Kompetensi guru SMA berdasarkan jenis kelamin, usia, pengalaman mengajar, dan status kepegawaian: studi kasus pada guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta Katolik di Kota Yogyakarta.

(1)

viii ABSTRAK

KOMPETENSI GURU SMA BERDASARKAN JENIS

KELAMIN, USIA, PENGALAMAN MENGAJAR, DAN

STATUS KEPEGAWAIAN

Studi Kasus Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Katolik di Kota Yogyakarta

Poppy Ceria Zai Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di Kota Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin, usia, pengalaman mengajar, dan status kepegawaian.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2016. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh guru SMA Swasta Katolik di Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Jumlah responden sebanyak 94 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan data dianalisis dengan: 1) analisis parametrik, yaitu uji Analisis of Variance (ANOVA); dan 2) analisis non parametrik, yaitu uji peringkat Mann Whitney (Z Test) dan uji peringkat Kruskal – Wallis (H Test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tidak ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di Kota Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin (sig. value = 0,826); 2) tidak ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di Kota Yogyakarta berdasarkan usia (sig. value = 0,546); 3) tidak ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di Kota Yogyakarta berdasarkan pengalaman mengajar (sig. value = 0,776); dan 4) tidak ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di Kota Yogyakarta berdasarkan status kepegawaian (sig. value = 0,650).


(2)

ix

ABSTRACT

THE COMPETENCE OF HIGH SCHOOL TEACHERS BASED

ON GENDER, AGE, TEACHING EXPERIENCE, AND

EMPLOYMENT STATUS

A Case study on Catholic Private Senior High School Teachers in Yogyakarta

Poppy Ceria Zai Sanata Dharma University

2016

The research was conducted to find out the difference of teachers’ competence on Catholic Senior High Schools in Yogyakarta City based on gender, age, teaching experience, and employment status.

This research was a case study. The research was conducted from February to March, 2016. Population of the research were all teachers on Catholic Senior High Schools in Yogyakarta. The population of the research were 94 teachers. Data were collected by using questionnaires and were analized statistically: 1) parametric analysis applied Analisis of Variance (ANOVA) and nonparametric analysis by using Mann Whitney (Z Test) and Kruskal-Wallis (H Test).

The result of the research showes: 1) there is not any significant difference of the comptence of teachers on Catholic Senior High Schools in Yogyakarta based on gender (sig. value = 0,826); 2) there is not any significant difference of the comptence of teachers on Catholic Senior High Schools in Yogyakarta based on age (sig. value = 0,546); 3) there is not any significant difference of the comptence of teachers on Catholic Senior High Schools in Yogyakarta based on teaching experience (sig. value = 0,776); 4) there is not any significant difference of the comptence of teachers on Catholic Senior High Schools in Yogyakarta based on employment status (sig. value = 0,650).


(3)

i

KOMPETENSI GURU SMA BERDASARKAN JENIS

KELAMIN, USIA, PENGALAMAN MENGAJAR, DAN

STATUS KEPEGAWAIAN

Studi Kasus Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Katolik di Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh: Poppy Ceria Zai

121334019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(4)

SKRtrSI

KOMPETENSI

GTJRU

SMA

BERDASARKAN

JEFIIS

,

I<ELAilffN;

[]$[7[;.

1ryNGALAMAN'ilIENGAJAR, DAN

STAfiISffi

Studi Kasuslad&enrrlGtrnr Sekolah Meneagah Atas (SMA) KoA Yogyakarta

.

Swasta K*tohk di

s,Pd., s-I.p., M,P,d,

.:


(5)

SKRIPSI

KOMPETENSI

GURU SMA

BERDASARKAhI JEMS

KELAMIN,

USIA,

PENGALAMAN MENGAJA&

DAN

STATUS

KEPEGAWAIAN

Studi Kasus Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Katolik di Kota Yogyakarta

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Poppy CefiaZ,ai

121334019

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 23 Juui 2016

dan dinyaukan telah memenuhi syarat

Susunen Panitia Penguji Nama Lengkap

Ketua

: Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si.

Sekretaris: Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd.

Anggota : Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd.

Tanda Tangan

Anggota : Rita Eny Purwanti, S.Pd-, M.Si.

Anggota : Agustinus HeriNugroho, S.Pd., M.Pd.

Yogyakarta, 23 Juni 2016

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

1ll


(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

 Tuhanku Yesus Kristus

 Orang tuaku Waosokhi Zai dan Norima Halawa

 Nenekku (+) Radina Halawa

 Tanteku Adilia Zai, Rosmin Zai, dan Adilina Zai

 Saudara/saudariku Yusra, Feri, Happy, Fanny, Boy, dan

Lestari, serta seluruh keluargaku

 Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(7)

v

MOTTO

Belajar dan Berdoa

Iman, Kasih, dan Pengharapan

Demikianlah

juga

kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi aku

akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan

tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu

itu dari padamu (Yohanes 16:22)

Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah

semangat kepada yang tiada berdaya (Yesaya 40:29)

Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Juni 2016 Penulis,


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Poppy Ceria Zai

Nomor Mahasiswa : 121334019

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Kompetensi Guru SMA Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pengalaman Mengajar, dan Status Kepegawaian Studi Kasus Pada Guru-Guru Sekolah Mengengah Atas (SMA) Swasta Katolik di Kota Yogyakarta

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal : 23 Juni 2016 Yang menyatakan,


(10)

viii ABSTRAK

KOMPETENSI GURU SMA BERDASARKAN JENIS

KELAMIN, USIA, PENGALAMAN MENGAJAR, DAN

STATUS KEPEGAWAIAN

Studi Kasus Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Katolik di Kota Yogyakarta

Poppy Ceria Zai Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di Kota Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin, usia, pengalaman mengajar, dan status kepegawaian.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2016. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh guru SMA Swasta Katolik di Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Jumlah responden sebanyak 94 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan data dianalisis dengan: 1) analisis parametrik, yaitu uji Analisis of Variance (ANOVA); dan 2) analisis non parametrik, yaitu uji peringkat Mann Whitney (Z Test) dan uji peringkat Kruskal – Wallis (H Test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tidak ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di Kota Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin (sig. value = 0,826); 2) tidak ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di Kota Yogyakarta berdasarkan usia (sig. value = 0,546); 3) tidak ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di Kota Yogyakarta berdasarkan pengalaman mengajar (sig. value = 0,776); dan 4) tidak ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di Kota Yogyakarta berdasarkan status kepegawaian (sig. value = 0,650).


(11)

ix

ABSTRACT

THE COMPETENCE OF HIGH SCHOOL TEACHERS BASED

ON GENDER, AGE, TEACHING EXPERIENCE, AND

EMPLOYMENT STATUS

A Case study on Catholic Private Senior High School Teachers in Yogyakarta

Poppy Ceria Zai Sanata Dharma University

2016

The research was conducted to find out the difference of teachers’ competence on Catholic Senior High Schools in Yogyakarta City based on gender, age, teaching experience, and employment status.

This research was a case study. The research was conducted from February to March, 2016. Population of the research were all teachers on Catholic Senior High Schools in Yogyakarta. The population of the research were 94 teachers. Data were collected by using questionnaires and were analized statistically: 1) parametric analysis applied Analisis of Variance (ANOVA) and nonparametric analysis by using Mann Whitney (Z Test) and Kruskal-Wallis (H Test).

The result of the research showes: 1) there is not any significant difference of the comptence of teachers on Catholic Senior High Schools in Yogyakarta based on gender (sig. value = 0,826); 2) there is not any significant difference of the comptence of teachers on Catholic Senior High Schools in Yogyakarta based on age (sig. value = 0,546); 3) there is not any significant difference of the comptence of teachers on Catholic Senior High Schools in Yogyakarta based on teaching experience (sig. value = 0,776); 4) there is not any significant difference of the comptence of teachers on Catholic Senior High Schools in Yogyakarta based on employment status (sig. value = 0,650).


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas pertolongan dan penyertaanNya kepada penulis dalam persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian

skripsi ini, yang berjudul “Kompetensi Guru Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pengalaman Mengajar, dan Status Kepegawaian Studi Kasus Pada Guru-Guru SMA Swasta Katolik di Kota Yogyakarta”.

Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak F.X. Ouda Teda Ena, M.Pd., Ed.D. selaku Wakil Rektor IV Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Yurisdixta Menavia, S.S. selaku kepala BKHI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(13)

5. Romo Purwo, yang telah mendukung kerjasama antara Universitas Sanata Dharma dengan Kabupaten Nias Barat.

6. Seluruh Bapak/Ibu pegawai di Kabupaten Nias Barat yang telah mendukung saya dalam menempuh kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 7. Seluruh Bapak/Ibu di bagian kerjasama Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

8. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

9. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

10. Ibu Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini.

11. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. dan Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan, semangat dan motivasi selama perkuliahan.

12. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah banyak memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

13. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku tenaga administrasi Pendidikan Akuntansi.


(14)

14. Seluruh Bapak dan Ibu Guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta yang telah bersedia mengisi kuesioner penelitian.

15. Ayah dan Ibu terkasih, Waosokhi Zai dan Norima Halawa yang telah memberikan banyak dukungan, kasih, dan doa kepada penulis.

16. Saudara-Saudariku terkasih, Abg Yusran, Abg Feri, Ka Happy, Ka Fanny, Adk Boy, dan Adk Lestari, serta keponakanku Intan, Izen, Inel, dan Jose yang telah banyak mendukung, memotivasi, dan mendoakan selama proses perkuliahan hingga terselesainya penyusunan skripsi ini.

17. Tanteku terkasih, Adilia Zai, Rosmin Zai dan Adilina Zai serta seluruh keluarga besarku.

18. Adi Setiawan, S.Pd. yang telah memotivasi, mendukung, dan mendoakan selama proses perkuliahan hingga terselesainya penyusunan skripsi ini. 19. Keluarga besar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

20. Keluarga besar SMA Kolese De Britto sebagai tempat dalam melaksanakan Program Pengalaman Lapangan.

21. Yang terkasih Para Suster, Bapak/Ibu Karyawan, teman-teman, dan seluruh keluarga besar Asrama Mahasiswi Syantikara.

22. Bapak/Ibu Pamong, Karyawan, serta teman-teman terkasih asrama Student Residence Paingan.

23. Sahabat dan teman terkasih, Laurencia Maytarani, Maria regina Ayu, Tika, Vena, Mitha, Vina, Natal, Astri, Dila, Tina, Helen, Ela, Gisel, Siwi, Tere, Mega, Siska, Tio, Sari, Sela, Vera, Lilis, Uye, Devi, Enjel, Mita, Dita, Desi,


(15)

Cimar, epi, hesti, destri, serta seluruh teman-teman angkatan 2012 Pendidikan Akuntansi.

24. Teman-teman se PPL, Tika, Sarni, Mitri, Erin, Wening, Rike, Riska, Devi, dan Dedi.

25. Seluruh sahabat dan teman seperjuangan dari Kabupaten Nias Barat, Risma, Rati, Maria, Sefin, Wasri, Fiber, Dewi, Rohani, Sri, Metina, Jefry, Silvester, Frans, Otami, Petra, Legi, Postin, Timo, dan Firminus, serta Rebana, Sintya, Lina, dan Ermin.

26. Seluruh teman-teman Mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

27. Semua pihak yang telah mendukung saya dalam menempuh perkulian hingga terselesainya penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 23 Juni 2016 Penulis,


(16)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Tinjauan Teoritis ... 5

1. Kompetensi Guru ... 5

a. Pengertian Kompetensi ... 5

b. Kompetensi Guru ... 5

c. Jenis-Jenis Kompetensi ... 7

2. Jenis Kelamin ... 15

3. Usia ... 16

4. Pengalaman Mengajar ... 17

5. Status Kepegawaian ... 18

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 19


(17)

D. Rumusan Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

1. Tempat Penelitian ... 25

2. Waktu Penelitian ... 25

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 26

1. Sabjek Penelitian ... 26

2. Objek Penelitian ... 26

D. Populasi dan Sampel Penelitian... 26

1. Populasi Penelitian ... 26

2. Sampel Penelitian ... 26

E. Operasionalisasi Varibel ... 26

1. Variabel Kompetensi Guru ... 26

2. Variabel Jenis Kelamin ... 29

3. Variabel Usia ... 29

4. Variabel Pengalaman Mengajar ... 30

5. Variabel Status Kepegawaian ... 31

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 31

1. Teknik Pengumpulan Data ... 31

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 31

G. Teknik Pengujian Instrumen... 32

1. Validitas ... 32

2. Reliabilitas ... 36

H. Teknik Analisis Data ... 37

1. Teknik Analisis Deskriptif ... 37

2. Uji Prasyarat Analisis ... 38

3. Pengujian Hipotesis ... 43

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 45

1. Jenis kelamin ... 45

2. Usia ... 46

3. Pengalaman Mengajar ... 47

4. Status Kepegawaian ... 48

5. Kompetensi Guru ... 48

B. Analisis Data ... 54

1. Kompetensi Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

2. Kompetensi Guru Berdasarkan Usia ... 59

3. Kompetensi Guru Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 62

4. Kompetensi Guru Berdasarkan Status Kepegawaian ... 66

C. Pembahasan ... 70

1. Kompetensi Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70


(18)

3. Kompetensi Guru Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 72

4. Kompetensi Guru Berdasarkan Status Kepegawaian ... 74

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

C. Keterbatasan ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Operasionalisasi Variabel Kompetensi Guru ... 27

Tabel 3.2 : Skor Pernyataan Kompetensi Guru ... 29

Tabel 3.3 : Skor Jenis Kelamin Guru ... 29

Tabel 3.4 : Skor Usia Guru ... 30

Tabel 3.5 : Skor Pengalaman Mengajar Guru ... 31

Tabel 3.6 : Skor Status Kepegawaian Guru ... 31

Tabel 3.7 : Hasil Pengukuran Uji Validitas Kompetensi Guru ... 33

Table 3.8 : Tabel Interpretasi ... 36

Tabel 3.9 : Hasil Pengukuran Uji Reliabilitas Kompetensi Guru ... 37

Tabel 3.10 : Kategorisasi PAP Tipe II Kompetensi Guru ... 38

Tabel 3.11 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kompetensi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

Tabel 3.12 : Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kompetensi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

Tabel 3.13 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kompetensi Berdasarkan Usia . 39 Tabel 3.14 : Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kompetensi Berdasarkan Usia ... 40

Tabel 3.15 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kompetensi Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 40

Tabel 3.16 : Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kompetensi Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 40

Tabel 3.17 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kompetensi Berdasarkan Status Kepegawaian ... 41

Tabel 3.18 : Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kompetensi Berdasarkan Status Kepegawaian ... 41

Tabel 3.19 : Hasil Pengujian Homogenitas Kompetensi Pada Beberapa Kelompok Sampel ... 42

Tabel 3.20 : Hasil Pengujian Homogenitas Setiap Aspek Kompetensi Pada Beberapa Kelompok Sampel ... 43


(20)

Tabel 4.1 : Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 4.2 : Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Usia ... 46

Tabel 4.3 : Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 47

Tabel 4.4 : Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Status Kepegawaian ... 48

Tabel 4.5 : Deskripsi Data Kompetensi Guru ... 48

Tabel 4.6 : Deskripsi Data Pada Aspek Kompetensi Guru ... 49

Tabel 4.7 : Kategorisasi Kompetensi Guru ... 49

Tabel 4.8 : Kategorisasi Kompetensi Pedagogik Guru ... 50

Tabel 4.9 : Kategorisasi Kompetensi Kepribadian Guru ... 51

Tabel 4.10 : Kategorisasi Kompetensi Sosial Guru ... 52

Tabel 4.11 : Kategorisasi Kompetensi Profesional Guru ... 53

Tabel 4.12 : Hasil Uji Mann Whitney Kompetensi Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Tabel 4.13 : Hasil Uji Mann Whitney Pada Aspek Kompetensi Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 3.14 : Hasil Uji ANOVA Kompetensi Guru Berdasarkan Usia ... 59

Tabel 3.15 : Hasil Uji ANOVA Pada Aspek Kompetensi Guru Berdasarkan Usia ... 60

Tabel 3.16 : Hasil Uji ANOVA Kompetensi Guru Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 63

Tabel 3.17 : Hasil Uji ANOVA Pada Aspek Kompetensi Guru Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 64

Tabel 3.18 : Hasil Uji ANOVA Kompetensi Guru Berdasarkan Status Kepegawaian ... 67

Tabel 3.19 : Hasil Uji ANOVA Pada Aspek Kompetensi Guru Berdasarkan Status Kepegawaian ... 68

Tabel 3.20 : Hasil Uji Kruskal-Wallis Pada Aspek Kompetensi Guru Berdasarkan Status Kepegawaian ... 68


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Kuesioner Penelitian... 82

Lampiran II : Data Induk Penelitian ... 93

Lampiran III : Uji Validitas dan Reliabilitas ... 113

Lampiran IV : Pengelompokkan Variabel ... 120

Lampiran V : PAP Tipe II ... 125

Lampiran VI : Mean, Median, dan Modus ... 127

Lampiran VII : Uji Normalitas ... 132

Lampiran VIII : Uji Homogenitas... 147

Lampiran IX : Uji Hipotesis ... 151

Lampiran X : Tabel Statistik ... 159


(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini semakin pesat seiring dengan problematika dunia pendidikan yang semakin kompleks. Di sisi lain, tuntutan di masyarakat pun semakin meningkat. Sebagai institusi pembelajaran, dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang andal serta mampu menjawab berbagai tantangan baru di masyarakat dan peradaban manusia yang mendunia (Asmani, 2009: 16).

Guru adalah kunci keberhasilan pendidikan dan pengajaran yang baik. Tanpa pengajaran yang baik, pendidikan tidak akan berhasil (Asmani, 2009: 66). Oleh sebab itu, tingginya kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kompetensi guru. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 10, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keguruannya. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi guru berperan aktif dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dengan kompetensi yang dimiliki, guru akan mampu membawa dunia pendidikan yang menghasilkan manusia yang produktif dan kompetitif.


(23)

Pendidikan di Indonesia masih memiliki mutu yang sangat rendah (Asmani, 2009: 5). Kompas (7 Juli 2015) memaparkan bahwa mutu guru Indonesia masih mengkhawatirkan. Dari uji kompetensi guru terhadap sekitar 1,6 juta guru, hasilnya tidak menggembirakan karena sebagian besar nilainya di bawah 50 dari nilai tertinggi 100. Menurut Anies Baswedan (Kompas, Desember 2012) terdapat 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar minimal layanan pendidikan.

Kompas (5 Juli 2015) memaparkan bahwa di pulau Jawa dan sekitarnya, masih banyak sekolah yang kekurangan guru sehingga ada guru yang mengajar lebih dari jadwal yang seharusnya ataupun mengajar tidak sesuai dengan bidangnya. Hal ini mengakibatkan krisis guru di Indonesia. Dampak dari kekurangan guru tersebut adalah menurunnya kualitas pendidikan karena tidak ada pendidikan yang baik tanpa guru yang baik karena guru yang baik itu bisa dilihat dari jumlah ketercukupannya di sekolah-sekolah.

Kompas (9 Juni 2015) memaparkan bahwa di Banten dan Sumatera Utara ditemukan pembuatan ijazah ilegal atau ijazah palsu. Dari lingkungan akademik yang sangat menekankan kejujuran sebagai nilai yang dijunjung tinggi, justru lahir manipulasi, kecurangan, dan pelanggaran. Kasus-kasus itu mencoreng martabat pendidikan kita karena memperlihatkan penyimpangan dari tujuan pendidikan untuk melahirkan sumber daya manusia yang berkarakter, termasuk jujur.


(24)

Dari latar belakang masalah di atas, penulis ingin melakukan penelitian

yang berjudul “Kompetensi Guru SMA berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pengalaman Mengajar, dan Status Kepegawaian”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin?

2. Apakah ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan usia?

3. Apakah ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan pengalaman mengajar?

4. Apakah ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan status kepegawaian?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin.

2. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan usia.


(25)

3. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan pengalaman mengajar.

4. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan status kepegawaian.

5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini menjadi bekal bagi peneliti dalam mempersiapkan diri saat memasuki dunia kerja terutama di bidang pendidikan.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan refleksi bagi seorang guru dalam upaya meningkatkan kompetensi yang dimiliki.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan kompetensi para guru di sekolah. 4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan koleksi/bacaan di perpustakaan dan dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai bahan pendukung dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut.


(26)

5 BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis

1. Kompetensi Guru

a. Pengertian Kompetensi

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, 2006: 37). Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 10, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keguruannya.

b. Kompetensi Guru

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, “Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.

Lebih lanjut disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani


(27)

serta memiliki kompetensi untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 8 UU RI No. 14 Tahun 2005).

Menurut Mulyasa (2007: 26) kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuwan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara keseluruhan membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas utamanya (Agung, 2014: 35). Tenaga pendidik yang memiliki seperangkat kompetensi yang harus dimiliki dalam melaksanakan tugas sehari-hari sebagai tenaga pendidik disebut tenaga pendidik yang profesional (Janawi, 2012: 31).

Guru profesional adalah guru yang menyadari tugas dan fungsinya sesuai dengan jabatan yang diembannya, memiliki pemahaman yang tinggi serta mengenal dirinya sebagai pribadi yang dipanggil untuk mengabdikan diri kepada masyarakat melalui pendidikan dan pendampingan peserta didik belajar (Mulyasa, 2013: 40). Keberadaan guru profesional dan bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas.


(28)

Oleh sebab itu, seorang guru harus memenuhi standar kompetensi keguruan demi meningkatkan kualitas pembelajaran yang maksimal. c. Jenis-jenis Kompetensi Guru

Jenis-jenis kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Berikut adalah penjelasan masing-masing kompetensi tersebut:

1) Kompetensi Pedagogik

Menurut Mulyasa (2013: 42) kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi ini harus diaktualisasikan oleh setiap guru dalam menciptakan iklim pembelajaran yang mendidik sebagai perwujudan penguasaan kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya secara terintegrasi dan utuh (Mulyasa 2013: 43).

Menurut Janawi (2012: 65) kompetensi pedagogik paling tidak berhubungan dengan: menguasai karakteristik peserta didik; menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran; mengembangkan kurikulum dan rancangan pembelajaran; menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; memanfaatkan


(29)

tujuan instruksional khusus untuk kepentingan pembelajaran; memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik; berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik; menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar; memanfaatkan hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran; dan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Menurut Permendiknas nomor 17 tahun 2007, kompetensi pedagogis guru mata pelajaran terdiri atas 37 buah kompetensi yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti seperti disajikan berikut ini:

a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spritual, sosial kultural, emosional dan intelektual; b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

yang mendidik;

c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu;

d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik;

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran;

f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki;


(30)

g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik;

h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar;

i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran;

j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Kompetensi pedagogik harus senantiasa dimiliki dan dikembangkan oleh seorang guru. Melalui kompetensi ini, guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran dengan tepat. Pengelolaan kegiatan pembelajaran dimulai dari pemahaman terhadap peserta didik sampai evaluasi belajar yang dilakukan oleh guru. Pemahaman terhadap peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak (Agung, 2014: 39-40) sedangkan evaluasi belajar adalah pengukuran dan penilaian hasil belajar siswa.

Peserta didik dilahirkan dalam berbagai perbedaan minat, bakat, motivasi dan kemampuan. Di sisi lain, guru harus mampu membentuk peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan. Di sinilah peran penting guru dalam memahami berbagai kondisi peserta didik. Dengan pemahaman kondisi peserta didik, guru dapat merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang


(31)

tepat sehingga tujuan pendidikan pun tercapai. Bukti dari pencapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat melalui evaluasi yang diberikan oleh guru. Hasil evaluasi perlu dipelajari oleh seorang guru sehingga dapat dilakukan strategi belajar yang lebih tepat.

Oleh sebab itu, seorang pendidik tidak hanya sekedar mentransfer ilmu kepada anak didiknya dan hanya terfokus dalam pengembangan dirinya saja. Namun, pendidik yang profesional adalah pendidik yang mampu mengembangkan dirinya dan anak didiknya dengan efektif dan efisien.

2) Kompetensi Kepribadian

Profil guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa, panggilan hati nurani bukan karena tuntutan uang belaka yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding sekolah (Djamarah, 2005: 42).

Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan panutan dalam seluruh segi kehidupannya. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (Asmani, 2009: 117). Kepribadian yang menarik dan mempesona sangat dibutuhkan bagi seorang tenaga pendidik karena tenaga pendidik merupakan sosok yang memberikan kontribusi besar bagi pencapaian proses


(32)

pembelajaran baik dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor (Janawi, 2012: 126-127). Namun berperan sebagai guru mengandung tantangan, karena di satu pihak guru harus ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan dan menciptakan suasana aman; di lain pihak guru harus memberikan tugas, mendorong siswa untuk berusaha mencapai tujuan, mengadakan koreksi, menegur dan menilai (Winkel, 2014: 225). Di sinilah peran penting kompetensi kepribadian dimiliki oleh seorang guru.

Menurut Mulyasa (2013: 42) kompetensi kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Seorang guru dinilai tidak hanya dari aspek keilmuan saja, tetapi juga dari aspek kepribadian yang ditampilkannya.

Mengacu kepada standar nasional pendidikan (Asmani, 2009: 116-117), kompetensi kepribadian guru meliputi: (1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil; (2) Memiliki kepribadian yang dewasa; (3) Memiliki kepribadian yang arif; (4) Memiliki kepribadian yang berwibawa; dan (5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan.


(33)

Menurut Janawi (2012: 127-133) kemampuan kepribadian dapat dijabarkan melalui beberapa indikator yang menjadi gambaran dan ciri khas profesionalisme guru, yaitu:

a) Berjiwa pendidik dan bertindak sesuai dengan norma yang belaku;

b) Jujur, berakhlak mulia dan menjadi teladan; c) Dewasa, stabil dan berwibawa; dan

d) Memiliki etos kerja, tanggung jawab dan percaya diri. 3) Kompetensi Sosial

Guru adalah manusia sosial. Sebagai makhluk sosial guru tidak terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan sekitar. Guru dalam menjalankan tugasnya senantiasa berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru maupun masyarakat sekitar. Hal ini menjelaskan bahwa pentingnya kompetensi sosial bagi seorang guru.

Menurut Mulyasa (2013: 42) kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat. Kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:


(34)

b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;

c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan orang tua/wali peserta didik; dan

d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di sekolah maupun di masyarakat (Mulyasa, 2007: 176). Ketujuh kompetensi tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama;

b) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi; c) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi; d) Memiliki pengetahuan tentang estetika; e) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial;

f) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan; dan

g) Setia terhadap harkat dan martabat manusia. 4) Kompetensi Profesional

Salah satu peran guru kepada anak didiknya adalah sebagai pengajar. Dalam hal ini, guru mentransfer ilmu yang


(35)

dimilikinya menjadi ilmu yang dimiliki oleh anak didiknya. Guru salah satu sumber belajar bagi anak didik dalam menguasai materi pelajaran yang diminatinya. Seorang guru harus mampu memanusiakan anak didik, dan membuat anak didik lebih mandiri dan bertanggung jawab dengan apa yang menjadi tugasnya (Janawi, 2012: 98). Di sinilah pentingnya kompetensi profesional bagi seorang guru.

Menurut Mulyasa (2013: 42) kompetensi profesional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan. Kompetensi profesional merupakan kemampuan, keahlian, kecakapan dasar tenaga pendidik yang harus dikuasai dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Janawi, 2012: 99).

Menurut Mulyasa (2007: 135-136) ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut:

a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya;

b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik;

c) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya;


(36)

d) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi;

e) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat media dan sumber belajar yang relevan;

f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran;

g) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik; dan

h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

Menurut Asmani (2012: 164-188) indikator guru yang mempunyai kompetensi ilmu, yaitu: 1) penguasaan materi secara mendalam dan dinamis; 2) penekanan research dan development; 3) menjadi produsen ilmu pengetahuan; 4) menguasai tertib administrasi; 5) mengembangkan kreativitas dan profesi.

2. Jenis Kelamin

Perbedaan antara pria dan wanita dapat ditemukan dalam segi fisik, kepribadian maupun dalam perilaku kerja. Ada beberapa area dimana kita dapat menemukan perbedaan gender yang berkaitan dengan kemampuan psikologis, khususnya dalam area-area yang menyangkut kemampuan berpikir, persepsi dan memori. Pada umumnya kaum pria memperlihatkan kemampuan spasial yang lebih baik, sedangkan kaum


(37)

wanita menunjukkan kemampuan verbal yang lebih maju (Schustack, 2006: 5). Menurut Eagly dan Hide (Schustack, 2006: 5) dibandingkan wanita, pria secara verbal dan fisik lebih agresif. Menurut Hall (Schustack, 2006: 5) dibandingkan pria, wanita lebih baik dalam melakukan komunikasi nonverbal, lebih sensitif terhadap tanda-tanda nonverbal, dan lebih ekspresif secara nonverbal.

Peradaban kuno juga menjelaskan bahwa adanya perbedaan pria dan wanita. Sejumlah keyakinan religius kuno di Asia melakukan dikotomi humanitas kedalam komponen pria dan wanita, yin dan yang. Yin merepresentasikan wanita yang pasif, misterius dan dingin, sedangkan Yang menggambarkan pria yang aktif, terang dan panas (Schustack, 2006: 6). Menurut Ahlgren (Waluyo, 2015: 79) wanita lebih bersifat kooperatif dan kurang kompetitif. Keadaan ini disebabkan adanya perasaan takut akan sukses yang dimiliki wanita serta konsekuensi sosial yang negatif yang akan diterimanya. Konsep Erikson (Schustack, 2006: 14) mendeskripsikan trait pria sebagai aktif, eksploratif, gemar berperang dan pragmatis, sedangkan wanita berwatak pengasuh, lembut dan cinta damai. Menurut tinjauan literatur oleh Maccoby dan Jacklin (1974) menunjukkan bahwa ternyata wanita lebih bersedia menyesuaikan diri dibandingkan pria. Lebih lanjut Eagly dan Jhonson (1990) menemukan bahwa para pemimpin wanita lebih demokratis dan kurang direktif (tegas) dibandingkan para pemimpin pria (Schustack, 2006: 31 -33).


(38)

3. Usia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, umur merupakan lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Menurut Gellerman, para pekerja muda pada umumnya mempunyai tingkat harapan dan ambisi yang tinggi (Waluyo, 2015: 80). Mereka mempunyai tantangan dalam pekerjaan dan menjadi bosan dengan tugas-tugas rutin serta kurang puas dengan kedudukan yang kurang berarti. Hal ini juga terjadi pada usia menengah. Sebaliknya, di usia lanjut, kompetisi biasanya dielakkan karena menurunnya stamina. Guru muda selalu berambisi dalam meniti karirnya, sedangkan guru yang sudah lanjut usia semangatnya mulai berkurang (Sahertian 1994: 44). Menurut Plude dan Hoyer (Jogiyanto, 2007: 330) peningkatan umur berhubungan dengan kesulitan dalam memproses stimulus komplek dan mengalokasikan perhatian kepada informasi di pekerjaaan.

4. Pengalaman Mengajar

Pengalaman mengajar merupakan salah satu faktor yang menunjang kesuksesan seorang guru. Mengajar merupakan sebuah pekerjaan bagi seorang guru. Kenyataan menunjukkan bahwa makin lama seorang bekerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru tersebut. Sebaliknya makin singkat masa kerja, makin sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian dan keterampilan kerja, sebaliknya terbatasnya


(39)

pengalaman kerja mengakibatkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki makin rendah (Sastrohadiwiryo, 2005: 163).

5. Status Kepegawaian

Status guru adalah kedudukan guru dilihat dari prototipenya dalam suatu sistem sosial (Sahertian, 1994: 10). Di sekolah masing-masing guru mempunyai status kepegawaian, misalnya Guru Pegawai negeri Sipil (PNS), Guru Tetap Yayasan (GTY), dan Guru Tidak Tetap (GTT).

Menurut UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Jadi, Guru PNS adalah guru yang diangkat oleh pemerintah dan menerima hak serta melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Guru Tetap Yayasan (GTY) adalah guru yang mengajar dalam sebuah yayasan atau lembaga masyarakat, diangkat oleh yayasan atau lembaga masyarakat tersebut dan berkewajiban memenuhi tanggung jawabnya sesuai dengan aturan yang dibuat oleh yayasan atau lembaga masyarakat tersebut. Sedangkan Guru Tidak Tetap (GTT) adalah guru yang belum diangkat menjadi guru PNS atau Guru Tetap baik dalam instansi pendidikan negeri maupun swasta.


(40)

GTT bekerja berdasarkan perjanjian kerja yang telah dibuat oleh instansi pendidikan negeri maupun swasta.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini peneliti memaparkan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang relevan ini dapat mendukung teori-teori yang telah dipaparkan sebelumnya. Namun demikian, peneliti hanya menemukan beberapa penelitian yang relevan dengan variabel bebas penelitian ini, yaitu variabel jenis kelamin, usia, pengalaman mengajar, dan status kepegawaian, yang menyebabkan perbedaan pada variabel terikatnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Retituta Uniek Wintarti (2001) dalam penelitian yang berjudul “Prestasi kerja ditinjau dari tingkat pendidikan dan pengalaman kerja: studi kasus pada bagian penjahitan sarung tangan golf PT. Budi Manunggal, Kotagede, Yogyakarta” menujukkan bahwa ada perbedaan prestasi kerja ditinjau dari perbedaan tingkat pendidikan dan pengalaman kerja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri Prasetya Yuwana (2009)

dalam penelitian yang berjudul “Persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status, dan masa kerja guru” menunjukkan bahwa ada

perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status guru, dan masa kerja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Karsan (2015) dalam penelitian


(41)

ditinjau dari status sosial ekonomi, usia, dan jenis kelamin” menunjukkan

bahwa ada perbedaan sikap konsumen terhadap atribut harga, produk dan khasiat ditinjau dari pendidikan, pekerjaan, penghasilan, usia, dan jenis kelamin.

C. Kerangka Berpikir

Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas utamanya. Kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Guru mempunyai karakteristik yang berbeda, seperti jenis kelamin, usia, pengalaman mengajar, dan status kepegawaian.

1. Kompetensi Guru Berdasarkan Jenis Kelamin

Variabel jenis kelamin dibedakan menjadi 2, yaitu laki-laki dan perempuan. Laki-laki dideskripsikan sebagai makhluk yang rasional, mandiri, agresif, dominan, objektif, berorientasi pada prestasi, aktif, cenderung lebih egois, serta memiliki gaya kepemimpinan yang tegas dan kurang demokratis. Perempuan dideskripsikan sebagai makhluk yang emosional, berwatak pengasuh, mudah menyerah (submitif), komunikatif, lemah dalam ilmu matematika, subjektif, pasif, demokratis, kurang tegas dan mudah bergaul.

Guru tidak hanya mengajarkan materi pelajaran kepada anak didik tetapi juga berusaha membentuk karakteristik anak didik karena guru


(42)

adalah orang tua kedua bagi anak didiknya. Oleh karena itu, guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan panutan dalam seluruh segi kehidupannya.

Berdasarkan karekteristik antara laki-laki dan perempuan yang telah dipaparkan di atas, diduga bahwa karateristik tersebut mempengaruhi kompetensi guru dalam menjalani tugas keguruannya. 2. Kompetensi Guru Berdasarkan Usia

Variabel usia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia seorang guru. Usia seorang guru dikelompokkan menjadi tiga yaitu, usia muda, menengah, dan tua. Para pekerja muda biasanya memiliki semangat dan ambisi yang kuat dalam menjalani tugasnya, mereka selalu bersemangat dalam mengembangkan karirnya. Hal ini juga dimiliki oleh para pekerja usia menengah. Namun, biasanya para pekerja tua memiliki semangat kompetitif yang semakin lemah.

Seorang guru dalam menjalani profesinya harus memiliki semangat yang tinggi untuk mengembangkan dirinya dan anak didiknya. Guru haruslah senantiasa berupaya meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan jaman. Di lain pihak, guru juga menggerakkan dan mendorong peserta didik agar semangat dalam belajar, sehingga peserta didik benar-benar menguasai bidang ilmu yang dipelajari.


(43)

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, diduga bahwa usia guru mempengaruhi kompetensi guru dalam menjalani tugas keguruannya.

3. Kompetensi Guru Berdasarkan Pengalaman Mengajar

Variabel pengalaman mengajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya seorang guru tersebut menjalani tugas keguruannya. Pengalaman mengajar seorang guru dikelompokkan menjadi tiga yaitu, belum lama, cukup lama, dan lama.

Masa kerja seseorang mempengaruhi pengalaman bekerja. Semakin lama bekerja maka semakin banyak memberikan pengalaman bekerja. Pengalaman bekerja yang banyak memberikan keahlian dan keterampilan kerja yang semakin baik. Sebaliknya pengalaman bekerja yang sedikit mengakibatkan tingkat keahlian dan keterampilan yang rendah.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, diduga bahwa pengalaman mengajar guru mempengaruhi kompetensi guru dalam menjalani tugas keguruannya.

4. Kompetensi Guru Berdasarkan Status Kepegawaian

Variabel status kepegawaian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah status guru di sekolah tempat ia mengajar. Status kepegawaian guru terdiri dari tiga jenis, yaitu guru tidak tetap, guru tetap yayasan, dan pegawai negeri sipil.

Pegawai negeri sipil diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian pemerintah. Pengangkatan guru pegawai negeri sipil ditempuh dalam


(44)

berbagai tahap. Guru yang diangkat sebagai pegawai negeri sipil tentunya memiliki kualifikasi yang baik sebagaimana disyaratkan bagi pegawai negeri sipil. Guru yang berstatus sebagai pegawai tetap yayasan juga diangkat oleh yayasan sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh yayasan. Pengangkatan guru tidak tetap menjadi guru tetap yayasan tentunya menempuh tahap demi tahap, termasuk pelatihan maupun pembinaan-pembinaan yang wajib diikuti selama menjadi guru tidak tetap. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan untuk mengembangkan kompetensi guru agar lebih cakap dalam menjalani tugas keguruannya sehingga guru tersebut bisa diangkat menjadi guru tetap yayasan. Sedangkan guru tidak tetap bekerja berdasarkan perjanjian kerja yang telah dibuat oleh instansi pendidikan negeri maupun swasta.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, diduga bahwa status kepegawaian guru mempengaruhi kompetensi guru dalam menjalani tugas keguruannya.

D. Rumusan Hipotesis

Dari kerangka perpikir di atas, maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis 1

Ho = Tidak ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin.


(45)

H1 = Ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin.

Hipotesis 2

Ho = Tidak ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan usia.

H1 = Ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan usia.

Hipotesis 3

Ho = Tidak ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan pengalaman mengajar.

H1 = Ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan pengalaman mengajar.

Hipotesis 4

Ho = Tidak ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan status kepegawaian.

H1 = Ada perbedaan kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan status kepegawaian.


(46)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif yang digunakan adalah penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang dilaksanakan pada objek tertentu secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta. Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa penelitian studi kasus berlaku hanya pada objek yang diteliti, yaitu kompetensi guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarata.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta, yaitu SMA Sang Timur, SMA Stella Duce 2, SMA Santa Maria, SMA Santo Thomas, dan SMA Pangudi Luhur.

2. Waktu Penelitian


(47)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah kompetensi guru-guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta

2. Sampel Penelitian

Penelitian ini adalah adalah penelitian populasi sehingga tidak menggunakan sampel penelitian.

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Kompetensi Guru

Variabel dalam penelitian ini adalah kompetensi guru. Kompetensi guru adalah pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang guru.


(48)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Kompetensi Guru

Variabel Dimensi Indikator No. Butir

(+) (-) Kompetensi Guru Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik

1, 2, 5 3, 4, 6 Menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik

7, 8, 9 10

Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata

pelajaran yang diampu

12, 13, 14, 15 11, 16 Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

17, 18 19

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk kepentingan pembelajaran

20 21

Memfasilitasi pengembangan potensi

peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimiliki

22 23

Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun

dengan peserta didik

24, 26, 27

25, 28 Menyelenggarakan

penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

29, 30 31

Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk

kepentingan pembelajaran

32, 33 34

Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan

kualitas pembelajaran

35, 36

Kompetensi Kepribadian

Bertindak sesuai dengan norma yang belaku

37, 38 Jujur, berakhlak mulia dan

menjadi teladan

40, 41 39, 42 Dewasa, stabil dan 43, 46 44,


(49)

berwibawa 45 Memiliki etos kerja,

tanggungjawab dan percaya diri 47, 48, 49 50 Kompetensi Sosial

Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat

51, 52 53 Menggunakan teknologi

komunikasi dan informasi secara fungsional

54, 55

Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan orang

tua/wali

56, 57, 58

Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar

59 60 Kompetensi

Profesional

Menguasai materi secara mendalam dan dinamis

61, 62, 64

63 Menggunakan berbagai alat,

media dan sumber belajar yang relevan

66, 67 65

Penekanan research and develompment

68, 69 70 Menjadi produsen ilmu

pengetahuan

71 72 Menguasai tertib

administrasi

73 74 Mengembangkan kreativitas

dan profesi

75, 76, 77

78

Indikator-indikator di atas dibuat ke dalam pernyataan-pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut menjadi kuesioner penelitian dan pengukuran kompetensi guru dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Pengukuran ini disajikan dalam lima alternatif jawaban yaitu, sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Pemberian skor dalam setiap pernyataan adalah sebagai berikut:


(50)

Tabel 3.2

Skor Pernyataan Kompetensi Guru

Kriteria Jawaban Skor Pernyataan

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Cukup Setuju (CS) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

2. Variabel Jenis Kelamin

Jenis kelamin guru adalah perbedaan antara guru laki-laki dan guru perempuan. Pemberian skor pada variabel ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Skor Jenis Kelamin Guru

Jenis Kelamin Skor

Laki-Laki 1

Perempuan 2

3. Variabel Usia

Usia guru adalah lamanya waktu hidup guru, yaitu sejak dilahirkan hingga pada tahun ini. Pengelompokkan usia guru dilakukan dengan menentukan kelas dan interval kelas berdasarkan rumus Sturges. Berdasarkan rumus Sturges, kelas interval terdiri dari 7 kelas. Dari 7 kelas interval tersebut ternyata sebagian kelas interval memiliki frekuensi yang sangat kecil sehingga beberapa kelas interval perlu digabungkan. Oleh karena itu, 7 kelas interval tersebut selanjutnya dibagi menjadi 3 kelas interval usia. Kelas interval pertama dan kedua adalah kelompok usia muda, kelas interval ketiga dan keempat adalah kelompok usia menengah dan kelas interval kelima, keenam dan ketujuh adalah


(51)

kelompok usia tua. Hasil pengelompokkan dan skor masing-masing kelompok disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.4 Skor Usia Guru Kelompok Usia

(tahun)

Kelas Interval Usia (Tahun)

Skor

Usia muda Usia 22 - 33 1

Usia menengah Usia 34 – 45 2

Usia tua Usia 46 – 63 3

4. Variabel Pengalaman Mengajar

Pengalaman mengajar yang dimaksud adalah lamanya seorang guru mengajar. Pengelompokkan pengalaman mengajar guru dilakukan dengan menentukan kelas dan interval kelas berdasarkan rumus Sturges. Berdasarkan rumus Sturges, kelas interval terdiri dari 7 kelas. Dari 7 kelas interval tersebut ternyata sebagian kelas interval memiliki frekuensi yang sangat kecil sehingga beberapa kelas interval perlu digabungkan. Oleh karena itu, 7 kelas interval tersebut selanjutnya dibagi menjadi 3 kelas interval pengalaman mengajar. Kelas interval pertama dan kedua adalah kelompok belum lama, kelas interval ketiga dan keempat adalah kelompok cukup lama dan kelas interval kelima, keenam dan ketujuh adalah kelompok lama. Hasil pengelompokkan dan skor masing-masing kelompok disajikan dalam tabel di bawah ini.


(52)

Tabel 3.5

Skor Pengalaman Mengajar Guru Kelompok

Pengalaman Mengajar (bulan)

Kelas Interval Pengalaman Mengajar

(Bulan)

Skor

Belum lama 7 - 122 bulan 1

Cukup lama 122 - 238 bulan 2

Lama 139- 412 bulan 3

5. Variabel Status Kepegawaian

Status kepegawaian guru dikelompokkan menjadi 3, yaitu Guru Tidak Tetap, Guru Tetap Yayasan, dan Pegawai Negeri Sipil. Berikut adalah penskoran masing-masing kelompok tersebut.

Tabel 3.6

Skor Status Kepegawaian Guru

Status Kepegawaian Skor

Guru Tidak Tetap (GTT) 1

Guru Tetap Yayasan (GTY) 2

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Melalui teknik ini, responden diberikan seperangkat pernyataan tertulis dan pernyataan tersebut dijawab oleh responden secara tertulis.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Kuesioner berisi pernyataan-pernyataan bagaimana kompetensi seorang guru dalam melaksanakan tugas keguruannya. Skala pengukuran yang


(53)

digunakan adalah skala Likert. Pernyataan dijawab oleh responden dengan memberikan tanda check (√) pada alternatif jawaban yang tersedia.

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Validitas

Validitas menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi sedangkan instrumen yang kurang valid memiliki validitas rendah. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi dan validitas empiris. Oleh karena itu, kuesioner dalam penelitian ini dinyatakan valid menurut validitas isi karena kuesioner dibuat berdasarkan indikator-indikator yang diturunkan dari empat dimensi pada variabel kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Pengujian validitas empiris dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson, sebagai berikut:

r

xy

=

�∑ −

(∑ )(∑ )

�∑X2−(∑ )2 �∑ 2−(∑ )2

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi

∑Y = Jumlah skor total semua item


(54)

∑XY = Jumlah perkalian X dan Y

∑X2

= Jumlah kuadrat dari X

∑Y2

= Jumlah kuadrat Y N = Jumlah responden

Perhitungan korelasi Product Moment dari Pearson menggunakan bantuan SPSS versi 21, nilai korelasi (r) dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jumlah nilai Corrected Item-Total Correlation dibandingkan dengan r kritik. Untuk mengetahui besarnya r kritik, dapat dilihat dalam tabel korelasi nilai – r. Cara melihat angka kritik adalah dengan melihat baris N-2 untuk taraf signifikan 5 %. N yang dimaksud adalah jumlah responden penelitian (Tukiran, 2012: 140).

Pengujian validitas empiris dalam penelitian ini menggunakan seluruh responden penelitian yang berjumlah 94 orang. Nilai r tabel pada jumlah responden 94 orang dengan taraf signifikansi 0,05 atau 5 % adalah 0,205. Jika r hitung lebih besar dari r kritik dan bernilai positif maka suatu item butir instrumen dinyatakan valid.

Di bawah nini disajikan hasil pengukuran uji validitas empiris kompetensi guru.

Tabel 3.7

Hasil Pengukuran Uji Validitas Kompetensi Guru

No. Item r tabel (taraf

signifikan 5%) r hitung Keterangan

1 0,205 ,207 Valid

2 0,205 ,268 Valid

3 0,205 ,428 Valid

4 0,205 ,436 Valid


(55)

6 0,205 ,491 Valid

7 0,205 ,341 Valid

8 0,205 ,610 Valid

9 0,205 ,689 Valid

10 0,205 ,496 Valid

11 0,205 ,464 Valid

12 0,205 ,446 Valid

13 0,205 ,703 Valid

14 0,205 ,638 Valid

15 0,205 ,549 Valid

16 0,205 ,398 Valid

17 0,205 ,537 Valid

18 0,205 ,372 Valid

19 0,205 ,313 Valid

20 0,205 ,334 Valid

21 0,205 ,356 Valid

22 0,205 ,379 Valid

23 0,205 ,339 Valid

24 0,205 ,421 Valid

25 0,205 ,310 Valid

26 0,205 ,678 Valid

27 0,205 ,688 Valid

28 0,205 ,503 Valid

29 0,205 ,504 Valid

30 0,205 ,511 Valid

31 0,205 ,536 Valid

32 0,205 ,555 Valid

33 0,205 ,449 Valid

34 0,205 ,421 Valid

35 0,205 ,514 Valid

36 0,205 ,470 Valid

37 0,205 ,356 Valid

38 0,205 ,653 Valid

39 0,205 ,547 Valid

40 0,205 ,716 Valid

41 0,205 ,445 Valid

42 0,205 -,004 Tidak Valid


(56)

44 0,205 ,333 Valid

45 0,205 ,537 Valid

46 0,205 ,551 Valid

47 0,205 ,644 Valid

48 0,205 ,630 Valid

49 0,205 ,608 Valid

50 0,205 ,550 Valid

51 0,205 ,654 Valid

52 0,205 ,595 Valid

53 0,205 ,052 Tidak Valid

54 0,205 ,447 Valid

55 0,205 ,556 Valid

56 0,205 ,640 Valid

57 0,205 ,217 Valid

58 0,205 ,518 Valid

59 0,205 ,469 Valid

60 0,205 ,444 Valid

61 0,205 ,541 Valid

62 0,205 ,533 Valid

63 0,205 ,511 Valid

64 0,205 ,274 Valid

65 0,205 ,342 Valid

66 0,205 ,434 Valid

67 0,205 ,521 Valid

68 0,205 ,243 Valid

69 0,205 ,404 Valid

70 0,205 ,326 Valid

71 0,205 ,410 Valid

72 0,205 ,405 Valid

73 0,205 ,551 Valid

74 0,205 ,224 Valid

75 0,205 ,525 Valid

76 0,205 ,522 Valid

77 0,205 ,539 Valid


(57)

Berdasarkan hasil pengujian validitas empiris di atas, diketahui bahwa item instrumen penelitian sebagian besar valid. Terdapat 76 item yang valid sedangkan item yang tidak valid terdiri dari 2 item. Item yang tidak valid tersebut adalah item yang merupakan pernyataan negatif. Peneliti menduga bahwa item tersebut tidak valid karena responden penelitian kurang teliti dalam mengisi kuesioner penelitian sehingga ada beberapa responden yang terkecoh dalam menjawab pernyataan negatif tersebut. Item yang tidak valid tesebut kemudian dihilangkan agar dapat mengasilkan instrumen yang valid secara empiris.

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan Koefisien Cronbach's Alpha karena jawaban yang diberikan responden dalam penelitian ini adalah jawaban yang berbentuk skala. Sebuah instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien reliabilitas (r11) atau Cronbach's Alpha > 0,6 (Siregar, 2013: 90).

Menurut Arikunto (2006: 276) dalam menentukan besarnya tingkat reliabilitas dapat dilihat dari tabel interpretasi nilai r11, sebagai berikut:

Tabel 3.8 Tabel Interpretasi

No Besarnya nilai r Interpretasi

1. 0,800 - 1,000 Tinggi

2. 0,600 - 0,799 Cukup

3. 0,400 - 0,599 Agak Rendah

4. 0,200 - 0,399 Rendah


(58)

Uji reliabilitas instrumen penelitian menggunakan rumus Alpha Cronbach dan dilakukan dengan bantuan SPSS versi 21. Hasil pengukuran uji reliabilitas setelah item yang tidak valid dihilangkan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.9

Hasil Pengukuran Uji Reliabilitas Kompetensi Guru Variabel Nilai r

hitung

Nilai r

tabel Status Keterangan Kompetensi

Guru 0,954 0,60 Reliabel Tinggi

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas di atas, diketahui bahwa nilai r hitung atau Koefisien Cronbach's Alpha adalah 0,954 atau lebih besar dari 0,60. Oleh karena itu, instrumen penelitian kompetensi guru dikatakan reliabel.

H. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Deskriptif

Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikannya sehingga dapat memberikan suatu informasi yang jelas. Data penelitian disajikan melalui tabel, perhitungan modus, median, mean, standar deviasi dan perhitungan persentase. Pendeskripsian data juga menggunakan PAP (Penilaian Acuan Patokan) tipe II. Dalam pendeskripsian ini, peneliti mengelompokkan variabel kompetensi guru ke dalam lima kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup baik, buruk, dan sangat buruk.


(59)

Tabel 3.10

Kategorisasi PAP tipe II Kompetensi Guru

Tingkat Kompetensi Guru Kategori Kompetensi Guru

0,81 – 1,00 Sangat Baik

0,66 – 0,80 Baik

0,56 – 0,65 Cukup Baik

0,46 – 0,55 Buruk

0, 00 – 0,45 Sangat Buruk

Sumber: (Masidjo, 1995: 157) 2. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data kompetensi guru merupakan salah satu prasyarat analisis data atau uji hipotesis penelitian. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data yang digunakan adalah pengujian normalitas data dengan One Sampel Kolmogorov Smirnov Test dengan bantuan SPSS Versi 21. Berdasarkan metode ini, normalitas data ditunjukkan oleh besarnya Asymptotic sig. (2 tailed). Apabila Asymptotic sig. (2 tailed) lebih besar dari alpha 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal, sedangkan apabila Asymptotic sig. (2 tailed) lebih kecil dari alpha 0,05, maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

Berikut ini adalah ringkasan hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan SPSS Versi 21.


(60)

1) Hasil Pengujian Normalitas Data Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 3.11

Hasil Pengujian Normalitas Data Kompetensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Variabel

Variabel Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

Asymp. Sig. Ketera-ngan Asymp. Sig. Ketera-ngan Kompetensi ,406 normal ,225 normal

Tabel 3.12

Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kompetensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Aspek Kompetensi

Variabel Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

Asymp. Sig. Ketera-ngan Asymp. Sig. Ketera-ngan Pedagogik ,587 normal ,161 normal Kepribadian ,367 normal ,110 normal Sosial ,574 normal ,008 tidak

normal Profesional ,599 normal ,197 normal

2) Hasil Pengujian Normalitas Data Berdasarkan Usia Tabel 3.13

Hasil Pengujian Normalitas Data Kompetensi Berdasarkan Usia

Variabel

Kelompok Usia

Muda Menengah Tua

Asy. Sig. Ketera-ngan Asy. Sig. Ketera-ngan Asy. Sig. Ketera-ngan


(61)

Tabel 3.14

Hasil pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kompetensi Berdasarkan Usia

Aspek Kompetensi

Kelompok Usia

Muda Menengah Tua

Asy. Sig. Ketera-ngan Asy. Sig. Ketera-ngan Asy. Sig. Ketera-ngan

Pedagogik ,708 normal .554 normal ,317 normal

Kepribadian ,623 normal ,360 normal ,127 normal

Sosial ,193 normal ,932 normal ,115 normal

Profesional ,221 normal ,602 normal ,847 normal

3) Hasil Pengujian Normalitas Data Berdasarkan Pengalaman Mengajar.

Tabel 3.15

Hasil Pengujian Normalitas Data Kompetensi Berdasarkan Pengalaman Mengajar

Tabel 3.16

Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kompetensi Berdasarkan Pengalaman Mengajar

Variabel

Kelompok Pengalaman Mengajar Belum Lama Cukup lama Lama

Asy. Sig. Ketera-ngan Asy. Sig. Ketera-ngan Asy. Sig. Ketera-ngan

Kompetensi ,459 normal ,379 normal ,950 normal

Aspek Kompetensi

Kelompok Pengalaman Mengajar Belum Lama Cukup lama Lama

Asy. Sig. Ketera-ngan Asy. Sig. Ketera-ngan Asy. Sig. Keter-angan

Pedagogik ,459 normal ,406 normal ,873 normal Kepribadian ,540 normal ,176 normal ,300 normal

Sosial ,091 normal ,953 normal ,286 normal


(62)

4) Hasil Pengujian Normalitas Data Berdasarkan Status Kepegawaian

Tabel 3.17

Hasil Pengujian Normalitas Data Kompetensi Berdasarkan Status Kepegawaian

Tabel 3.18

Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kompetensi Berdasarkan Status Kepegawaian

Aspek Kompetensi

Variabel Status Kepegawaian

GTT GTY PNS

Asy. Sig. Ketera-ngan Asy. Sig. Ketera-ngan Asy. Sig. Ketera-ngan

Pedagogik ,369 normal ,336 normal ,828 normal Kepribadian ,399 normal ,091 normal ,867 normal Sosial ,249 normal ,189 normal ,929 normal Profesional ,494 normal ,727 normal ,888 normal

Dari hasil uji normalitas data pada setiap variabel yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum data kompetensi guru berdasarkan jenis kelamin, usia, pengalaman mengajar, dan status kepegawaian dinyatakan berdistribusi normal. Namun, jika dilihat dari setiap aspek kompetensi guru, maka diketahui bahwa aspek kompetensi sosial pada kelompok jenis kelamin perempuan tidak berdistribusi normal.

Variabel

Variabel Status Kepegawaian

GTT GTY PNS

Asy. Sig. Ketera-ngan Asy. Sig. Ketera-ngan Asy. Sig. Ketera-ngan


(63)

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan varians populasi (sampel) yang berdistribusi normal. Data yang homogen merupakan sebuah asumsi kesamaan varians untuk uji ANOVA. Sebuah data dikatakan homogen apabila probabilitasnya (significance) lebih besar dari alpha 0,05. Sebaliknya, sebuah data dikatakan tidak homogen apabila probabilitasnya (significance) lebih kecil dari alpha 0,05.

Berikut ini adalah ringkasan hasil pengujian homogenitas data dengan menggunakan SPSS Versi 21.

Tabel 3.19

Hasil Pengujian Homogenitas Pada Beberapa Kelompok Sampel

Variabel

Nilai Significance (Sig.) Jenis

Kelamin Usia

Pengalaman Mengajar

Status Kepegawaian

Kompetensi ,035 ,396 ,692 ,342

Tabel 3.20

Hasil Pengujian Homogenitas Setiap Aspek Kompetensi Pada Beberapa Kelompok Sampel

Aspek Kompetensi

Nilai Significance (Sig.) Jenis

Kelamin Usia

Pengalaman Mengajar

Status Kepegawaian

Pedagogik ,138 ,184 ,631 ,316

Kepribadian ,027 ,155 ,796 ,034

Sosial ,134 ,673 ,527 ,077

Profesional ,076 ,999 ,905 ,073

Berdasarkan uji homogenitas pada tabel di atas, diketahui bahwa tidak semua data memiliki varians data yang homogen baik


(64)

dilihat dari setiap aspek kompetensi guru maupun kompetensi guru secara keseluruhan. Kompetensi kepribadian berdasarkan jenis kelamin dan status kepegawaian memiliki varians data yang tidak homogen. Secara umum, kompetensi guru berdasarkan jenis kelamin memiliki varians data yang tidak homogen.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas yang telah di uraikan di atas, diketahui bahwa tidak semua data pada kelompok sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Artinya, syarat analisis uji T dan ANOVA tidak semua terpenuhi. Oleh sebab itu, analisis data selanjutnya untuk data yang berdistribusi normal dan homogen menggunakan uji parametrik, yaitu uji Analisis of Variance (ANOVA), sedangkan untuk data yang tidak normal dan homogen menggunakan uji non parametrik, yaitu uji peringkat Mann Whitney untuk menguji dua sampel independen dan uji peringkat Kruskal – Wallis (H Test) untuk menguji lebih dari dua sampel independen.

3. Pengujian Hipotesis

a. Hipotesis 1

Pengujian hipotesis komparatif menggunakan uji peringkat Mann Whitney. Uji ini digunakan karena variabel pada hipotesis pertama terdiri dari dua sampel dan masing-masing sampel tidak saling berkorelasi serta data tidak berdistribusi normal dan tidak memiliki varians yang homogen.


(65)

b. Hipotesis 2

Pengujian hipotesis komparatif menggunakan uji Analisis of Variance (ANOVA) karena variabel pada hipotesis kedua memiliki lebih dari dua sampel serta data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.

c. Hipotesis 3

Pengujian hipotesis komparatif menggunakan uji Analisis of Variance (ANOVA) karena variabel pada hipotesis ketiga memiliki lebih dari dua sampel serta data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.

d. Hipotesis 4

Pengujian hipotesis komparatif menggunakan uji Analisis of Variance (ANOVA) dan uji peringkat Kruskal – Wallis (H Test) karena variabel pada hipotesis keempat memiliki lebih dari dua sampel. Uji ANOVA digunakan pada data yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, yaitu pada data kompetensi guru secara umum dan data kompetensi guru pada aspek kompetensi pedagogik, sosial, dan profesional. Uji H digunakan pada data yang tidak memiliki varians yang homogen, yaitu data kompetensi kepribadian.


(66)

45 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2016. Data diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden penelitian. Responden pada penelitian ini adalah seluruh guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta. SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta adalah SMA Pangudi Luhur, SMA Sang Timur, SMA Santa Maria, SMA Santo Thomas, SMA Stella Duce 1, dan SMA Stella Duce 2. Penelitian hanya dilakukan di 5 SMA karena salah satu SMA tidak memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Jumlah kuesioner yang dibagikan kepada guru adalah 136 kuesioner. Jumlah kuesioner yang kembali adalah 94 kuesioner, sehingga response rate dalam pengembalian kuesioner sebesar 70%.

Deskripsi data penelitian kompetensi guru berdasarkan jenis kelamin, usia, pengalaman mengajar, dan status kepegawaian diuraikan di bawah ini. 1. Jenis Kelamin

Distribusi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam tabel di bawah ini.


(67)

Tabel 4.1

Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-Laki 32 34%

2 Perempuan 62 66%

Jumlah 94 100%

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden penelitian yang berjumlah 94 responden, terdapat 32 orang responden atau 34% responden yang berjenis kelamin laki-laki, dan terdapat 62 orang responden atau 66% responden yang berjenis kelamin perempuan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki jenis kelamin perempuan.

2. Usia

Distribusi responden penelitian berdasarkan usia disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.2

Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Usia No. Kelompok

Usia

Usia (dalam tahun)

Jumlah Frekuensi

Persentase

1 Muda 22 – 33 tahun 29 31%

2 Menengah 34 – 45 tahun 25 27%

3 Tua 46 – 63 tahun 40 42%

Jumlah 94 100%

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden yang berjumlah 94 responden, terdapat 29 orang responden atau 31% responden yang berusia 22 – 33 tahun, 25 orang responden atau 27% responden yang berusia 34 - 45 tahun, dan 40 orang responden atau 42%


(68)

responden yang berusia 46 - 63 tahun. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berusia 46 – 63 tahun atau tergolong kelompok usia tua.

3. Pengalaman Mengajar

Distribusi responden penelitian berdasarkan pengalaman mengajar disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.3

Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Pengalaman Mengajar

No.

Kelompok Pengalaman

Mengajar

Pengalaman Mengajar (dalam bulan)

Jumlah

Frekuensi Persentase

1 Belum lama 7 – 122 bulan 36 38%

2 Cukup lama 123 – 238 bulan 30 32%

3 Lama 239 – 412 bulan 28 30%

Jumlah 94 100%

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden yang berjumlah 94 responden, terdapat 36 orang responden atau 38% responden yang memiliki pengalaman mengajar 7 – 122 bulan, 30 orang responden atau 32% responden yang memiliki pengalaman mengajar 123 – 238 bulan, dan 28 orang responden atau 30% responden yang memiliki pengalaman mengajar 239 - 412 bulan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki pengalaman mengajar 7 – 122 bulan bulan atau sekitar 0 – 10 tahun.


(69)

4. Status Kepegawaian

Distribusi responden penelitian berdasarkan status kepegawaian disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.4

Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Status Kepegawaian

No Status Kepegawaian Frekuensi Persentase

1 Guru Tidak Tetap (GTT) 28 30%

2 Guru Tetap Yayasan (GTY) 57 60%

3 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 9 10%

Jumlah 94 100%

Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden penelitian yang berjumlah 94 responden, terdapat 28 orang responden atau 30 % responden yang memiliki status kepegawaian sebagai Guru Tidak Tetap (GTT), 57 orang responden atau 60% responden yang memiliki status kepegawaian sebagai Guru Tetap Yayasan (GTY), dan 9 orang responden atau 10% responden yang memiliki status kepegawaian sebagai guru Pegawai Negeri Sipil (PNS). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki status kepegawaian sebagai Guru Tetap Yayasan (GTY).

5. Kompetensi Guru

Deskripsi data kompetensi guru disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.5

Deskripsi Data Kompetensi Guru

Variabel N

Mini-mum

Maxi-mum Sum Mean

Std. Deviation

Kompetensi Guru


(1)

167 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

168 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

169 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

170 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

171 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

172 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

PENGARUH MANAJEMEN WAKTU DAN MOTIVASI MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

4 27 125

PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU SMA NEGERI DAN GURU SMA SWASTA

0 3 14

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KESIAPAN GURU EKONOMI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) SE-KOTA MEDAN.

1 2 28

Kompetensi guru berdasarkan jenis kelamin, usia, pengalaman mengajar, dan tingkat pendidikan.

0 1 2

Analisis kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru survei: guru-guru Sekolah Menengah Atas negeri dan swasta di wilayah Kabupaten Sleman.

0 6 236

Persepsi guru terhadap pekerjaan sambilan ditinjau dari jenis kelamin, status karyawan, dan status sosial ekonomi : studi kasus guru-guru SMA negeri dan swasta kabupaten Sleman.

0 1 123

Analisis kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia, pengalaman kerja, dan status sosial ekonomi : studi empirik pada beberapa guru SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 172

Analisis kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia, pengalaman, dan status sosial ekonomi: studi empiris pada guru sma di Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 163

Persepsi guru terhadap pekerjaan sambilan ditinjau dari jenis kelamin, status karyawan, dan status sosial ekonomi studi kasus guru guru SMA negeri dan swasta kabupaten Sleman

0 0 121

Perbedaan kompetensi guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi : studi kasus guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri dan swasta di Kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 197