Analisis kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia, pengalaman kerja, dan status sosial ekonomi : studi empirik pada beberapa guru SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

Alfonsa Ika Andriani

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia, (2) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari pengalaman kerja, (3) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari status sosial ekonomi.

Populasi penelitian ini adalah guru-guru SMA se Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sampel sebanyak 359 guru. Teknik pengambilan sampel dilakukan proportionate stratified random sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang berisi angket pertanyaan tertutup. Teknik analisis data yang digunakan adalah Chi-Square dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tidak terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia (χ2 tabel 12,59 > χ2hitung 8,94), (2) Tidak terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari pengalaman kerja (χ2tabel 12,59 > χ2hitung 6,23), dan (3) Tidak terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari status sosial ekonomi (χ2 tabel 9,48 > χ2hitung 1,08).


(2)

ABSTRACT

AN ANALYSIS ON TEACHERS’ PEDAGOGIC COMPETENCE PERCEIVED FROM THEIR AGES, WORKING EXPERIENCE, AND

SOCIAL ECONOMICAL STATUS

Alfonsa Ika Andriani

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2008

This study aims to answer 3 problems : (1) the difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their ages (2) the difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their working experience,(3) The difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their social economical status.

The populations of this study are the high school teachers in the special province of Yogyakarta with the total samples are 359 teachers. The method used in taking the samples was proportionate stratified random sampling. The data were collected by using questionnaire that contains closed questions. In analyzing the data, the writer used Chi-Square method with 5% signification rate.

The result of this study shows that (1) there’s no difference on the teachers’ pedagogic competence perceived from their ages (χ2 table 12,59 > χ2count 8,94) (2) there’s no difference on the teachers’ pedagogic competence perceived from their working experience, (χ2table 12,59 > χ2count 6,23) (3) There’s no difference on the teachers’ pedagogic competence perceived from their social economical status (χ2 table 9,48 > χ2count 1,08).


(3)

Studi Empirik pada Beberapa Guru SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta

SKRIPSI

Oleh:

Alfonsa Ika Andriani 041334020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Doa Yang Indah

Aku minta Tuhan menyingkirkan deritaku. Tuhan menjawab,” Tidak. Itu bukan untuk kusingkirkan tetapi agar kau mengalahkannya”

Aku minta Tuhan menyempurnakan kecacatanku. Tuhan menjawab, “Tidak. Jiwa itu sempurna, badan hanyalah sementara.”

Aku meminta Tuhan memberiku kebahagiaan. Tuhan menjawab, “Tidak. Aku memberimu berkat, kebahagiaan itu tergantung padamu.”

Aku meminta Tuhan untuk menjauhkan penderitaan. Tuhan menjawab, “Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari perhatian duniawi, dan membawamu dekat kepadaku.”

Aku minta Tuhan menumbuhkan roh. Tuhan menjawab, “Tidak. Kau harus menumbuhkannya sendiri, tetapi aku akan memangkas untuk membuat kamu berubah.”

Aku meminta Tuhan segala hal yang membuatku menikmati hidup. Tuhan menjawab, “Tidak aku akan memberimu hidup, sehingga kau dapat menikmati segala hal.”

Aku meminta Tuhan membantuku mengasihi orang lain, seperti Ia mengasihi aku. Tuhan menjawab,”Aghhh….,akhirnya kau mengerti. Hari ini adalah milikmu, jangan sia-siakan. Tuhan memberkatimu. Bagi dunia mungkin kau hanyalah seseorang, tetapi bagi seseorang kau mungkin

dunianya.”

<<<

Skripsiku ini aku persembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sebagai sumber hidupku Papa dan Mama yang selalu memberikan kasih dan doa untuk keberhasilanku Adik-adikku tersayang yang selalu memberikan aku keceriaan dalam hari-hariku Mas Agung yang telah setia mendengar keluh kesahku, atas segala doa, semangat dan cinta…


(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesunguh-sunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 06 November 2008

Penulis


(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Alfonsa Ika Andriani

Nomor Mahasiswa : 041334020

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal : 14 Januari 2009


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: ” Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Ditinjau dari Usia, Pengalaman Kerja, dan Status Sosial Ekonomi”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memeperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan, dorongan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu di kesempatan ini sudah selayaknya bagi penulis untuk menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta beserta stafnya, yang telah memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan selama penulis mengikuti pendidikan.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Bapak L. Saptono, S. Pd., M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

5. Bapak Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Orang tuaku tercinta Bpk. Andreas Wargunanto dan Ibu. Maria Sugiharyani, adikku Bernadeti Dwi Esterina, Marieta Dea Karina yang selalu setia


(10)

memberikan doa, semangat dan dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Untuk teman seperjuanganku Agustina Susanti dan Putri Kurnia Jati terima kasih atas kerjasama, semangat, masukan, dan atas kenangan indah saat kita penelitian bersama

8. Sahabat-sahabat terbaikku Rani, Pasca, Cece, Puput, Shela, Astri, Yanita, Gareth, Yoga, Koco, Blacki, Agung, Beny, TePe terima kasih untuk segala canda tawa dan semangat kalian, dengan persahabatan ini kalian telah memberi warna baru bagi hidupku.

9. Victorius Dwi Prasetyo Agung Nugroho,SS, terima kasih atas doa, cinta, kasih sayang, perhatian, dan semangat dalam setiap langkah hidupku.

10.Mas Regar atas kerelaan hatinya untuk setia mengantar kami dalam penelitian yang luar biasa melelahkan.

11.Teman-temanku serta pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun bagi

kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan.

Yogyakarta, 06 November 2008 Penulis

Alfonsa Ika Andriani


(11)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

Alfonsa Ika Andriani

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia, (2) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari pengalaman kerja, (3) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari status sosial ekonomi.

Populasi penelitian ini adalah guru-guru SMA se Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sampel sebanyak 359 guru. Teknik pengambilan sampel dilakukan proportionate stratified random sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang berisi angket pertanyaan tertutup. Teknik analisis data yang digunakan adalah Chi-Square dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tidak terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia (χ2 tabel 12,59 > χ2hitung 8,94), (2) Tidak terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari pengalaman kerja (χ2tabel 12,59 > χ2hitung 6,23), dan (3) Tidak terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari status sosial ekonomi (χ2 tabel 9,48 > χ2hitung 1,08).


(12)

ABSTRACT

AN ANALYSIS ON TEACHERS’ PEDAGOGIC COMPETENCE PERCEIVED FROM THEIR AGES, WORKING EXPERIENCE, AND

SOCIAL ECONOMICAL STATUS

Alfonsa Ika Andriani

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2008

This study aims to answer 3 problems : (1) the difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their ages (2) the difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their working experience,(3) The difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their social economical status.

The populations of this study are the high school teachers in the special province of Yogyakarta with the total samples are 359 teachers. The method used in taking the samples was proportionate stratified random sampling. The data were collected by using questionnaire that contains closed questions. In analyzing the data, the writer used Chi-Square method with 5% signification rate.

The result of this study shows that (1) there’s no difference on the teachers’ pedagogic competence perceived from their ages (χ2 table 12,59 > χ2count 8,94) (2) there’s no difference on the teachers’ pedagogic competence perceived from their working experience, (χ2table 12,59 > χ2count 6,23) (3) There’s no difference on the teachers’ pedagogic competence perceived from their social economical status (χ2 table 9,48 > χ2count 1,08).


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIK ... 8

A. Pengertian Kompetensi ... 8

B. Kompetensi Profesional Guru... 9

C. Hakikat Guru... 14

D. Umur ... 16

E. Pengalaman Kerja ... 17

F. Status Sosial Ekonomi ... 18

G. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ... 22


(14)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 27

E. Operasionalisasi Variabel ... 28

F. Teknik Pengumpulan Data... 42

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 43

H. Teknik Analisis Data... 45

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 52

A. Deskripsi Data... 52

B. Analisis Data ... 57

C. Pembahasan... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

C. Keterbatasan Penelitian... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Pengambilan Sampel Per Wilayah ... 29

Tabel 3.2 Variabel Kompetensi Pedagogik... 31

Tabel 3.3 Variabel Usia ... 35

Tabel 3.4 Variabel Pengalaman Kerja ... 35

Tabel 3.5 Variabel Status Sosial Ekonomi... 35

Tabel 3.6 Kriteria Kompetensi Pedagogik... 36

Tabel 3.7 Kriteria Usia... 36

Tabel 3.8 Kriteria Pengalaman Kerja... 36

Tabel 3.9 Pendapatan Keluarga Per Bulan... 37

Tabel 3.10 Jumlah Anggota Keluarga... 37

Tabel 3.11 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 38

Tabel 3.12 Rumah ... 38

Tabel 3.13 Fasilitas Khusus Barang Yang Dimiliki ... 38

Tabel 3.14 Sumber Air yang Dipergunakan ... 39

Tabel 3.15 Jumlah Kamar Mandi... 39

Tabel 3.16 Sawah Yang Dimiliki... 39

Tabel 3.17 Kebun Yang Dimiliki... 39

Tabel 3.18 Pangkat Guru ... 40

Tabel 3.19 Ruang Golongan ... 40

Tabel 3.20 Jabatan Dalam Keorganisasian ... 41

Tabel 3.21 Keaktifan Dalam Keorganiasian Keagamaan ... 41

Tabel 3.22 Keaktifan Dalam Pertemuan Kemasyarakatan ... 41

Tabel 3.23 Pendidikan Terakhir... 42

Tabel 3.24 Hasil Pengukuran Validitas Kompetensi Pedagogik Guru ... 44


(16)

Tabel 3.25 Interpretasi C maks... 51

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia... 52

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 53

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Ststus Sosial Ekonomi ... 54

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kompetensi Pedagogik... 56

Tabel 4.5 Pengujian Normalitas... 57

Tabel 4.6 Pengujian Homoginetas ... 58

Tabel 4.7 Pengujian Hipotesis Kompetensi Pedagogik Ditinjau dari Usia... 59

Tabel 4.8 Pengujian Hipotesis Ditinjau dari Pengalaman Kerja... 61

Tabel 4.9 Pengujian Hipotesis Ditinjau dari Sosial Ekonomi... 63


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha untuk menumbuhkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui pengajaran. Kegiatan pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar 9 tahun, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Muhibin, 1995).

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan menduduki peranan penting sehingga perlu mendapatkan prioritas tinggi dalam pembangunan nasional. Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia itu, pendidikan mempunyai tugas untuk memberikan bekal kepada seseorang agar potensinya berkembang sehat, wajar, optimal dan bersifat adaptif sehingga sifat dasar manusia yang eksploratif dan adaptif bisa berkembang dan menemukan artikulasinya dalam wadah pendidikan (Pudjo Suharso,1993;7)

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar adalah proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam hal ini bukan hanya sekedar penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman


(18)

sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Peranan guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya (Wrightman, 1977). Tapi dalam prakteknya guru hanya sekedar menyampaikan materi kepada murid tanpa disertai keteladanan yang seharusnya dapat dicontoh oleh peserta didik. Tidak jarang pula guru yang hanya cenderung mengacu pada buku pelajaran semata. Padahal dengan adanya KTSP, sebenarnya guru bisa lebih kreatif dalam mengajar. Sebagai dampaknya banyak siswa yang kurang tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai, lebih parahnya lagi hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor banyaknya siswa tidak lulus dalam mengikuti Ujian Akhir Nasional (UNAS). Seperti dikutip dari www.kapanlagi.com menyatakan bahwa Sebanyak 3.084 siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA) se-Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak lulus Ujian Nasional (Unas) 2006/2007.

Hal di atas merupakan salah satu bukti keprihatinan dari pemerintah oleh

sebab itu pemerintah tidak lelah untuk terus melakukan perbaikan mutu pendidikan mulai dari upaya peningkatan standar lulusan sekolah dasar dan menengah, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum, hingga bagian yang terpenting, peningkatan kompetensi para pendidik yang kerap menjadi keluhan terbesar.

Oleh dari itu pemerintah menetapkan kebijakan bahwa guru harus ikut uji sertifikasi untuk menunjukkan bahwa dia mempunyai kompetensi yang menunjukkan


(19)

ia seorang profesional. Presiden telah mencanangkan bahwa guru adalah sebuah profesi, maka tentu harus ada perubahan. Dituangkan dalam peraturan perundangan, UU Guru dan Dosen. No 14/2005 yang diudangkan pada 30 Desember 2005.

“Intinya mengatur bahwa guru dan dosen sebagai sebuah profesi memerlukan kualifikasi dan persyaratan tertentu serta pemberian jaminan. Standarnya demikian. Guru profesional harus punya standar kualifikasi akademik tertentu. Guru S1/D4, dosen S2. kemudian harus ada bukti dalam bentuk sertifikat bahwa memang dia sebagai tenaga profesi. Karenanya dituntut pula untuk mempunyai sertifikasi pendidik” jelas Dirjen PMPTK, Depdiknas, Prof Fasli Jalal, Ph.D yang dikutip dari www.dimasnugraha.wordpress.com.

Dalam uji tersebut guru diwajibkan memiliki beberapa kompetensi dalam diri guru itu sendiri yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Selanjutnya dalam Undang-Undang Guru, kompetensi pedagogik diartikan sebagai kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, sedangkan kompetensi sosial guru didefinisikan sebagai kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, semua guru, orangtua peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Namun pada kenyataannya ternyata tersebut belum sesuai dengan harapan karena setelah dilakukan uji sertifikasi pada guru, banyak sekali guru di berbagai daerah yang gagal dalam uji sertifikasi tersebut. Hasil ujian sertifikasi bagi guru dan


(20)

dosen di 14 kabupaten kota DIY – Jawa Tengah Sebanyak 400 guru dari 1.710 guru yang mengikuti akreditasi di Universitas Negeri Yogyakarta (DIY) dinyatakan tidak

lulus.(http://www.indonesia.go.id). Sedangkan di Bandung Sebanyak 10.000 dari

17.000 kuota guru di Jabar yang berhak mendapatkan sertifikasi pada 2007 kemungkinan gagal tes sertifikasi. Hanya 7.000 guru yang dipastikan lulus tes tersebut. Lebih memprihatinkan lagi sebanyak 1.600 dari 2.000 guru yang teregistrasi di Nusa Tenggara Timur dipastikan tak lolos sertifikasi guru karena tidak memenuhi persyaratan. Di lain sisi, data di atas juga membuktikan bahwa kompetensi guru antar daerah berbeda-beda satu dengan yang lainnya, tentu saja juga akan berbeda pula kompetensi antar pribadi guru.

Kompetensi guru yang berbeda-beda diduga disebabkan oleh faktor-faktor yang terdapat dalam diri guru itu sendiri, misalnya faktor usia guru itu sendiri yang mungkin akan mempengaruhi cara guru memahami peserta didik saat dalam kelas, atau kematangan usia guru akan berpengaruh terhadap kepribadian guru sehingga mampu memahami siswa sehingga bisa memilih metode yang tepat untuk pembelajaran bagi siswa.

Faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi kompetensi guru adalah pengalaman kerja guru itu sendiri, seorang guru yang sudah banyak memiliki pengalaman kerja dalam mengajar pasti berbeda dengan guru yang baru saja lulus dalam cara dia mengajar, ataupun bersikap kepada anak didiknya. Selain faktor umur dan pengalaman kerja, faktor status sosial ekonomi guru mungkin juga dapat mempengaruhi tingkat kompetensi guru satu dengan yang lainnya misalnya dalam pengadaan media pembelajaran bagi muridnya referensi buku yang dimiliki guru


(21)

yang memiliki tingkat ekonomi yang tinggi pasti juga berbeda dengan guru yang memiliki status sosial ekonomi rendah.

Dari keempat kompetensi yang membentuk sosok guru professional di atas, yang ingin diamati oleh penulis adalah kompetensi pedagogik yaitu suatu kompetensi yang dapat mencerminkan kemampuan mengajar seorang guru. Untuk dapat mengajar dengan baik maka yang bersangkutan harus menguasai teori dan praktek pedagogik dengan baik. Misalnya dengan memahami karakter peserta didik, dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, mampu memberikan evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, juga mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Dan kompetensi pedagogik guru dalam pengajaran sangatlah penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran di kelas.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti tentang “ ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI ASPEK UMUR, PENGALAMAN KERJA DAN STATUS SOSIAL EKONOMI”.

B. Batasan Masalah

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keprefesionalan guru-guru dari berbagai aspek, tetapi agar penelitian lebih terarah dan mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya, serta kemampuan peneliti, maka penelitian ini hanya dibatasi pada satu kompetensi saja yaitu kompetensi pedagogik dilihat dari lingkup aspek usia, pengalaman kerja dan status sosial ekonomi.


(22)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek usia? 2. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek

pengalaman kerja ?

3. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek sosial ekonomi ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek usia.

2. Untuk mengetahui adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek pengalaman kerja.

3. Untuk mengetahui adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari sosial ekonomi.

E. Manfaat Penelitian 1) Sekolah

Dari hasil penelitian ini sekolah dapat menilai kembali sejauh mana keprofesionalan guru-guru ynag dimiliki sekolah tersebut dalam bidang


(23)

kompetensi guru yang ditinjau dari aspek usia, pengalaman kerja, dan sosial ekonomi guru.

2) Bagi Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi penelitian yang berkaitan dengan kompetensi guru sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk melihat kompetensi guru SMA di DIY kaitannya dengan kompetensi pedagogik.

3) Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pemacu perbaikan lulusan khususnya mahasiswa FKIP untuk dipersiapkan menjadi seorang guru profesional nantinya.

4) Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan memberi wawasan baru tentang profil guru, sehingga termotivasi untuk semakin memdalami dan benar-benar mempersiapkan diri untuk menjadi guru profesional nantinya .


(24)

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A. Pengertian Kompetensi

Kompetensi (Competency) didefinisikan dengan berbagai cara, namun pada dasarnya kompetensi merupakan kebulatan penguasaan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu program pendidikan. Sementara itu, menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.

Menurut Mc Ashan (dalam Fransisca,2004:15) mengemukakan bahwa kompetensi “…Behaviour”. Dalam hal ini, “is a knowledge, skill, and abilities or capabilitas that a person, achives whit become part of his or her being to the event he or she can satisfactority perform particular cogniyive, effective and psychomotor”. Kompetensi diartikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, menurut Fiich & Crunkilton (dalam Herlina,2005:22) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.


(25)

Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi / kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuntitatif. Kompetensi guru merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak (Moh.Uzer Usman,2004:4,14).

B. Kompetensi Profesional Guru

Ada 4 hal penting yang dapat diusahakan oleh guru untuk mengembangkan kompetensi diri dan kompetensi mengajarnya, yaitu :

1. Membangun kemantapan diri daripada mereduksi ekspektasi dengan terus melakukan regulasi diri yang relevan dengan pengembangan profesinya. 2. Mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah (seminar, lokakarya, diskusi ilmiah,

dsb) secara berkesinambungan dalam merespons secara aktif setiap isu-isu terbaru yang berkembang di dunia pendidikan.

3. Mempelajari hasil-hasil penelitian dari berbagai literatur tentang kompetensi mengajarnya yang berhubungan dengan prestasi subjek didik. 4. Sebagai hasil dari analisis tugas mengajar pada tingkat dan kurikulum yang

berbeda.

Menurut PP RI 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Dalam konteks itu, maka kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan,


(26)

keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan beserta subkompetensi dan indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan yang berkenan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara subtantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.

a. Memahami peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial : memahami peserta didik denagn memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang


(27)

ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancanagn pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

c. Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial : menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial : melaksakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik: dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Secara rinci, setiap elemen kepribadian tersebut dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.


(28)

a. Memiliki kepribadian yang mantab dan stabil. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan memiliki kosistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

b. Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagi pendidik dan memiliki etos kerja sebagi pendidik.

c. Memiliki kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku disegani.

d. Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

e. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma relegius(imtaq, jujur, iklas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan meneladan yang mencangkup penguasaan substansi isi materi kurikulum matapelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi


(29)

kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator sebagai berikut.

a Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menangui atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

b Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

4. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkenan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut.

a Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

b Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.


(30)

c Mampu berkomunikasi dan bergaul seara efektif dengan orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Keempat standar kompetensi, subkompetensi dan jabaran indikator esensial digunakan sebagai acuan untuk menyusun kisi-kisi instrumen ujian sertifikasi.

C. Hakikat Guru

1. Pengertian Guru

Secara etimologis (asal-usul kata), istilah’guru’ berasal dari bahasa India yang artinya’orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara’ (shambuan, Republika, 25 November 1997). Dalam pengertian umum Guru didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta.

Menurut Poerwadarminta (1996:35), guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Sementara itu, Zakiyah Daradjat (1992:39) menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak. Secara legal formal, guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari pemerintah atau swasta, untuk melaksanakan tugasnya.


(31)

Berdasarkan tanggung jawab yang diembannya, pengertian guru dapat dibedakan menjadi beberapa macam, misalnya :

a Guru Kelas, jika mempunyai tugas untuk mengajarkan sebagian besar mata pelajaran di satu kelas saja, dan ia tidak mengajar di kelas lainnya. b Guru Mata Pelajaran, jika ia hanya memiliki tugas untuk mengajarkan

satu mata pelajaran saja.

c Guru Bimbingan atau Konseling, yakni guru yang diberikan tugas untuk memberikan bimbingan bagi peserta didik, baik dalam menghadapi kesulitan belajar maupun untuk memilih karier di masa depan yang sesuai dengan bakat dan minatnya.

d Guru Ekstra kulikuler, yakni guru yang diberi tugas tambahan lain sebagai pembimbing kegiatan ekstrakulikuler.

f Guru Pustakawan, yakni guru yang selain bertugas untuk mengajar di kelas, ia juga diberikan tugas tambahan lain untuk mengurus perpustakaan sekolah.

2. Peran dan Fungsi Guru

Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integratif, antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Seseorang yang dapat mendidik, tetapi tidak memiliki kemampuan membimbing, mengajar, dan melatih, ia tidaklah dapat disebut sebagai guru yang paripurna. Selanjutnya, seeorang yang memiliki kemampuan mengajar,


(32)

tetapi tidak memiliki kemampuan mendidik, membimbing, dan melatih, juga tidak dapat disebut sebagai guru sebenarnya.

Wright(1987) sebagaimana dikutip oleh Robiah Sidin(1999:8), dalam buku bertajuk Classroom Management, menyatakan bahwa guru memiliki dua peran utama, yakni (1) the management role atau peran menejemen, dan (2) the instructional role atau peran instruksional. Dari kedua peran ini, guru dapat disebut sebagai manajer sekaligus sebagai instruktur. Selain kedua peran tersebut guru juga memiliki fungsi yang lain di dalam kelas, yaitu sebagai (1) pembimbing siswa dalam memecahkan kesulitan pembelajaran, (2) narasumber yang dapat membantu memecahkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa atau untuk menemukan jawaban atau untuk memperoleh informasi lanjutan, dan (2) penilai hasil belajar, untuk menentukan perkembangan hasil belajar siswa, serta untuk menentukan nilai siswa.

D. Umur

Umur adalah lamanya rentang waktu dalam tahun yang dihitung mulai seseorang lahir ke dunia sampai saat penelitian tersebut diadakan.

Menurut Stephen P. Robbins (1996:217), pekerja dengan umur semakin tua akan semakin memiliki disiplin kerja, rasa tanggung jawab dan kesetiaan yang semakin tinggi pula terhadap pekerjaan dan perusahaan dibandingkan dengan pekerja yang berumur lebih muda.


(33)

Gallerman (1987) berpendapat bahwa para pekerja muda pada umumnya mempunyai tingkat harapan dan ambisi yang tinggi. Mereka mempunyai tantangan dalam pekerjaan dan menjadi bosan dengan tugas-tugas rutin. Mereka tidak puas dengan kedudukan yang kurang berarti. Hal ini yang terjadi pada pekerja pada usia menengah. Status menjadi suatu yang penting. Pada usia inilah mereka akan ditentukan apakah sukses atau tidak. Sebaliknya di usia lanjut, kompetensi biasanya dielakkan karena menurunnya stamina.

E. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan salah satu syarat yang sering diminta oleh sekolah dalam menyerap tingkat tenaga kerja. Menurut Moh. As’ad (1986:5) pengalaman kerja adalah lamanya waktu karyawan bekerja. Pengalaman kerja yang banyak, memberikan memberikan kecenderungan bahwa yang bersangkutan memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang relatif tinggi. Sebaliknya terbatasnya pengalaman yang dimiliki maka semakin rendah tingkat keahlian dan keterampilan tenaga kerja yang bersangkutan. Pengalaman kerja yang dimiliki seseorang terkadang lebih dihargai daripada tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Susila Murtoyo, 1987:90). Menurut S.P Siagian (1984:174) seseorang yang mempunyai pengalaman kerja membawa dampak berbagai hal, seperti :

1. Cakrawala pandangan makin luas yang memungkinkan seseorang untuk lebih mampu memahami dan mengantisipasi perubahan yang terjadi.


(34)

2. Meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan penghasilan seseorang, sekaligus menambah kepuasan batin yang semakin besar.

3. Memungkinkan promosi yang besar.

Dalam bekerja, seorang guru akan mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pekerjaan. Pengalaman kerja merupakan modal utama untuk terjun dalam suatu bidang garapan. Dengan pengalaman kerja yang dimiliki, seorang guru akan dapat bekerja lebih efisien, sehingga ini akan menguntungkan bagi pihak sekolah.

F. Status Sosial Ekonomi

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai suatu penghargaan tertentu terhadap hal-hal yang terkait dalam masyarakat. Hal-hal yang dihargai di dalam masyarakat itu dapat berupa uang atau benda yang bernilai ekonomis, dan juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama atau mungkin keturunan dari keluarga tersebut.

Sorokim menyatakan bahwa sistem berlapis-lapis itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur (Soekanto, 1982:219). Manusia yang memiliki sesuatu yang berharga dan dengan jumlah yang cukup banyak, dianggap oleh masyarakat berkedudukan dalam lapisan atas dan mereka yang sedikit sekali atau sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga tersebut, dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. Di antara


(35)

lapisan atas dan rendah terdapat lapisan yang jumlahnya dapat ditentukan sendiri oleh mereka yang hendak memelajari sistem berlapis-lapis dalam masyarakat itu. Sistem lapisan dalam masyarakat ini dikenal dengan istilah social stratification. Kata stratification berasal dari stratum. Arti social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat dalam kelas-kelas yang tinggi dan kelas yang rendah. Dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangann dalam pembagian hak dan kewajiban, terutama kewajiban dan tanggung jawab dalam nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat.

Schumpeter menyatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat sangat diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata. Akan tetapi makna kelas-kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya (Soekanto, 1982: 229).

Bentuk nyata dari lapisan-lapisan di dalam masyarakat tersebut tidak sedikit, akan tetapi secara prinsipil bentuk-bentuk tersebut dapat diklarifikasikan ke tiga macam kelas, yaitu ekonomis, politis dan yang didasarkan pada jabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya ketiga bentuk pokok tadi mempunyai hubungan yang erat satu sama lainnya, dimana terjadi saling pengaruh mempengaruhi, misalnya mereka yang termasuk ke dalam suatu lapisan tertentu atas dasar ekonomis atau kaya biasanya menempati jabatan-jabatan yang penting. Akan tetapi,


(36)

tidak semua demikian keadannya karena hal tersebut tergantung pada sistem nilai-nilai yang berlaku serta berkembang dalam masyarakat yang bersangkutan.

Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sehubungan dengan orang-orang lainnya status sendiri mempuyai dua aspek yang penting yaitu aspek yang statis yang sifatnya hierkis, maksudnya mengandung perbandingan tinggi dan rendahnya secara relatif terhadap status yang lain dan aspek fungsional yang berhubungan erat dengan peranan sosial tertentu. Dalam hal ini dapat berhubungan dengan jabatan, tingkah laku yang formal dan jasa yang diharapkan dari fungsi jabatan tersebut (Polak, 1964: 367 Soekanto, 1982:233)

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu ascribed status yang merupakan kedudukan yang diperoleh tanpa memperlihatkan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan yang diperoleh melalui kelahiran dan achieved status, yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja dan diperoleh tidak melalui kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja dan ini tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuannya (Soekanto, 1982:217).

Dengan demikian sistem pelapisan dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, ada pula yang sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama, yang biasanya


(37)

menjadi alasan terjadinya system pelapisan tersebut, seperti kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan, kerabat. Ukuran atau kriteria yang dipakai untuk menggolongkan masyarakat yang satu dengan yang lainnya adalah sebagai berikut (Soekanto, 1982, 231-232).

Pertama, ukuran kekayaan dapat dijadikan sebagai suatu ukuran. Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, ia termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dalam bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya menggunakan pakaian yang dipakainya dan sebagainya.

Kedua, ukuran kekuasaan dapat dijadikan sebagai ukuran. Barang siapa memiliki kekuasaan atau memiliki wewenang, menempati lapisan yang tertinggi. Kekuasaan mencakup baik suatu kemampuan untuk memerintah dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan pihk lain. Max Webber menyatakan, bahwa kekuasaan adalah kesempatan dari seseorang atau sekelompok orang-orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemaunnya sendiri dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan tertentu.

Ketiga, ukuran kehormatan yang terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional.


(38)

Keempat, ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran-ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya.

G. Kerangka Berpikir dan Hipotesis

1. Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek usia

Kematangan usia seseorang akan mempengaruhi daya pikir dan tindakan seseorang. Begitu pula seorang guru yang masih muda akan memiliki temperamental yang labil dibandingkan seorang guru yang telah berumur. Hal tersebut akan mempengaruhi guru tersebut dalam mengajar dan sikapnya dalam menghadapi murid di kelas. Atau kata lain, seorang guru yang lebih tua akan lebih memiliki wawasan/landasan kependidikan, dan lebih memiliki pemahaman terhadap peserta didik dibandingkan seorang guru yang lebih muda.

Di sisi lain, kadang kala seorang guru yang lebih muda memiliki daya pengembangan perancangan pembelajaran yang lebih inovatif ataupun dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran dibandingkan dengan guru yang telah berumur, karena biasanya guru yang sudah berumur 45 tahun ke atas kadang kala dalam pengajarannya dia kurang menggunakan variasi dalam metode


(39)

pembelajarannya karena dia menganggap caranya tersebut adalah cara yang paling baik dan telah diterapkan bertahun-tahun saat dia mengajar sehingga enggan untuk mengganti metode pengajarannya. Dari sini tampaklah bahwa kompetensi pedagogik setiap guru akan berbeda satu sama lainnya ditinjau dari segi umur guru.

Berdasarkan penjelasan di atas, diturunkan hipotesis seperti berikut:

H1 : Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek usia

2. Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek pengalaman kerja

Pengalaman kerja merupakan salah satu syarat yang sering diminta oleh sekolah dalam menyerap tingkat tenaga kerja. Pengalaman kerja yang banyak, memberikan kecenderungan bahwa yang bersangkutan memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang relatif tinggi. Begitu pula seorang guru yang telah memiliki banyak pengalaman kerja akan berbeda dalam hal kompetensi pedagogiknya dibandingkan seorang guru yang belum memiliki pengalaman kerja. Seorang guru yang telah memiliki pengalaman kerja akan memiliki keterampilan mengajar yang lebih dibandingkan dengan guru yang belum memiliki pengalaman dalam mengajar, misalnya dalam menguasai kelas, menerangkan bahan, ataupun penggunaan metode untuk kelas.


(40)

Seorang guru yang sudah memiliki pengalaman kerja memiliki nilai tambah karena ia memiliki pengalaman-pengalaman sebelum-sebelumnya yang dapat digunakan sebagai pelajaran sehingga kini dapat mengajar lebih baik lagi. Sedangkan guru yang belum memiliki pengalaman kerja biasanya masih belum mengetahui betul tentang bagaimana mengelola kelas dengan benar, bagaimana memahami peserta didik atau cara menerangkan bahan secara efisien, guru tersebut hanya tahu dari teori-teori yang terdapat dalam buku semata belum merasakan dalam praktek yang sesungguhnya. Sehingga akan membedakan tingkat kompetensi pedagogik guru yang berpengalaman dengan guru yang belum memiliki pengalaman dalam mengajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, diturunkan hipotesis seperti berikut: H2 : Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari

aspek pengalaman kerja

3. Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek sosial ekonomi

Setiap orang di dalam masyarakat pasti memiliki status sosial yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, begitu pula dengan guru pasti memiliki latar belakang sosial yang berbeda satu sama lainya, faktor tersebut akan menyebabkan perbedaan pula dalam tingkat kompetensi pedagogik antar guru yang berbeda status sosialnya. Misalnya, guru yang memiliki latar belakang dengan status sosial


(41)

yang terpandang maka dalam gaya mengajarnya juga akan berbeda dengan guru yang memiliki status sosial menengah ke bawah, guru yang memiliki status sosial yang terpandang misalnya tokoh agama, atau pejabat tinggi yang disegani di masyarakat cenderung gaya mengajarnya dengan penuh wibawa sehingga hubungan antar peserta didik tidak begitu dekat karena murid sudah segan dengan status yang diembannya.

Sedangkan guru yang memiliki status sosial menengah, atau orang biasa memiliki gaya mengajar dengan penuh antusias dan berusaha dekat dengan peserta didik untuk tahu apa yang sedang dibutuhkan peserta didik, misalnya dengan lelucon-lelucon yang terlontar saat mengajar, ataupun pendekatan secara personal.

Gaya bahasa yang digunakan saat mengajar juga berbeda antara guru yang memiliki status sosial terpandang dan guru yang berstatus sosial menengah ke bawah. Seorang guru yang memiliki status sosial yang tinggi maka peluang untuk terus meningkatkan pendidikan terus menerus juga akan tinggi, maka kebanyakan guru yang memiliki status sosial yang tinggi memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pula, dari situlah akan membedakan gaya bahasa yang dimiliki guru tersebut dalam mengajar di kelas, dia menggunakan istilah-istilah asing yang mungkin malah tidak di mengerti oleh siswa.

Kompetensi pedagogik guru akan berbeda jika ditinjau dari status ekonomi guru, setiap guru pasti memiliki tingkat ekonomi


(42)

yang berbeda-beda satu dengan yang lain, akibatnya akan berdampak pada pengajarannya di kelas dalam menghadapi para peserta didik. Misalnya dalam penyediaan fasiltas bagi peserta didik atupun dalam pengolahan metode pembelajaran, seorang guru yang memiliki tingkat status ekonomi yang mantap akan semakin banyak memberikan variasi gaya mengajar dengan berbagai media yang dimilikinya. Wawasan yang dimiliki guru yang memiliki status ekonomi tinggi akan semakin baik karena didukung dengan dapatnya pengadaan buku-buku yang mendukung profesinya. Berbeda dengan guru yang memiliki status ekonomi menengah ke bawah mereka cenderung memprioritaskan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari daripada untuk membeli buku-buku baru yang mendukung kinerjanya mereka cenderung mengandalkan sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh sekolah saja.

Berdasarkan penjelasan di atas, diturunkan hipotesis seperti berikut: H3 : Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif. Penelitian komparatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan dan menganalisis perbedaan-perbedaan dalam variabel. Jadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kompetensi pedagogik guru di Daerah Istimewa Yogyakarta ditinjau dari usia, pengalaman kerja, dan status sosial ekonomi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian adalah dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2008.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Objek penelitiannya adalah kompetensi pedagogik guru.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Maman Rachman, 1993: 57).


(44)

Populasi dalam penelitian ini adalah para guru Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut perhitungan Badan Pusat Statistik 2007 jumlah guru Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 5.618 guru, sehingga jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 5.618 guru. 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti (Sugiono, 1999). Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi tersebut, peneliti menggunakan rumus Slovin (1960), yaitu sebagai berikut:

2

Ne 1

N n

+ =

Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Nilai kritis yang diinginkan

Dalam penelitian ini, ditentukan nilai kritis sebesar 5%.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan sebuah propinsi yang mempunyai 4 kabupaten (yaitu; Bantul, Sleman, Kulon Progo, dan Gunung Kidul) dan 1 kota madya (yaitu Kotamadya Yogyakarta). Oleh sebab itu penarikan sampel dilakukan dengan berdasarkan pada proporsi jumlah guru untuk setiap kabupaten dan kotamadya. Perhitungan jumlah sampel tersebut adalah sebagi berikut:

N = 5.618 guru e = 5 % n = 2

1+Νe Ν

=

(

)

2

05 , 0 618 . 5 1

618 . 5


(45)

=

(

)

0025 , 0 618 . 5 1 618 . 5 + = 045 , 14 1 618 . 5 + = 045 . 15 618 . 5

= 373,41dibulatkan menjadi 373

Dari perhitungan di atas jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 373 guru, sampel sebanyak itu akan diambil dari 5 wilayah, yaitu dari Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan dari Kotamadya Yogyakarta.

Pengambilan banyaknya sampel guru dari masing-masing wilayah berbeda satu sama lain sesuai dengan total guru yang ada di setiap wilayah. Di bawah ini akan dijelaskan sebaran wilayah pengambilan sempel serta jumlah pengambilan sempelnya .

Tabel 3.1

Jumlah Pengambilan Sampel Per Wilayah

Keterangan Jumlah sekolah Jumlah guru

Sleman 8 89

Bantul 9 85

Kulon Progo 6 25

Gunung Kidul 8 49

Kotamadya Yogyakarta 10 125


(46)

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling, dimana populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

E. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek pengamatan atau faktor yang berperan dalam gejala yang akan diteliti. Sugiono (1999) mengatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya

Variabel dalam penelitian ini adalah: 1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan yang berkenan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

2) Usia

Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu seseorang (guru) dalam menjalani hidupnya.

3) Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja disini berkaitan dengan masa kerja seorang guru berkaitan dengan kegiatan mengajarnya.


(47)

4) Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah tempat atau posisi guru dalam lingkungan masyarakat dilihat dari keadaan sosial dan ekonomi.

2. Indikator Penelitian

Indikator penelitian masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

a.Variabel Kompetensi Pedagogik

Tabel 3.2 Variabel Kompetensi Pedagogik Kompetensi inti 

Guru 

Kompetensi Guru Mata  Pelajaran 

No. Butir  Jumlah  Menguasai 

karakteristik  peserta didik dari  aspek fisik, moral,  spiritual, sosial,  kultural, 

emosional, dan  intelektual. 

1) Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya.

2) Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

3) Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

4) Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

19

20

2

Menguasai teori  belajar dan  prinsip‐prinsip  pembelajaran yang  mendidik 

1) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

2) Menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode,

dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.

1 1

Mengembangkan  kurikulum yang  terkait dengan 

1) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

2) Menentukan tujuan

pembelajaran yang diampu


(48)

mata pelajaran  yang diampu 

3) Menemukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran yang diampu 4) Memilih materi pembelajaran

secara benar sesuai dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran

5) Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik 6) Mengembangkan indikator dan

instrumen penilaian.

2

3

Menyelenggarakan  pembelajaran yang  mendidik 

1) Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik

2) Mengembangkan

komponen-komponen rancangan pembelajaran

3) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap,

baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.

4) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar

keamanan yang dipersyaratkan.

5) Menggunakan media

pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.

6) Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu

sesuai dengan situasi yang berkembang. 4 5 6 7 8 5 Memanfaatkan  teknologi 

1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang

21 1


(49)

informasi dan  komunikasi untuk  kepentingan  pembelajaran. 

diampu.

Memfasilitasi  pengembangan  potensi peserta  didik untuk  mengaktualisasika n berbagai potensi  yang dimilki. 

1) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk

mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal.

2) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk

mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.

9

1

Berkomunikasi  secara efektif,  empatik, dan  santun dengan  peserta didik. 

1) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain.

2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan atau contoh, (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik terhadap ajakan guru, (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya. 10 11 12 13 4 Menyelenggarakan  penilaian dan  evalusi proses dan  hasil belajar, 

1) Memahami prinsip-prinsip tentang penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.

2) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan

14

15


(50)

karakteristik mata pelajaran yang diampu

3) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses

dan hasil belajar.

4) Mengembangkan instrumen penilaian dan ealuasi proses dan hasil belajarnya.

5) Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen.

6) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan

7) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.

16

Memanfaatkan  hasil penilaian dan  evaluasi untuk  kepentingan  pembelajaran. 

1) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar 2) Menggunakan informasi hasil

penilaian dan evaluasi untuk merancang program remidial dan pengayaan

3) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan

4) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi

pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 17 18 2 Melakukan 

tindakan reflektif  untuk peningkatan  kualitas 

pembelajaran 

1) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan

2) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pembelajaran yang diampu

3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dala mata pelajaran yang diampu.

22

23

24

3


(51)

b. Variabel usia

Tabel 3.3 Variabel usia

Variabel Indikator

Usia (X1) - Sangat muda

- Muda - Tua - Lanjut

c. Variabel pengalaman kerja

Tabel 3.4 Variabel pengalaman kerja

Variabel Indikator

Masa Kerja - Baru

- Cukup - Lama

- Sangat Lama

d. Variabel status sosial ekonomi

Tabel 3.5 Variabel status sosial ekonomi

Variabel Indikator

Status Sosial Ekonomi - Rendah - Menengah - Tinggi

3. Pengukuran Variabel

Pengukuran Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kompetensi pedagogik guru

Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan yang berkenan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang


(52)

mendidik dan dialogis . Untuk mengukur kompetensi pedagogik tersebut digunakan skala Likert

Tabel 3.6 Kriteria Kompetensi Pedagogik

No Frekuensi Skor

1 2 3 Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Skor 1 Skor 2 Skor 3 b. Usia

Dalam hal ini untuk mengukur variabel usia peneliti menggunakan skala Likert, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.7 kriteria usia

Kriteria Jawaban Skor Keterangan

< 20 th 20-39 th 40-59 th >59 1 2 3 4 Sangat muda Muda Tua Lanjut c. Pengalaman kerja

Untuk mengukur pengalaman kerja peneliti menggunakan skala Likert, yaitu sebagai berkut :

Tabel 3.8 Kriteria Pengalaman Kerja

Kriteria Jawaban Skor Keterangan

<5 th 5-14 th 15-24 th >24 th 1 2 3 4 Baru Cukup Lama Sangat Lama


(53)

d. Status sosial ekonomi

Untuk mengetahui status sosial ekonomi seorang guru, skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan rating scale dimana data yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Pengukuran status sosial ekonomi dalam penelitian ini berdasarkan pada pendapat Soerjono Soekamto (1990), adalah :

1) Ukuran Kekayaan

Ukuran kekayaan dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, harta benda yang dimiliki, serta fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah indikator pengukuran kekayaan dalam penelitian ini:

a) Pendapatan keluarga

Tabel 3.9 Pendapatan keluarga Per Bulan

No Pendapatan Skor

1. 2. 3. 4.

<Rp 2.000.000 Rp 2.000.000– Rp. 2. 600.000 Rp 2.600.000 – Rp. 3. 400.000 >Rp 3. 400.000

1 2 3 4 b) Jumlah anggota keluarga

Tabel 3.10 Jumlah Anggota Keluarga

No. Jumlah anggota Skor

1. 2. 3. 4.

3 orang 4 orang 5 orang

Lebih dari 5 orang

4 3 2 1


(54)

c) Jumlah tanggungan keluarga

Tabel 3.11 Jumlah Tanggungan Keluarga

No Jumlah tanggungan Skor

1. 2. 3.

1-2 3-4

Lebih dari 4

3 2 1

d) Rumah

Tabel 3.12 Rumah

No Rumah Skor

1. 2. 3. 4. Rumah sendiri Rumah sewa Rumah dinas

Milik orang tua/sanak saudara

4 3 2 1

e) Fasilitas khusus barang yang dimiliki

Tabel 3.13 Fasilitas Khusus Barang Yang Dimiliki

No Fasilitas Skor

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Mobil Motor Video TV berwarna TV hitam putih Tape recorder Radio Kulkas Mesin cuci Pesawat telepon Telepon genggam VCD player Komputer Laptop

Langganan surat kabar Langganan majalah 5 4 2 3 1 1 1 4 4 2 3 2 4 5 3 3


(55)

f) Sumber air

Tabel 3.14 Sumber Air Yang Digunakan

No Jenis sumber Skor

1. 2. 3. 4. 5. Sungai/mata air Sumur umum

Sumur timba milik sendiri Air Sumur pompa PAM 1 2 3 4 5

g) Kamar mandi

Tabel 3.15 Jumlah Kamar Mandi

No Jumlah Skor

1. 2. 3.

1 kamar mandi 2 kamar mandi

lebih dari 2 kamar mandi

1 2 3

h) Sawah

Tabel 3.16 Sawah Yang Dimiliki

No Jumlah Skor

1. 2. 3. 4. 5. Tidak mempunyai kurang dari ¼ ha. Antara ¼ ha – ½ ha Lebih dari ½ ha – 1 ha Lebih dari 1 ha

0 1 2 3 4 i) Kebun

Tabel 3.17 Kebun Yang Dimiliki

No Jumlah tanggungan Skor

1. 2. 3. 4

Kurang dari ¼ ha. Antara ¼ ha – ½ ha Lebih dari ½ ha – 1 ha Lebih dari 1 ha

1 2 3 4


(56)

2) Ukuran kekuasaan

Seseorang yang memiliki kekuasaan atau mempunyai wewenang dalam masyarakat, maka ia menempati lapisan tertinggi statusnya dalam masyarakat.

a) Pangkat guru

Tabel 3.18 Pangkat Guru

No Pangkat Skor

1. 2. 3. 4.

Penata Muda, Penata Muda Tingkat I Penata, Penata Tingkat I

Pembina, Pembina Tingkat I

Pembina Utama Muda, Pembina Utama Madya, Pembina Utama

1 2 3 4

b) Ruang golongan

Tabel 3.19 Ruang Golongan

No Golongan Skor

1. 2. 3. 4.

III/a, III/b III/c, III/d IV/a, IV/b IV/c, IV/d, IV/e

1 2 3 4 3) Ukuran kehormatan

Orang yang disegani dan dihormati dalam masyarakat merupakan orang yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi dalam masyarakat.


(57)

a) Jabatan dalam keorganisasian

Tabel 3.20 Jabatan Dalam Keorganisasian

No Jabatan Skor

1. 2. 3. 4. 5. Anggota Pengurus seksi Bendahara Sekretaris Ketua 1 2 3 4 5 b) Keaktifan dalam organisasi

Tabel 3.21 Keaktifan Dalam Kegiatan Keagamaan

No Keaktifan Skor

1. 2. 3. 4. Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif

Tidak Aktif sama sekali

4 3 2 1 c) Keaktifan dalam kegiatan pertemuan kemasyarakatan

Tabel 3.22

Keaktifan Dalam kegiatan Pertemuan Kemasyarakatan

No Keaktifan Skor

1. 2. 3. 4. Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif

Tidak Aktif sama sekali

4 3 2 1 4) Ukuran ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan dipakai pada masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Masyarakat sering menggunakan tingkatan pendidikan sebagai indikator penggolongan status sosial ekonomi, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka ia mempunyai status sosial


(58)

ekonomi yang tinggi dalam masyarakat. Dalam penelitian ini indikator pendidikan terakhir guru dapat dijadikan kriteria dalam dalam mengukur status sosial ekonomi.

Tabel 3.23 Pendidikan Terakhir Guru

No Pendidikan terakhir Skor

1. 2. 3. 4.

Non keguruan < S1

S1 >S1

1 2 3 4

Untuk perhitungan ukuran status sosial ekonomi, dilakukan dengan cara menjumlahkan skor-skor ukuran tersebut dengan Penilaian Acuan Norma tipe II (PAN II) dan perhitungan mean serta standar deviasi dilaksanakan dengan bantuan program SPSS versi 12.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono, 1999:135).

Kuesioner dalam penelitian ini ditujukan bagi guru guna mengumpulkan data dan informasi berkaitan dengan kepribadian yang dimiliki. Oleh sebab itu pertanyaan dalam kuesioner berisi mengenai kompetensi kepribadian guru yang mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.


(59)

G. Pengujian Instrumen Penelitian a. Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini untuk menguji validitas instrumen penelitian digunakan rumus product moment, yaitu sebagai berikut: )} y ( y N { )} x ( x N { ) y )( x ( xy N r 2 2 2 2 xy ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan N = Jumlah responden

Σx = Jumlah kuadrat skor x

Σy = Jumlah skor x

Σx2 = Jumlah kuadrat skor y

Σy2 = Jumlah kuadrat skor y

Untuk menguji interpretasi dari nilai r digunakan tabel r Product Moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka instrumen penelitian tersebut valid. Sedangkan jika r hitung lebih kecil dari pada r tabel maka dapat dikatakan bahwa intrumen tersebut tidak valid. Dalam hal ini pengukuran validitas dilaksanakan dengan bantuan program SPSS versi 12.


(60)

Berikut ini adalah ringkasan hasil pengujian validitas data dari 30 responden: Tabel 3.24

Hasil pengukuran validitas kompetensi pedagogik guru No

Item hitung

r rtabel Keterangan

1 0,813 0,239 Valid

2 0,813 0,239 Valid

3 0,774 0,239 Valid

4 0,802 0,239 Valid

5 0,774 0,239 Valid

6 0,778 0,239 Valid

7 0,946 0,239 Valid

8 0,900 0,239 Valid

9 0,871 0,239 Valid

10 0,758 0,239 Valid

11 0,871 0,239 Valid

12 0,900 0,239 Valid

13 0,900 0,239 Valid

14 0,946 0,239 Valid

15 0,813 0,239 Valid

16 0,813 0,239 Valid

17 0,802 0,239 Valid

18 0,774 0,239 Valid

19 0,778 0,239 Valid

20 0,946 0,239 Valid

21 0,900 0,239 Valid

22 0,871 0,239 Valid

23 0,758 0,239 Valid

24 0,871 0,239 Valid

b. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian digunakan rumus alpha, yaitu sebagai berikut:


(61)

r11 =

(

)

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡

2

2 1 1 t b k k σ σ

Keterangan: r = reliabilitas instrumen 11 k = jumlah item

2

b σ

∑ = jumlah variasi butir

2

t

σ = variasi total

Tingkat reliabilitas kuesioner diuji dengan taraf signifikansi 6%. Untuk menentukan apakah instrumen penelitian itu reliabel atau tidak, maka ketentuannya sebagai berikut :

a. Jika r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi 6%, maka variabel dikatakan reliabel.

b. Jika r hitung < r tabel dengan taraf signifikansi 6%, maka variabel dikatakan tidak reliabel.

Dari hasil analisis dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden pada taraf signifikasi 6% atau 0,06 denngan bantuan program SPSS versi 12 didapat hasil rhitung adalah variabel kompetensi pedagogik guru dengan koefisien alpha sebesar 0,978 dengan r tabel sebesar 0,239

H. Teknik Analisis Data 1.Uji prasyarat analisis

a. Uji Normalitas

Tujuan dilakukan pengujian analisis ini agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari seharusnya.


(62)

Untuk mengetahui apakah dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak dilakukan uji normalitas dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov. Menurut Sugiyono (1999:255) yang dinyatakan dengan rumus :

D maksimum =

[

sn

( )

x1sn

( )

x2

]

Keterangan :

D = Deviasi maksimum

Sn(X1) = Distribusi kumulatif yang ditentukan Sn(X2) = Distribusi kumulatif yang diobservasi

Apabila probabilitas yang dperoleh melalui perhitungan lebih kecil dari tingkat signifikan, artinya ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variabel adalah tidak normal pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan apabila probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan lebih besar dari taraf signifikasn 5% maka tidak signifikan, artinya tidak ada beda antara distribusi data yang dianalisi dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variabel adalah normal pada taraf signifikan 5%. (Sugiyono, 2003:150). Pengujian ini akan dilakukan dengan program SPSS versi 12.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Pengujian homogenitas varians digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:

terkecil Varian

terbesar Varian

F

_ _


(63)

Harga Fhitung tersebut harus dibandingkan dengan Ftabel dengan ditetapkan taraf kesalahan 5%. Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel maka varian dikatakan homogen dan apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka varians homogen.

Dari pengujian normalitas data bahwa data berdistribusi tidak normal, yang berarti bahwa data homogen. Maka tidak perlu dilakukan pengujian homogenitas.

2. Uji Hipotesis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis of Variance (ANOVA). Teknik ini digunakan untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan dalam Bab II yakni perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia, pengalaman kerja, latar belakang status sosial ekonomi. Pengolahan data akan dilakukan menggunakan SPSS versi 12.

Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut : a. Merumuskan Ho dan Ha

Ho:µ1 = µ2 = µ3

Tidak ada perbedaan kompetensi pedagogik guru Ha:µ1 ≠ µ2 ≠ µ3

Ada perbedaan kompetensi pedagogik guru

b. Menentukan daerah penerimaan Ho dan penolakan Ha

Pengujian dengan ANOVA menggunakan distribusi F, titik kritis diperoleh dengan bantuan tabel F dimana titik kritis ditentukan oleh :


(64)

1. Taraf nyata atau signifikan (α) = 5%

2. Derajat bebas atau degree of freedom (df) yang terdiri dari : Numerator = k – 1

Denominator = N – k c. Menentukan uji statistis

Uji statistis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji F ditentukan cara menghitung :

1. JKtotal =

(

)

N Xtot tot

X

2 2

2. JKantar =

(

) (

)

N X n X n

X

tot

+ + 2 2 2 1 2 1

3. JKdalam = JKtotal-JKantar 4. MKantar =

dalam antar

MK MK

5. MKdalam =

m N JKdalam

6. Fhitung =

dalam antar

MK MK

Keterangan:

N = Jumlah seluruh sampel m = Jumlah kelompok

d. Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel yaitu : Ho diterima jika Fhitung < Ftabel


(65)

Apabila distribusi data tidak normal dan tidak homogen maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis Chi Square (χ2), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) Ho:µ1 = µ2 = µ3

Ho : Tidak ada perbedaan kompetensi pedagogik guru dtinjau dari usia/ pengalaman kerja/ status sosial ekonomi.

Ha:µ1 ≠ µ2 ≠ µ3

Ha : Ada perbedaan kompetensi pedagogik guru dtinjau dari usia/ pengalaman kerja/ status sosial ekonomi.

b. Memilih level kepercayaan

Level kepercayaan yang digunakan adalah 95% c. Taraf signifikansi

Taraf signifikansi adalah 5%, nilai kritisn (Df) Df = (k-1)(b-1)

Di mana : k = kategori pengamatan kolom b = kategori pengamatan baris d. Kriteria pengujian

Daerah penolakan H0

(0,05 , (k-1), (b-1) 0

Daerah Penerimaan

H0


(66)

Ho ditolak apabilaχ2 hitung > χ2tabel

e. Perhitungan Chi Square (χ2)

(

)

fh fh fo

=

2 2

χ

Di mana : χ2= Chi Square

Fo = frekuensi yang diobservasi (usia/ pengalaman kerja/ status sosial ekonomi)

Fh = frekuensi yang diharapkan (kompetensi pedagogik) f. Membuat kesimpulan

1. Berdasarkan pada perbandingan Chi Square ( ) hitung dengan Chi Square ( ) tabel:

2

χ

2

χ

a) Apabila χ2hitung <χ2tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. b) Apabila χ2hitung >χ2tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

2. Berdasarkan pada probabilitas (signifikansi): a) Ho diterima apabila > 0,05

b) Ho ditolak apabila < 0,05

g. Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya, digunakan koefisien kontingensi dengan rumus (I Nyoman Susila, 1986:216) :

N C

+ = 2 2

χ χ


(67)

Keterangan :C = koefisien kontigensi

χ2 = harga Chi-kuadrat yang diperoleh N = jumlah total

Nilai C di atas disebut koefisien kemungkinan. Semakin besar nilai C, semakin tinggi taraf hubungannya. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya, maka perlu membandingkan hasil C dengan Cmaks. rumus pembanding tersebut adalah :

(

k

)

k Cmaks = −1 /

Keterangan Cmaks = harga C paling besar k = jumlah kolom

Cmaks merupakan batasan taraf signifikan yang paling besar, semakin dekat jumlah C mendekati Cmaks semakin besar tingkat pengaruh yang terjadi yang telah dihitung dengan Chi-kuadrat.

Tabel 3.25 Interpretasi Cmaks

No Harga Nilai koefisien Tingkat Keterhandalan 1 C maks ≥ 0,80 Sangat tinggi 2 C maks 0,60 < 0,80 Tinggi 3 C maks 0,40 < 0,60 Sedang 4 C maks 0,20 < 0,40 Rendah 5 C maks < 0,20 Sangat rendah


(68)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Responden penelitian ini adalah 373 guru SMA. Subjek penelitian tersebar dalam 4 kabupaten dan 1 kotamadya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah responden yang mengisi kuesioner penelitian secara lengkap adalah 359 guru atau sebanyak 96,25%. Berdasarkan data hasil penelitian dapat diuraikan masing-masing variabel penelitian sebagai berikut :

1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Berikut ini disajikan tabel deskripsi data usia

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Frekuensi (Guru)

Frekuensi Relatif(%)

Kategori

1 < 20 th 2 0,6 Sangat muda

2 20-39 th 109 30,4 Muda

3 40-59 th 243 67,6 Tua

4 >59 th 5 1,4 Sangat Tua

Jumlah 359 100

Sumber: Data Primer

Responden dalam penelitian ini sebagian besar berusia antara 40 tahun-59 tahun yang dapat dikategorikan berumur tua, yaitu sebanyak 243 guru atau 67,7% dari total responden. Di urutan kedua adalah responden yang tergolong berusia muda yaitu guru yang berumur antara 20 tahun - 39 tahun sebanyak 109 guru, prosentasenya 30,4%. Sedangkan guru yang dikategorikan sebagai guru yang sangat tua berjumlah 5 orang atau 1,4% dari total responden, dan


(69)

untuk responden yang tergolong usianya sangat muda yaitu guru yang berusia < 20 tahun ada 2 orang atau 0,6%.

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

No. Masa Kerja Frekuensi (Guru)

Frekuensi Relatif (%)

Kategori

1 <5 th 49 13,6 Baru

2 5-14 th 103 28,7 Cukup

3 15-24 th 148 41,2 Lama

4 .>24 th 59 16,4 Sangat lama

Jumlah 359 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki pengalaman kerja kurang dari 5 tahun sebanyak 49 responden atau 13,6%. Sedangkan responden yang memiliki pengalaman kerja antara 5 tahun sampai dengan 14 tahun sebanyak 103 responden. Responden yang memiliki pengalaman kerja antara 15 tahun sampai dengan 24 tahun sebanyak 148 responden atau 41,2%, dan responden yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 24 tahun sebanyak 59 responden atau 16,4%. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (41,2%) responden yang memiliki pengalaman kerja antara 15 tahun sampai dengan 24 tahun.

3. Deskripsi Responden Berdasarkan Status sosial Ekonomi

Untuk mengetahui apakah seorang guru termasuk dalam kriteria memiliki status sosial ekonomi tinggi, cukup, atau rendah maka sebelumnya kita harus menggunakan perhitungan sebagai berikut :


(70)

Mean = 32,64 Standar deviasi = 5,72 Penilaian skor adalah: Tinggi = > M + 1S

= > 32,64 + 1 (5,72) = > 38,367

= > 38

Menengah = M – 1S --- M + 1S = 32,64 – 1(5,72) --- 38,367 = 26,913 --- 37 = 27 --- 37 Rendah = < M – 1S

= < 26,913 = < 26

Tabel 4.3

Distribusi responden menurut status sosial ekonomi No Status sosial ekonomi Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

1 Tinggi (>38) 75 20,89

2 Menengah (27-38) 227 63,23

3 Rendah (<26) 57 15,88

JUMLAH 359 100

Sumber: Data Primer

Dari tabel di atas diketahui bahwa guru yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi sebanyak 75 guru atau 20,89%. Guru yang mempunyai status sosial ekonomi menengah ada 227 guru atau sebanyak 63,23%, sedangkan guru dengan status sosial ekonomi rendah sebanyak 57 guru.


(71)

4. Deskripsi Kompetensi Pedagogik Guru

Untuk mengetahui apakah seorang guru termasuk dalam kriteria memiliki tingkat kompetensi pedagogik sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, atau sangat rendah, maka sebelumnya kita harus menggunakan perhitungan sebagai berikut :

Mean = 68,98

Standar deviasi = 4,016 Penilaian skor-skor:

Sangat tinggi = >M + 2S

= > 68,98 + 2 (4,016) = > 77,012 = > 77

Tinggi = M + 1S --- M + 2S = 68,98 + 1(4,016) --- 77,012 = 72,996 --- 77,012 = 73 --- 76 Cukup = M - 1S --- M + 1S

= 68,98 - 1(4,016) -- 68,98 + 1(4,016) = 64,964 --- 72,996

= 65 --- 72 Rendah = M – 2S --- M-1S

= 68,98 – 2(4,016) ---- 68,98 - 1(4,016) = 60,948--- 64,964 = 61 --- 64


(72)

Sangat Rendah = < M – 2S = < 60,948 = < 61

Perhitungan di atas digunakan untuk menginterpretasikan data kompetensi pedagogik guru yang sudah terkumpul. Deskrisi kompetensi pedagogik guru dalam bentuk tabel, tampak sebagai berikut:

Tabel 4.4

Deskripsi Responden Berdasarkan Kompetensi Pedagogik Guru No. Kompetensi

Pedagogik

Frekuensi (Guru)

Frekuensi Relatif (%)

Kategori

1 >77 - 0 Sangat Tinggi

2 73-76 - 0 Tinggi

3 65-72 321 89,4 Cukup

4 61-64 26 7,24 Rendah

5 <61 12 3,34 Sangat Rendah

Jumlah 359 100

Sumber: Data Primer

Untuk pengkategorian kompetensi pedagogik guru, 89,4% guru tergolong memiliki kompetensi pedagogik yang cukup yaitu 321 guru. Berdasarkan data pula sebanyak 26 guru atau 7,24% memiliki kompetensi pedagogik yang rendah. Untuk kategori guru yang memiliki kompetensi pedagogik sangat rendah ada sebanyak 12 orang dengan prosentase 3,34%. Dari total responden 359 guru, ternyata untuk kriteria tingkat kompetensi pedagogik sangat tinggi dan tinggi tidak ada guru yang masuk dalam kedua kategori tersebut.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI PENGUASAAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI DAN PENGALAMAN Kompetensi Pedagogik Guru Ditinjau Dari Penguasaan Teknologi Informasi Komunikasi Dan Pengalaman Mengajar Di SMK Muhammadiyah 2 Sragen Tahun Ajaran 2014/ 201

0 2 13

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Kompetensi Pedagogik Dan Kompetensi KepribadianDi SMA Negeri 1 Sragen.

0 0 17

PENDAHULUAN Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Kompetensi Pedagogik Dan Kompetensi KepribadianDi SMA Negeri 1 Sragen.

0 2 9

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DI SMA NEGERI 1 SRAGEN Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Kompetensi Pedagogik Dan Kompetensi KepribadianDi SMA Negeri 1 Sragen.

0 0 14

Profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian : survey pada guru-guru SMA se-Kota Yogyakarta.

0 0 128

Analisis kompetensi sosial guru ditinjau dari usia, pengalaman kerja, dan status sosial ekonomi : studi empirik pada beberapa guru SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 163

Analisis kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia, pengalaman, dan status sosial ekonomi: studi empiris pada guru sma di Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 163

Analisis kompetensi kepribadian guru ditinjau dari usia, pengalaman, dan status sosial ekonomi: studi empiris pada guru sma di Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 161

ANALISIS KOMPETENSI SOSIAL GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

0 0 161

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

0 0 170