Hubungan antara tata kelola perusahaan dan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dengan nilai perusahaan (studi empiris pada perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014).
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN,
DENGAN NILAI PERUSAHAAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)
Cicilia Wardani Pelawi NIM: 122114061 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tata kelola perusahaan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan, pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dengan nilai perusahaan, dan pengungkpan pertanggungjawaban lingkungan dengan nilai perusahaan.
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Jumlah populasi sasaran sebanyak 24 perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis hubungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan memiliki hubungan kuat dan negatif dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan. .Tata kelola perusahaan memiliki hubungan lemah dan negatif dengan nilai perusahaan. Pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan memiliki hubungan sedang dan positif dengan nilai perusahaan.
Kata Kunci: Tata kelola perusahaan, pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan, nilai perusahaan.
(2)
i ABSTRACT
THE RELENTIONSHIP BETWEEN CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL DISCLOSURE WITH FIRM VALUE
(Emprical Study on Mining Companies Listed in Indonesia Stock Exchange in 2012-2014)
Cicilia Wardani Pelawi NIM: 122114061 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
The purpose of the study is to analyze the relationship between corporate governance with environment disclosure, corporate governance with firm value, and environment disclosure with firm value.
The type of this research is empirical studies. The Target population was 24 mining companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2012-2014. The technique of this is correlation analysis.
The result shows that corporate governance has a strong and negative relationship with environmental disclosure. Corporate governance has a week and negative relationship with firm value. Environmental disclosure has a medium and positive relationship with firm value.
Keywords: Corporate Governance, Environmental Disclosure, Firm Value
(3)
HUBUNGAN ANTARA TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN,
DENGAN NILAI PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Cicilia Wardani Pelawi NIM: 122114061
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(4)
i
HUBUNGAN ANTARA TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN,
DENGAN NILAI PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Cicilia Wardani Pelawi NIM: 122114061
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
PERSEMBAHAN
“
Dream, Believe, and Make It Happen”
-Skripsi ini kupersembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus
-Kedua orang terhebat, almarhum ayah dan bunda yang aku
sayang
-Adikku: Fransiskus Pelawi
-Keluarga besar pelawi dan (Bapak tengah brahim, bulang,
ribu,eyang kakung, eyang putri) yang banyak memberi
motivasi selama studi di Yogyakarta
-Sahabat-sahabatku yang turut membantu dan memberikan
semangat kepada penulis.
(8)
(9)
(10)
(11)
viii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii
ABSTRAK ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Sistematika Penulisan... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 8
B. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory) ... 9
C. Teori Legitimasi (Legitimcyi Theory) ... 10
D. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance/CG) ... 11
E. Pertanggungjawaban Lingkungan ... 12
F. Nilai Perusahaan... 14
G. Hubungan Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Pengungkapan Pertanggungjawan Lingkungan ... 16
H. Hubungan Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Nilai Perusahaan... 17
I. Hubungan Antara Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan dengan Nilai Perusahaan ... 20
J. Penelitian Terdahulu ... 22
(12)
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Populasi Sasaran... 26
C. Metode Pengumpulan Data ... 27
D. Definisi Variabel Penelitian ... 27
1. Tata Kelola Perusahaan ... 27
2. Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan ... 28
3. Nilai Peusahaan ... 28
E. Teknik Analisis Data ... 28
1. Mengumpulkan Data ... 28
2. Menghitung Tata Kelola Perusahaan, pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan, dan Nila Perusahaan... 29
a. Menghitung Tata Kelola Perusahaan ... 29
b. Menghitung Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan ... 29
c. Menghitung Nilai Perusahaan ... 30
3. Melakukan Analisis Statistik Deskriptif ... 31
4. Mengklasifikasi Data ... 31
a. Mengklasifikasi Data Tata Kelola Perusahaan ... 31
b. Mengklasifikasi Data Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan ... 32
c. Mengklasifikasi Data Nilai Perusahaan ... 32
5. Melakukan Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs) ... 33
6. Menarik Kesimpulan ... 33
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 34
A. Populasi Sasaran... 34
B. Profil Perusahaan ... 35
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 43
A.Analisis Data ... 43
1. Pengumpulan Data ... 43
2. Penghitungan Tata Kelola Perusahaan, Nilai Perusahaan, dan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan ... 43
a. PerhitunganTata Kelola Perusahaan ... 43
b. Perhitungan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungaan ... 44
c. Perhitungan Nilai Perusahaan ... 46
3. Analisis Statistik Deskriptif ... 47
a. Analisis Statistik Deskriptif Tata Kelola Perusahaan ... 47
b. Analisis Statistik Deskriptif Pengungkapan Pertanggung Jawaban Lingkungan ... 50
(13)
x 4. Pengklasifikasian Data
a. Pengklasifikasian Data Tata Kelola Perusahaan ... 55
b. Pengklasifikasian Data Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan ... 57
c. Pengklasifikasian Data Nilai Perusahaan ... 59
5. Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs) ... 60
a. Analisis Tabulasi Silang Antara Tata Kelola dengan Perusahaan ... 60
b. Analisis Tabulasi Silang Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Nilai Perusahan ... 62
c. Analisis Tabulasi Silang Antara Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan dengan Nilai Perusahaan ... 63
B. Pembahasan ... 65
1. Hubungan Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Pengungkapan Antara Tata Kelola Perusahaan ... 65
2. Hubungan Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Nilai Perusahaan ... 67
3. Hubungan Antara Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan dengan Nilai Perusahaan ... 68
BAB VI PENUTUP ... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Keterbatasan Penelitian ... 70
C. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN ... 77
LAMPIRAN I Daftar Perusahaan Populasi Sasaran ... 78
LAMPIRAN II Data Jumlah Komite Audit ... 79
LAMPIRAN III Data Perhitungan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan Tahun 2012 ... 80
LAMPIRAN IV Data Perhitungan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan Tahun 2013 ... 81
LAMPIRAN V Data Perhitungan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan Tahun 2014 ... 82
LAMPIRAN VI Data Perhitungan Nilai Perusahaan Tahun 2012 ... 83
LAMPIRAN VII Data Perhitungan Nilai Perusahaan Tahun 2013 ... 84
LAMPIRAN VIII Data Perhitungan Nilai Perusahaan Tahun 2014 ... 85
(14)
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kriteria Pengujian Kekuatan Hubungan ... 32
Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Populasi Sasaran ... 33
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Jumlah Komite Audit ... 43
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan... 44
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Nilai Perusahaan ... 45
Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Jumlah Komite Audit ... 46
Tabel 5.5 Statistik Deskriptif Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan... 48
Tabel 5.6 Statistik Deskriptif Nilai Perusahaan ... 51
Tabel 5.7 Hasil Klasifikasi Jumlah Komite Audit ... 53
Tabel 5.8 Data Klasifikasi Jumlah Komite Audit ... 53
Tabel 5.9 Hasil Klasifikasi Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan... 55
Tabel 5.10 Data Klasifikasi Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan... 55
Tabel 5.11 Hasil Klasifikasi Nilai Perusahaan ... 56
Tabel 5.12 Data Klasifikasi Nilai Perusahaan ... 56
Tabel 5.13 Tabulasi Silang Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan ... 58
Tabel 5.14 Tabel Koefisian Hubungan Tata Kelola Perusahaan dengan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan ... 59
Tabel 5.15 Tabulasi Silang Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Nilai Perusahaan ... 59
Tabel 5.16 Tabel Koefisien Hubungan Tata Kelola Perusahaan dengan Nilai Perusahaan ... 60
Tabel 5.17 Tabulasi Silang Antara Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan dengan Nilai perusahaan ... 61
(15)
xii
Tabel 5.18 Tabel Koefisien Hubungan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan dengan Nilai Perusahan... 62
(16)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran ... 25
Gambar 5.1 Histogram Jumlah Komite Audit ... 49
Gambar 5.2 Histogram Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan ... 52
(17)
xiv ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN,
DENGAN NILAI PERUSAHAAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)
Cicilia Wardani Pelawi NIM: 122114061 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tata kelola perusahaan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan, pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dengan nilai perusahaan, dan pengungkpan pertanggungjawaban lingkungan dengan nilai perusahaan.
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Jumlah populasi sasaran sebanyak 24 perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis hubungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan memiliki hubungan kuat dan negatif dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan. .Tata kelola perusahaan memiliki hubungan lemah dan negatif dengan nilai perusahaan. Pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan memiliki hubungan sedang dan positif dengan nilai perusahaan.
Kata Kunci: Tata kelola perusahaan, pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan, nilai perusahaan.
(18)
xv ABSTRACT
THE RELENTIONSHIP BETWEEN CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL DISCLOSURE WITH FIRM VALUE (Emprical Study on Mining Companies Listed in Indonesia Stock Exchange in
2012-2014) Cicilia Wardani Pelawi
NIM: 122114061 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
The purpose of the study is to analyze the relationship between corporate governance with environment disclosure, corporate governance with firm value, and environment disclosure with firm value.
The type of this research is empirical studies. The Target population was 24 mining companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2012-2014. The technique of this is correlation analysis.
The result shows that corporate governance has a strong and negative relationship with environmental disclosure. Corporate governance has a week and negative relationship with firm value. Environmental disclosure has a medium and positive relationship with firm value.
(19)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Perhatian para pemangku kepentingan dunia bisnis dan para akademisi saat ini lebih berfokus pada bagaimana suatu perusahaan mengelola dana yang diinvestasikan dan bagaimana perusahaan berusaha peduli akan lingkungan sekitarnya. Terdapat dua mekanisme yang dapat digunakan perusahaan dalam meningkatkan kepercayaan para pemangku kepentingan, yaitu dengan menunjukkan tata kelola perusahaan yang baik dan dengan seluas mungkin mengungkapkan pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan. Perusahaan dengan tata kelola (corporate
governance) yang baik dan efisien diharapkan dapat meningkatkan
akuntabilitas serta transparansi perusahaan. Disisi lain dengan semakin luasnya perusahaan mengungkapkan aktivitas sosialnya, maka para pemangku kepentingan akan beranggapan bahwa manajer selaku pengelola perusahaan tidak hanya berusaha untuk meningkatkan keuntungan tetapi juga memperhatikan lingkungan sekitarnya. Campbell (2007) juga menyatakan pertanggungjawaban sosial (corporate social responsibility) perusahaan yang dilakukan perusahaan selain sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap pemangku kepentingan yang berbeda-beda, hal tersebut juga menunjukkan bahwa keuntungan (kinerja keuangan) bukan lagi satu-satunya aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Teori pemangku kepentingan, menjelaskan bahwa terdapat
(20)
hubungan positif antara tata kelola dan aktivitas pertanggungjawaban sosial dan lingkungan. Hubungan antara kedua hal tersebut telah menjadi isu penting yang banyak diteliti oleh para peneliti akuntansi seperti Chan, Watson, dan Woodliff (2014). Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki tata kelola yang baik nilai perusahaannya juga meningkat dengan mengungkapkan lebih banyak informasi pertanggungjawaban sosial. Hasil penelitian Spitzeck (2009) juga menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan menuntut manajer untuk tidak hanya memperhatikan kepentingan pemegang saham, namun pemangku kepentingan secara keseluruhan. Masyarakat umum dan komunitas merupakan bagian dari pemangku kepentingan, dan salah satu kepentingan mereka adalah informasi pertanggungjawaban perusahaan pada lingkungan.
Hasil penelitian Jo dan Harjoto (2011) membuktikan bahwa perusahaan yang terlibat dengan aktivitas pertanggungjawaban sosial memiliki nilai perusahaan yang tinggi karena pertanggungjawaban sosial dapat mengurangi konflik perusahaan dengan para stakeholders. Hubungan ini sesuai dengan stakeholder theory-based conflict resolution
explanation yang menjelaskan bahwa aktivitas pertanggungjawaban sosial
perusahaan dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajer dan pemangku kepentingan (non-investor), yang akan berdampak pada nilai perusahaan (Jo dan Harjoto, 2012). Berkurangnya konflik kepentingan mengindikasikan berkurangnya asimetri informasi yang pada akhirnya
(21)
akan berdampak pada semakin rendahnya biaya modal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Penelitian tentang tata kelola dan pengungkapan pertanggungjawaban sosial telah banyak dilakukan baik di negara maju maupun di negara berkembang ( Ghazali, 2007; Li dan Zhang, 2010; Liu dan Sun, 2010; Wan Ahamed, Almsafir, dan Al-Smadi, 2014, Ainy, 2015). Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya (Jo dan Harjoto, 2012; Ainy, 2015). Penelitian Jo dan Harjoto (2012) menguji hubungan tersebut dalam konteks negara maju (US) dan penelitian Ainy (2015) menguji hubungan tersebut dalam konteks Negara berkembang (Indonesia), sedangkan dalam penelitian ini peneliti menguji kembali pola hubungan tata kelola, pertanggungjawaban lingkungan, dan nilai perusahaan di negara berkembang (Indonesia) dengan data terbaru periode 2012-2014. Hal lain seperti pengukuran variabel dan indeks pengungkapan aktivitas pertanggungjawaban lingkungan melalui content analysis berdasar pada GRI G4 guideline mengacu pada penelitian (Ainy, 2015).
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam literature pertanggungjawaban sosial, khususnya dalam aspek lingkungan. Penelitian ini menguji hubungan antara tata kelola perusahaan, pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan, dan nilai perusahaan.
(22)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang diangkat dalam latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan di uji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hubungan antara tata kelola perusahaan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan?
2. Bagaimana hubungan antara tata kelola perusahaan dengan nilai perusahaan?
3. Bagaimana hubungan antara pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dengan nilai perusahaan?
C. Batasan Masalah
Batasan Masalah pada penelitian ini antara lain:
1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel yang mengarah pada perusahaan sensitif industri yaitu perusahaan tambang yang secara konsisten mengeluarkan laporan tahunan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, pada tahun 2012-2014 saja.
2. Nilai perusahaan dalam penelitian ini dihitung dengan proksi
Tobin’s Q.
3. Tata kelola perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan jumlah komite audit.
(23)
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang ada maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan antara tata kelola perusahaan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan.
2. Mengetahui hubungan antara tata kelola perusahaan dengan nilai perusahaan.
3. Mengetahui hubungan antara pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dengan nilai perusahaan.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi, praktisi, perusahaan tercatat, investor, yaitu:
1. Menambah kajian literatur mengenai hubungan tata kelola perusahaan dengan aktivitas pertanggungjawaban sosial perusahaan dan dampaknya bagi perusahaan (nilai perusahaan).
2. Memberikan pemahaman mengenai manfaat dari aktivitas pertanggungjawaban perusahaan.
3. Mendorong perusahaan tercatat untuk lebih meningkatkan kualitas tata kelola yang telah ada, sehingga dapat memberikan kontribusi langsung terhadap pembangunan berkelanjutan melalui pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan.
(24)
4. Memberi informasi kepada investor mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan dan memanfaatkan informasi tersebut untuk menilai perusahaan ketika akan melakukan investasi.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yaitu Bab I pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Gambaran Umum Perusahaan, Bab V Hasil dan Pembahasan, Bab VI Penutup.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian , manfaat penelitian, dan sistem penelitian
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini mendeskripsikan penjelasan mengenai teori-teori, kerangka teori dan pengembangan hipotesis yang digunakan dalam analisis pembahasan penelitian.
(25)
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini mendeskripsikan mengenai jenis penelitian, populasi sasaran, metode pengumpulan data, definisi variabel penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV : GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai populasi sasaran dan deskripsi profil perusahaan yang digunakan dalam penelitian.
BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang pengujian yang dilakukan, dengan dasar teknik analisis data yang telah ditentukan untuk menjelaskan masalah.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan hasil uji dari analisis data, keterbatasan dalam penelitian, dan saran yang diberikan oleh penulis bagi pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini.
(26)
8 BAB II
LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menjelaskan mengenai hubungan dua pihak, prinsipal sebagai pihak pemberi kerja dan agen sebagai pihak yang dipekerjakan. Prinsipal sebagai pemegang saham mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan atas nama mereka kepada agen (manajer) (Jensen dan Meckling, 1976). Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori keagenan berdasar pada tiga asumsi sifat manusia, yaitu (1) manusia pada dasarnya mementingkan diri sendiri (self interest); (2) manusia memiliki kemampuan yang terbatas mengenai persepsi di masa datang; (3) manusia selalu menghindari risiko.
Tujuan utama dari teori keagenan adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat merancang kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir biaya akibat adanya informasi yang tidak simetris. Mencapai tujuan tersebut harus diimbangi dengan pihak agen melakukan pengungkapan informasi agar tidak terjadi asimetri informasi. Tata kelola perusahaan dianggap dapat mengawasi dan mengontrol agar agen tidak melakukan perilaku moral hazard dan melakukan pengungkapan (Rao et.al, 2012). Penurunan tingkat informasi asimetri akan meningkatkan nilai perusahaan.
(27)
B. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)
Aspek yang mendasari teori pemangku kepentingan adalah perlunya perusahaan untuk mengelola hubungan dengan seluruh pihak yang berkepentingan, yaitu kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan (Donaldson dan Preston, 1995). Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan yang diberikan oleh seluruh pemangku kepentingan; tergantung pada bagaimana perusahaan mengelola hubungan dengan pelanggan, karyawan, pemasok, masyarakat, komunitas, pemodal, dan lain-lain (Freeman dan Phillips, 2002).
Menuru Awotundun (2011) dalam Syarty (2015) teori pemangku kepentingan menyatakan bahwa perusahaan melayani tujuan publik yang lebih luas untuk menciptakan nilai bagi masyarakat dan berfokus pada berbagai kelompok atau individu yang secara langsung dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan. Terdapat beberapa alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders, yaitu:
1. Isu lingkungan melibatkan kepentingan berbagai kelompok dalam masyarakat yang dapat mengganggu kualitas hidup;
2. Produk-produk yang diperdagangkan harus bersahabat dengan lingkungan;
3. Para investor dalam menanamkan modalnya cenderung untuk memilih perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan;
(28)
4. LSM dan pencinta lingkungan semakin vokal dalam mengkritik perusahaan-perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan.
C. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi tidak hanya memperhatikan kepentingan investor, tetapi juga secara umum harus memperhatikan kepentingan publik (Deegan dan Rankin, 1997). Teori legitimasi pun menyatakan bahwa perusahaan tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial; perusahaan memiliki kontrak sosial dengan lingkungan di sekitarnya (Holder-webb et.al, 2009). O’Donovan (2002) menjelaskan agar organisasi dapat melanjutkan kegiatan operasinya, mereka harus bertindak sesuai dengan norma sosial yang diterima oleh masyarakat di sekitarnya.
Menurut Deegan et.al (2002), teori legitimasi meyakini suatu
gagasan bahwa terdapat ”kontrak sosial” antara organisasi dengan
lingkungan, dimana organisasi tersebut beroperasi. Hal ini juga sejalan dengan teori legitimasi yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai keadilan dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Tilt, 1994).
(29)
D. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance/ CG)
Tujuan utama pelaksanaan mekanisme tata kelola perusahaan adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lain, berdasarkan aturan yang berlaku (Kaihatu, 2006). Menurut OECD (2004) tata kelola perusahaan merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk mengendalikan dan mengarahkan perusahaan supaya dapat mendistribusikan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dengan perusahaan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder).
Pedoman Nasional GCG menyebutkan asas tata kelola perusahaan yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan. Asas tata kelola perusahaan tersebut yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan (KNKG, 2006).
Menurut OJK (2014) komite audit dapat didefinisikan sebagai komite yang dibentuk dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris untuk membantu Dewan Komisaris dalam memantau dan memastikan efektifitas sistem pengendalian internal dan pelaksanaan tugas auditor internal dan auditor independen/eksternal. Komite audit dituntut untuk bertindak secara independen karena komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara auditor eksternal dan perusahaan dan juga menjembatani antara fungsi
(30)
pengawasan dewan komisaris dengan auditor internal. Komite audit perusahaan minimal terdiri dari tiga orang di mana sekurang-kurangnya satu orang berasal dari anggota komisaris independen dan dua orang lainnya berasal dari luar perusahaan publik.
Keberadaan komite audit meningkatkan mekanisme pengawasan terhadap kualitas informasi keuangan, sehingga dapat mengurangi biaya agensi (Said et.al, 2009). Ho dan Wong (2001) menyimpulkan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan. Dengan demikian, jumlah komite audit yang besar dapat meningkatkan kualitas pengawasan, sehingga pengungkapan CSR semakin luas. Penelitian yang dilakukan Handajani et.al (2009) membuktikan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Dengan demikian, ukuran komite audit yang semakin besar dapat meningkatkan pengawasan terhadap manajemen, sehingga pengungkapan informasi CSR semakin luas.
E. Pertanggungjawaban Lingkungan
Carroll (1999) mendefinisikan pertanggungjawaban sosial perusahaan sebagai aktivitas multidimensi perusahaan yang mencakup perilaku sosial, politik, lingkungan, ekonomi, dan etika. Campbell (2007) mempertimbangkan pertanggungjawaban sosial perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap pemangku kepentingan yang
(31)
berbeda-beda, seperti konsumen, pemasok, pemerintah, karyawan, pemegang saham, maupun komunitas. Tidak jauh berbeda, Malik (2014) mendefinisikan pertanggungjawaban sosial perusahaan sebagai beberapa inisiatif sukarela perusahaan terhadap pemangku kepentingan yang berbeda-beda, seperti konsumen, pemasok, pembuat peraturan (pemerintah), karyawan, pemegang saham, dan komunitas. Dalam definisi-definisi tersebut, tampak bahwa pertanggungjawaban lingkungan merupakan bagian dari pertanggungjawaban sosial perusahaan.
Publik mulai tertarik dengan aktivitas non keuangan perusahaan dan tidak lagi hanya mempertimbangkan kinerja keuangan, sehingga perhatian manajer dan akademisi pada aktivitas pertanggungjawaban sosial dan lingkungan perusahaan meningkat beberapa tahun terakhir (Holder-webb
et.al, 2009). Peningkatan perhatian akan dampak lingkungan juga
diungkapkan oleh Adams dan Frost (2004). Berdasar pada teori legitimasi, perusahaan memiliki kontrak sosial dimana perusahaan harus berperilaku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat sekitarnya agar memperoleh dukungan (legitimasi) dan dapat terus beroperasi. Pertanggungjawaban lingkungan merupakan perwujudan dari kontrak sosial tersebut.
Kriteria penilaian pertanggungjawaban lingkungan menggunakan GRI guidelines karena guidelines inilah yang secara umum dikenal sebagai
guidelines pelaporan aktivitas sosial dan lingkungan perusahaan (Choi,
2003). Di dalam guidelines, terdapat 91 items checklist. Penelitian ini hanya menggunakan 34 items checklist, yaitu items yang masuk dalam kategori
(32)
lingkungan (EN1 – EN34). Indeks pertanggungjawaban lingkungan setiap perusahaan dihitung dengan menjumlahkan keseluruhan nilai yang diperoleh setiap perusahaan.
∑
Keterangan:
EI = Environment Index
Ʃ Xj = Total nilai pertanggungjawaban lingkungan perusahaan j
nj = Total nilai pertanggungjawaban lingkungan berdasarkan
GRI G4
F. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan secara umum didefinisikan sebagai pengukuran ekonomi yang merefleksikan nilai dari keseluruhan bisnis yang dialokasikan kepada pemegang saham dan kreditor (Malik, 2014). Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran pemegang saham sehingga pemegang saham akan menginvestasikan modalnya di perusahaan tersebut. Beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan (Haruman, 2008 dalam Ainy, 2015):
1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif.
2. Nilai pasar, sering disebut kurs, adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham.
(33)
3. Nilai intrinsik, merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan asset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.
4. Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi.
5. Nilai likuidasi, adalah nilai jual seluruh asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa dihitung berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan likuidasi.
Tobin’s Q merupakan ukuran yang tidak hanya memberikan gambaran dari aspek fundamental saja, namun juga menggunakan pendekatan ukuran sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek termasuk penilaian aspek investasi (Ainy, 2015).
Fahmi (2011) mengatakan jika rasio tobin’s Q di atas satu (>1),
menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi. Jika
rasio tobin’s Q di bawah satu (<1), investasi dalam aktiva tidak menarik.
Keterangan:
MVE = harga saham x jumlah saham beredar DEBT = total hutang perusahaan
(34)
TA = total aktiva
G. Hubungan Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan
Suatu mekanisme tata kelola perusahaan yang dilakukan perusahaan baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan termasuk aktivitas pertanggungjawaban yang dilakukan oleh perusahaan. Hal tersebut didukung oleh Kathy Rao dkk. (2012) yang menyatakan bahwa tata kelola yang efektif akan lebih cenderung memberikan informasi (mengungkapkan), baik informasi yang bersifat sukarela (voluntary) maupun yang wajib (mandatory). Selain itu, Bokpin dan Isshaq (2009) juga menyatakan bahwa semakin transparan pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan maka indikasi kualitas tata kelola perusahaan semakin baik pula.
Menurut Herwidayatmo (2000) dalam Ainy (2015) praktik tata kelola di negara berkembang yang lemah, salah satunya disebabkan karena lemahnya praktik pengawasan oleh auditor. Hal ini terbukti dengan diaturnya keberadaan komite audit independen dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan serta persyaratan yang harus dipenuhi ketika perusahaan
go public (Committee, 2000; KNKG, 2006).
Camfferman dan Cooke (2002) dan Haposoro (2012) membuktikan semakin tinggi komposisi komite audit independen dapat mengurangi permasalahan keagenan sehingga dapat meningkatkan kontrol internal
(35)
termasuk mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan pertanggungjawaban lingkungan. Komite audit memiliki peranan penting dalam melakukan review proses dan kontrol internal perusahaan sehingga menghasilkan pelaporan yang berkualitas (Said et.al, 2009).
Ho dan Wong (2001) menyimpulkan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan. Dengan demikian, jumlah komite audit yang besar dapat meningkatkan kualitas pengawasan, sehingga pengungkapan CSR semakin luas. Penelitian yang dilakukan Handajani et.al (2009) membuktikan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Dengan demikian, jumlah komite audit yang semakin banyak dapat meningkatkan pengawasan terhadap manajemen, sehingga pengungkapan informasi CSR semakin luas. Salah satu bagian dari pengungkapan CSR adalah pengungkapan lingkungan.
H. Hubungan Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Nilai perusahaan Teori keagenan menjelaskan konflik kepentingan yang terjadi antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agent) yang dapat menimbulkan asimetri informasi (Jensen dan Meckling, 1976). Teori ini didefinisikan sebagai kontrak dimana satu atau lebih orang (pemegang saham atau pemilik) menunjuk seorang lainnya (agen atau manajemen) untuk melakukan beberapa pekerjaan atas nama pemilik, termasuk pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan. Manajemen
(36)
diharapkan oleh pemilik untuk dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada secara maksimal. Tujuan utama dari teori keagenan adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat merancang kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir biaya akibat adanya informasi yang tidak simetris .
Menurut OECD (2004) tata kelola perusahaan merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk mengendalikan dan mengarahkan perusahaan supaya dapat mendistribusikan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dengan perusahaan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Dalam konteks perusahaan, istilah tata kelola perusahaan disamakan dengan kewajiban manajemen kepada perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban yang dibebankan kepadanya. Pelaksanaan tata kelola perusahaan yang efektif memberikan jaminan bahwa kegiatan bisnis perusahaan tersebut dilaksanakan hanya demi kepentingan perusahaan.
Shleifer dan Vishny (1997) menjelaskan bahwa mekanisme tata kelola merupakan media untuk mengurangi biaya keagenan yang muncul akibat konflik kepentingan antar para pemangku kepentingan. Mekanisme yang dilakukan salah satunya adalah dengan meningkatkan pengawasan yang dilakukan komite audit, dimana semakin banyak jumlah komite audit pengawasan yang dilakukan akan semakin ketat.
Komite audit independen dapat berfungsi sebagai pengawas kinerja agen, pengamat sistem pengendalian internal, dan penguji atas kredibilitas
(37)
informasi akuntansi yang disediakan oleh agen (manajer) (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Keseluruhan fungsi tersebut bertujuan memberikan kualitas audit yang tinggi sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan komite audit tersebut dilakukan untuk mencegah perilaku moral hazard dari manajer, yang nantinya dapat berdampak pada nilai perusahaan. Pengujian informasi akuntansi bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Informasi tersebut adalah salah satu informasi yang dibutuhkan investor untuk mengambil keputusan dalam menanamkan saham dalam perusahaan.
Menurut Widyastuti (2006) dalam Yustina (2015) nilai perusahaan dapat dilihat dari harga sahamnya. Harga saham terbentuk atas permintaan dan penawaran investor, sehingga harga saham tersebut dapat dijadikan gambaran nilai perusahaan. Pada saat kondisi permintaan lebih banyak daripada penawaran maka harga saham cenderung naik, demikian sebaliknya pada saat penawaran lebih besar daripada permintaan maka harga saham cenderung akan turun.
McMullen dan Raghunandan (1996) dalam penelitiannya menyatakan bahwa investor, analis, dan regulator menganggap komite audit berkontribusi dalam meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kualitas pelaporan keuangan. Kualitas pelaporan keuangan yang baik (transparan dan akuntabilitas) yang dihasilkan oleh komite audit akan meningkatkan kepercayaan pemegang saham kepada
(38)
perusahaan, sehingga hal ini menjadi salah satu faktor meningkatnya nilai perusahaan. Hal ini yang mendorong pemegang saham untuk mempertahankan sahamnya, bahkan menambah jumlah saham pada perusahaan tersebut.
I. Hubungan Antara Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan dengan Nilai perusahaan
Teori pemangku kepentingan menjelaskan bahwa pertanggungjawaban lingkungan yang dilakukan perusahaan merupakan usaha perusahaan memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan secara keseluruhan (Freeman dan Phillips, 2002). Dalam teori legitimasi juga menjelaskan bahwa agar perusahaan dapat terus beroperasi, mereka harus memperoleh dukungan dari lingkungan sekitar. Untuk memperoleh dukungan dari lingkungan sekitar, perusahaan harus bertindak sesuai dengan norma yang berlaku sehingga dapat dinilai baik. Holder-webb dkk., (2009) menyatakan bahwa hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kontrak sosial dengan lingkungan sekitar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Freeman dan Phillips (2002) dan Holder-webb et.al (2009) dapat disimpulkan bahwa aktivitas pertanggungjawaban lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan atas kontrak sosial dengan masyarakat lingkungan sekitar dimana perusahaan tersebut beroperasi. Hal tersebut dapat menjadi sinyal positif yang diberikan
(39)
perusahaan kepada masyarakat sehingga akhirnya dapat berdampak pada nilai perusahaan. Salah satu pertimbangan perusahaan melakukan pertanggungjawaban lingkungan atau tidak adalah implikasi aktivitas tersebut bagi perusahaan, apakah manfaat yang diperoleh akan sebanding dengan usaha (biaya) yang dikeluarkan. Dampak pertanggungjawaban sosial dan lingkungan pada nilai perusahaan telah diuji di beberapa penelitian.
Secara umum nilai perusahaan diketahui sebagai pengukuran ekonomi yang mencerminkan nilai bisnis secara keseluruhan yang dialokasikan kepada pemegang saham dan pemegang surat hutang perusahaan (Malik, 2014). Clarkson et.al (2008), Jo dan Harjoto (2011, 2012), Mishra dan Suar (2010), Wan Ahamed et.al (2014) menemukan perusahaan yang melakukan pertanggungjawaban sosial dan lingkungan memiliki nilai perusahaan yang lebih baik. Hal tersebut disebabkan karena pertanggungjawaban lingkungan saat ini menjadi salah satu pusat perhatian bagi pemegang saham untuk pengambilan keputusan terkait saham yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pengungkapan lingkungan, maka semakin tinggi tingkat kepercayaan pemegang saham terhadap keberlangsungan hidup perusahaan. Hal ini yang mendorong pemegang saham untuk mempertahankan sahamnya, bahkan menambah jumlah saham pada perusahaan tersebut. Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga saham, semakin banyak pemegang saham yang tertarik menanamkan
(40)
sahamnya pada perusahaan maka harga saham cenderung naik sehingga menyebabkan meningkatnya nilai perusahaan.
J. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Mengenai Hubungan Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan.
Penelitian Said et.al, (2009) telah membuktikan bahwa komite audit memiliki peranan dalam meningkatkan kualitas tata kelola perusahaan.
Penelitian Ainy (2015) membuktikan bahwa tata kelola perusahaan mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan aktivitas yang bersifat sukarela, yaitu pertanggungjawaban lingkungan.
Penelitian yang dilakukan oleh Camfferman dan Cooke (2002) dan Haposoro (2012) membuktikan adanya hubungan positif antara kualitas audit dan kualitas pengungkapan informasi. Komite audit memiliki peranan penting dalam mereview proses dan kontrol internal perusahaan sehingga menghasilkan pelaporan yang berkualitas (Said dkk., 2009).
Menurut Rao et.al, (2012) menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pelaporan lingkungan dengan proporsi direksi independen.
(41)
Syarty (2015) menjelaskan keberadaan komite audit di Indonesia dapat meningkatkan kualitas pengungkapan salah satunya pengungkapan lingkungan.
2. Penelitian Mengenai Hubungan Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Nilai Perusaahaan.
Sebagian besar penelitian menemukan perusahaan yang melakukan pertanggungjawaban sosial dan lingkungan memiliki kinerja yang lebih baik (Al-Tuwaijri et.al, 2004; Clarkson et.al, 2008; Jo dan Harjoto, 2011, 2012; Mishra dan Suar, 2010; Wan Ahamed
et.al, 2014). Suatu meta-analysis terkait hubungan tersebut telah
dilakukan oleh Moser dan Martin (2012) dan menghasilkan kesimpulan hubungan positif antara pertanggungjawaban sosial dan lingkungan dan kinerja perusahaan.
3. Penelitian Mengenai Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan dengan Nilai Perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Gibson dan Garry (2007) menyimpulkan bahwa semakin banyak perusahaan yang mengungkapkan informasi lingkungan, dan volume relatif dari informasi tersebut dalam laporan keuangan tahunan akan meningkatkan kualitas dan kategori disemua informasi lingkungan
(42)
dalam laporan keuangan tahunan sehingga para investor menerima informasi yang benar.
McMullen dan Raghunandan (1996) menyatakan bahwa investor, analis, dan regulator menganggap komite audit berkontribusi dalam meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kualitas pelaporan keuangan.
Penelitian Jo dan Harjoto (2011) membuktikan bahwa perusahaan yang terlibat dengan aktivitas CSR memiliki nilai perusahaan yang tinggi karena CSR dapat mengurangi konflik perusahaan dengan para stakeholders.
Al-Tuwaijri et.al (2004) menjelaskan bahwa perusahaan yang melakukan pertanggungjawaban lingkungan dan mengungkapkannya secara luas memiliki kinerja yang lebih baik.
Moser dan Martin (2012) menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara pertanggungjawaban sosial dan lingkungan dan nilai perusahaan.
K. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dibawah ini menggambarkan hubungan tata kelola perusahaan, nilai perusahaan, pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan, dimana semua variabel memiliki hubungan.
(43)
Gambar 2.1
Gambaran Kerangka Pemikiran
Pengungkapan Pertanggungjawaban
Lingkungan
Nilai Perusahaan (Q) Tata Kelola
(44)
26 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dengan tujuan untuk membuat prediksi mengenai asosiasi variabel yang diteliti (William). Penelitian asosiatif dalam penelitian ini menggunakan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2014. Data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi tata kelola perusahaan, pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan, dan nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2014.
B. Populasi Sasaran
Populasi sasaran pada penelitian ini menggunakan perusahaan pertambangan yang secara konsisten mengeluarkan laporan tahunan dan terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Alasan pemilihan sampel adalah karena industri tersebut merupakan industri sensitif lingkungan. Kriteria populasi sasaran yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Sampel tercatat sebagai emiten di BEI periode 2012- 2014.
2. Tersedia seluruh variabel yang diperlukan dalam pelaporan perusahaan sampel.
(45)
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang diperoleh dari database BEI dan laporan tahunan. Pengumpulan data sekunder dilaksanakan dengan melakukan studi literatur atau studi kepustakaan dengan mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelaah buku, jurnal, literatur, dan laporan tahunan perusahaan sampel dengan tujuan untuk mendapatkan landasan teoritis dalam melakukan analisis sekaligus merupakan pedoman dalam studi dan penelitian lapangan.
D. Definisi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu, tata kelola perusahaan (jumlah komite audit), pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan, dan nilai perusahaan. Definisi dari ketiga variabel penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tata Kelola Perusahaan (CG)
Menurut OECD (2004) tata kelola perusahaan merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk mengendalikan dan mengarahkan perusahaan supaya dapat mendistribusikan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dengan perusahaan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Tata kelola perusahaan dalam penelitian ini menggunakan proksi jumlah komite audit.
(46)
2. Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan (EI)
Carroll (1999) mendefinisikan pertanggungjawaban sosial perusahaan sebagai aktivitas multidimensi perusahaan yang mencakup perilaku sosial, politik, lingkungan, ekonomi, dan etika.
3. Nilai Perusahaan (Q)
Nilai perusahaan secara umum didefinisikan sebagai pengukuran ekonomi yang merefleksikan nilai dari keseluruhan bisnis yang dialokasikan kepada pemegang saham dan kreditor (Malik, 2014).
E. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang diperoleh dari database BEI dan laporan tahunan perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014. Mengumpulkan data untuk menghitung tata kelola perusahaan dengan menggunakan salah satu alat pengukuran tata kelola perusahaan yaitu jumlah komite audit tiap perusahaan. Kemudian mengumpulkan data untuk menghitung pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan menggunakan analisis laporan
(47)
pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan yang terdapat pada laporan tahunan perusahaan dengan menggunakan 34 item penilaian berdasarkan GRI G4 guidelines. Terakhir,
mengumpulkan data nilai perusahaan dengan mencari data harga samah, jumlah saham beredar, total hutang, dan total aktiva setiap perusahaan yang akan diukur menggunakan rumus Tobin’s Q. 2. Menghitung Tata kelola Perusahaan, Pengungkapan
Pertanggungjawaban Lingkungan, dan Nilai Perusahaan a. Menghitung Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola perusahaan diukur menggunakan proksi jumlah keseluruhan komite audit yang dimiliki perusahaan.
b. Menghitung Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan Pertanggungjawaban lingkungan diukur dengan variabel
dummy (dikotomi), yaitu dilakukan analisis konten mengenai
ada tidaknya informasi pertanggungjawaban lingkungan dalam laporan keuangan berdasar pada GRI G4 guidelines. GRI G4
Guidelines menjabarkan tentang isu-isu aktivitas sosial dan
lingkungan yang harus dilaporkan oleh perusahaan. Guidelines tersedia secara publik di website Global Reporting Initiative (http://www.globalreporting.org). Apabila item informasi dalam guideline tidak diungkapkan dalam laporan keuangan maka diberi skor 0, namun jika item informasi tersebut tersedia dalam laporan keuangan maka diberi skor 1.
(48)
Indeks pertanggungjawaban lingkungan setiap perusahaan dihitung dengan menjumlahkan keseluruhan nilai yang diperoleh setiap perusahaan.
∑
Keterangan:
EI = Environmet Index
Ʃ Xj = Total nilai pertanggungjawaban lingkungan perusahaan j
nj= Total nilai pertanggungjawaban lingkungan berdasarkan
GRI G4
c. Menghitung Nilai Perusahaan
Penelitian ini mengukur nilai perusahaan menggunakan nilai
Tobin’s Q. Pengukuran Tobin’s Q mengikuti penelitian
sebelumnya (Chung dan Pruitt, 1994) yang disesuaikan dengan
kondisi di Indonesia. Tobin’s Q menunjukkan estimasi pasar
keuangan tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi incremental. Nilai rasio Tobin’s Q di atas satu menunjukkan bahwa investasi dalam asset menghasilkan laba yang lebih tinggi dibandingkan besaran pengeluaran investasi tersebut. Sebaliknya, nilai rasio di bawah satu menunjukkan bahwa laba yang dihasilkan tidak lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan untuk berinvestasi. Secara umum dapat
dijelaskan bahwa semakin tinggi nilai Tobin’s Q maka semakin
(49)
Keterangan:
MVE = harga saham x jumlah saham beredar DEBT = total hutang perusahaan
TA = total aktiva
3. Melakukan Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan semua variabel. Tujuan analisis statistik deskriptif adalah untuk menggambarkan karakteristik distribusi data, melalui analisis deskriptif akan diperoleh suatu gambaran yang jelas mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini.
4. Mengklasifikasikan Data
a. Mengklasifikasikan Data Tata Kelola Perusahaan
Ukuran data tata kelola perusahaan berskala nominal, pada pengklasifikasian ini ukuran tata kelola perusahaan yang diukur menggunakan jumlah komite audit diubah menjadi skala ordinal. Klasifikasi data komite audit didasarkan pada peraturan (OJK, 2014) yang menyatakan bahwa komite audit perusahaan minimal terdiri dari tiga orang. Hasil klasifikasi komite audit dikategorikan sebagai berikut : Tidak sesuai ketentuan : < 3
(50)
b. Mengklasifikasikan Data Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan.
Ukuran data pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan berskala rasio, pada pengklasifikasian ini ukuran nilai perusahaan diubah menjadi skala ordinal. Pengklasifikasian data dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 dikategorikan tingkatan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan yaitu sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi.
Klasifikasi data dilakukan dengan membagi angka yang dihasilkan dari histogram, kemudian mengkategorikan sebagai berikut:
0 - ≤ 0,5999 : Sangat rendah > 0,600 - ≤ 0,6999 : Rendah > 0,7000 - ≤ 0,7999 : Tinggi
≥ 0,8000 : Sangat tinggi c. Mengklasifikasikan Data Nilai Perusahaan
Ukuran data nilai perusahaan berskala rasio, pada pengklasifikasian ini ukuran nilai perusahaan diubah menjadi skala ordinal. Fahmi (2011) mengatakan jika rasio tobin’s Q di atas satu, menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi
daripada pengeluaran investasi. Jika rasio tobin’s Q di bawah
(51)
Pengklasifikasian data dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 dikategorikan tingkatan nilai perusahaan yaitu sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Klasifikasi data dilakukan dengan membagi angka yang dihasilkan dari histogram, kemudian mengkategorikan sebagai berikut:
0 –≤ 999,99 : Sangat Rendah >1000,00 –≤ 1999,99 : Rendah
> 2000,00 –≤ 2999,99 : Tinggi
≥ 3000,00 : Sangat Tinggi 5. Melakukan Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs)
Analisis crosstab (tabel silang) adalah sebuah tabel silang yang terdiri atas satu baris atau lebih, dan satu kolom atau lebih. Ciri penggunaan crosstab adalah data input yang berskala nominal atau ordinal (Singgih, 2016).
6. Menarik Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini adalah hasil analisis pada tabel tabulasi silang (crosstabs) antara variabel dengan melihat kekuatan hubungan dan arah hubungan berdasarkan nilai gamma. Koefisien gamma adalah statistic yang membandingkan pasangan konkordansi dan diskordansi yang lebih besar (Cooper and Schindler, 2006).
(52)
Menguji kekuatan hubungan, maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2012):
Tabel 3.1 Kriteria Pengujian Kekuatan Hubungan antara Variabel Nilai Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Lemah 0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat
(53)
35 BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Populasi Sasaran
Penelitian ini menggunakan data sekunder pada perusahaan pertambangan yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2014. Subjek penelitian ini adalah seluruh perusahaan tambang yang terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014. Objek penelitian laporan tahunan yang di unduh pada website BEI tersebut. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan secara konsisten mengeluarkan laporan tahunan pada tahun 2012, 2013, dan 2014. Kriteria populasi sasaran dapa dijelaskan dengan tabel berikut:
Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Populasi Sasaran
Kriteria Populasi Sasaran Jumlah Perusahaan tambang yang terdaftar di BEI selama periode tahun
2010-2014
84
Perusahaan tambang yang tidak menyajikan laporan tahunan secara lengkap pada tahun 2012-2014
(12)
(54)
B. Profil Perusahaan
Tabel di bawah ini merupakan profil perusahaan tambang yang menjadi populasi sasaran pada penelitian ini.
PT. Adaro Energy Tbk
Nama PT. Adaro Energy Tbk
Kode ADRO
Alamat Kantor Jl. H.R. Rasuna Said, Blok X-5, Kav. 1-2, Jakarta 12950, Indonesia Alamat Email corsec@ptadaro.com
No. Telepon +62 21 521 1265
Bidang Usaha Utama Perdagangan, jasa, industri,
pengangkutan batubara, perbengkelan, pertambangan, dan konstruksi.
Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan batubara PT. ATPK Resources Tbk
Nama PT. ATPK Resources Tbk
Kode ATPK
Alamat Kantor Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 18, Kuningan City Jakarta 12940 – Indonesia
Alamat Email atpkres@gmail.com
No. Telepon +62 21 3005 6388
Bidang Usaha Utama pertambangan umum dan pembangunan infrastruktur.
Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan batubara PT. Bayan Resources Tbk
Nama PT. Bayan Resources Tbk
Kode BYAN
Alamat Kantor Office 8 Building, 37th floor, Sudirman CBD Lot 28, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53
(Jl. Senopati Raya 8B), Kebayoran Baru, Jakarta 12190, Indonesia.
Alamat Email corporate.secretary@bayan.com.sg
No. Telepon (6221) 2935 6888
Bidang Usaha Utama Pertambangan open pit, pengolahan dan logistik batubara terpadu.
Sektor Pertambangan
(55)
PT. Bumi Resources Tbk
Nama PT. Bumi Resources Tbk
Kode BUMI
Alamat Kantor Jl. H.R. Rasuna Said, Jakarta 12940, Indonesia
Alamat Email speakup@bumiresources.com
No. Telepon +62 21 5794 2080
Bidang Usaha Utama Minyak, gas bumi, perambangan batu bara, dan mineral
Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan batubara PT. Darma Henwa Tbk
Nama PT. Darma Henwa Tbk
Kode DEWA
Alamat Kantor Bakrie Tower, Lt.8, Rasuna Epicetrum JL. HR. Rasuna Said, Kuningan Jakarta 12940, Indonesia
Alamat Email corporate.secretary@ptdh.co.id
No. Telepon +6221 2991 2350
Bidang Usaha Utama Bidang jasa kontraktor pertambangan umum Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan batubara
Garda Tujuh Buana Tbk
Nama Garda Tujuh Buana Tbk
Kode GTBO
Alamat Kantor Gedung Menara Hijau Lantai 5, Suite 501A Jl. MT Haryono Kav. 33, Pancoran
Jakarta 12770, Indonesia
Alamat Email corporate.secretary@gtb-indonesia.com
No. Telepon (62-21) 794 3947
Bidang Usaha Utama Pertambangan Batubara I Coal Mining Sektor Pertambangan
(56)
PT. Indo Tambangraya Megah Tbk
Nama PT. Indo Tambangraya Megah Tbk
Kode ITMG
Alamat Kantor Pondok Indah Office Tower III, 3rd Floor Jalan Sultan Iskandar Muda Pondok Indah Kav V-TA Jakarta Selatan 12310.
Alamat Email indotambang@banpuindo.co.id
No. Telepon +62 21 29328100 Bidang Usaha Utama Batu bara dan energi Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan batu bara
PT. Perdana Karya Perkasa Tbk
Nama PT. Perdana Karya Perkasa Tbk
Kode PKPK
Alamat Kantor GRAHA PERDANA Jalan Sentosa 56 Samarinda Alamat Email corsec@pkpk-tbk.co.id
No. Telepon +62216333113
Bidang Usaha Utama Kontraktor di bidang migas dan batubara Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan batubara PT. Petrosea Tbk
Nama PT. Petrosea Tbk
Kode PTRO
Alamat Kantor Wisma Anugraha Jl.Taman Kemang Raya No.32 B Jakarta 12730
Alamat Email listing@petrosea.com
No. Telepon 021 - 718 3255
Bidang Usaha Utama Pertambangan, infrastruktur, minyak dan gas bumi Sektor Pertambangan
(57)
PT. Resource Alam Indonesia Tbk
Nama PT. Resource Alam Indonesia Tbk
Kode KKGI
Alamat Kantor Gedung Bumi Raya Jl. Pembangunan I No. 3
Jakarta Pusat 10130 – Indonesia Alamat Email investor.relation@raintbk.com
No. Telepon (+62 21) 633 3036
Bidang Usaha Utama Pertambangan dan perdagangan batubara Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan batubara PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
Nama PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
Kode PTBA
Alamat Kantor Jl. Parigi No. 1 Tanjung Enim 31716 Sumatera Selatan, Indonesia
Alamat Email corsec@bukitasam.co.id
No. Telepon 62-734-451096
Bidang Usaha Utama Perdagangan batubara dan penambangan batubara Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan batubara PT. Apexindo Pratama Duta Tbk
Nama PT. Apexindo Pratama Duta Tbk
Kode APEX
Alamat Kantor Gedung Office 8, Lt. 20 dan 21,
SCBD Lot 28, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52- 53 Jakarta.
Alamat Email info@apexindo.com
No. Telepon (62-21) 29333000
Bidang Usaha Utama Pengeboran lepas pantai dan pengeboran darat untuk industri minyak, gas, panas bumi dan coal bed methane
Sektor Pertambangan
(58)
PT. Elnusa Tbk
Nama PT. Elnusa Tbk
Kode ELSA
Alamat Kantor Graha Elnusa Lt. 16, Jl. T.B. Simatupang Kav. 1B, Jakarta Selatan.
Alamat Email corporate[at]elnusa.co.id No. Telepon 62-21 7883 0850
Bidang Usaha Utama Jasa Energi Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan Minyak & Gas Bumi
PT. Energi Mega Persada Tbk
Nama PT. Energi Mega Persada Tbk
Kode ENRG
Alamat Kantor Bakrie Tower 22nd – 32nd Floor Komplek Rasuna Epicentrum Jl. HR. Rasuna said
Jakarta Selatan 12960 Alamat Email info@energi-mp.com
No. Telepon +62 21 2994 1500
Bidang Usaha Utama mengeksplorasi dan memproduksi minyak dan gas Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan Minyak & Gas Bumi PT. Medco Energi Internasional Tbk
Nama PT. Medco Energi Internasional Tbk
Kode MEDC
Alamat Kantor Jl. Jend. Sudirman Jakarta 12190, Indonesia
Alamat Email corporate.secretary@medcoenergi.com
No. Telepon (62-21) 2995 3000
Bidang Usaha Utama Eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi Sektor Pertambangan
(59)
PT. Radiant Utama Interinsco Tbk
Nama PT. Radiant Utama Interinsco Tbk
Kode RUIS
Alamat Kantor Gedung Radiant Group Jl. Kapten Tendean No. 24 Mampang Prapatan
Jakarta 12720 Indonesia
Alamat Email ruinco@radiant-utama.com
No. Telepon +62 (0)21 719 1020
Bidang Usaha Utama Penyediaan jasa layanan energi darat maupun lepas pantai
Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan Minyak & Gas Bumi PT. Ratu Prabu Energi Tbk
Nama PT. Ratu Prabu Energi Tbk
Kode ARTI
Alamat Kantor Gedung Ratu Prabu 1, Lantai 9
Jl. TB. Simatupang, Kav. 20, Cilandak Jakarta Selatan 12560 – Indonesia Alamat Email martini.suarsa@rpenergi.com
No. Telepon + 62-21 7883 6836
Bidang Usaha Utama Produksi dan layanan minyak & gas Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan Minyak & Gas Bumi
PT. Aneka Tambang Tbk
Nama PT. Aneka Tambang Tbk
Kode ANTM
Alamat Kantor Gedung Aneka Tambang
Jl. Letjen. T.B. Simatupang No. 1 Lingkar Selatan, Tanjung Barat Jakarta 12530, Indonesia Alamat Email corsec@antam.com
No. Telepon (62-21) 789-1234
Bidang Usaha Utama Pertambangan, industri, perdagangan,
pengangkutan, dan jasa yang berkaitan dengan pertambangan berbagai jenis bahan galian. Sektor Pertambangan
(60)
PT. Cita Mineral Investindo Tbk
Nama PT. Cita Mineral Investindo Tbk
Kode CITA
Alamat Kantor Ratu Plaza Office Tower,22nd Floor,Jl. Jend. Sudirman No. 9
Jakarta
Alamat Email corsec@citamineral.com
No. Telepon +62-21-725-1344
Bidang Usaha Utama Agribisnis, perdagangan umum, pertambangan, transportasi dan pembangunan industri
Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan Logam &Mineral Lainnya PT. International Nickel Indonesia Tbk
Nama PT. International Nickel Indonesia Tbk
Kode INCO
Alamat Kantor Plaza Bapindo Citibank Tower, 22nd Floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55
Jakarta 12190 Indonesia
Alamat Email ptvi.investorrelations@vale.com
No. Telepon (021) 5249000 Bidang Usaha Utama Nickel mining Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan Logam & Mineral Lainnya
PT. Timah Tbk
Nama PT. Timah Tbk
Kode TINS
Alamat Kantor Jl. Medan Merdeka Timur No 15. Jakarta Pusat - 10110 Indonesia
Alamat Email corsec@pttimah.co.id
No. Telepon (62-21) 2352-8000 Bidang Usaha Utama Eksplorasi timah Sektor Pertambangan
(61)
PT. Central Korporindo Internasional Tbk
Nama PT. Central Korporindo Internasional Tbk
Kode CNKO
Alamat Kantor Wisma Metropolitan I 16th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 29 - 31 Jakarta 12920
Alamat Email wim.andrian@energigroupindonesia.com No. Telepon (62-21) 251 0603
Bidang Usaha Utama Coal mining
Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan Logam & Mineral Lainnya
PT. Citatah Industri Marmer Tbk
Nama PT. Citatah Industri Marmer Tbk
Kode CTTH
Alamat Kantor Jl. Raya Bandung - KM 25,6 Desa Citatah
Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Alamat Email citatah@citatah.co.id
No. Telepon 021 5794 8098
Bidang Usaha Utama Ekstraksi dan pemrosesan marmer Sektor Pertambangan
Sub Sektor Pertambangan Batu-batuan
PT. Mitra Investindo Tbk
Nama PT. Mitra Investindo Tbk
Kode MITI
Alamat Kantor Menara Karya Lantai 7 unit A
Jl. HR Rasuna Said Kav. X-5 No.1-2, Kuningan, Jakarta 12950
Alamat Email corsec@mitra-investindo.com
No. Telepon (62-21) 5794-4438;
Bidang Usaha Utama Pertambangan, perindustrian, pertanian, pembangunan (pemborongan), perdagangan dan jasa
Sektor Pertambangan
(62)
44 BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Data mengenai perusahaan populasi sasaran tambang dapat dilihat pada bagian lampiran I. Data mengenai jumlah komite audit dapat dilihat pada bagian lampiran II. Data cheklis perhitungan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan III. Data mengenai perhitungan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan tahun 2012 dapat dilihat pada lampiran IV. Data mengenai perhitungan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan tahun 2013 dapat dilihat pada bagian lampiran V. Data mengenai perhitungan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan tahun 2013 dapat dilihat pada bagian lampiran VI. Data mengenai perhitungan nilai perusahaan tahun 2012 dapat dilihat pada bagian lampiran VII. Data mengenai perhitungan nilai perusahaan tahun 2013 dapat dilihat pada bagian lampiran VIII. Data mengenai perhitungan nilai perusahaan tahun 2014 dapat dilihat pada bagian lampiran IX. Hasil olah data SPSS dapat dilihat pada bagian lampiran X.
2. Perhitungan Tata Kelola Perusahaan, Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan, dan Nilai Perusahaan.
(63)
a. Perhitungan Tata Kelola Perusahaan
Hasil perhitungan tata kelola perusahaan yang diproksikan dengan jumlah komite audit dapat dilihat pada tabel 5.1: Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Jumlah Komite Audit
KODE EMITEN
JUMLAH KOMITE AUDIT
2012 2013 2014
ADRO 3 3 3
ATPK 3 3 3
BYAN 3 3 3
BUMI 3 3 3
DEWA 3 3 3
GTBO 3 3 3
ITMG 3 3 3
PKPK 3 3 3
PTRO 3 3 3
KKGI 3 3 3
PTBA 3 4 4
APEX 3 3 3
ELSA 5 4 4
ENRG 3 3 3
MEDC 5 3 3
RUIS 3 3 3
ARTI 2 3 2
ANTM 6 3 6
CITA 3 3 3
INCO 4 3 5
TINS 4 4 4
CNKO 3 3 3
CTTH 3 3 3
MITI 3 3 3
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
b. Perhitungan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan Pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dihitung dengan menggunakan rumus:
(64)
∑
EI = Environment Index
Ʃ Xj = Total nilai pertanggungjawaban lingkungan perusahaan j
nj = Total nilai pertanggungjawaban lingkungan berdasarkan
GRI G4
Hasil perhitungan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan (EI)
KODE EMITEN
Indeks EI
2012 2013 2014
ADRO 0,59 0,62 0,65
ATPK 0,56 0,59 0,62
BYAN 0,56 0,59 0,62
BUMI 0,53 0,59 0,59
DEWA 0,56 0,59 0,62
GTBO 0,65 0,68 0,68
ITMG 0,82 0,85 0,88
PKPK 0,59 0,62 0,65
PTRO 0,56 0,59 0,62
KKGI 0,82 0,85 0,88
PTBA 0,79 0,82 0,85
APEX 0,59 0,62 0,62
ELSA 0,62 0,65 0,68
ENRG 0,56 0,59 0,59
MEDC 0,82 0,85 0,88
(65)
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan (EI) (Lanjutan)
KODE EMITEN
Indeks EI
2012 2013 2014
ANTM 0,50 0,53 0,56
CITA 0,56 0,59 0,62
INCO 0,59 0,62 0,65
TINS 0,59 0,62 0,65
CNKO 0,56 0,59 0,62
CTTH 0,59 0,62 0,65
MITI 0,56 0,56 0,62
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 c. Perhitungan Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dihitung dengan menggunakan rumus:
MVE = harga saham x jumlah saham beredar DEBT = total hutang perusahaan
TA = total aktiva
Tabel berikut ini merupakan hasil perhitungan nilai perusahaan:
(66)
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Nilai Perusahaan KODE
EMITEN
Nilai Perusahaan
2012 2013 2014
ADRO 783,36 425,09 417,43 ATPK 754,21 1.044,51 670,71 BYAN 1.520,39 1.483,59 1.534,70 BUMI 173,29 74,01 21,82 DEWA 257,50 245,37 246,02 GTBO 6,20 3.504,52 900,73 ITMG 3.256,08 1.898,08 1.068,51
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Nilai Perusahaan (Lanjutan) KODE
EMITEN
Nilai Perusahaan
2012 2013 2014
PTRO 26,63 186,83 160,97 KKGI 2.466,02 1.585,64 811,65 PTBA 2.733,65 2.013,01 1.944,89 APEX 733,74 703,86 907,35 ELSA 22,67 551,86 1.177,93 ENRG 124,22 111,13 162,75 MEDC 212,19 227,32 3.754,70 RUIS 128,41 116,48 132,93 ARTI 1.102,12 180,33 89,74 ANTM 619,84 475,92 387,54 CITA 539,79 348,81 1.136,02 INCO 1.019,24 947,26 1.240,68 TINS 1.270,67 1.021,89 635,20 CNKO 273,76 242,91 119,84 CTTH 1.434,42 241,69 226,07 MITI 0,44 1.226,36 1.309,38 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
3. Analisis Statistik Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program IBM SPSS Statistics 23. Hasil pengujian statistik desktiptif tata kelola
(67)
perusahaan, pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan, dan nilai perusahaan dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Analisis Statistik Deskriptif Tata Kelola Perusahaan
Tabel berikut ini merupakan hasil pengujian statistik deskriptif variabel tata kelola perusahaan yang diukur berdasarkan jumlah komite audit.
Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Jumlah Komite Audit Jumlah Komite Audit
N Valid 72
Missing 0
Range 4
Minimum 2
Maximum 6
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.4, terdapat 72 data valid dan tidak ada data missing. Data missing 0 menjelaskan tidak ada nilai atau data yang terlewat (hilang). Range adalah perbedaan jarak antara nilai maksimum dan minimum sebesar 4 menunjukkan bahwa data jumlah komite audit memiliki sebaran data yang kecil.
Jumlah minimum komite audit pada populasi sasaran perusahaan tambang sebanyak 2 anggota artinya memiliki kualitas audit rendah. Perusahaan yang memiliki jumlah komite audit tersebut adalah perusahaan PT. Ratu Prabu Energi Tbk pada tahun 2012 dan 2014. Berdasarkan data yang digunakan pada penelitian ini, perkembangan jumlah komite audit pada
(68)
tahun 2012-2014 mengalami tren fluktuatif. Hal tersebut ditandai dengan jumlah komite audit pada tahun 2012 sebanyak 2 anggota, pada tahun 2013 sebanyak 3 anggota, dan pada tahun 2014 jumlah komite audit 2 anggota.
Jumlah maksimum komite audit pada populasi sasaran perusahaan tambang sebanyak 6 anggota artinya memiliki kualitas audit tinggi. Perusahaan yang memiliki jumlah komite audit tersebut adalah perusahaan PT. Aneka Tambang Tbk pada tahun 2012 dan 2014. Berdasarkan data yang digunakan pada penelitian ini, perkembangan jumlah komite audit pada tahun 2012-2014 mengalami tren yang fluktuatif. Hal tersebut ditandai dengan jumlah komite audit pada tahun 2012 sebanyak 6 anggota, yang mengalami penurunan pada tahun 2013 sebanyak 3 anggota, dan pada tahun 2014 jumlah komite audit mengalami kenaikan sebanyak 6 anggota.
Secara visual, jumlah komite audit dapat dijelaskan dengan gambar histogram 5.1 berikut:
(1)
LAMPIRAN VII
PERHITUNGAN NILAI PERUSAHAAN TAHUN 2012
KODEEMITEN
HARGA SAHAM (dalam rupiah)
(1)
JUMLAH SAHAM BEREDAR (dalam lembar)
(2)
TOTAL HUTANG (dalam rupiah)
(3)
Total Aktiva (dalam rupiah)
(4)
MVE (dalam Rupiah)
(5) = (1) x (2)
Tobin's Q (6) = (5+3)/4
ADRO 1590 31.985.962.000 35.892.437.016,00 64.968.421.248,00 50.857.679.580.000 783,36
ATPK 124 914.324.669 107.005.545,00 150.829.602,00 113.650.556.357 754,21
BYAN 8450 3.333.333.500 11.663.325.927,62 18.533.591.223,50 28.166.668.075.000 1.520,39
BUMI 590 20.773.400.000 67.324.256.463,68 71.116.344.091,69 12.256.306.000.000 173,29
DEWA 50 21.853.733.792 1.604.286.110,08 4.249.730.986,00 1.092.686.689.600 257,50
GTBO 3900 2.500.000.000 362.978.464.733 1.632.430.639.456 9.750.000.000.000 6,20
ITMG 41550 1.129.925.000 4.726.763.690,00 14.420.136.080,00 46.948.383.750.000 3.256,08
PKPK 225 600.000.000 221.555.145,00 396.277.483,00 135.000.000.000 341,23
PTRO 1320 100.860.500 3.311.853.292,00 5.123.134.882,00 133.135.860.000 26,63
KKGI 2475 1.000.000.000 294.960.789,89 1.003.760.582,36 2.475.000.000.000 2.466,02
PTBA 15100 2.304.131.850 4.223.812.000,00 12.728.981.000,00 34.792.390.935.000 2.733,65
APEX 2550 2.659.850.000 6.217.952.078,00 9.252.416.758,00 6.782.617.500.000 733,74
ELSA 173 7.298.500.000 2.928.005.600 55.829.241.000 1.262.640.500.000 22,67
ENRG 82 40.584.112.157 17.960.605.000 26.936.000.000 3.327.897.196.874 124,22
MEDC 1630 3.332.451.450 17.528.001.738,73 25.681.979.607,68 5.431.895.863.500 212,19
RUIS 195 770.000.000 938.642.311,17 1.176.578.647,72 150.150.000.000 128,41
ARTI 260 1.568.000.000 90.225.144,72 369.987.337,02 407.680.000.000 1.102,12
ANTM 1280 9.538.459.750 6.876.224.890,00 19.708.540.946,00 12.209.228.480.000 619,84
CITA 315 3.370.734.900 833.926.770,93 1.968.579.105,39 1.061.781.493.500 539,79
INCO 2350 9.936.338.720 6.007.587.012,00 22.915.511.760,00 23.350.395.992.000 1.019,24
TINS 1.540 5.033.020.000 1.542.807.000,00 6.101.007.000,00 7.750.850.800.000 1.270,67
CNKO 105 800.000.000 584.858.811.000 1.503.500.075.000 84.000.000.000 0,44
CTTH 58 1.230.839.821 182.686.741,40 261.438.526,21 71.388.709.618 273,76
(2)
LAMPIRAN VIII
PERHITUNGAN NILAI PERUSAHAAN TAHUN 2013
KODEEMITEN
HARGA SAHAM (dalam rupiah)
(1)
JUMLAH SAHAM BEREDAR (dalam lembar)
(2)
TOTAL HUTANG (dalam rupiah)
(3)
TOTAL Aktiva (dalam rupiah)
(4)
Mve (5) = (1x2)
Tobin's Q (6) = (5+3)/4 ADRO 1.090 31.985.962.000 43.155.470.880,00 82.118.532.465,00 34.864.698.580.000 425,09
ATPK 270 5.760.245.414 368.122.514,00 1.489.339.945,00 1.555.266.261.780 1.044,51
BYAN 8.500 3.333.333.500 13.621.176.408,83 19.106.990.062,34 28.333.334.750.000 1.483,59
BUMI 300 20.773.400.000 89.107.250.991,75 85.412.659.462,43 6.232.020.000.000 74,01
DEWA 50 21.853.733.792 1.751.812.859,75 4.460.419.163,66 1.092.686.689.600 245,37
GTBO 1.550 2.500.000.000 190.918.400,00 1.105.767.862,50 3.875.000.000.000 3.504,52
ITMG 28.500 1.129.925.000 5.220.365.865,00 16.968.794.460,00 32.202.862.500.000 1.898,08
PKPK 86 600.000.000 186.390.421,00 361.548.802,00 51.600.000.000 143,23
PTRO 1.150 1.008.605.000 380.069.370,00 6.210.206.190,00 1.159.895.750.000 186,83
KKGI 2.050 1.000.000.000 399.031.244,24 1.293.102.999,68 2.050.000.000.000 1.585,64
PTBA 10.200 2.304.131.850 4.125.586.000,00 11.677.155.000,00 23.502.144.870.000 2.013,01
APEX 2.550 2.659.850.000 6.199.809.098,85 9.645.159.084,03 6.782.617.500.000 703,86
ELSA 330 7.298.500.000 3.646.047.000,00 4.370.964.000,00 2.408.505.000.000 551,86
ENRG 70 44.642.530.693 17.447.363.317,31 28.275.907.896,63 3.124.977.148.510 111,13
MEDC 2.100 3.332.451.450 19.937.886.655,73 30.873.831.136,65 6.998.148.045.000 227,32
RUIS 192 770.000.000 1.016.044.813,48 1.277.942.893,25 147.840.000.000 116,48
ARTI 181 1.568.000.000 649.516.279,44 1.577.432.306,84 283.808.000.000 180,33
ANTM 1.090 9.538.459.750 9.071.629.859,00 21.865.117.391,00 10.396.921.127.500 475,92
CITA 390 3.370.734.900 1.675.330.425,08 3.773.605.646,33 1.314.586.611.000 348,81
INCO 2.650 9.936.338.720 6.909.371.217,00 27.804.559.491,00 26.331.297.608.000 947,26 TINS 1.600 5.033.020.000 2.991.184.000,00 7.883.294.000,00 8.052.832.000.000 1.021,89
CNKO 315 4.246.550.572 2.259.270.713,00 5.516.122.336,00 1.337.663.430.180 242,91
CTTH 64 1.230.839.821 247.724.204,36 326.960.068,95 78.773.748.544 241,69
(3)
LAMPIRAN IX
PERHITUNGAN NILAI PERUSAHAAN TAHUN 2014
KODEEMITEN
HARGA SAHAM (dalam Rupiah)
(1)
JUMLAH SAHAM BEREDAR (dalam lembar)
(2)
TOTAL HUTANG (dalam Rupiah)
(3)
TOTAL Aktiva (dalam Rupiah)
(4)
Mve (5) = (1) x (2)
TOBIN'S Q (6) = (5+3)/4
ADRO 1040 31.985.962.000 39.254.420.000,00 79.785.781.120,00 33.265.400.480.000 417,43
ATPK 209 5.760.245.414 621.707.633,00 1.795.865.062,00 1.203.891.291.526 670,71
BYAN 6650 3.333.333.500 11.272.185.906,36 14.451.004.546,16 22.166.667.775.000 1.534,70
BUMI 80 20.773.400.000 89.298.425.057,22 80.249.029.492,71 1.661.872.000.000 21,82
DEWA 50 21.853.733.792 1.668.155.850,00 4.448.237.587,50 1.092.686.689.600 246,02
GTBO 363 2.500.000.000 154.582.923,20 1.007.692.285,32 907.500.000.000 900,73
ITMG 15375 1.129.925.000 5.084.526.560,00 16.263.409.120,00 17.372.596.875.000 1.068,51
PKPK 88 600.000.000 156.521.131,00 303.255.720,00 52.800.000.000 174,63
PTRO 925 1.008.605.000 3.418.993.485,00 5.817.182.884,00 932.959.625.000 160,97
KKGI 1005 1.000.000.000 340.536.155,16 1.238.634.516,04 1.005.000.000.000 811,65
PTBA 12500 2.304.131.850 6.141.181.000,00 14.812.023.000,00 28.801.648.125.000 1.944,89
APEX 3300 2.659.850.000 9.352.293.450,32 9.684.086.549,56 8.777.505.000.000 907,35
ELSA 685 7.298.500.000 1.662.708.000,00 4.245.704.000,00 4.999.472.500.000 1.177,93
ENRG 100 44.642.530.693 16.211.381.425,00 27.530.279.337,50 4.464.253.069.300 162,75
MEDC 3800 3.332.451.450 22.276.601.512,50 3.378.585.987,50 12.663.315.510.000 3.754,70
RUIS 217 770.000.000 953.560.118,39 1.264.142.659,64 167.090.000.000 132,93
ARTI 101 1.568.000.000 806.258.485,96 1.773.670.967,65 158.368.000.000 89,74
ANTM 894,58 9.538.459.750 10.114.640.953,00 22.044.202.220,00 8.532.915.323.155 387,54
CITA 940 3.370.734.900 1.145.347.157,15 2.790.120.638,84 3.168.490.806.000 1.136,02
INCO 3625 9.936.338.720 6.827.532.280,00 29.037.323.600,00 36.019.227.860.000 1.240,68
TINS 1230 5.033.020.000 4.144.235.000,00 9.752.477.000,00 6.190.614.600.000 635,20
CNKO 155 4.246.550.572 2.381.948.625,00 5.512.452.937,00 658.215.338.660 119,84
CTTH 67 1.230.839.821 285.803.117,17 366.053.299,90 82.466.268.007 226,07
(4)
LAMPIRAN X
HASIL OLAH DATA SPSS
Tabel 1. Tabulasi Silang Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Pengungkapan
Pertanggungjawaban Lingkungan
Pengungkapan Lingkungan * Jumlah Komite Audit Crosstabulation
Count
Jumlah Komite Audit
Total
Tidak sesuai
ketentuan
Sesuai ketentuan
Pengungkapan
Lingkungan
sangat rendah
0
29
29
Rendah
0
28
28
Tinggi
2
2
4
sangat tinggi
0
11
11
Total
2
70
72
Tabel 2. Koefisien Hubungan Tata Kelola Perusahaan dengan Pengungkapan
Pertanggungjawaban Lingkungan
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Error
aApprox.
T
bApprox.
Sig.
Ordinal by Ordinal Gamma
-,676
,089
-1,449
,147
N of Valid Cases
72
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
(5)
LAMPIRAN X
HASIL OLAH DATA SPSS (Lanjutan)
Tabel 3. Tabulasi Silang Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Nilai Perusahaan
Nilai Perusahaan * Jumlah Komite Audit Crosstabulation
klasifikasi CG
Total
Tidak sesuai
ketentuan
Sesuai
ketentuan
Nilai Perusahaan
Sangat
Rendah
1
47
48
Rendah
1
17
18
Tinggi
0
3
3
Sangat
Tinggi
0
3
3
Total
2
70
72
Tabel 4. Koefisien Hubungan Tata Kelola Perusahaan dengan Nilai Perusahaan
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Error
aApprox.
T
bApprox.
Sig.
Ordinal by Ordinal Gamma
-,237
,0544
-,377
,706
N of Valid Cases
72
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
(6)