maskimal, dan akhirnya masyarakat kembali menjarah kebun tersebut.

4. Kebun Susukan (Kelas V). Kebun ini turun dari kelas III ke kelas V diakibatkan karena perkebunan tersebut tidak membuat surat pernyataan bersedia dinilai, sehingga sesuai dengan Pasal 25 Permentan No 07/Permentan/OT.140/2/2009, perusahaan yang tidak bersedia dinilai

commit to user

oleh Dinas Perkebunan, perkebunan tersebut tidak mempersiapkan data yang dibutuhkan, bahkan tidak ada staff perusahaan di tempat tersebut, yang ada hanya seorang satpam penjaga kebun.

5. Kebun Tratak (Kelas V). Kebun ini turun dari kelas IV ke kelas V diakibatkan karena adanya penjarahan dari masyarakat yang sudah terjadi sejak tahun 1999 dan sampai saat ini belum selesai.

6. Kebun Karanggondang (Kelas V). Kebun ini turun dari kelas IV ke kelas V diakibatkan karena HGU yang telah habis masa berakunya sejak tahun 2000 dan pengurusannya perpanjangan tidak segera diajukan karena ada masalah intern keluarga serta adanya penjarahan dari mayarakat sekitar kebun (Konfirmasi Soesiati Rahayu, 19 Mei 2011).

Kebun kelas IV dan kelas V tersebut dinilai tidak terlalu banyak memberikan kontribusi pada negara. Kontribusi yang dapat diberikan adalah melalui pembayaran pajak, misalkan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Sedangkan apabila ditilik dari segi pengoperasian perkebunan itu sendiri, kebun kelas IV dan V tidak memberikan kontribusi yang signifikan dalam rangka mencapai tujuan pelaksanaan perkebunan. Sehingga perkebunan yang masuk kelas IV dan V diberikan peringatan oleh Dinas Perkebunan agar meningkatkan kinerja perusahaan.

Menurut Pasal 9 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perizinan Usaha Perkebunan, kepada perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP diwajibkan untuk:

1. melaporkan perkembangan usahanya secara berkala setiap semester;

2. mengajukan permohonan persetujuan apabila akan mengadakan perubahan jenis tanaman atau perluasan usaha lainnya; dan

3. memberitahukan apabila terjadi perubahan pemilikan perusahaan. Pencabutan IUP yang dilakukan oleh Kepala Dinas Perkebunan merupakan

tindakan terakhir yang ditempuh oleh Dinas Perkebunan dalam menyikapi perusahaan perkebunan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

commit to user

Selain itu, IUP dicabut apabila perusahaan perkebunan tidak dapat mengelola perkebunan secara optimal sehingga dinilai menghambat terwujudnya tujuan penyelenggaraan perkebunan dengan melakukan tindakan sebagai berikut:

1. pemegang izin tidak melakukan pengelolaan perkebunan secara komersil yang sesuai dengan standar teknis; dan

2. perusahaan perkebunan yang selama 2 (dua) kali berturut-turut berdasarkan penilaian klasifikasi perkebunan besar memperoleh predikat kelas IV dan V.

Sebagai upaya pembinaan perusahaan perkebunan dalam rangka peningkatan kinerja perkebunan, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah melakukan beberapa upaya pembinaan, antara lain:

1. Meningkatkan pengawasan kebun, khususnya peningkatan dari aspek pemanfaatan lahan dan kinerja kebun. Pengawasan ini dilakukan oleh Dinas Perkebunan dengan cara melakukan peninjauan langsung ke lokasi atau areal perkebunan;

2. Melakukan identifikasi kebun untuk mencari peluang kerjasama antar kebun atau dengan investor lain guna meningkatkan kinerja kebun dalam optimaliasi pemanfaatan lahan dan kebun;

3. Memfasilitasi terselenggaranya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia yang dilakukan melalui pelatihan penilai usaha perkebunan untuk pejabat yang membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota, baik pelatihan dalam segi pengolahan perkebunan ataupun segi administrasi atau manajemen pengelolaan perusahaan perkebunan yang dilakukan oleh LPP;

4. Melakukan pertemuan pengusaha perkebunan dan memfasilitasi pertemuan dengan masyarakat sekitar kebun (sosialisasi hukum pertanahan) khususnya pada kebun yang potensi mendapat gangguan;

5. Kebijakan pemberian Constatering Rapport pada kebun yang mengajukan perpanjangan HGU luasan yang direkomendasikan akan disesuaikan dengan lahan yang fisiknya secara riil dimanfaatkan sesuai peruntukannya;

6. Setiap kebun yang mengajukan perpanjangan rekomendasi HGU, kebun akan beraudiensi langsung dengan Gubernur; dan

7. Jika ada permintaan masyarakat sekitar kebun untuk memanfaatkan HGU guna kepentingan umum seperti kuburan, sekolahan, tempat ibadah, lapangan olah raga, kiranya dapat dipertimbangkan dengan catatan tidak merubah status hak tanah (Tegoeh Wynarno Haroeno, 2010:7-8).

commit to user

pencegahan sebelum dicabutnya IUP pada suatu perusahaan perkebunan. Mulai tahun 2011, setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 875.1/03322 tertanggal 7 Februari 2011 tentang Penyerahan Kewenangan Pembinaan Pekebunan Besar, maka dari 72 perkebunan besar di Provinsi Jawa Tengah, 27 perusahaan perkebunan menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota dan 45 perusahaan perkebunan menjadi kewenangan pemerintah Provinsi.

Daftar perusahaan perkebunan yang kewenangan pembinaannya berada dibawah pemerintah provinsi yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam tabel 5 berikut ini: