Analisis kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia, pengalaman, dan status sosial ekonomi: studi empiris pada guru sma di Daerah Istimewa Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

Agustina Susanti

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia, (2) perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja, (3) perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi.

Populasi penelitian ini adalah guru-guru SMA se Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan sampelnya sebanyak 359 guru yang diambil secara proportionate stratified random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang berisi angket pertanyaan tertutup. Teknik analisis datanya dengan menggunakanChi-Squaredengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia, (Chi-Square hitung = 7,721 lebih kecil daripada Chi-Square tabel = 12,6). (2) tidak terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja, (Chi-Square hitung = 9,22 lebih kecil daripada Chi-Square tabel = 12,6). (3) tidak terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi (Chi-Square hitung = 4,676 lebih kecil daripada Chi-Squaretabel= 9,49).


(2)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF TEACHERS’ PERSONALITY COMPETENCY PERCEIVED FROM THE AGE, WORKING EXPERIENCE, AND

SOCIO-ECONOMICAL STATUS

Agustina Susanti

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2008

This research purposes to know: (1) the difference of teachers’ personality competency perceived from the age, (2) the difference of teachers’ personality competency perceived from the working experience, (3) the difference of teachers’ personality competency perceived from the socio-economical status.

The population of this research are Senior High School teachers in Yogyakarta Special Region. There were 359 samples of the theachers taken by proportionate stratified random sampling. The data gathering method was questionnaire that contains closed questions. The data analysis method was Chi-Squarewith 5% significance.

The result of the research shows that (1) there are no difference in personality competency of the teachers perceived from the age ( Chi-Square count = 7,721 is

smaller than Chi-Squaretable = 12,6), (2) there are no difference in personality

competency of the teachers perceived from the working experience ( Chi-Square count

= 9,22 is smaller than Chi-Squaretable= 12,6), (3) there are no difference in

personality competency of the teachers perceived from the socio-economical status ( Chi-Square count = 4,676 is smaller than Chi-Squaretable= 9,49).


(3)

ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

Studi Empiris pada Guru SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Agustina Susanti

041334065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkann karyaku ini untuk:

Bapa di Surga tempat aku berlindung dan memohon

Kedua orang tuaku Mikael Suprapto dan Margaretha Indarwati

Kakakku Emilintiana Retnoningtyas


(7)

Motto

Untuk segala sesuatu ada masanya,

Untuk apapun di bawah langit ada waktunya;

Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal,

Ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang

ditanam;

Ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan;

Ada waktu untuk merrombak, ada waktu membangun;

Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa;

Ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari;

Ada watu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu;

Ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari

memeluk;

Ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi;

Ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;

Ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit;

Ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;

Ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci;

Ada waktu untuk perang, ada waktu untuk perang; ada waktu

untuk damai...

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan ia

memberikan kekekalan dalam hati mereka.


(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 November 2008 Penulis


(9)

(10)

Kata Pengantar

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: ” Analisis Kompetensi Guru Ditinjau dari Usia, Pengalaman Kerja, dan Status Sosial Ekonomi”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memeperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan, dorongan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu di kesempatan ini sudah selayaknyabagi penulis untuk menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta beserta stafnya, yang telah memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan selama penulis mengikuti pendidikan.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Bapak L. Saptono, S. Pd., M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

5. Bapak Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk


(11)

memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Orang tuaku tercinta Bapak Mikael Suprapto dan Ibu Margaretha Indarwati, kakakku Emilintiana Retnoningtyas dan Agus Hariyanto, adikku Riki Hakrisnowo, dan ponakanku Bimandaru yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Leonardus Bayu Ari Primantoro terima kasih untuk segala doa dan

dukungannya.

8. Alfonsa Ika Andriani dan Putri Kurnia Jati terima kasih untuk kerja samanya, akhirnya kita berhasil...he3x...

9. Terima kasih untuk Agung dan Mas Regar serta semua pihak yang telah membantu dalam penelitian.

10. Teman-teman mitra perpustakaan Mrican terima kasih selalu memberiku semangat dan hiburan.

11. Teman-teman kos Trembuku 1, jangan malas semangat....cayoo...!!!

12. Teman-teman PAK’04, buruan nyusul ya jangan males, semangat...!!!!! 13. Teman-temanku serta pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Yogyakarta, November 2008 Penulis


(12)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

Agustina Susanti

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia, (2) perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja, (3) perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi.

Populasi penelitian ini adalah guru-guru SMA se Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan sampelnya sebanyak 359 guru yang diambil secara proportionate stratified random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang berisi angket pertanyaan tertutup. Teknik analisis datanya dengan menggunakanChi-Squaredengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia, (Chi-Square hitung = 7,721 lebih kecil daripada Chi-Square tabel = 12,6). (2) tidak terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja, (Chi-Square hitung = 9,22 lebih kecil daripada Chi-Square tabel = 12,6). (3) tidak terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi (Chi-Square hitung = 4,676 lebih kecil daripada Chi-Squaretabel= 9,49).


(13)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF TEACHERS’ PERSONALITY COMPETENCY PERCEIVED FROM THE AGE, WORKING EXPERIENCE, AND

SOCIO-ECONOMICAL STATUS

Agustina Susanti

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2008

This research purposes to know: (1) the difference of teachers’ personality competency perceived from the age, (2) the difference of teachers’ personality competency perceived from the working experience, (3) the difference of teachers’ personality competency perceived from the socio-economical status.

The population of this research are Senior High School teachers in Yogyakarta Special Region. There were 359 samples of the theachers taken by proportionate stratified random sampling. The data gathering method was questionnaire that contains closed questions. The data analysis method was Chi-Squarewith 5% significance.

The result of the research shows that (1) there are no difference in personality competency of the teachers perceived from the age ( Chi-Square count = 7,721 is

smaller than Chi-Squaretable = 12,6), (2) there are no difference in personality

competency of the teachers perceived from the working experience ( Chi-Square count

= 9,22 is smaller than Chi-Squaretable= 12,6), (3) there are no difference in

personality competency of the teachers perceived from the socio-economical status ( Chi-Square count = 4,676 is smaller than Chi-Squaretable= 9,49).


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iii

MOTTO... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

KATA PENGANTAR... .... vi

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Landasan Teori... 7

B. Kerangka Berpikir... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 23


(15)

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 24

E. Operasionalisasi Varisbel... 26

F. Teknik Pengumpulan Data... 37

G. Teknik Pengujian Instrumen... 38

H. Teknik Analisis Data... 40

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 47

B. Analisis Data... 51

C. Pembahasan... 60

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan... 68

B. Saran... 68

C. Keterbatasan... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kompetensi Kepribadian... 9

Tabel 3.1. Jumlah sampel... 26

Tabel 3.2. Variabel kompetensi kepribadian... 27

Tabel 3.3. Variabel usia... 28

Tabel 3.4. Variabel pengalaman kerja... 28

Tabel 3.5. Variabel status sosial ekonomi... 29

Tabel 3.6. Kriteria Kompetensi Kepribadian... 29

Tabel 3.7. Penilaian Acuan Normal tipe II... 30

Tabel 3.8. Kriteria Usia... 30

Tabel 3.9. Kriteria masa kerja... 31

Tabel 3.10. Pendapatan keluarga per bulan... 32

Tabel 3.11. Jumlah Anggota Keluarga... 32

Tabel 3.12. Jumlah Tanggungan Keluarga...32

Tabel 3.13. Kriteria Rumah Tinggal...32

Tabel 3.14. Fasilitas Khusus Barang Yang Dimiliki... 33

Tabel 3.15. Sumber Air Yang Digunakan... 33

Tabel 3.16. Jumlah Kamar Mandi... 33

Tabel 3.17. Sawah Yang Dimiliki... 34

Tabel 3.18. Kebun Yang Dimiliki... 34

Tabel 3.19. Pangkat Guru... 34


(17)

Tabel 3.21. Jabatan Dalam Keorganisasian... 35

Tabel 3.22. Keaktifan Dalam Kegiatan Keagamaan... 35

Tabel 3.23. Keaktifan Dalam kegiatan Pertemuan Kemasyarakatan... 36

Tabel 3.24. Pendidikan Terakhir Guru... 36

Tabel 3.25. Penilaian Acuan Norma tipe II... 37

Tabel 3.26. Item-Total Statistics... 38

Tabel 3.27. Hasil pengujian validitas... 39

Tabel 3.28. Reliability Statistics... 40

Tabel 4.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia... 48

Tabel 4.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja... 49

Tabel 4.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Status Sosial Ekonomi... 49

Tabel 4.4. Deskripsi Kompetensi Kepribadian Guru... 50

Tabel 4.5. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 51

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Homogenitas... 52

Tabel 4.7. Kompetensi kepribadian dan usia... 53

Tabel 4.8. Chi-SquareUsia... 54

Tabel 4.9. Kompetensi kepribadian dan pengalaman kerja... 56

Tabel 4.10. Chi-SquarePengalaman Kerja... 56

Tabel 4.11. Kompetensi kepribadian dan status sosial ekonomi... 58


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner... 70

Lampiran 2. Uji validitas dan reliabilitas... 71

Lampiran 3. Uji normalitas dan homogenitas... 72

Lampiran 4. Uji hipotesis... 73

Lampiran 5. Daftar nama-nama sekolah ... 74

Lampiran 6. Surat ijin penelitian... 75


(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan itu. Cara yang dilakukan oleh pemerintah tersebut yang digalakkan pada saat ini adalah program sertifikasi guru dan tunjangan profesi. Program tersebut menjadi prioritas tahun 2008 oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK). Dalam program sertifikasi ini guru diwajibkan untuk menjadi seorang yang profesional dimana untuk menentukan guru yang profesional tersebut adalah dengan uji sertifikasi. Uji sertifikasi ini meliputi proses penyusunan portofolio, penyusunan portofolio tersebut bertujuan agar guru mendapatkan point, jika point sudah mencukupi maka dapat dikatakan bahwa guru tersebut lulus uji sertifikasi dan berhak mendapat tunjangan profesi.

Program pemerintah tersebut tentu sangat bagus dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional, akan tetapi dalam kenyataan yang terjadi untuk kuota program sertifikasi guru tahun 2006/2007 menunjukkan bahwa dari 20.000 guru yang mengikuti uji sertifikasi ternyata hanya 8.839 guru saja yang lulus uji atau separuh lebih peserta tidak lulus uji sertifikasi (kedaulatan Rakyat, 01/09/2007).

Melihat kenyataan di atas tentu kita dapat menilai bagaimana mutu pendidikan nasional sekaligus mutu guru di Indonesia, sehingga wajar jika sebuah pertanyaan guru seperti apa yang bermutu tersebut. Jika kita tengok kembali


(20)

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru yang profesional adalah guru yang mengenal dirinya yaitu bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik dalam belajar. Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 pasal 28 Peraturan Pemerintah tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan dikatakan bahwa guru profesional adalah guru yang memiliki empat jenis kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dari pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Tanpa bermaksud mengabaikan salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, di sini peneliti lebih memfokuskan untuk membahas kompetensi


(21)

kepribadian. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi ini berkaitan dengan idealisme dan kemampuan seorang guru untuk dapat memahami dirinya sendiri dalam kapasitas sebagai pendidik. Setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai karena kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran saja, akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.

Mulyasa (2007, 117) mengatakan bawa pribadi seorang guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan khususnya dalam kegiatan pembelajaran, karena guru berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Tak heran ketika orang tua hendak mendaftarkan anaknya ke suatu sekolah, orang tua cenderung mencari tau terlebih dahulu siapa guru-guru yang akan membimbing anaknya. Berkaitan dengan kepribadian, masyarakat sering melihat berbagai faktor dalam memandang seorang guru misalnya; usia, pengalaman kerja, status sosial ekonomi, jenis kelamin, dll.


(22)

Masyarakat sering menduga bahwa guru yang usianya lebih tua cenderung mempunyai kepribadian yang lebih baik dari pada guru yang berusia lebih muda hal tersebut disebabkan karena di usia tua emosi seseorang cenderung lebih stabil dibandingkan di usia muda yang merupakan masa pencarian jati diri. Begitu juga dengan faktor pengalaman kerja, masyarakat sering menilai bahwa guru yang sudah lama bekerja cenderung lebih berkompeten dari pada guru baru karena dengan semakin lama guru bekerja maka ia sudah mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dalam bekerja termasuk dalam menangani permasalahan-permasalahan siswa. Selain kedua faktor di atas, masyarakat juga sering menduga bahwa guru yang mempunyai latar belakang status sosial ekonomi tinggi di masyarakat, juga mempunyai kompetensi kepribadian yang baik dibandingkan dengan guru yang berasal dari status sosial ekonomi rendah karena seseorang dengan status sosial ekonomi yang tinggi cenderung mempunyai reaksi mental yang lebih baik dalam memandang hidup yaitu dengan adanya bekal kekayaan, ilmu pengetahuan, dan kehormatan dalam diri mereka.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian “Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Ditinjau dari Usia, Pengalaman Kerja, dan Status Sosial Ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Guru yang profesional adalah guru yang mempunyai empat kompetensi yaitu kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, dan kompetensi profesional. Dalam penelitiaan ini, peneliti akan membahas mengenai


(23)

kompetensi kepribadian guru. Analisis kompetensi kepribadian guru tersebut dapat ditinjau dari berbagai faktor, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti membatasi pada faktor usia, pengalaman kerja, dan status sosial ekonomi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia? 2. Apakah ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman

kerja?

3. Apakah ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi?

D. Tujuan Penelitian

Dengan melihat rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia. 2. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari

pengalaman kerja.

3. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi.


(24)

E. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Dinas Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi dinas pendidikan khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru yaitu mengenai kompetensi kepribadian. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Universitas Sanata Dharma untuk membantu memajukan fakultas keguruannya sehingga Universitas Sanata Dharma mampu mencetak calon guru yang profesional. 3. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat bagi penulis sebagai sarana berlatih dalam penelitian maupun dalam penerapan teori-teori dengan kenyataan yang sesungguhnya terjadi di lapangan.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Kompetensi

Undang-Undang guru dan dosen no 14 tahun 2005 pasal 8 menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Mengacu substansi pasal 8 tersebut, jelas bahwa kepemilikan kompetensi itu hukumnya wajib, artinya bagi guru yang tidak mampu memiliki kompetensi akan gugur keguruannya. Pada dasarnya kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang. Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005 pasal 1, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

Menurut Ellis (1984) secara garis besar kompetensi terdiri dari tiga hal sebagai berikut.

a. Standar atau kriteria yang harus dimiliki oleh seorang guru, sehingga ia dapat mengajar dengan memuaskan.

b. Keterampilan yang diperlukan oleh seorang guru.


(26)

Pasal 10 Undang-Undang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005 menyebutkan bahwa kompetensi guru sebagaimana di maksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi para guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dari pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah suatu kompetensi yang mencerminkan kepribadian seseorang terkait dengan profesinya. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah


(27)

kemampuan kepribadian guru yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, dapat menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru menyebutkan bahwa kompetensi kepribadian seorang guru meliputi:

Tabel 2.1 Kompetensi Kepribadian

Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bertindak sesuai dengan norma

agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

- Menghargai peserta didik tanpa membedaan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender. - Bersikap sesuai dengan norma agama yang

dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.

Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

- Berperilaku jujur, tegas, dan manusia. - Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan

dan akhlak mulia.

- Berperilaku yang dapat diteladan oleh masyarakat disekitarnya.

Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

- Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantab dan stabil.

- Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

- Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinngi.

- Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.

- Bekerja mandiri secara profesional. Menjujung tinggi kode etik

profesi guru.

- Memahami kode etik profesi guru. - Menerapkan kode etik profesi guru.

- Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.


(28)

Analisis kompetensi kepribadian guru tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.

Dalam kompetensi ini, seorang guru dituntut untuk bisa menjadi seorang pribadi yang berdasarkan prinsip Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua), yaitu menghargai setiap per(berbeda-bedaan yang ada. b. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan

nasional Indonesia.

1) Bertindak sesuai norma agama

Norma agama disebut juga dengan norma religi atau kepercayaan yang ditujukan kepada kehidupan beriman dan kewajiban manusia kepada Tuhan (Dwi Winarno, 2006). Contoh perilaku yang bertindak sesuai norma agama adalah; percaya kepada Tuhan, menghargai ajaran agama, menerapkan ajaran agama, menghargai peserta didik yang beragama lain.

2) Bertindak sesuai norma hukum

Norma ini dimaksudkan agar guru senantiasa sadar akan ketertiban, ketenangan, dan keteraturan hidup bersama yang dapat diperoleh dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada menuju kepada pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Contoh perilaku yang berdasarkan


(29)

norma hukum adalah, mentaati peraturan perundang-undangan, menunjukkan perilaku disiplin, dll.

3) Bertindak sesuai norma sosial

Norma ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam terhadap sesama, misalnya dengan bertutur kata secara santun, berpenampilan sopan, berperilaku santun, menampilkan saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan tolong-menolong di antara sesama manusia dan anak bangsa.

4) Bertindak sesuai norma kebudayaan nasional Indonesia

Norma ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kembali kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi dengan menggugah, menghargai, mengembangkan budaya lokal dan nasional serta menyiapkan budaya yang dimaksud untuk melakukan adaptasi dan tindakan proaksi sejalan dengan tuntutan globalisasi. Sehingga sasaran utama tugas guru dalam pengembangan kebudayaan nasional itu adalah:

a.) Memelihara dan meningkatkan persatuan dan kesatuan nasional dalam masyarakat Indonesia yang beraneka ragam dalam suku bangsa, agama, dan kepercayaan.

b.) Membina integritas nasional.

c.) Membina masyarakat yang bersifat terbuka dan demokratis (Amirmachmud, 1986).


(30)

c. Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi

Jujur dapat diartikan sebagai kelurusan atau ketulusan hati, jadi seorang guru dituntut utuk selalu berperilaku sesuai dengan ketulusan hati.

d. Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia

Ketakwaan dan akhlak mulia adalah suatu sikap yang didasari kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang disertai dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Oleh sebab itu seorang guru dituntut untuk selalu berperilaku takwa dan berakhlak mulia karena guru dapat berperan sebagai orang kepercayaan atau penasihat yang harus memiliki kepercayaan diri yang istiqomah dan tidak tergoyahkan. Guru yang berakhlak mulia akan menjadi panutan bagi peserta didik dalam menghadapi persoalan-persoalannya. Selain itu untuk menjadi guru juga harus dilandasi oleh niat dan keinginan yang kuat. Jika niat untuk menjadi guru adalah niat untuk beribadah, maka dalam menghadapi permasalahan yang bagaimanapun guru tidak cepat termakan amarah dan tidak dapat dimanfaatkan untuk kepentingan politik praktis seperti demo. Dalam hal ini guru harus meluruskan niatnya bahwa menjadi guru bukan semata-mata untuk kepentingan duniawi, melainkan untuk beribadah yaitu dengan memperbaiki ikhtiar terutama berkaitan dengan kompetensi kepribadiannya dengan tetap bertawakal kepada Allah ( Mulyasa, 2007).


(31)

e. Pribadi yang dapat menjadi teladan

Guru merupakan teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima ataupun menggunakannya secara konstruktif maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungsi ini patut dipahami dan tidak perlu menjadi beban yang memberatkan. Teladan seorang guru misalnya tercermin dalam; sikap dasar, gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap terhadap adanya kesalahan dan pengalaman, cara berpakaian, hubungan kemanusiaan, proses berpikir, dll. Contoh perilaku guru yang dapat diteladani peserta didik adalah; bertutur kata sopan, berperilaku terpuji, disiplin, tepat waktu, dll.

f. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil

Pribadi yang mantap dan stabil dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam menjaga kestabilan emosinya. Kestabilan emosi guru tersebut misalnya kemampuan guru dalam menahan marah (marah yang berlebihan). Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan mengakibatkan minat dan konsentrasi belajar siswa berkurang.

g. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa Dalam kompetensi ini seorang guru dituntut untuk selalu


(32)

yang dewasa, arif, dan berwibawa misalnya menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, disiplin, bekerja secara profesional, dll.

h. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi

Tanggung jawab dapat diartikan sebagai kondisi yang mewajibkan seseorang harus menanggung sesuatu. Contoh guru yang menunjukkan etos kerja dan tanggung yang tinggi adalah bekerja secara profesional, menggunakan waktu mengajar dengan sebaik mungkin, tepat waktu, menyampaikan materi yang benar dan tidak menyesatkan peserta didik. i. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri

Bangga menjadi guru dapat diartikan sebagai sikap mensyukuri pekerjaan sebagai guru misalnya dengan bekerja sebaik mungkin, berusaha menjaga agar tetap menjadi guru yang profesional.

j. Bekerja mandiri secara profesional

Mandiri dapat diartikan sebagai sikap yang tidak tergantung pada yang lain. Seorang guru harus berperilaku secara mandiri. Contoh perilaku guru yang bekerja secara mandiri misalnya;mencari bahan ajar sendiri tanpa tergantung dari pihak sekolah atau pemerintah, bekerja dengan baik meskipun tidak ada penilaian dari kepala sekolah, dll.

k. Memahami kode etik profesi guru

Seorang guru yang memahami kode etik profesi guru berarti guru yang mampu memahami apa yang boleh dan tidak boleh atau pantas dan tidak pantas dilakukan oleh seorang guru. Apa yang pantas dan tidak


(33)

pantas dilakukan oleh guru tersebut tertulis dalam rumusan Kode Etik Guru Indonesia , yang berbunyi:

“Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan tanah air serta kemanusiaan pada umumnya dan guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merasa turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai Guru dengan mempedomani dasar-dasar sebagai berikut:

1) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

2) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.

3) Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindari diri dari segala bentuk penyalahgunaan.

4) Guru menciptakan suasana sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

5) Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

6) Guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.


(34)

7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun didalam hubungan keseluruhan.

8) Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya. 9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang pendidikan.” l. Menerapkan kode etik profesi guru

Guru yang mampu menerapkan kode etik profesi guru adalah guru yang berperilaku dengan mendasarkan diri pada kode etik profesi guru yaitu dengan berperilaku apa yang boleh dan tidak boleh atau yang pantas dan tidak pantas dilakukan oleh guru. Contoh perilaku guru yang dapat menerapkan kode etik profesi adalah; mentaati peraturan sekolah dan pemerintah, disiplin, menyampaikan materi sesuai kurikulum, dll.

m. Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi

Perilaku yang sesuai dengan kode etik guru adalah perilaku yang sesuai atau pantas yang dilakukan oleh seorang guru. Contoh perilaku guru yang sesuai dengan kode etik profesi guru adalah bekerja keras, melaksanakan tugas secara bertanggung jawab, mengembangkan diri secara terus menerus sebagai pendidik.

3. Usia

Menurut Ensiklopedi Nasional usia adalah lamanya hidup semenjak lahir menurut kalender. Usia dapat didefisikan sebagai satuan yang mengukur


(35)

waktu keberadaan suatu benda/ makhluk, baik yang hidup maupun yang mati misalnya umur manusia.

4. Pengalaman Kerja

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan (diperbuat). Pengalaman dapat diartikan sebagai barang apa yang telah dirasai (diketahui, dikerjakan, dst.), sehingga pengalaman kerja adalah suatu kegiatan yang pernah dilakukan seseorang. Pengalaman kerja dalam penelitian ini lebih berkaitan dengan lama bekerja seseorang atau lamanya waktu seseorang bekerja.

5. Status Sosial Ekonomi

Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok. Status sosial ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan ekonomi yang dimiliki seseorang dalam suatu kelompok. Status sosial ekonomi adalah perbandingan peranan dalam masyarakat, status tersebut merupakan pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah manusia (Astrid Susanto, 1977: 99).

Menurut Soerjono Soekamto (1990) status sosial ekonomi adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasi, hak-hak serta kewajibannya. Adapun kriteria-kriteria untuk menggolongkan status sosial ekonomi masyarakat yang satu dengan yang lain, yaitu:


(36)

Ukuran kekayaan dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, harta benda yang dimiliki, serta fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Ukuran Kekuasaan

Barang siapa memiliki kekuasaan atau mempunyai wewenang dalam masyarakat, maka ia menempati lapisan tertinggi dalam masyarakat. 3) Ukuran Kehormatan

Orang yang paling disegani dan paling dihormati dalam masyarakat mendapat tempat teratas statusnya.

4) Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan dipakai pada masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Masyarakat sering menggunakan tingkatan pendidikan sebagai indikator penggolongan status sosial ekonomi, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka ia mempunyai status sosial ekonomi yang tinggi dalam masyarakat.

6. Guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar. Sedangkan menurut Undang-Undang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan


(37)

seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar dalam arti mengubah seluruh dimensi perilaku.

B. Kerangka Berpikir

1. Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Ditinjau dari Usia

Usia merupakan faktor penting dalam kehidupan seseorang karena usia tersebut selain menunjukkan waktu hidup seseorang, juga digunakan sebagai indikator kedewasaan seseorang. Sering dikatakan bahwa orang yang berumur lebih matang lebih baik kepribadiaannya dari pada orang yang usianya lebih muda. Pada usia muda keadaan emosional seseorang cenderung belum stabil hal tersebut dikarenakan usia muda merupakan tahap pencarian jati diri sehingga perkembangan pribadinya belum mantap. Mappiare (1982, 25) mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa ketegangan emosi, banyak di antara dewasa muda mengalami ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti jabatan, perkawinan, keuangan dsb. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu kedewasaan seseorang akan bertumbuh dan diantara dewasa muda ini akan memperoleh ketenangan atau kepuasan. Karena pada usia yang lebih matang, keadaan emosional seseorang sudah lebih stabil yang ditandai dengan kemampuannya mengendalikan emosi, serta kemantapan dalam hal kepercayaan, sikap, dan perilaku religius dikalangan orang dewasa


(38)

tinggi dari pada guru yang berusia lebih muda hal tersebut disebabkan karena di usia yang lebih matang keadaan emosi guru sudah lebih stabil sehingga kemampuan guru dalam mengendalikan emosi, memecahkan masalah, dan sikap dalam menghadapi permasalahan sudah lebih dewasa seiring dengan perkembangan usianya.

Berdasarkan kerangka di atas, maka peneliti menurunkan hipotesis sebagai berikut:

Ha1 = Ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia 2. Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Ditinjau dari Pengalaman

Kerja

Banyak orang meyakini bahwa kinerja masa lalu di pekerjaan yang serupa dapat dijadikan indikator terbaik dari kinerja di masa yang akan datang, selain itu orang sering menganggap pengalaman sebagai indikator yang tepat dari kemampuan dan sikap yang berhubungan dengan pekerjaan. Alasannya adalah semakin lama orang bekerja tentulah ia menggemari pekerjaannya tersebut dan mampu bekerja dengan baik karena lebih kompeten di pekerjaannya ( Henry Simamora, 2003:206).

Mulyasa ( 2007, 122) mengatakan bahwa stabilitas dan kematangan emosi seorang pekerja berkembang sejalan dengan pengalaman selama dia mau memanfaatkan pengalamannya dalam bekerja. Oleh sebab itu berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dalam penelitian ini diduga bahwa guru yang telah lama bekerja mempunyai kompetensi kepribadian lebih


(39)

tinggi dari pada guru baru. Berdasarkan kerangka di atas, maka peneliti menurunkan hipotesis sebagai berikut:

Ha2 = Ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja

3. Analisis kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi

Manusia dilahirkan dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang mempunyai struktur dan tata nilai tertentu. Dengan adanya struktur inilah dalam masyarakat terbentuk suatu status sosial ekonomi. Status sosial ekonomi merupakan kombinasi antara status sosial dengan staus ekonomi, jadi antara status sosial dengan status ekonomi akan terus berkaitan. Ukuran status sosial ekonomi tersebut terlihat dari kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan tingkat pendidikan. Masyarakat sering menggolongkan status sosial ekonomi seseorang kedalam beberapa golongan misalnya status sosial ekonomi tinggi, status sosial ekonomi menengah, dan status sosial ekonomi rendah. Antara status tersebut biasanya terdapat perbedaan yaitu dalam hal penampilan, reaksi mental, dan sikap sosial yang pada akhirnya mempengaruhi kepribadian seorang individu.

Muhamad Nurdin (2004, 167) mengatakan bahwa letak status seorang guru baik itu letak sosialnya dalam masyarakat maupun kondisi ekonominya dapat mempengaruhi guru untuk tampil sebagai seorang yang profesional dalam pekerjaannya karena dengan terpenuhinya kesejahteraan baik


(40)

meningkatkan profesionalismenya sehingga proses belajar mengajar terlaksana dengan baik.

Berdasarkan kerangka di atas, maka peneliti menurunkan hipotesis sebagai berikut:

Ha3 = Ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi.


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif komparatif. Penelitian deskriptif komparatif merupakan suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan membandingkan perbedaan-perbedaan dalam variabel. Jadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan membandingkan kompetensi kepribadian guru di Daerah Istimewa Yogyakarta ditinjau dari usia, pengalaman kerja, dan status sosial ekonomi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian adalah dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2008.

C. Subjek dan objek penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Objek penelitiannya adalah kompetensi kepribadian guru.


(42)

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Maman Rachman, 1993: 57).

Populasi dalam penelitian ini adalah para guru Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut perhitungan Badan Pusat Statistis 2007 jumlah guru sekolah menengah atas di Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 5.618 guru yang terdiri dari kabupaten Sleman sebanyak 1.476 guru, Kulon Progo sebanyak 382 guru, Gunung Kidul sebanyak 783 guru, Bantul sebanyak 1.280 guru, dan kotamadya Yogyakarta sebanyak guru 1697. Sehingga jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 5.618 guru.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti (Sugiono, 1999). Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi tersebut, peneliti menggunakan rumus Slovin (1960), yaitu sebagai berikut:

2 Ne 1

N n

 

Keterangan:


(43)

e = Nilai kritis yang diinginkan

Dalam penelitian ini, ditentukan nilai kritis sebesar 5%.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan sebuah propinsi yang mempunyai 4 kabupaten (yaitu; Bantul, Sleman, Kulon Progo, dan Gunung Kidul) dan 1 kota madya (yaitu Kota Jogja). Oleh sebab itu penarikan sampel dilakukan dengan berdasarkan pada proporsi jumlah guru untuk setiap kabupaten dan kotamadya. Perhitungan jumlah sampel tersebut adalah sebagai berikut:

N = 5.618 guru e = 5 %

n = 2

1e

=

2 05 , 0 618 . 5 1 618 . 5  =

0025 , 0 618 . 5 1 618 . 5  = 045 , 14 1 618 . 5  = 045 . 15 618 . 5

= 373,41dibulatkan menjadi 373

Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 373 guru Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan rincian pengambilan sampel sebagai berikut:


(44)

Tabel 3.1 Jumlah sampel Keterangan Jumlah

sekolah

Jumlah guru

Sleman 8 89

Bantul 9 85

Kulon Progo 6 25

Gunung Kidul 8 49

Kotamadya Yogyakarta

10 125

Jumlah 373

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling, dimana populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Oleh sebab itu dalam penelitian ini jumlah guru yang diambil sebagai sampel dihitung berdasarkan proporsi untuk setiap kabupaten/ kotamadya.

E. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek pengamatan atau faktor yang berperan dalam gejala yang akan diteliti. Sugiono (1999) mengatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.


(45)

a. Variabel kompetensi kepribadian guru

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, dapat menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

b. Variabel usia

Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu seseorang (guru) dalam menjalani hidupnya.

c. Variabel pengalaman Kerja

Pengalaman kerja disini berkaitan dengan masa kerja seorang guru berkaitan dengan kegiatan mengajarnya.

d. Variabel status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi adalah tempat atau posisi guru baik dalam lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah.

2. Indikator Penelitian

a. Variabel kompetensi kepribadian guru Tabel 3.2

Variabel kompetensi kepribadian Kompetensi

kepribadian

Indikator No. Butir

Jumlah Bertindak sesuai

dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia

1.menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.

2.Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan social yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.

1, 3, 9,10


(46)

jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

2. Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia. 3. Berperilaku yang dapat diteladan

oleh peserta didik dan anggota masyarakat disekitarnya.

Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabill

2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

3, 10 2

Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

1. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.

2. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.

3. Bekerja mandiri secara profesional.

4, 5, 6, 7, 8

5

Menjujung tinggi kode etik profesi guru.

1. Memahami kode etik profesi guru. 2. Menerapkan kode etik profesi guru. 3. Berperilaku sesuai dengan kode etik

profesi guru. 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10 6

b. Variabel usia

Tabel 3.3 Variabel usia

Variabel Indikator

Usia - Sangat muda

- Muda - Tua - Lanjut

c. Variabel pengalaman kerja

Tabel 3.4

Variabel pengalaman kerja

Variabel Indikator

Pengalaman Kerja - Baru - Cukup


(47)

d. Variabel status sosial ekonomi

Tabel 3.5

Variabel status sosial ekonomi

Variabel Indikator

Status Sosial Ekonomi - Rendah - Menengah - Tinggi

3. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian seorang guru meliputi kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Untuk mengukur kompetensi kepribadian tersebut digunakan skala Likert.

Tabel 3.6

Kriteria Kompetensi Kepribadian

No Frekuensi Skor

1 2 3

Selalu Kadang-kadang

Tidak pernah

3 2 1

Kompetensi kepribadian tersebut diukur ke dalam tiga kriteria yang kemudian diubah ke dalam lima kriteria untuk memudahkan pembedaan tingkat kompetensi yang dimiliki guru. Penilaian kompetensi kepribadian guru dilakukan dengan Penilaian Acuan Normal Tipe II, yaitu sebagai berikut:


(48)

Tabel 3.7

Penilaian Acuan Norma tipe II

Skor Frekuensi Nilai

> M + 2S Sangat Tinggi 5 M+1S dan M+2S Tinggi 4 M – 1S dan M + 1S Cukup 3 M-2S dan M-1S Rendah 2 < M – 1S Sangat Rendah 1

Rumus Mean (M) dan Standar deviasi sebagai berikut (Masidjo 1995 : 164) : N X

 

 

 1 2 2

N N

Keterangan : X = jumlah skor dari kompetensi kepribadian N = jumlah responden

 = standar deviasi

Dalam hal ini perhitungan mean dan standar deviasi akan dilaksanakan dengan bantuan program SPSS versi 12.

b. Usia

Untuk mengukur variabel usia peneliti menggunakan skala Likert, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.8 kriteria usia

Kriteria Jawaban Skor Keterangan < 20 th

20-39 th 40-59 th >59 1 2 3 4 Sangat muda Muda Tua Lanjut


(49)

c. Pengalaman Kerja

Variabel pengalaman kerja dalam penelitian ini berkaitan dengan masa kerja seorang guru. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert.

Tabel 3.9 Kriteria masa kerja

Kriteria Jawaban Skor Keterangan <5 th

5-14 th 15-24 th >24 th

1 2 3 4

Baru Cukup Lama Sangat lama

d. Status Sosial Ekonomi

Pengukuran status sosial ekonomi dalam penelitian ini berdasarkan pada pendapat Soerjono Soekamto (1990), dimana status sosial ekonomi diukur berdasarkan ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan. Untuk mempermudah pengukurannya maka digunakan rating scale dimana data yang diperoleh berupa angka ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

1) Ukuran Kekayaan

Ukuran kekayaan dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, harta benda yang dimiliki, serta fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah indikator pengukuran kekayaan dalam penelitian ini:


(50)

a) Pendapatan keluarga

Tabel 3.10

Pendapatan keluarga per bulan

No Pendapatan Skor

1. 2. 3. 4.

<Rp 2.000.000

Rp 2.000.000– Rp. 2. 600.000 Rp 2.700.000 – Rp. 3. 400.000 >Rp 3. 400.000

1 2 3 4 b) Jumlah anggota keluarga

Tabel 3.11

Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah Skor

1. 2. 3. 4. 3 orang 4 orang 5 orang

Lebih dari 5 orang

4 3 2 1 c) Jumlah tanggungan keluarga

Tabel 3.12

Jumlah Tanggungan Keluarga No Jumlah tanggungan Skor 1.

2. 3.

1-2 3-4

Lebih dari 4

3 2 1 d) Rumah

Tabel 3.13 Kriteria Rumah Tinggal

No Rumah Skor

1. 2. 3. 4. Rumah sendiri Rumah sewa Rumah dinas

Milik orang tua/sanak saudara 4 3 2 1


(51)

e) Fasilitas khusus barang yang dimiliki Tabel 3.14

Fasilitas Khusus Barang Yang Dimiliki

No Fasilitas Skor

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Mobil Motor Video TV berwarna TV hitam putih Tape recorder Radio Kulkas Mesin cuci Pesawat telepon Telepon genggam Pager Komputer Laptop

Langganan surat kabar Langganan majalah 5 4 2 3 1 1 1 4 4 2 3 1 4 5 3 3 f) Sumber air

Tabel 3.15

Sumber Air Yang Digunakan

No Jenis sumber Skor

1. 2. 3. 4. 5. Sungai/mata air Sumur umum

Sumur timba milik sendiri Sumur pompa PAM 1 2 3 4 5 g) Kamar mandi

Tabel 3.16 Jumlah Kamar Mandi

No Jumlah Skor

1. 2. 3.

1 kamar mandi 2 kamar mandi

Lebih dari 2 kamar mandi

1 2 3


(52)

h) Sawah

Tabel 3.17 Sawah Yang Dimiliki

No Jumlah Skor

1. 2. 3. 4. 5. Tidak mempunyai kurang dari ¼ ha. Antara ¼ ha – ½ ha Lebih dari ½ ha – 1 ha Lebih dari 1 ha

0 1 2 3 4 i) Kebun Tabel 3.18 Kebun Yang Dimiliki

No Jumlah tanggungan Skor 1. 2. 3. 4. 5. Tidak mempunyai Kurang dari ¼ ha. Antara ¼ ha – ½ ha

Lebih dari ½ ha – 1 ha Lebih dari 1 ha

0 1 2 3 4

2) Ukuran Kekuasaan

Seseorang yang memiliki kekuasaan atau mempunyai wewenang dalam masyarakat, maka ia menempati lapisan tertinggi statusnya dalam masyarakat.

a) Pangkat guru

Tabel 3.19 Pangkat Guru

No pangkat Skor

1. 2. 3. 4.

Penata Muda, Penata Muda Tingkat I Penata, Penata Tingkat I

Pembina, Pembina Tingkat I Pembina Utama Muda, Pembina Utama Madya, Pembina Utama

1 2 3 4


(53)

b) Ruang golongan guru

Tabel 3.20 Ruang Golongan Guru

No Golongan Skor

1. 2. 3. 4. III/a, III/b III/c, III/d IV/a, IV/b IV/c, IV/d, IV/e

1 2 3 4 3) Ukuran Kehormatan

Orang yang disegani dan dihormati dalam masyarakat merupakan orang yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi dalam masyarakat.

a) Jabatan dalam keorganisasian

Tabel 3.21

Jabatan Dalam Keorganisasian

No Jabatan Skor

1. 2. 3. 4. 5. Anggota Pengurus seksi Bendahara Sekretaris Ketua 1 2 3 4 5

b) Keaktifan dalam kegiatan keagamaan Tabel 3.22

Keaktifan Dalam Kegiatan Keagamaan

No Keaktifan Skor

1. 2. 3. 4. Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif

Tidak Aktif sama sekali

4 3 2 1


(54)

c) Keaktifan dalam kegiatan pertemuan kemasyarakatan Tabel 3.23

Keaktifan Dalam kegiatan Pertemuan Kemasyarakatan

No Keaktifan Skor

1. 2. 3. 4. Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif

Tidak Aktif sama sekali

4 3 2 1

4) Ukuran Ilmu Pengetahuan

Masyarakat sering menggunakan tingkatan pendidikan sebagai indikator penggolongan status sosial ekonomi, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka ia mempunyai status sosial ekonomi yang tinggi dalam masyarakat. Dalam penelitian ini indikator pendidikan terakhir guru yang berhubungan dengan bidang kerja profesi guru dijadikan kriteria dalam mengukur status sosial ekonomi.

Tabel 3.24

Pendidikan Terakhir Guru

No Pendidikan terakhir Skor 1. 2. 3. 4. Non keguruan < S1 S1 > S1 1 2 3 4

Status sosial ekonomi tersebut diukur ke dalam tiga kriteria dimana cara pengukurannya dilakukan dengan menghitung jumlah skor total dari masing-masing responden kemudian dirata-rata untuk setiap guru ,selanjutnya dinilai dengan Penilaian Acuan Norma tipe II sebagai berikut:


(55)

Tabel 3.25

Penilaian Acuan Norma tipe II

Skor Nilai

> M + S Tinggi M-1S dan M+1S Menengah

<M-1S Rendah

Rumus Mean (M) dan Standar deviasi sebagai berikut (Masidjo 1995 : 164) :

N X

 

 

 1 2 2

N N

Keterangan : X = jumlah skor dari kompetensi kepribadian N = jumlah responden

 = standar deviasi

Dalam hal ini perhitungan mean dan standar deviasi dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 12.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono, 1999:135).

Kuesioner dalam penelitian ini ditujukan bagi guru guna mengumpulkan data dan informasi berkaitan dengan kepribadian yang dimiliki guru tersebut.


(56)

G. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini untuk menguji validitas instrumen penelitian digunakan rumus Product Moment, yaitu sebagai berikut:

)} y ( y N { )} x ( x N { ) y )( x ( xy N r 2 2 2 2 xy            Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan N = Jumlah responden

x = Jumlah kuadrat skor x y = Jumlah skor x

x2= Jumlah kuadrat skor y y2 = Jumlah kuadrat skor y

Untuk menguji interpretasi dari nilai r digunakan tabel r Product Momentdengan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka instrumen penelitian tersebut valid. Sedangkan jika r hitung lebih kecil dari pada r tabel maka dapat dikatakan bahwa intrumen tersebut tidak valid. Berikut ini adalah tabel hasil uji validitas:


(57)

Tabel 3.26 Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

1 25,37 10,585 ,950 . ,911

2 25,37 10,585 ,950 . ,911

3 25,53 10,395 ,590 . ,920

4 25,37 10,585 ,950 . ,911

5 25,50 9,155 ,828 . ,907

6 25,60 9,214 ,732 . ,915

7 25,37 10,585 ,950 . ,911

8 25,73 9,030 ,557 . ,941

9 25,43 9,082 ,941 . ,900

10 25,43 10,599 ,666 . ,917

Untuk mengintepretasikan validitas butir soal dilakukan dengan cara membandingkan r hitung dengan r tabel, r hitung diperoleh dengan cara melihat scor Corrected Item-Total Correlation. Sedangkan r tabel diperoleh dengan cara: df = n – 2, taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh r tabel 0,239. Berikut ini data kevalitan butir soal:

Tabel 3.27

Hasil pengujian validitas kompetensi kepribadian guru:

No Nilai Keterangan

1 0,950 Valid

2 0,950 Valid

3 0,590 Valid

4 0,950 Valid

5 0,828 Valid

6 0,732 Valid

7 0,950 Valid

8 0,557 Valid

9 0,941 Valid

10 0,666 Valid


(58)

instrumen tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas intrumen penelitian digunakan rumusalpha, yaitu sebagai berikut:

r11 =

           

2

2 1 1 t b k k  

Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen K = jumlah item

2

b

 = jumlah variasi butir

2

t

 = variasi total

Jika nilai alpha lebih dari 0,60 maka instrument penelitian dinyatakan reliabel sebaliknya jika nilai alpha kurang dari 0,60 maka instrument penelitian dinyatakan tidak reliabel Nunnaly (1978) dalam Iman Gozhali (2001)

Tabel 3.28

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

,922 ,961 10

Berdasarkan tabel diatas nilai Alpha Cronbach sebesar 0,922 lebih besar dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner reliabel.

Dalam hal ini untuk perhitungan validitas dan reliabilitas meskipun dicantumkan rumus manual namun dalam perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 12.


(59)

H. Teknik Pengujian Hipotesis 1. Statistis Deskriptif

Statistis deskriptif adalah statistis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono,1998:112). Deskripsi data penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan Pedoman Acuan Normal (PAN) tipe II dan dilengkapi perhitungan mean, median, modus, dan standar deviasi.

2. Uji prasyarat analisis a. Uji normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang terjaring dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut dalam penelitian ini digunakan rumusone sample Kolmogorov-Smirnovyang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

D = Maksimum [Fo (x)-Sn(x)] Keterangan:

D = deviasi atau penyimpangan

Fo (x) = distribusi frekuensi kumulatif teoritis Sn(x) = distribusi frekuensi yang diobservasi

Apabila probabilitas (α) yang diperoleh melalui perhitungan relatif kecil dari taraf signifikansi maka data signifikan, artinya ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis, sehingga sebaran


(60)

probabilitas (α) yang diperoleh melalui perhitungan lebih besar dari taraf signifikansi 5% maka data tidak signifikan, artinya tidak ada perbedaan antara distribusi data yang dianalis dengan data teoritis sehingga sebaran data variabel adalah normal pada taraf signifikansi 5%.

b. Uji homogenitas

Selain uji normalitas, penelitian ini juga membutuhkan uji homogenitas, yaitu untuk menentukan apakah data tersebut homogen atau tidak. Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah varians sample yang akan dikomparasikan tersebut homogen atau tidak. Varians adalah standar deviasi yang dikuadratkan. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji F.

F = Varians terbesar/Varians terkecil

Harga F besar terhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk pembilang na-1 dan dk penyebut nc-1. Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga F hitung lebih kecil atau = F tabel (Fh≤Ff), maka dapat disimpulkan bahwa varians data yang akan dianalisis homogen.

Dalam hal ini untuk perhitungan normalitas dan homogenitas meskipun dicantumkan rumus manual namun dalam perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 12.

3. Teknik analisis data

Jika berdasarkan perhitungan di atas data bersifat normal dan homogen maka teknik pengujian hipotesis dapat dilanjutkan ke


(61)

Daerah penolakan Ha

(0,05 , (k-1), 0

perhitungan anova, karena hipotesis dalam penelitian ini merupakan hipotesis komparatif lebih dari dua sampel maka pengujiannya dilakukan dengan menggunakan analisis varian satu jalan (one way anova).

Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut : a. Merumuskan Ho dan Ha

Ho:µ1= µ2= µ3

Tidak ada perbedaan kompetensi kepribadian guru Ha:µ1≠ µ2≠ µ3

Ada perbedaan kompetensi kepribadian guru

b. Menentukan daerah penerimaan Ho dan penolakan Ha

Pengujian dengan anova menggunakan distribusi F, titik kritis diperoleh dengan bantuan tabel F dimana titik kritis ditentukan oleh :

1) Taraf nyata atau signifikan (α) = 5%

2) Derajat bebas ataudegree of freedom(df) yang terdiri dari : Numerator = k – 1

Denominator = N – k

Daerah

Penerimaan Ha


(62)

Ha diterima apabilaχ2hitung >χ2tabel Ha ditolak apabilaχ2hitung < χ2tabel

c. Menentukan uji statistis

Uji statistis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji F ditentukan cara menghitung :

1) JKtotal =

N Xtot tot

X

2 2

2) JKantar =

 

N X n

X n

X

tot

2 2 2 1 2 1

3) JKdalam= JKtotal-JKantar

4) MKantar=

dalam antar

MK MK

5) MKdalam=

m N JKdalam

6) Fhitung =

dalam antar

MK MK

Keterangan:

N = Jumlah seluruh sampel m = Jumlah kelompok

d. Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel yaitu : Haditerima jika Fhitung > Ftabel


(63)

Daerah penolakan Ha

(0,05 , (k-1), (b-1) 0

Apabila distribusi data tidak normal dan tidak homogen maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Perhitungan Chi Square(χ2), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan Ho dan Ha Ho:µ1= µ2= µ3

Tidak ada perbedaan kompetensi kepribadian guru Ha:µ1≠ µ2≠ µ3

Ada perbedaan kompetensi kepribadian guru

b. Menentukan daerah penerimaan Ho dan penolakan Ha

Pengujian dengan analisis menggunakan distribusi harga chi kuadrat, titik kritis diperoleh dengan bantuan tabel chi kuadrat dimana titik kritis ditentukan oleh :

1) Taraf nyata atau signifikan (α) = 5%

2) Derajat bebas ataudegree of freedom(df) yang terdiri dari : Numerator = k – 1

Denominator = N – k

Ha diterima apabilaχ2hitung >χ2tabel

Daerah

Penerimaan Ha


(64)

c. PerhitunganChi Square(χ2)

fh fh fo

  2 2 

keterangan: χ2 = Chi Square

Fo = frekuensi yang diobservasi (usia/ pengalaman kerja/ status sosial ekonomi)

Fh = frekuensi yang diharapkan (kompetensi sosial) Untuk memperoleh frekuensi yang diharapkan (fh) digunakan rumus;

Fh =

 

mdanbaris jumlahkolo s jumlahbari x m jumlahkolo fh

d. Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya, digunakan koefisien kontingensi dengan rumus (I Nyoman Susila, 1986:216) :

N C

2 2

 

Keterangan : C = koefisien kontigensi

2

 = hargaChi-kuadratyang diperoleh N = jumlah total

Nilai C di atas disebut koefisien kemungkinan. Semakin besar nilai C, semakin tinggi taraf hubungannya. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya, maka perlu membandingkan C dengan Cmaks. rumus pembanding tersebut adalah :

k

k Cmaks  1 /


(65)

Cmaksmerupakan batasan taraf signifikan yang paling besar, semakin dekat jumlah C mendekati Cmaks semakin besar tingkat pengaruh yang terjadi yang telah dihitung dengan Chi-kuadrat. Untuk menginterpretasikan hubungan antara C dengan Cmaks dilakukan dengan dengan cara membagi antara C dengan Cmaks kemudian diinterpretasikan dengan tabel berikut ini:

Tabel 3.26

Interpretasi Derajat Hubungan No Harga Nilai

koefisien

Tingkat Keterhandalan 1 C maks ≥0,80 Sangat tinggi 2 C maks 0,60 < 0,80 Tinggi 3 C maks 0,40 < 0,60 Sedang 4 C maks 0,20 < 0,40 Rendah 5 C maks < 0,20 Sangat rendah

e. Membandingkan nilai chi kuadrat hitung (H hitung) dengan chi kuadrat tabel (H tabel) yaitu :

Haditerima jika H hitung > H tabel f. Membuat kesimpulan

1) Berdasarkan pada perbandingan Chi Square (χ2) hitung dengan Chi Square(χ2) tabel:

a) Apabilaχ2hitung<χ2tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. b) Apabilaχ2hitung>χ2tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. 2) Berdasarkan pada probabilitas (signifikansi):


(66)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 373 guru. Subjek penelitian tersebar di 4 kabupaten dan 1 kotamadya di Propinsi Dearah Istimewa Yogyakarta. Jumlah responden yang mengisi kuesioner penelitian secara lengkap sebanyak 359 guru. (response rate = 96,25%). Berikut ini disajikan deskripsi data penelitiannya.

1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.1

Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi

(guru)

Frekuensi Relatif (%)

kategori

< 20 th 2 0,6 Sangat muda

2 20-39 th 109 30,36 Muda

3 40-59 th 243 67,68 Tua

4 >59 5 1,4 Lanjut

Jumlah 359 100%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa guru yang mempunyai kriteria usia sangat muda sebanyak 2 guru, muda sebanyak 109 guru, tua sebanyak 243 guru dan sangat tua sebanyak 5 guru.


(67)

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja Tabel 4.2

Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja

No Pengalaman Kerja Frekuensi

(guru)

Frekuensi Relatif (%)

Kategori

1 <5 th 49 13,65 Baru

2 5-14 th 103 28,69 Cukup

3 15-24 th 148 41,23 Lama

4 >24 th 59 16,44 Sangat lama

JUMLAH 100%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa guru yang mempunyai kriteria masa kerja baru adalah sebanyak 49 guru, cukup sebanyak 103 guru, masa kerja lama sebanyak 148 guru dan masa kerja sangat lama sebanyak 59 guru.

3. Deskripsi Responden Berdasarkan Status sosial Ekonomi

Kriteria status sosial ekonomi dihitung dari skor kuesioner tiap-tiap responden kemudian ditafsirkan dengan menggunakan perhitungan PAN II. Dengan nilai mean = 32,64 dan standar deviasi 5,727, berikut ini hasil perhitungan status sosial ekonomi:

Tabel 4.3

Deskripsi Responden Berdasarkan Status Sosial Ekonomi

Perhitungan Kelas

Interval

Frekuensi (guru)

Frekuensi Relatif

(%)

Kategori 32,64 + 5,727 > 38 63 17,5 Tinggi 32,64 – 1(5,727) dan 32,64 +

5,727

27 – 38 239 66,6 Menengah

32,64 – 5,727 < 26 57 15,9 Rendah

Jumlah 359 100


(68)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa guru yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi sebanyak 63 guru, menengah 239 guru, sedangkan guru dengan status sosial ekonomi rendah sebanyak 57 guru. 4. Deskripsi Kompetensi Kepribadian Guru

Kriteria kompetensi kepribadian guru dihitung dengan menggunakan perhitungan PAN II. Dengan nilai mean = 29,07 dan standar deviasi 1,257., berikut ini hasil perhitungan kompetensi kepribadian guru:

Tabel 4.4

Deskripsi Kompetensi Kepribadian Guru

Perhitungan Kelas

Interval

Frekuensi Frekuesi

Relatif

Klasifikasi 29,07 + 2(1,257) > 31,58 0 0 Sangat tinggi 29,07 + 1(1,257) , 29,07 +

2(1,257)

30,33 – 31,58 0 0 Tinggi

29,07 – 1(1,257), 29,07 + 1(1,257)

27,81 – 30,33 332 92 Cukup

29,07 – 2(1,257), 29,07 – 1(1,257)

26,56 – 27,82 13 3,6 Rendah

29,07 – 2(1,257) < 26,56 14 3,9 Sangat rendah

Jumlah 359 100%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa guru yang mempunyai kompetensi kepribadian sangat tinggi sebanyak 0, kompetensi kepribadian tinggi sebanyak 0, kompetensi kepribadian cukup sebanyak 332, kompetensi kepribadian rendah sebanyak 13 guru, dan dengan kompetensi kepribadian sangat rendah sebanyak 14 guru.


(69)

B. Analisis Data

1. Pengujian Persyaratan Analisis Data a. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas kompetensi kepribadian dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan dikerjakan dengan bantuan SPSS 12. for Windows. Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas data penelitian.

Tabel 4.5

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Usia masker sossek Komp. Kepri

N 359 359 359 359

Normal Parameter s(a,b)

Mean

2,70 2,60 1,99 29,07

Std. Deviatio n

,500 ,918 ,598 1,257

Most Extreme Difference s

Absolute

,417 ,243 ,323 ,297

Positive ,260 ,169 ,321 ,230 Negativ

e -,417 -,243 -,323 -,297

Kolmogorov-Smirnov

Z 7,903 4,610 6,114 5,626

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.

Dari tabel di atas diketahui nilai asymtotic significanceuntuk variabel usia, pengalaman kerja, status sosial ekonomi dan kompetensi kepribadian guru lebih kecil dari alpha (α)=0,05. Oleh sebab itu dapat


(70)

sehingga dalam pengujian hipotesis tidak dapat menggunakan statistis parametrik akan tetapi menggunakan statistis nonparametrik.

b. Pengujian Homogenitas

Pengujian homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan rumus uji F dan dikerjakan dengan bantuan SPSS 12.0 for Windows. Berikut ini disajikan hasil pengujian homogenitas.

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Homogenitas

No Variabel Levene Statistic df1 df2 Sig.

1 Usia 0,646 3 355 0,586

2 Pengalaman

kerja 1,783 3 355 0,150

3 Status sosial

ekonomi 0,314 2 356 0,731

Dari tabel di atas diketahui Levene Test untuk variabel usia adalah 0,646 dengan nilai probabilitas 0,586 sehingga nilai probabilitas tersebut > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa varians data homogen.Levene Test untuk variabel pengalaman kerja adalah 1,783 dengan nilai probabilitas 0,150 sehingga nilai probabilitas tersebut < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa varians data homogen. Sedangkan Levene Test untuk variabel status sosial ekonomi adalah 0,314 dengan nilai probabilitas 0,731 sehingga nilai probabilitas tersebut < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa varians data homogen.


(71)

Daerah penolakan H0

12,6 0

2. Pengujian Hipotesis

a. Analisis kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia

Langkah-langkah pengujian hipotesis menggunakan Chi Square adalah sebagai berikut:

1) Menentukan formulasi hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) Ho : tidak ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari

usia

Ha : ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia 2) Memilihlevel of significanceyaitu 0,05 dandegree of freedomyaitu:

db = (b-1) (k-1) db = (4-1) (3-1) db = 6

3) Kriteria pengujian

Ha diterima apabila χ2> 12,6 Ha ditolak apabila χ2 < 12,6

Daerah

Penerimaan H0


(72)

4) PerhitunganChi Square.

Tabel 4.7

Kompetensi kepribadian dan usia

Kompetensi kepribadian guru

Total Usia

(tahun)

Sangat

tinggi Tinggi Cukup Rendah

Sangat rendah

<20 0 0 1 1 0 2

20-39 0 0 86 18 5 109

40-59 0 0 212 24 7 243

>59 0 0 5 0 0 5

Total 304 43 12 359

Dari tabel di atas dapat diperoleh nilaiChi Squaresebagai berikut: Tabel 4.8

Chi-SquareUsia

No Fo Fh (fo-fh)2 (fo-fh)2

Fh

1 0 0,07 0,0049 0,07

2 5 4 1 0,25

3 7 8 1 0,125

4 0 0,17 0,0289 0,17

5 1 0,24 0,5776 2,41

6 18 13 25 1,92

7 24 29 25 0,86

8 20 0,6 0,36 0,6

9 1 2 1 0,5

10 86 92 36 0,39

11 212 206 36 0,17

12 5 4 1 0,25

NilaiChi-Square = 7,721

5) Perhitungan koefisien kontigensi

359 721 , 7 721 , 7   C = 0,145


(73)

= 0,866

Ratio = 866 , 0

145 , 0

= 0,167

6) Membuat kesimpulan

Hasil pengujian statistis menunjukkan nilaiChi-Square hitung adalah 7,721. Chi-Square tabel diperoleh dari  = 0,05 dan df = (4-1) (3-(4-1) = 6. Maka nilai  2 kritis berdasarkan tabel  2 (0,05;6) =12,6. Karena Chi-Square hitung = 7,721 lebih kecil dari Chi-Squaretabel = 12,6 maka dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak atau tidak ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia. Sedangkan nilai C = 0,145 dan Cmaks = 0,866 dan menghasilkan nilai perbandingan sebesar 0,167 maka dapat disimpulkan bahwa derajat hubungan antara usia dengan kompetensi kepribadian adalah sangat rendah.

b. Kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja

1) Menentukan formulasi hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) Ho : tidak ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari

pengalaman kerja

Ha : ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja


(74)

Daerah penolakan H0

12,6 0

db = (4-1) (3-1) db = 6

3) Kriteria pengujian

Ha diterima apabilaχ2> 12,6 Ha ditolak apabilaχ2 < 12,6 4) PerhitunganChi Square

Tabel 4.9

Kompetensi kepribadian dan pengalaman kerja

Kompetensi kepribadian guru Pengalaman

kerja

(tahun)

Sangat tinggi

Tinggi

Cukup Rendah

Sangat rendah

Total

<5 0 0 36 9 4 49

5-14 0 0 87 14 2 103

15-24 0 0 132 11 5 148

>24 0 0 49 9 1 59

Total 0 0 304 43 12 359

Dari tabel di atas dapat diperoleh nilaiChi Squaresebagai berikut: Tabel 4.10

Chi-SquarePengalaman Kerja

No Fo Fh (fo-fh)2 (fo-fh)2

Fh

1 4 2 4 2

2 2 3 1 0,33

3 5 5 0 0

4 1 2 1 0,5

Daerah

Penerima an H0


(75)

7 11 18 49 2,72

8 9 7 4 0,57

9 36 42 36 0,86

10 87 87 0 0

11 132 125 49 0,392

12 49 50 1 0,02

NilaiChi-Square = 9,22 5) Perhitungan koefisien kontigensi

158 , 0 359 22 , 9 22 , 9    C

41

/4

maks C = 0,866 Ratio = 866 , 0 158 , 0 = 0,182 6) Membuat kesimpulan:

Hasil pengujian statistis menunjukkan nilaiChi-Square hitung adalah 9,22. Chi-Square tabel diperoleh dari  = 0,05 dan df = (4-1) (3-1) = 6. Maka nilai  2 kritis berdasarkan tabel  2 (0,05;6 =6) = 12,6. Karena Chi-Square hitung = 9,22 lebih kecil dari Chi-Square tabel = 12,6 maka dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak atau tidak ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja. Sedangkan nilai C = 0,158 dan Cmaks = 0,866 dan menghasilkan nilai perbandingan 0,182 maka dapat disimpulkan bahwa derajat hubungan antara pengalaman kerja dengan kompetensi


(76)

Daerah penolakan H0

9,49 0

c. Kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi

1) Menentukan formulasi hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) Ho : tidak ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari

status sosial ekonomi

Ha : ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi

2) Memilihlevel of significanceyaitu 0,05 dandegree of freedomyaitu: db = (b-1) (k-1)

db = (3-1) (3-1) db = 4

3) Kriteria pengujian

Ha diterima apabilaχ2> 9,49 Ha ditolak apabila χ2< 9,49 4) PerhitunganChi Square

Tabel 4.11

Kompetensi kepribadian dan status sosial ekonomi

Kompetensi sosial guru

Status sosial ekonomi

Sangat

tinggi Tinggi

cukup Rendah

Sangat

rendah Total

Rendah 0 0 50 11 4 65

Cukup 0 0 198 26 7 231

Daerah

Penerima an H0


(77)

Dari tabel di atas dapat diperoleh nilaiChi Squaresebagai berikut: Tabel 4.12

Chi-SquareStatus Sosial Ekonomi

No Fo fh (fo-fh)2 (fo-fh)2

Fh

1 4 2 4 2

2 7 8 1 0,125

3 1 2 1 0,5

4 11 8 9 1,125

5 26 28 4 0,143

6 6 7 1 0,143

7 50 55 25 0,45

8 198 196 4 0,02

9 56 53 9 0,17

NilaiChi-Square = 4,676

5) Perhitungan koefisien kontigensi

113 , 0 359 676 , 4 676 , 4    C

31

/3

maks C = 0,82 Ratio = 82 , 0 113 , 0 = 0,138

6) Membuat kesimpulan:

Hasil pengujian statistis menunjukkan nilaiChi-Square hitung adalah 4,676.Chi-Squaretabel diperoleh dari  = 0,05 dan df = (3-1) (3-1) = 4. Maka nilai  2 kritis berdasarkan tabel  2 (0,05;4) =9,49. Karena Chi-Squarehitung = 4,676 lebih kecil dariChi-Square


(78)

perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari status sosial ekonomi. Sedangkan nilai C = 0,113 dengan Cmaks sebesar 0,82 dan menghasilkan nilai perbandingan sebesar 0,138 maka dapat disimpulkan bahwa derajat hubungan antara status sosial ekonomi dengan kompetensi kepribadian adalah sangat rendah.

C. Pembahasan

1. Kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia

Dalam kerangka berpikir dikatakan bahwa seseorang yang berusia lebih tua cenderung lebih dewasa/lebih matang kepribadiannya dari pada seseorang yang berusia lebih muda. Oleh sebab itu dirumuskan terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia. Akan tetapi berdasarkan hasil pengujian statistis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai Chi-Square hitung adalah 7,721 dan nilai Chi-Squaretabel = 12,6. Sedangkan berdasarkan perhitungan koefisien kontingensi diperoleh hasil sebagai berikut: koefisien kontingensi sebesar 0,145 dan koefisien kontingensi maksimum sebesar 0,866 maka dapat disimpulkan bahwa derajat hubungan antara usia dengan kompetensi kepribadian adalah sangat rendah.

Berdasarkan deskripsi data tentang usia guru yang menjadi responden diperoleh hasil sebagai berikut: guru yang mempunyai kriteria usia sangat


(79)

39 tahun) sebanyak 109 guru, tua (40 tahun sampai dengan 59 tahun) sebanyak 243 guru dan sangat tua (lebih dari 59 tahun) sebanyak 5 guru. Oleh sebab itu berdasarkan deskripsi data usia menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 40 sampai dengan 59 tahun atau dalam kategori tua.

Muhamad Nurdin (2004, 112) mengatakan bahwa untuk menjadi guru seseorang harus memiliki keahlian khusus, keahlian khusus tersebut adalah berkompetensi kepribadian. Untuk menjadi guru dengan kahlian khusus tersebut tentunya membutuhkan sebuah proses. Proses tersebut yang pertama adalah ia harus lulus pendidikan keguruan. Lulus pendidikan keguruan berarti guru tersebut sudah dibekali dasar-dasar untuk menjadi guru termasuk dibekali mengenai kepribadian yang sesuai untuk menjadi guru. Kedua, untuk menjadi guru yang berkepribadian baik, maka ia harus lulus ujian hidup. Ujian hidup yang dimaksud di sini adalah bagaimana guru tersebut dapat membawa diri menghadapi persoalan hidup sehari-hari misalnya taat baragama, jujur, mampu menahan emosi, dll.

Kompetensi kepribadian adalah karakter yang harus dimiliki guru, oleh sebab itu kompetensi kepribadian memiliki makna terbuka. Makna terbuka disini adalah semua guru memiliki kesempatan untuk mengembangkan kompetensi kepribadiannya tanpa ada pembatasan usia, tahun ijazah, pengalaman kerja, status sosial ekonomi guru, jenis kelamin, dll (www.sumbarprov.go.id). Dari pernyataan ini kita dapat melihat bahwa ternyata bukan hanya usia saja yang menyebabkan seorang guru memiliki


(80)

Pribadi yang baik adalah sebuah pilihan akan tetapi bagaimanapun keadaan guru ia tetap dituntut untuk tampil sebagai sosok yang berkepribadian baik terutama didepan siswa. Jika dalam penelitian ini disimpulkan bahwa antara guru yang berusia lebih tua dibandingkan dengan guru yang lebih muda mempunyai kompetensi kepribadian yang sama. Persamaan itu terjadi karena selain kompetensi kepribadian itu sifatnya wajib bagi semua guru juga disebabkan karena guru yang lebih tua sudah mengalami waktu hidup yang lebih lama sehingga banyak pengalaman yang ia miliki berkaitan dengan bagaimana ia harus hidup dan bagaimana mengatasi persoalan sehari-hari. Sedangkan untuk guru muda meskipun ia memiliki pengalaman yang lebih sedikit tetapi ia sudah dipersiapkan melalui pendidikan dimana dengan pendidikan tersebut ia dibekali untuk dapat menjadi guru yang baik selain itu juga adanya kesadaran dari guru untuk tampil sebagai seorang yang berkepribadian dewasa.

2. Kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja

Sering dikatakan bahwa salah satu penentu keberhasilan karier seseorang adalah pengalaman kerja. Berkenaan dengan pandangan di atas maka dalam penelitian ini diduga bahwa pengalaman kerja menentukan kompetensi kepribadian guru. Akan tetapi berdasarkan hasil pengujian statistis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari pengalaman kerja maka antara guru yang masih baru dengan guru yang sudah mempunyai masa kerja lama kompetensi


(81)

kepribadian yang sama.. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai Chi-Square hitung adalah 9,22 dan nilai Chi-Square tabel = 12,6. Sedangkan Nilai koefisien kontingensi maksimum diperoleh hasil sebagai berikut: koefisien kontingensi sebesar 0,158 dan koefisien kontingensi maksimum sebesar 0,866 maka dapat disimpulkan bahwa derajat hubungan antara pengalaman kerja dengan kompetensi kepribadian adalah sangat rendah.

Berdasarkan deskripsi data tentang pengalaman kerja guru yang menjadi responden diperoleh hasil sebagai berikut: guru yang mempunyai kriteria masa kerja baru (kurang dari 5) sebanyak 49 guru, cukup (5 tahun sampai dengan 14 tahun) sebanyak 103 guru, masa kerja lama (15 tahun sampai dengan 24 tahun) sebanyak 148 guru dan masa kerja sangat lama (lebih dari 24 tahun) sebanyak 59 guru. Oleh sebab itu berdasarkan deskripsi data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengalaman kerja lama (15 tahun sampai dengan 24 tahun).

Muhamad Nurdin (2004, 112) mengungkapkan bahwa guru adalah pendidik profesional., dikatakan sebagai pendidik profesional karena untuk menjadi guru seseorang membutuhkan keahlian khusus. Untuk menjadi guru, guru tidak hanya sekadar tahu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus menjadi seseorang yang memiliki kepribadian ganda. Bagaimanapun keadaan guru, guru dituntut untuk menjadi sosok yang berkepribadian baik terlebih di depan siswa. Dalam pengertian yang terbatas, guru memang


(1)

140


(2)

141


(3)

142


(4)

143


(5)

144


(6)

145


Dokumen yang terkait

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI GURU DAN SERTIFIKASI GURU DI SMA NEGERI Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Kompetensi Guru Dan Sertifikasi Guru Di Sma Negeri Se-Kabupaten Boyolali Tahun 2014/2015.

0 2 12

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI GURU Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Kompetensi Guru Dan Sertifikasi Guru Di Sma Negeri Se-Kabupaten Boyolali Tahun 2014/2015.

0 2 15

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Kompetensi Pedagogik Dan Kompetensi KepribadianDi SMA Negeri 1 Sragen.

0 0 17

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DI SMA NEGERI 1 SRAGEN Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Kompetensi Pedagogik Dan Kompetensi KepribadianDi SMA Negeri 1 Sragen.

0 0 14

Kompetensi guru SMA berdasarkan jenis kelamin, usia, pengalaman mengajar, dan status kepegawaian: studi kasus pada guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta Katolik di Kota Yogyakarta.

0 0 193

Analisis kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia, pengalaman kerja, dan status sosial ekonomi : studi empirik pada beberapa guru SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 172

Analisis kompetensi sosial guru ditinjau dari usia, pengalaman kerja, dan status sosial ekonomi : studi empirik pada beberapa guru SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 163

Analisis kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia, pengalaman, dan status sosial ekonomi: studi empiris pada guru sma di Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 161

ANALISIS KOMPETENSI SOSIAL GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

0 0 161

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

0 0 170