Analisis penggunaan informasi akuntansi pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) (studi kasus pada UMKM Pengrajin Batik Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul)

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) (Studi Kasus Pada UMKM Pengrajin Batik Kecamatan Pandak,

Kabupaten Bantul)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Damaris Indah Nugraheni NIM : 132114184

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) (Studi Kasus Pada UMKM Pengrajin Batik Kecamatan Pandak,

Kabupaten Bantul)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Damaris Indah Nugraheni NIM : 132114184

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,

untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”

(Yeremia 29:11)

“With great power, comes great responsibility” (Spiderman)

Ku persembahkan skripsi ini untuk: Sahabat sejatiku: Tuhan Yesus Kristus Ayah dan Bunda tercinta Adikku Fiska dan David yang kusayangi Teman-teman yang kukasihi

Terima kasih atas doa, dukungan, motivasi, dan cinta yang susah diberikan selama mengerjakan skripsiku


(6)

(7)

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan belajar dan mengembangkan diri penulis.

2. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu membimbing dan memberikan motivasi serta dukungan dalam menyelesaikan studi.


(9)

viii

6. Ayah dan bundaku: Ayah Leksono Wibowo dan Bunda Trimisayom, kedua adikku Fiska: Paseksi Paskah dan David Adi Pracoyo yang menjadi motivasi terbesarku untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 7. Keluarga keduaku Om Sugeng Prasetya, Tante Sundari, Renata Ajeng

Prasetya, Renada Anjas Prasetya, Rafida Azzahra Prasetya yang selalu memberikan semangat dan setia mendengarkan keluh kesahku selama ini.

8. Maria Rosa Ayu Diarista dan Theodosia Dhinar Krisma Alfidiya yang menjadi teman untuk belajar mandiri di kota perantauan Yogyakarta. 9. Teman-teman wanita kuat, Tata, Putri, Mami, dan Wulan yang menjadi

penghiburku dikala sedih dan pemberi semangat dikala lesu.

10.Teman-teman alumni BEM FE 2015/2016, teman-teman kelas D dan teman-teman Skripsi Defence 2017 bimbingan Ibu Ninik yang telah memberikanku dukungan doa dan semangat selama menjalani kuliah ini. 11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Walaupun skripsi ini jauh dari sempurna dan terdapat kekurangan karena keterbatasan penulis, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat pagi UMKM Pengrajin Batik di Kecamatan Pandak, pemerintah, dan pihak lainnya. Semoga Tuhan Yesus senantiasa melimpahkan berkat, anugerah, dan cinta kasih karunia kepada semua pihak yang telah mengambil bagian dan membantu penulis, Amin.

Yogyakarta,


(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sitematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI . ... 7

A. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ... 7

1. Definisi UMKM ... 7

2. Kriteria UMKM ... 8

B. Informasi Akuntansi ... 9


(11)

x

2. Tujuan Informasi Akuntansi ... 10

3. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi ... 10

4 Penggunaan Informasi Akuntansi pada UMKM ... 13

C. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

A. Jenis Penelitian ... 17

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 18

D. Populasi Sasaran ... 18

E. Variabel Penelitian ... 20

F. Jenis dan Sumber Data ... 21

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 22

H. Pengujian Instrumen ... 22

F. Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV GAMBARAN UMUM ... ... 26

A. Kondisi Geografis ... .... 26

B. Pemerintahan Kecamatan Pandak... .. 28

1. Visi dan Misi Kecamatan Pandak ... 28

2. Struktur Organisasi Kecamatan Pandak ... 29

C. Kependudukan ... ... 31

1. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31

2. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Umur ... 32

3. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 33

4. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 34

D. UMKM Batik di Kecamatan Pandak ... .... 35


(12)

xi

2. Ciri Khas Batik ... 36

3. Teknik Pembuatan Batik ... 39

4. Pemasaran Batik ... 45

5. Kelemahan dan Kelebihan UMKM Batik ... 46

6. Tantangan UMKM Batik ... 48

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... ... 49

A. Analisis Data ... ... 49

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 49

2. Karakteristik Responden ... 51

3. Analisis Penggunaan Informasi Akuntansi ... 55

B. Pembahasan ... 74

1. Penggunaan Informasi Akuntansi Operasi ... 74

2. Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen ... 81

3. Penggunaan Informasi Akuntansi Keuangan ... 89

4. Penggunaan Informasi Akuntansi Per Ukuran Usaha ... 95

4. Penggunaan Informasi Akuntansi Secara Keseluruhan .. 101

BAB VI PENUTUP ... ... 106

A. Kesimpulan ... ... 106

B. Keterbatasan Penelitian ... ... 106

C. Saran ... ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... ... 108


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Luas Desa di Kecamatan Pandak Tahun 2015 ... ... 27

Tabel 4.2 Banyak Padukuhan dan RT di Kecamatan Pandak Tahun 2015.... 31

Tabel 4.3 Banyak Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015... 32

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia Tahun 2015 ... 33

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2015 34 Tabel 4.6 Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2015 ... 35

Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas ... ... 49

Tabel 5.2 Hasil Uji Reliabilitas ... ... 50

Tabel 5.3 Populasi Sasaran Penelitian ... ... 51

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Penelitian ... ... 52

Tabel 5.5 Sebaran Jawaban Responden Penelitian untuk Penggunaan Informasi Operasi... ... 56

Tabel 5.6 Sebaran Jawaban Responden Penelitian untuk Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen ... ... 59

Tabel 5.7 Sebaran Jawaban Responden Penelitian untuk Penggunaan Informasi Akuntansi Keuangan... ... 62

Tabel 5.8 Hasil Analisis Penggunaan Informasi Akuntansi Secara Keseluruhan ... 65

Tabel 5.9 Analisis Data Penggunaan Informasi Akuntansi Per Responden.... 67

Tabel 5.10 Analisis Data Penggunaan Informasi Akuntansi pada Responden yang Tergolong dalam Usaha Mikro... 70

Tabel 5.11 Analisis Data Penggunaan Informasi Akuntansi pada Responden yang Tergolong dalam Usaha Kecil.... ... 72


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jenis Informasi yang Harus Disediakan Suatu Usaha... 14

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian... ... 16

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Pandak ... ... 26

Gambar 4.2 Contoh Batik Kelurahan Wijirejo... ... 36

Gambar 4.3 Contoh Batik Kelurahan Triharjo... ... 37

Gambar 4.4 Contoh Batik Kelurahan Gilangharjo... ... 37

Gambar 5.1 Rata-rata Jawaban Responden untuk Penggunaan Informasi . Operasi... ... 56

Gambar 5.1 Rata-rata Jawaban Responden untuk Penggunaan Informasi . Akuntansi Manajemen ... ... 60

Gambar 5.3 Rata-rata Jawaban Responden untuk Penggunaan Informasi . Akuntansi Keuangan ... ... 63

Gambar 5.4 Rata-rata Jawaban Responden untuk Penggunaan Informasi Akuntansi Secara Keseluruhan... ... 65

Gambar 5.5 Rata-rata Penggunaan Informasi Akuntansi Per Responden... 68

Gambar 5.6 Rata-rata Penggunaan Informasi Akuntansi pada Responden ... yang Tergolong dalam Usaha Mikro... 71

Gambar 5.7 Rata-rata Penggunaan Informasi Akuntansi pada Responden ... yang Tergolong dalam Usaha Kecil ... 73


(15)

xiv ABSTRAK

ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

(Studi Kasus Pada UMKM Pengrajin Batik Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul)

Damaris Indah Nugraheni NIM: 132114184 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Informasi akuntansi dapat membantu UMKM dalam pengambilan keputusan ekonomi demi tercapainya keberhasilan usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan informasi operasi, informasi akuntansi manajemen, dan informasi akuntansi keuangan pada UMKM batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan teknik kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Hasil analisis data dan pembahasan menunjukkan bahwa UMKM batik mengetahui tentang informasi akuntansi secara umum, namun tidak menggunakannya dalam kegiatan usaha. Hal tersebut terjadi karena skala usaha yang kecil, sehingga pemilik UMKM batik merasa tidak memerlukan informasi akuntansi yang sebenarnya dapat membantu pengambilan keputusan dalam usahanya. Selain itu, keterbatasan sumber daya manusia juga menyebabkan UMKM batik tidak menggunakan informasi akuntansi.


(16)

xv ABSTRACT

ANALYSIS OF ACCOUNTING INFORMATION USAGE IN MICRO, SMALL, AND MEDIUM ENTERPRISES (MSME)

(Case Study At MSMEs Batik Industries Pandak District, Bantul) Damaris Indah Nugraheni

NIM: 132114184 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Accounting information can help MSMEs to make economical decisions in order to achieve a successfull business. This study aims to determine the application level of operational information, management accounting information, and financial accounting information at MSMEs batik industry in Pandak District, Bantul.

The type of this research is a case study. Data were obtained by questionnaire technique and interview. Data analysis technique used was descriptive analysis method with quantitative approach.

The results showed that the MSMEs batik industry have known about accounting information in general, but they didn’t apply it in business activities. This due to the small scale of business, so that the owners was felt they didn’t need accounting information that actually can improve their decision making in the business. In addition, the limitation of human resources also causes MSMEs batik didn’t use accounting information.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha saat ini menghasilkan berbagai jenis bentuk usaha, salah satunya yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, UMKM mengambil peranan penting, khususnya untuk menyumbangkan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup tinggi.

Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UMKM, kontribusi UMKM terhadap PDB menurut harga konstan pada tahun 2013 mencapai 57,56 persen dibandingkan dengan kontribusi PDB dari Usaha Besar. Namun, fakta lain disampaikan oleh Menteri Koperasi dan UMKM dalam Renstra Kementerian Koperasi dan UMKM RI (2015-2019) bahwa kinerja UMKM secara umum cukup bervariasi dari tahun ke tahun. Kontribusi PDB UMKM mengalami tren penurunan dari 58,6 persen pada tahun 2008 menjadi 57,5 persen pada tahun 2012. Kondisi tersebut diakibatkan tingkat pertumbuhan output UMKM yang cenderung berfluktuasi.

UMKM dituntut untuk terus melakukan perubahan atau inovasi dan melakukan manajemen dengan baik pada usahanya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan persaingan. Hal ini perlu menjadi perhatian karena sebagian UMKM berangkat dari industri rumahan atau keluarga. Mengingat peran UMKM yang begitu besar dalam perekonomian nasional, maka upaya peningkatan kinerja UMKM mutlak untuk dilakukan supaya terjaga stabilitas


(18)

perekonomian nasional, salah satunya melalui penerapan dan penggunaan informasi akuntansi (Endiana dan Sudiartana, 2016).

Menurut Pinasti (2007), informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang tepat dapat menentukan keberhasilan dari sebuah usaha. Oleh karena itu, informasi akuntansi memiliki peran yang penting bagi pelaku bisnis dalam mencapai keberhasilan usahanya, termasuk bagi Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM). Informasi akuntansi dapat menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan dalam hal pengelolaan usaha, antara lain untuk keputusan penetapan harga, pengembangan pasar, termasuk untuk keputusan investasi (Suhairi dkk, 2004).

Kenyataannya, kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya. Idrus (2000) menyatakan bahwa para pengusaha kecil tidak memiliki pengetahuan akuntansi, dan banyak di antara mereka yang belum memahami pentingnya pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha. Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan. Hal ini menyebabkan rendahnya tingkat penggunaan informasi akuntansi dalam menjalankan usaha.

Sudah semestinya UMKM memanfaatkan informasi akuntansi dalam menjalankan usahanya termasuk UMKM pengrajin batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. Sejak tahun 2009, batik telah resmi diakui oleh


(19)

UNESCO dan dimasukan dalam daftar 76 Budaya Tak-Benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity). Oleh karena itu, batik sebagai salah satu aset budaya Indonesia perlu dilestarikan. Pengrajin batik tentu mengambil peranan penting dalam kelestarian batik. Wilayah Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul merupakan salah satu sentra industri kerajinan batik di DIY. Sudah semestinya para pengrajin batik lebih memperhatikan keberlangsungan usahanya agar produksi dan pemasaran batik tidak mati, melainkan meluas hingga ke mancanegara. Penggunaan informasi akuntansi pada UMKM batik di wilayah ini diharapkan dapat membantu pengelolanya untuk menilai kinerja usahanya pada setiap periode, sehingga ketika terjadi krisis mereka dapat segera mencari solusi yang tepat untuk menanggulanginya. Berdasarkan pengamatan pendahuluan yang dilakukan dapat diketahui bahwa masih banyak UMKM pengrajin batik di Kecamatan Pandak yang masih kesulitan untuk menerapkan akuntansi dalam bisnisnya sehingga informasi akuntansi yang dihasilkan tidak dapat dijadikan pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha mereka.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang penggunaan informasi akuntansi pada UMKM. Penelitian ini pun penting dilakukan untuk melihat tingkat penggunaan informasi akuntansi pada UMKM pengrajin batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. Oleh

karena itu, judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA UMKM” dengan studi


(20)

B. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pengelompokan informasi akuntansi berdasarkan fungsi pengawasan operasional, pengawasan manajemen, dan pengawasan strategik menurut Anthony dan Reece (1995) dalam Wibowo dan Kurniawati (2015), yakni berupa informasi operasi, informasi akuntansi manajemen dan informasi akuntansi keuangan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan oleh penulis, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan informasi operasi pada UMKM Pengrajin Batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul?

2. Bagaimana penggunaan informasi akuntansi manajemen pada UMKM Pengrajin Batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul?

3. Bagaimana penggunaan informasi akuntansi keuangan pada UMKM Pengrajin Batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui penggunaan informasi akuntansi berupa informasi operasi pada UMKM Pengrajin Batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul.


(21)

2. Mengetahui penggunaan informasi akuntansi berupa informasi akuntansi manajemen pada UMKM Pengrajin Batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul.

3. Mengetahui penggunaan informasi akuntansi berupa informasi akuntansi keuangan pada UMKM Pengrajin Batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam kajian akuntansi mengenai penggunaan informasi akuntansi pada UMKM. 2. Bagi UMKM

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan untuk lebih mengetahui besarnya manfaat informasi akuntansi bagi UMKM.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sarana pembelajaran bagi penulis untuk meningkatkan kemampuan di bidang penelitian ilmiah dalam mengungkap permasalahan tertentu secara sistematis serta berusaha memecahkan permasalahan yang ada sehingga dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan.


(22)

E. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disusun dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Bab ini menguraikan tentang landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi sasaran, variabel penelitian, jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan data, pengujian instrumen, dan teknik analisis data.

BAB IV Gambaran Umum UMKM Pengrajin Batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul

Bab ini menguraikan tentang lokasi penelitian meliputi keadaan geografis, struktur organisasi pemerintahan, dan keadaan penduduk.


(23)

BAB V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang deskripsi responden, deskripsi variabel, pengujian instrumen penelitian, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB VI Penutup

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran.


(24)

8 BAB II

LANDASAN TEORI A. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

1. Definisi

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada bab I pasal 1, definisi UMKM adalah sebagai berikut:

a. Usaha Mikro

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. c. Usaha Menengah

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak


(25)

langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Kriteria

UMKM memiliki beberapa kriteria untuk masing-masing usaha yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada bab IV pasal 6, yaitu: a. Kriteria Usaha Mikro

1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah). b. Kriteria Usaha Kecil

1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah

1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00


(26)

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

B. Informasi Akuntansi

1. Definisi Informasi Akuntansi

Belkaoui (2000) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bersifat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan. Informasi akuntansi digunakan untuk pengawasan strategik, pengawasan manajemen, dan pengawasan operasional. Informasi akuntansi pada dasarnya bersifat keuangan dan terutama digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan, pengawasan, dan implementasi keputusan-keputusan perusahaan. Agar data keuangan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, maka data tersebut harus disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai.

2. Tujuan Informasi Akuntansi

Ikhsan dan Ishak (2008: 3) menyatakan bahwa sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu dalam proses perencanaan,


(27)

pengkoordinasian, dan pengendalian yang kompleks. Selanjutnya Ikhsan dan Ishak (2008: 6) menyatakan bahwa informasi akuntansi melalui pelaporan keuangan sebagai hasil dari sistem informasi keuangan memiliki tujuan yaitu:

a. Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit.

b. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menggunakan sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari kekayaan tersebut.

c. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba.

d. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya.

e. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber pendanaan perusahaan.

f. Menyediakan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam memperkirakan arus kas masuk ke dalam perusahaan.

3. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

Mc Leod dan George (2007: 86) dalam Syaifullah (2010) menyatakan bahwa:

“Information should be available for problem solving before crisis situations develop or opportunities are lost. The user should be able to


(28)

obtain information that describes what is happening now, in addition to what happened in the past. Information that a rrives after the decision is made has no value.”

Informasi harus tersedia untuk menyelesaikan masalah sebelum situasi krisis berkembang atau peluang hilang. Pengguna informasi harus mampu memperoleh informasi yang menggambarkan situasi yang terjadi saat ini, selain apa yang terjadi di masa lalu. Informasi yang tersedia setelah keputusan dibuat, tidak memiliki nilai.

Agar bermanfaat, informasi akuntansi yang dihasilkan oleh pihak manajemen perusahaan harus memenuhi karakteristik kualitatif informasi akuntansi. Menurut Statement of Financial Accounting (SFAC) No.2 yang diterjemahkan oleh Soemarso (2004), karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi adalah sebagai berikut:

a. Relevan, maksudnya adalah kapabilitas informasi yang dapat mendorong suatu keputusan apabila dimanfaatkan oleh pemakai untuk kepentingan memprediksi hasil di masa depan yang berdasarkan kejadian waktu lalu dan sekarang. Pada aspek ini, terdapat tiga karakteristik utama, yaitu:

1) Ketepatan waktu (timeliness), yaitu informasi yang siap digunakan para pemakai sebelum kehilangan makna dan kapasitas dalam pengambilan keputusan;

2) Nilai prediktif (predictive value), yaitu informasi dapat membantu pemakai dalam membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian yang lalu, sekarang, dan masa depan;


(29)

3) Umpan balik (feedback value), yaitu kualitas informasi yang memungkinkan pemakai dapat mengkonfirmasikan ekspektasinya yang telah terjadi di masa lalu.

b. Reliabel, maksudnya adalah kualitas informasi yang dijamin bebas dari kesalahan dan penyimpangan atau bias serta dinilai dan disajikan secara layak sesuai dengan tujuannya. reliabel mempunyai tiga karakteristik utama, yaitu:

1) Dapat diperiksa (verifiability), yaitu konsensus dalam pilihan pengukuran akuntansi yang dapat dinilai melalui kemampuannya untuk meyakinkan apakah informasi yang disajikan berdasarkan merode tertentu memberikan hasil yang sama apabila diverifikasi dengan metode yang sama dengan pihak independen.

2) Kejujuran penyajian (representation faithfulness), yaitu adanya kecocokan antara angka dan diskripsi akuntansi serta sumber-sumbernya.

3) Netralitas (neutrality), informasi akuntansi yang netral diperuntukkan bagi kebutuhan umum para pemakai dan terlepas dari anggapan mengenai kebutuhan tertentu dan keinginan tertentu para pemakai khusus informasi.

c. Daya Banding (comparability) informasi akuntansi yang dapat dibandingkan menyajikan kesamaan dan perbedaan yang timbul dari kesamaan dasar dan perbedaan dasar dalam perusahaan dan


(30)

transaksinya serta tidak semata-mata dari perbedaan perlakuan akuntansinya.

d. Konsistensi (consistency), yaitu keseragaman dalam penetapan kebijaksanaan dan prosedur akuntansi yang tidak berubah dari periode ke periode.

4. Penggunaan Informasi Akuntansi pada UMKM

Penggunaan informasi akuntansi pada UMKM membawa pengaruh positif terhadap keberhasilan UMKM. Hal tersebut diungkapkan oleh Arlianto (2014), penelitiannya pada UMKM Konveksi di Desa Padurenan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat penggunaan informasi akuntansi pada suatu usaha, maka tingkat keberhasilan UMKM juga akan semakin meningkat. Penggunaan informasi akuntansi yang berupa informasi operasi, informasi akuntansi manajemen, dan informasi akuntansi keuangan dapat digunakan oleh pelaku UMKM untuk perencanaan usaha, mengontrol kegiatan usaha, mengambil keputusan dalam pengelolaan usaha, serta untuk melakukan evaluasi, sehingga hal tersebut nantinya dapat menunjang keberhasilan usaha.

Haswell dan Holmes (1989) dalam Solovida (2003) menjelaskan bahwa kekurangan informasi akuntansi dalam manajemen perusahaan dapat membahayakan perusahaan kecil. Kondisi keuangan yang memburuk dan kekurangan catatan akuntansi akan membatasi akses


(31)

untuk memperoleh informasi yang diperlukan, sehingga berpotensi menyebabkan sulit berkembangnya perusahaan bahkan hingga terjadi kegagalan perusahaan.

Jenis informasi yang diperlukan dan harus disediakan oleh sebuah suatu usaha diringkas oleh Anthony dan Reece (1989) dalam Suwardjono (2013: 14) sebagai berikut:

Gambar 2.1 Jenis Informasi yang Harus Disediakan Suatu Usaha

Akuntansi tidak menghasilkan laporan tentang jumlah pegawai, adanya pemogokan, keadaan kesehatan direktur atau pemilik dan informasi lain yang bersifat kualitatif. Walaupun demikian, laporan keuangan kuantitatif memberi petunjuk tentang hal-hal yang bersifat kualitatif.

Informasi akuntansi berguna bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di lingkungan yang dinamis dan kompetitif karena informasi akuntansi membantu para manajer dalam mengintegrasikan inisiatif operasional dalam perencanaan strategi jangka panjang (Ismail and King,

Informasi

Informasi Kualitatif Informasi Kuantitatif

Informasi Akuntansi Informasi Non

Akuntansi


(32)

2005). Agar data keuangan dapat dimanfaatkan oleh pihak internal dan eksternal perusahaan, maka data tersebut harus disusun dengan baik. Anthony dan Reece (1995) dalam Wibowo dan Kurniawati (2015) menggolongkan informasi akuntansi digolongkan menjadi tiga, yaitu: a. Informasi Operasi

Informasi ini menyediakan data mentah bagi informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen. Informasi ini dapat berfungsi sebagai alat pengawasan operasional perusahaan. Informasi operasi pada perusahaan manufaktur adalah informasi pembelian dan pemakaian bahan baku, informasi produksi, informasi penjualan, dan lain-lain.

b. Informasi Akuntansi Manajemen

Informasi akuntansi manajemen ditujukan kepada pihak internal perusahaan, dan merupakan informasi saat ini dan masa yang akan datang yang tidak memiliki sifat historikal. Informasi ini digunakan untuk tiga fungsi manajemen, yaitu perencanaan, implementasi dan pengendalian. Informasi akuntansi manajemen disajikan kepada manajemen perusahaan dalam bentuk laporan, seperti anggaran, laporan penjualan, laporan biaya produksi, laporan biaya menurut pusat pertanggungjawaban, laporan biaya menurut aktivitas, dan lain-lain.


(33)

c. Informasi Akuntansi Keuangan

Informasi akuntansi keuangan digunakan oleh manajer maupun pihak eksternal perusahaan, bertujuan untuk menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan perubahan keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai dalam hal pengambilan keputusan ekonomi. Wujud nyata dari informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Informasi ini bersifat historikal dan harus disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

C. Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian ini berusaha menjelaskan penggunaan informasi akuntansi pada suatu UMKM yang terdiri dari informasi operasi, informasi akuntansi manajemen dan informasi akuntansi keuangan. Berdasarkan pemaparan diatas, gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian Penggunaan Informasi

Akuntansi UMKM

Informasi Operasi Informasi Akuntansi Manajemen

Informasi Akuntansi Keuangan


(34)

18 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Studi kasus dilakukan untuk meneliti suatu objek tertentu. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis, serta kesimpulan hanya berlaku pada objek yang diteliti saja. Penelitian ini hanya terfokus pada UMKM batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2004) metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa yang terjadi dalam bentuk angka-angka yang bermakna.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian


(35)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang yang akan menjadi responden penelitian dan diberikan pertanyaan dalam bentuk kuesioner guna memberikan data-data kepada peneliti yang dapat digunakan untuk penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM pengrajin batik di Kecamatan Pandak, Bantul, DIY. UMKM pengrajin batik yang dimaksud dalam hal ini adalah UMKM yang melakukan proses produksi baik batik cap, tulis, maupun kombinasi.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah informasi yang dibutuhkan untuk menjawab masalah penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah tingkat penggunaan informasi akuntansi pada UMKM.

D. Populasi Sasaran

Penelitian ini menggunakan populasi sasaran yaitu UMKM pengrajin batik yang berada di wilayah Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. Penulis menetapkan kriteria untuk pengambilan sampel, yaitu UMKM melakukan proses produksi batik kain, baik teknik cap, tulis, maupun kombinasi. Penetapan kriteria tersebut dilakukan dengan alasan bahwa UMKM yang melakukan proses produksi diharapkan menggunakan informasi akuntansi dengan intensitas tinggi karena pemilik tentu membutuhkan informasi akuntansi mulai dari tahap produksi hingga tahap penjualan batik kain.


(36)

E. Variabel Penelitian

Definisi operasional, pengukuran, dan klasifikasi variabel penelitian dipaparkan sebagai berikut:

1. Penggunaan Informasi Akuntansi

Penggunaan informasi akuntansi adalah penggunaan informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan dan alternatif-alternatif tindakan.yang dimaksudkan untuk perencanaan strategis, pengawasan manajemen dan pengawasan operasional

Informasi akuntansi digolongkan menjadi tiga, yaitu Anthony dan Reece (1995) dalam Wibowo dan Kurniawati (2015):

a. Informasi Operasi

Informasi operasi pada perusahaan manufaktur adalah informasi pembelian dan pemakaian bahan baku, informasi produksi, informasi penjualan, dan lain-lain.

b. Informasi Akuntansi Manajemen

Informasi akuntansi manajemen disajikan kepada manajemen perusahaan dalam bentuk laporan, seperti anggaran, laporan penjualan, laporan biaya produksi, laporan biaya menurut pusat pertanggungjawaban, laporan biaya menurut aktivitas, dan lain-lain.


(37)

c. Informasi Akuntansi Keuangan

Wujud nyata dari informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Kemudian dari ketiga indikator di atas dibuat beberapa pertanyaan yang terdiri atas 17 item menurut Aufar (2014) yaitu 8 item untuk kategori informasi operasi, 4 item untuk kategori informasi akuntansi manajemen, dan 5 item untuk kategori informasi akuntansi keuangan. Pengukuran setiap dimensi variabel informasi akuntansi dalam penelitian ini menggunakan skala likert lima poin menurut Nurmala (2014) sebagai berikut:

Skor 5 = Sangat Tinggi (secara teratur menggunakan informasi akuntansi)

Skor 4 = Tinggi (sering menggunakan informasi akuntansi)

Skor 3 = Sedang (kadang-kadang menggunakan informasi akuntansi) Skor 2 = Rendah (tahu, tetapi tidak pernah menggunakan informasi

akuntansi)

Skor 1 = Sangat Rendah (tidak pernah menggunakan informasi akuntansi karena sama sekali tidak tahu)

F. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yang dimaksud adalah data tentang penggunaan informasi akuntansi pada UMKM dengan menggunakan instrumen utama yakni kuesioner.


(38)

G. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei lapangan dengan melakukan teknik kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Kuesioner dibentuk sedemikian rupa, sehingga responden hanya diminta untuk memilih salah satu jawaban yang mencerminkan karakteristik dirinya sendiri dengan memberikan tanda checklist (√). Kuesioner dalam penelitian ini merupakan instrumen penelitian utama dan didistribusikan langsung kepada responden yakni pemilik UMKM pengrajin batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul.

H. Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2013). Sunyoto (2010: 89) menyatakan bahwa pengujian validitas bisa dilakukan dengan mengorelasi skor butir pertanyaan dengan total skor konstruknya. Pengujian bisa dilakukan secara statistik, baik secara manual maupun bantuan komputer.

Perhitungan validitas instrumen didasarkan pada perbandingan antara r hitung dan r tabel. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel pada signifikan 5% maka data bisa dikatakan valid. Sebaliknya, jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka data tidak valid. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS.


(39)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi alat ukur, apakah hasilnya tetap konsisten atau tidak jika pengukuran diulang (Priyatno, 2012). Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode Cronbach’s Alpha. Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. Dalam penelitian ini, pengujian instrumen akan dihitung menggunakan alat bantu SPSS.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai untuk menjawab setiap rumusan masalah dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif. Adapun tahapan dalam menarik kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan Karakteristik Responden

Analisis deskripsi responden digunakan untuk memisahkan atau mengelompokkan responden agar diperoleh gambaran mengenai jenis kelamin, usia, jenjang pendidikan, latar belakang pendidikan pemilik UMKM, lama usaha, kepemilikan izin, jenis usaha, omzet usaha, jumlah karyawan, dan wilayah pemasaran dalam frekuensi (%).

2. Melakukan Pengukuran Data Variabel

Pada tahap ini, data berupa jawaban responden tentang penggunaan informasi akuntansi yang sudah terkumpul dari kuesioner kemudian diukur atau diberi skor sesuai dengan skala pengukuran yakni menggunakan skala likert 5 poin yang telah ditetapkan pada subbab variabel penelitian.


(40)

Pengukuran variabel ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui total skor dan nilai rata-rata yang diperoleh dari masing-masing responden. 3. Melakukan Analisis Data Penggunaan Informasi Akuntansi

Setelah mengetahui nilai skor rata-rata masing-masing responden, selanjutnya menyusun tabel analisis data yang dibagi menjadi 5 sub bab, yaitu analisis penggunaan informasi operasi, penggunaan informasi akuntansi manajemen, penggunaan informasi akuntansi keuangan, penggunaan informasi akuntansi secara menyeluruh, dan penggunaan informasi akuntansi per responden. Tabel tersebut berisikan data frekuensi penggunaan informasi akuntansi pada masing-masing skala, total skor, dan nilai skor rata-rata.

4. Melakukan Klasifikasi Tingkat Penggunaan Informasi Akuntansi

Pada tahapan ini, penulis akan membagi masing-masing data variabel ke dalam kategori yang telah ditetapkan. Pengklasifikasian variabel ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penggunaan informasi akuntansi pada suatu UMKM. Klasifikasi didasarkan pada nilai skor rata-rata yang diperoleh masing-masing kategori. Klasifikasi tersebut dibagi menjadi 5 kategori sesuai dengan kuisioner yang telah disebarkan, yaitu: Skor 5 = Sangat Tinggi (secara teratur menggunakan informasi

akuntansi)

Skor 4 = Tinggi (sering menggunakan informasi akuntansi)


(41)

Skor 2 = Rendah (tahu, tetapi tidak pernah menggunakan informasi akuntansi)

Skor 1 = Sangat Rendah (tidak pernah menggunakan informasi akuntansi karena sama sekali tidak tahu)

(Nurmala, 2014)

5. Melakukan Pembahasan atas Hasil Klasifikasi Tingkat Penggunaan Informasi Akuntansi

Setelah penulis mengklasifikasikan tingkat penggunaan informasi akuntansi pada UMKM batik di Kecamatan Pandak, selanjutnya penulis melakukan pembahasan atas hasil klasifikasi tersebut sesuai dengan sub bab yang telah ditentukan pada tahap ketiga.

6. Menarik Kesimpulan

Kesimpulan diambil dari tabel analisis data, hasil klasifikasi tingkat penggunaan informasi akuntansi UMKM pengrajin batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, dan pembahasannya.


(42)

BAB IV

GAMBARAN UMUM UMKM PENGRAJIN BATIK KECAMATAN PANDAK

A. Kondisi Geografis Kecamatan Pandak

Kecamatan Pandak merupakan kecamatan yang terletak di sebelah barat daya Kabupaten Bantul dengan jarak 5 km dari ibukota Kabupaten Bantul. Peta wilayah Kecamatan Pandak dapat terlihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Pandak Sumber Gambar: Kecamatan Pandak Dalam Angka 2016


(43)

Kecamatan Pandak mempunyai luas wilayah 2.430 Ha atau sebesar 4,79 persen dari total luas Kabupaten Bantul. Luas wilayah tersebut dibagi ke dalam 4 desa yang merupakan bagian dari Kecamatan Pandak yakni Desa Caturharjo, Desa Triharjo, Desa Gilangharjo, dan Desa Wijirejo. Tabel 4.1 menerangkan tentang luas desa di Kecamatan Pandak.

Tabel 4.1 Luas Desa di Kecamatan Pandak Tahun 2015 No Desa Luas (km2) Persentase terhadap Luas

Kecamatan Pandak 1. Caturharjo 593 24,40

2. Triharjo 643 26,46

3. Gilangharjo 726 29,88

4. Wijirejo 468 19,26

Kecamatan 2.430 100

Sumber Data: Kecamatan Pandak Dalam Angka 2016

Wilayah Kecamatan Pandak berbatasan dengan 5 kecamatan yaitu:

1. Batas Utara : Kecamatan Pajangan dan Kecamatan Bantul 2. Batas Timur : Kecamatan Bambanglipuro dan Bantul 3. Batas Selatan : Kecamatan Sanden

4. Batas Barat : Kecamatan Srandakan

Kecamatan Pandak berada di dataran rendah. Ibukota kecamatannya berada pada ketinggian 27 meter di atas permukaan laut. Jarak ibukota kecamatan ke pusat pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Bantul adalah 5 Km. Kecamatan Pandak beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah tropis dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Pandak adalah 32ºC dengan suhu terendah 20ºC. Bentangan


(44)

wilayah di Kecamatan Pandak cukup bervariasi, 90 % wilayahnya berupa daerah yang datar sampai berombak dan 10 % lainnya adalah daerah yang berombak sampai berbukit.

B. Pemerintahan Kecamatan Pandak 1. Visi dan Misi Kecamatan Pandak

Dalam rangka mewujudkan kegiatan pembangunan untuk mendukung Visi Kabupaten Bantul Projo Taman Sari sejahtera, demokrasi, dan agamis, maka Kecamatan Pandak telah merumuskan visi pembangunan yaitu :

Pandak Berwira Intan, Berbudaya dan Agamis

Visi tersebut mengandung pengertian :

a. Berwira Intan

Mengandung makna pada upaya peningkatan kesejahteraan lewat usaha meningkatkan bidang pariwisata, kerajinan, industri, rumah tangga dan pertanian.

b. Berbudaya dan Agamis

Dimaksudkan agar upaya peningkatan kesejahteraan selaras dengan pengembangan budaya dan dalam lingkungan kehidupan yang agamis menuju masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.


(45)

Misi merupakan perwujudan tujuan operasi organisasi pemerintahan dalam melayani masyarakat, sehingga setiap saat perlu dilakukan perubahan sesuai dengan perubahan jaman. Sebagai penjabaran dari visi yang telah ditetapkan di atas, misi merupakan uraian kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari pencanangan visi tersebut.

Adapun misi Kecamatan Pandak adalah sebagai berikut :

1. Tercapainya peningkatan kehidupan beragama masyarakat 2. Tercapainya peningkatan mutu pendidikan masyarakat 3. Tercapainya pembangunan serta pemberdayaan masyarakat 4. Terlaksananya tata kelola pemerintahan yang baik

5. Tercapainya pelayanan prima

6. Terfasilitasinya usaha pengembangan wisata

7. Tercukupinya kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan

8. Tercapainya ketersediaan pangan masyarakat dan kelestarian lingkungan 9. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dalam usaha

10.Terwujudnya ketentraman dan ketertiban wilayah

2. Struktur Organisasi Kecamatan Pandak

Berdasarkan PERDA No. 18 Tahun 2007 struktur organisasi Kecamatan Pandak sebagai berikut:


(46)

Struktur Organisasi Kecamatan Pandak

Camat : Drs. Agus Sulistiyana, MM Sekretaris Camat : Sujarwo, SE

Ka. Sub. Bag. Umum : Purwanti, S.Ip Fitri Mulyani, S.Ip Murtijo

Ka. Sub. Program. Keuangan : Surani, BA Bardiman Nur Hayati Jabatan fungsional : Hari Jumarwati Ks. T. Pemerintahan : Sarwanto, S.Ip, MM

Jumanta Suharsyati. P Kasiran Fauzi Afnan

Ks. Ketentraman. Ketertiban : Sarwadi Junianto, SH Muhidin

Sumaryono Ks. Pelayanan : Subaryata, SH

Sukesi Heruwanti Ks. Ek. Bang dan L. H : Sri Sudewi, S.T, M. Ph

Sudarmo

K. Kemasyarakatan : Subiyanto, S. Ip, M.Ap Bonirah, S. Ip

Kardi

Kecamatan Pandak terdiri 49 pedukuhan dan 292 Rukun Tetangga (RT) yang tersebar di empat desa. Sebaran pedukuhan dan RT antar desa satu dengan yang lainnya tidak sama. Desa Gilangharjo yang merupakan desa terluas mempunyai jumlah pedukuhan dan jumlah RT yang paling banyak yakni sebanyak 15 pedukuhan dan 91 RT. Pada tabel 4.2 dijelaskan banyaknya pedukuhan dan Rukun Tetangga (RT) per desa di Kecamatan Pandak.


(47)

Tabel 4.2 Banyaknya Pedukuhan dan Rukun Tetangga (RT) Per Desa di Kecamatan Pandak Tahun 2015

Sumber Data: Kecamatan Pandak Dalam Angka 2016

C. Kependudukan Kecamatan Pandak

Dalam perencanaan pembangunan suatu wilayah, data mengenai kependudukan sangat diperlukan. Semakin lengkap dan semakin akurat data kependudukan, maka rencana pembangunan wilayah akan semakin terbantu. Adapun data mengenai keadaan penduduk yang tersedia di Kecamatan Pandak meliputi struktur penduduk dilihat dari jenis kelamin, usia, mata pencaharian, dan pendidikan.

1. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan estimasi data hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bantul, pada tahun 2015 jumlah penduduk Kecamatan Pandak adalah 48.950 jiwa yang terdiri dari 24.384 laki-laki dan 24.566 perempuan. Sex ratio Kecamatan Pandak adalah 99,26 persen yang berarti perbandingan penduduk laki-laki terhadap perempuan relatif sama. Tabel 4.3 menjelaskan tentang banyaknya penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio per desa di Kecamatan Pandak.

No Desa Jumlah

Pedukuhan Rukun Tetangga 1. Caturharjo 14 77

2. Triharjo 10 63 3. Gilangharjo 15 91 4. Wijirejo 10 61


(48)

Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Per Desa di Kecamatan Pandak Tahun 2015

No Desa Laki-laki Perempuan Sex Ratio 1. Caturharjo 5.401 5.526 97.74 2. Triharjo 6.175 6.113 101,01 3. Gilangharjo 7.541 7.505 100,48 4. Wijirejo 5.267 5.422 97,14

Kecamatan 24.384 24.566 99,26

Sumber Data: Kecamatan Pandak Dalam Angka 2016

Dengan luas wilayah 2.430 Ha maka kepadatan penduduk di Kecamatan Pandak adalah 2.014 jiwa per kilometer persegi. Dari empat desa yang ada, kepadatan tertinggi ada di Desa Wijirejo dengan 2.284 jiwa per kilometer persegi, sementara desa yang paling sedikit kepadatannya adalah Desa Caturharjo dengan jumlah penduduk 1.843 jiwa per kilometer persegi.

2. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Umur

Penggolongan penduduk berdasarkan umur bertujuan untuk mengetahui jumlah penduduk yang belum produktif, penduduk produktif, dan penduduk yang sudah tidak produktif. Golongan penduduk yang belum produktif yaitu penduduk berumur kurang dari 15 tahun. Golongan penduduk yang produktif yaitu penduduk berumur antara 15 tahun sampai dengan 65 tahun. Golongan penduduk yang sudah tidak produktif yaitu penduduk berumur lebih dari 65 tahun. Komposisi penduduk berdasarkan usia di Kecamatan Pandak tahun 2015 di jelaskan dalam tabel 4.4.


(49)

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia di Kecamatan Pandak Tahun 2015

No Umur (Th) Jumlah Persentase (%) 1. <15 10.599 21,65 2. 15-65 32.938 67,29 3. >65 5.413 11,06

Jumlah 48.950 100

Sumber Data: Kecamatan Pandak Dalam Angka 2016

Dari tabel tersebut terlihat bahwa penduduk wilayah Kecamatan Pandak didominasi oleh penduduk usia produktif yaitu sebesar 32.938 jiwa atau 67,29%. Hal ini menunjukan bahwa secara usia, sebagian besar masyarakat yang berada di Kecamatan Pandak sudah mampu untuk melakukan pekerjaan.

3. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian menjadi sumber pendapatan yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari anggota keluarga. Penduduk dapat dikatakan sejahtera, apabila segala kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi baik material maupun spiritual. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian berguna untuk menggambarkan peluang mengenai jenis lapangan pekerjaan yang tersedia di wilayah tersebut. Dalam tabel 4.5 dijelaskan mengenai komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Pandak.


(50)

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kecamatan Pandak Tahun 2015

No Mata Pencaharian Jumlah (orang)

Persentase (%)

1. Petani 16.914 61,28

2. Pengusaha Sedang/Kecil 74 0,27 3. Pengrajin/Industri Kecil 597 2,16 4. Buruh Industri 787 2,85 5. Buruh Bangunan 1.105 4,00 6. Buruh Pertambangan 930 3,37

7. Pedangang 276 1,00

8. PNS 325 1,18

9. ABRI 95 0,34

10. Pensiunan (Pegawai Negeri Sipil) 75 0,27

11. Peternak 6.424 23,27

Jumlah 27.602 100

Sumber Data: Monografi Kecamatan Pandak 2016

Berdasarkan tabel tersebut, mayoritas penduduk Kecamatan Pandak bermata pencaharian utama sebagai petani dengan persentase 61,28%, sedangkan penduduk yang bermata pencaharian utama sebagai pengrajin atau industri kecil sebesar 2,16%.

4. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Gambaran tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Pandak disajikan dalam tabel 4.6.


(51)

Tabel 4.6 Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2015

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Buta Huruf 6 0,01

2. Belum Sekolah 5.126 12,79 3. Tidak Tamat SD/Sederajat 4.223 10,54 4. Tamat SD/Sederajat 6.574 16,40 5. Tamat SMP/Sederajat 779 1,94 6. Tamat SMA/Sederajat 8.913 22,34 7. Tamat Diploma dan

Perguruan Tinggi 14.457 36,07

Jumlah 40.078 100

Sumber Data: Monografi Kecamatan Pandak 2016

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Pandak mayoritas adalah tamatan diploma dan perguruan tinggi yakni sebesar 36,07%. Hal tersebut menunjukan bahwa penduduk di wilayah ini memilik kesadaran akan pentingnya pendidikan. Dengan semakin banyaknya penduduk yang berpendidikan tinggi diharapkan mampu meningkatkan pembangunan di daerah tersebut, karena memiliki kualitas sumber daya manusia yang memadai. Tingkat pendidikan tersebut juga mempengaruhi sikap dan pola pikir penduduk, termasuk inovasi dalam melakukan usaha kerajinan di wilayah tersebut.

D. UMKM Batik di Kecamatan Pandak 1. Sejarah UMKM Batik

Munculnya UMKM Batik di Kecamatan Pandak bermula dari profesi masyarakat sebagai buruh batik di Yogyakarta. Awalnya buruh batik dari Kecamatan Pandak tidak mempunyai kemampuan yang mencukupi untuk membuat batik, namun pemilik usaha di tempat mereka


(52)

bekerja sering memberikan pelatihan informal terhadap para buruh batik tersebut. Dari situlah mereka mampu membuat batik dengan berbagai motif. Kemudian, sebagian besar buruh batik tersebut pulang ke kampungnya untuk merintis usaha batiknya sendiri. Dengan bermodalkan pengalaman semasa bekerja pada industri batik di Kota Yogyakarta, ternyata batik yang mereka produksi disukai oleh pasar dan bisa berkembang. Saat ini UMKM Batik di Kecamatan Pandak sudah membudaya dan menjadi mata pencaharian utama sebagian masyarakatnya. Data dari DISPERINDAGKOP Kabupaten Bantul menyebutkan bahwa total UMKM Batik yang masih aktif di Kecamatan Pandak ada sekitar 40 UMKM. UMKM Batik tersebut tersebar pada 3 (tiga) kelurahan yakni di Kelurahan Wijirejo, Kelurahan Triharjo, dan Kelurahan Gilangharjo.

2. Ciri Khas Batik

Setiap kelurahan mempunyai ciri khas masing-masing, sehingga persaingan batik di wilayah tersebut tidak terlalu ketat. Kelurahan Wijirejo kini sudah menjadi salah satu sentra batik di Yogyakarta. Batik di kelurahan tersebut terkenal dengan teknik cap, perwarnaan sogan (hitam, coklat, biru, dan putih), dan motif tradisional, sedangkan Kelurahan Gilangharjo telah ditetapkan oleh pemerintah setempat sebagai Desa Budaya Batik karena sebagian besar pembatik disana memproduksi batik klasik dan kental akan makna. Batik di wilayah tersebut lebih dikenal


(53)

dengan batik lukis dan tulis dengan motif tradisional, modern dan kontemporer, serta menggunakan pewarna buatan. Pada dasarnya batik di Kelurahan Triharjo tidak jauh berbeda dengan batik di Kelurahan Gilangharjo, namun keunggulannya adalah mereka sudah menggunakan perwarna alami yang memiliki warna tahan lama dan ramah lingkungan.

Berikut ini merupakan contoh gambaran ciri khas batik pada masing-masing kelurahan di Kecamatan Pandak:

Gambar 4.2 Contoh Batik Kelurahan Wijirejo Sumber: dokumentasi


(54)

Gambar 4.3 Contoh Batik Kelurahan Triharjo Sumber: dokumentasi

Gambar 4.4 Contoh Batik Kelurahan Gilangharjo Sumber: dokumentasi


(55)

Setiap wilayah mematok harga jual batik yang berbeda-beda. UMKM Batik di Kelurahan Wijirejo mematok harga yang lebih rendah dari wilayah lainnya yaitu berkisar antara Rp30.000,00 hingga Rp750.000,00 per lembar, hal tersebut dikarenakan mereka menggunakan teknik batik cap, sedangkan di Kelurahan Gilangharjo dan Triharjo, pemilik UMKM Batik mematok harga lebih mahal karena mereka menggunakan teknik batik tulis dengan motif tradisional. Motif tradisional lebih mahal karena motif tersebut jarang ditemukan dan memiliki makna atau filosofi yang mendalam. Di sisi lain, saat ini tenaga pembatik tradisonal pun tergolong sangat minim. UMKM Batik di wilayah ini memproduksi batik motif tradisional dengan tujuan untuk melestarikan

budaya atau “Nguri-uri Kabudayan”. Harga batik yang dijual di di Kelurahan Gilangharjo dan Triharjo dipatok dengan harga terendah Rp50.000,00 hingga harga tertinggi Rp2.000.000,00 per lembar.

3. Teknik Pembuatan Batik

Terdapat empat jenis batik yang diproduksi oleh UMKM Batik di Kecamatan Pandak yaitu batik tulis, batik lukis, batik cap, dan batik kombinasi batik tulis dan batik cap. Teknik pembuatan batik tulis dan lukis hampir sama, yang membedakan adalah pola gambarnya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai alat dan bahan serta tahapan pembuatan batik menurut jenisnya:


(56)

a. Batik Tulis dan Batik Lukis 1) Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat sebuah batik tulis dan batik lukis diantaranya:

a) Canting, digunakan sebagai alat tulis lilin untuk menutupi pola dan motif batik.

b) Pensil pola, alat ini digunakan untuk menggambar pola atau motif dasar yang diinginkan pada kain mori.

c) Kain mori, merupakan kain utama dalam pembuatan batik. Saat ini, kain mori dapat digantikan dengan kain katun maupun kain sutra. Pemilihan kain disesuaikan dengan kebutuhan atau pesanan.

d) Lilin malam, digunakan untuk menutup pola tertentu agar tidak terkena warna dalam proses pewarnaan.

e) Soda abu, berfungsi untuk mengunci warna pada batik agar tidak mudah luntur.

f) Wajan dan Kompor, wajan digunakan untuk menampung lilin ketika dicairkan, sedangkan kompor berfungsi untuk memanaskan lilin padat agar berubah menjadi lilin cair. Wajan dan kompor yang digunakan biasanya berukuran kecil.

g) Bahan pewarna kain, seperti namanya, bahan ini digunakan untuk mewarnai kain agar motif yang sudah dibuat dapat terlihat dengan jelas.


(57)

h) Gawangan, merupakan tempat untuk meletakkan kain yang akan dibatik. Alat ini terbuat dari kayu atau bambu.

2) Tahap Pembuatan

a) Menyiapkan kain mori, kemudian membuat motif diatas kain tersebut dengan menggunakan pensil pola.

b) Melukis pola dengan lilin malam menggunakan canting, tahap ini dilakukan untuk menutupi pola agar dalam tahap pewarnaan bagian yang ditutupi tidak terkena pewarna. Pada tahap ini, kain yang akan diberi lilin diletakkan di gawangan.

c) Menyelupkan kain yang telah diberi lilin ke dalam pewarna. d) Mengeringkan kain yang telah diberi pewarna dengan cara

menjemurnya di bawah sinar matahari.

e) Merendam kain yang telah dijemur guna menghilangkan lilin malam yang melekat pada kain dengan air panas Setelah lilin malam hilang, kain dijemur kembali.

f) Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan canting) untuk menahan warna pertama. Proses membuka dan menutup lilin ini dapat dilakukan berulang kali sesuai jumlah warna dan kompleksitas motif yang diinginkan. g) Mengerik lilin dengan pisau, kemudian merebus kain yang telah

berubah warna atau biasa dikenal dengan istilah “Pelorodan”. Tahap ini dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin. Pada


(58)

umumnya air yang digunakan untuk merebus kain yang terakhir kali, diberi soda abu guna mengunci warna yang menempel pada kain, sehingga motif batik tidak mudah luntur.

h) Mencuci kain batik dan mengeringkannya dengan cara menjemur di bawah sinar matahari.

b. Batik Cap

1) Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat sebuah batik cap diantaranya:

a) Meja, terbuat dari kayu yang berfungsi untuk melakukan pengecapan batik.

b) Kasur (bantalan), terbuat dari kapas yang dibungkus dengan kain, berfungsi sebagai lapisan bantalan kain mori yang akan dicap.

c) Taplak, terbuat dari kain katun yang berfungsi sebagai lapisan bantalan.

d) Wajan dan Kompor, wajan digunakan untuk menampung lilin ketika dicairkan, sedangkan kompor berfungsi untuk memanaskan lilin padat agar berubah menjadi lilin cair. Wajan dan kompor yang digunakan biasanya berukuran kecil.

e) Alat cap, alat ini digunakan untuk memberikan motif batik pada kain. Motif batik sudah tertera permanen pada alat cap, sehingga pembatik tidak perlu mencanting lagi.


(59)

f) Kain mori, merupakan kain utama dalam pembuatan batik. Saat ini, kain mori dapat digantikan dengan kain katun maupun kain sutra. Pemilihan kain disesuaikan dengan kebutuhan atau pesanan.

g) Lilin malam, digunakan untuk menutup pola tertentu agar tidak terkena warna dalam proses pewarnaan.

h) Soda abu, berfungsi untuk mengunci warna pada batik agar tidak mudah luntur.

i) Kain kecil, kain ini dimasukkan ke dalam wajan yang berfungsi untuk menyaring cairan lilin malam agar tidak ada kotoran dari lilin tersebut yang melekat pada cetakan batik cap.

2) Tahap Pembuatan

a) Meletakkan kain katun di atas meja yang telah dilapisi bantalan. b) Mencelupkan alat cap ke dalam cairan lilin secara merata. c) Menempelkan cap pada kain dengan cara ditekan, tahapan ini

dilakukan berulang-ulang hingga kain dipenuhi dengan motif pada alat cap.

d) Memasukkan kain yang sudah diberi motif ke dalam cairan pewarrna.

e) Merebus kain batik tersebut agar sisa-sisa lilin malam yang melekat hilang.

f) Mencuci kain batik yang sudah jadi dan menjemurnya di bawah sinar matahari.


(60)

c. Batik Kombinasi Tulis dan Cap

Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan batik kombinasi merupakan perpaduan alat dan bahan yang digunakan pada proses membuat batik cap dan batik tulis atau lukis. Adapun tahapan dalam membuat batik kombinasi yaitu:

1) Memberi motif pada kain menggunakan alat cap.

2) Menutupi pola dari batik cap dengan lilin malam menggunakan canting. Tahapan ini dilakukan agar pada saat pewarnaan, bagian yang ditutup lilin tidak terkena pewarna. Selain itu, pencantingan juga dapat dilakukan untuk menambah motif-motif yang tidak ada pada alat cap.

3) Menyelupkan kain yang telah diberi lilin ke dalam pewarna.

4) Mengeringkan kain yang telah diberi pewarna dengan cara menjemurnya di bawah sinar matahari.

5) Merendam kain yang telah dijemur guna menghilangkan lilin malam yang melekat pada kain dengan air panas Setelah lilin malam hilang, kain dijemur kembali.

6) Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan canting) untuk menahan warna pertama. Proses membuka dan menutup lilin ini dapat dilakukan berulang kali sesuai jumlah warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.


(61)

7) Mengerik lilin dengan pisau, kemudian merebus kain yang telah berubah warna atau biasa dikenal dengan istilah “Pelorodan”. Tahap ini dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin. Pada umumnya air yang digunakan untuk merebus kain yang terakhir kali, diberi soda abu guna mengunci warna yang menempel pada kain, sehingga motif batik tidak mudah luntur.

8) Mencuci kain batik dan mengeringkannya dengan cara menjemur di bawah sinar matahari.

4. Pemasaran Batik

Pada mulanya pengusaha batik yang ada di wilayah Kecamatan Pandak hanya memasarkan hasil produksinya ke Pasar Beringharjo Yogyakarta. Namun berkat pembangunan jaringan usaha yang cukup luas, pemasaran batik di kecamatan Pandak saat ini telah merambah ke pasar nasional bahkan pasar internasional walaupun secara tidak langsung. Sebagian besar dari UMKM Batik pun telah memiliki pelanggan tetap. Mereka memasok ke beberapa galeri dan toko batik di Kota Yogyakarta. selain itu para pengusaha batik juga bekerja sama dengan pihak travel agent dan hotel untuk membawa wisatawan lokal maupun asing untuk berwisata batik di tempat produksi batiknya.

Pemerintah setempat juga memberikan dukungan terhadap perkembangan industri batik di wilayah ini terutama untuk bidang pemasaran. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya showroom milik


(62)

pemerintah di Kelurahan Wijirejo dan Kelurahan Triharjo. Showroom yang dikelola secara swadaya oleh pemilik UMKM Batik di wilayah tersebut difungsikan sebagai sebuah galeri yang memamerkan sekaligus menjual batik hasil produksi UMKM Batik setempat. Setiap UMKM Batik yang menitipkan hasil produksinya pada showroom tersebut tidak dikenakan biaya sedikit pun. Hasil penjualannya pun 100% merupakan hak pemilik UMKM Batik yang menitipkan barang dagangan tersebut. Selain menyediakan sarana pemasaran berupa showroom, pemerintah juga sering mengadakan pameran batik yang diadakan di sekitar Yogyakarta dan bertujuan untuk memperkenalkan hasil karya UMKM Batik Kecamatan Pandak kepada calon konsumen. Peran pemerintah tidak berhenti sampai disitu, mereka juga memberikan pelatihan pengelolaan usaha dan memberikan peralatan membatik, serta membuat kolam penampungan limbah di beberapa UMKM.

5. Kelemahan dan Kelebihan UMKM Batik

Kesuksesan UMKM Batik Kecamatan Pandak belum merata, hal ini disebabkan oleh beberapa kelemahan pengusaha batik. Kelemahan tersebut diantaranya pengusaha batik kurang inovatif dan masih terkesan monoton dalam berbisnis. Mereka belum memiliki komitmen dan motivasi yang kuat untuk mengembangkan usaha batik supaya bisa bersaing dengan UMKM Batik lainnya. Sebagian besar dari pengusaha masih enggan untuk hadir dalam pelatihan dan pameran yang sudah disediakan oleh pemerintah


(63)

setiap tahunnya, alasannya karena mereka lebih fokus pada produksi batik ketimbang pemasaran dan pengembangan usahanya. Kecamatan Triharjo dan Gilangharjo memiliki kelemahan tersendiri yakni akses menuju wilayah tersebut masih sulit dijangkau oleh konsumen, sehingga pengusaha disana harus inisiatif memasarkan produknya keluar dari wilayah tersebut. Berbeda dengan Kelurahan Wijirejo yang berada di pinggir jalan utama sehingga akses ke wilayah tersebut lebih dijangkau oleh konsumen.

Dibalik kelemahan itu, ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh UMKM Batik di Kecamatan Pandak, yakni persaingan batik di wilayah ini tidak terlalu ketat karena memiliki ciri khas masing-masing, serta wilayah ini memiliki potensi untuk maju yang didukung oleh pangsa pasar yang luas. Keunggulan lainnya yakni terjalinnya kemitraan yang baik antar UMKM Batik di wilayah tersebut. Setiap UMKM Batik di wilayah tersebut menjalin kemitraan satu sama lain dalam bentuk kerjasama produksi batik jika pengusaha batik tidak mampu memproduksi batik pesanan pelanggannya. Perkembangan UMKM Batik di Kecamatan Pandak pun tidak lepas dari peran masyarakat masyarakat sekitarnya. Sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat, sebagian besar UMKM Batik mempekerjakan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar industri tersebut.


(64)

6. Tantangan UMKM Batik

Tantangan ke depan yang harus dihadapi oleh pelaku UMKM Batik di wilayah ini adalah bersaing dengan pengusaha batik printing yang lebih efisien dan lebih murah, melakukan inovasi bahan ataupun bentuk produksi tanpa menghilangkan ciri khas, mengembangkan motif baru yang disukai oleh masyarakat, lebih memperkenalkan ciri khas batik Kecamatan Pandak pada pasar nasional dan internasional, mengelola limbah dengan lebih baik tanpa merusak lingkungan sekitar. Dengan adanya tantangan tersebut, UMKM Batik diharapkan melakukan beberapa upaya pengembangan seperti menghidupkan showroom yang sudah disediakan oleh pemerintah, mengaktifkan kegiatan di paguyuban agar pelaku UMKM Batik bisa berbagi ilmu dan informasi untuk meratakan kesuksesan UMKM Batik di wilayah tersebut.


(65)

49 BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian a. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Uji validitas bertujuan untuk menunjukkan tingkat kesahihan atau validitas item pada kuisioner. Item dikatakan valid jika skor tersebut mempunyai kesejajaran dengan skor totalnya (Arikunto, 2002 : 61). Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasi antara skor yang diperoleh untuk masing-masing pertanyaan dengan skor total.

Pengujian validitas dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS. Pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai r hitung (Corrected Item-Total Correlation) > r tabel sebesar 0,361,

untuk N = 30 dan α = 0,05 maka item/ pertanyaan tersebut valid dan sebaliknya. Untuk lebih lengkapnya uji validitas kuisoner dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1. Hasil Uji Validitas Penggunaan

Informasi Pertanyaan

R Hitung (Corrected Item-Total Correlation)

Operasi P1 0,854*

P2 0,831*

P3 0,825*

P4 0,847*

P5 0,770*


(66)

Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas (lanjutan)

Penggunaan Informasi Pertanyaan R Hitung (Corrected Item-Total Correlation)

P7 0,859*

P8 0,704*

Akuntansi Manajemen P9 0,817*

P10 0,758*

P11 0,881*

P12 0,840*

Akuntansi Keuangan P13 0,855*

P14 0,868*

P15 0,866*

P16 0,901*

P17 0,870*

Sumber: data primer, 2017

Keterangan: * butir pernyataan valid karena R hitung > R tabel

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, secara keseluruhan menunjukkan bahwa semua item pernyataan pada kuesioner memiliki r hitung > r tabel sehingga dinyatakan bahwa validitas telah terpenuhi. Itu artinya variabel-variabel dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi validitas dan layak dilakukan pengujian selanjutnya yakni uji reliabilitas.

b. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode Cronbach’s Alpha dengan program SPSS versi 20. Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Koef. Alpha Keterangan Operasi 0,917 Reliabel Akuntansi Manajemen 0,955 Reliabel Akuntansi Keuangan 0,795 Reliabel Sumber: data primer, 2017


(67)

Hasil analisis yang ditampilkan pada Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa masing-masing variabel telah mempunyai nilai yang memuaskan yaitu di atas nilai minimal 0,6. Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan dalam kuesioner dinyatakan reliabel yang berarti bahwa pernyataan-pernyataan dalam kuesioner tersebut akan memberikan hasil yang sama meskipun ditujukan kepada orang yang berbeda.

2. Karakteristik Responden

Jumlah populasi sasaran dalam penelitian ini hanya diperoleh 30 responden dari 46 pemilik UMKM Batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul (lihat tabel 5.3). Hal ini disebabkan karena ada beberapa UMKM yang bergabung menjadi satu sebagai usaha keluarga dan ada pula UMKM yang telah tutup dan tidak beroperasi.

Tabel 5.3. Populasi Sasaran Penelitian

Jumlah UMKM 46

Pengurangan:

UMKM gabungan 7 UMKM telah tutup 9

Jumlah Pengurangan 16

Jumlah Populasi Sasaran 30 Sumber : data primer, 2017

Hasil analisis data karakteristik 30 UMKM batik yang menjadi responden penelitian adalah sebagai berikut:


(68)

Tabel 5.4. Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik Responden Jumlah % Jenis Kelamin Laki-laki 18 60,0

Perempuan 12 40,0

Usia

≤ 30 tahun 3 10,0 31-40 tahun 7 23,3 41-50 tahun 13 43,3 > 50 tahun 7 23,3

Pendidikan

SD 8 26,7

SMP 6 20,0

SMA 9 30,0

D3 2 6,7

S1 5 16,7

Latar Belakang Pendidikan

Akuntansi 0 0,0

Non Akuntansi 30 100,0 Lama Usaha ≤ 10 tahun 8 26,7 > 10 tahun 22 73,3 Kepemilikan Izin Memiliki Izin 16 53,3 Tidak Memiliki Izin 14 46,7 Jenis Usaha

Batik Cap 2 6,7

Batik Tulis 7 23,3 Batik Kombinasi 21 70,0 Omzet

≤ 100 juta/tahun 4 13,3 101 - 500 juta /tahun 23 76,7 > 500 juta/tahun 3 10,0 Jumlah Karyawan ≤ 20 orang 27 90,0 > 20 orang 3 10,0 Pemasaran

Lokal 14 46,7

Nasional 15 50,0

Internasional 1 3,3 Ukuran Usaha

Mikro 18 60,0

Kecil 12 40,0

Menengah 0 0

Sumber: data primer, 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden penelitian berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 18 orang atau 60,0 %, sisanya berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang atau 40%. Seluruh responden pada penelitian ini merupakan pemilik UMKM. Hal ini berarti UMKM batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul dominan


(69)

dikelola oleh laki-laki. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa pemilik UMKM batik di wilayah tersebut lebih banyak yang berusia 41-50 tahun yaitu sebanyak 13 orang atau 43,3%, sedangkan sisanya berusia 31-40 tahun dan lebih dari 50 tahun yaitu sebanyak 7 orang atau 23,3%, dan yang berusia kurang dari 30 tahun sebanyak 3 orang atau 10%.

Pada umumnya responden mulai menjalankan usaha batik setelah lulus di bangku SMA baik untuk meneruskan usaha orangtua maupun merintisnya dari nol. Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebesar 30% responden memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA, sedangkan 20% berpendidikan SMP, 26,7% berpendidikan SD. Adapula responden yang berpendidikan S1 sebesar 16,7%, dan berpendidikan D3 sebesar 6,7%. Seluruh responden yaitu sebanyak 30 orang berlatar belakang pendidikan non akuntansi. Artinya tidak ada pemilik UMKM yang menekuni pendidikan yang terkonsentrasi pada bidang akuntansi.

Sebagian besar UMKM batik di wilayah ini merupakan usaha turun temurun dari orangtua, sehingga usia usahanya sudah cukup tua. Sebanyak 22 UMKM atau 73,3% telah beroperasi lebih dari 10 tahun, sedangkan sisanya sebanyak 8 UMKM atau 26,7% telah beroperasi kurang dari 10 tahun.

Sebanyak 16 dari 30 pemilik UMKM batik telah memperhatikan legalitas usahanya dengan membuat Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK), sedangkan 14 UMKM lainnya tidak memiliki IUMK. Pemilik UMKM yang


(70)

tidak memiliki IUMK mengaku belum sempat mengurus pembuatan izin tersebut.

UMKM batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul ini lebih banyak memproduksi batik kombinasi tulis dan cetak yaitu sebanyak 21 UMKM atau 70%, sedangkan 7 UMKM atau 23,3% hanya memproduksi batik tulis dan 2 UMKM atau 6,7% hanya memprodiksi batik cap. Batik motif kombinasi cap dan tulis memang populer di kalangan konsumen batik Pandak ini.

Tabel 5.4 juga menjelaskan bahwa sebagian besar responden penelitian memiliki omzet usaha sebesar 101 - 500 juta rupiah per tahun, yaitu sebanyak 23 orang atau 76,7%, sedangkan responden penelitian yang memiliki omzet usaha sebesar ≤ 100 juta rupiah per tahun sebanyak 4 orang atau 13,3%, dan sisanya memiliki omzet usaha sebesar lebih dari 500 juta rupiah per tahun sebanyak 3 orang atau 10%. Jika ditinjau dari hasil penjualan, sebesar 60% ukuran UMKM yang ditetapkan sebagai responden penelitian tergolong dalam Usaha Mikro, sebesar 40% tergolong Usaha Kecil, dan tidak ada UMKM batik yang tergolong Usaha Menengah. Pada umumnya pemilik UMKM mempekerjakan karyawan sesuai dengan kebutuhan usahanya. Responden penelitian yang memiliki lebih dari 20 orang karyawan hanya sebanyak 3 responden atau 10%, sedangkan sisanya mempekerjakan kurang dari 20 orang karyawan.

Sebaran pemasaran batik dari UMKM di wilayah ini cukup beragam. Sebesar 50% responden memiliki skala usaha tingkat nasional, artinya


(71)

responden telah memasarkan hasil produksinya sampai ke luar Yogyakarta namun masih dalam wilayah negara Indonesia. Sebesar 46,7% responden hanya memasarkan hasil produksinya di wilayah Yogyakarta dan hanya terdapat 3,3% atau 1 responden yang telah menjangkau konsumen yang berada di luar negeri secara langsung.

3. Analisis Penggunaan Informasi Akuntansi

Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui perolehan nilai skor rata-rata penggunaan informasi akuntansi berdasarkan hasil kuesioner. Analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang yang berisikan frekuensi, total skor, dan nilai skor rata-rata. Analisis data dibagi menjadi 6 sub bab yaitu penggunaan informasi operasi, penggunaan informasi akuntansi manajemen, penggunaan informasi akuntansi keuangan, penggunaan informasi akuntansi secara menyeluruh, penggunaan informasi akuntansi per responden, dan penggunaan informasi akuntansi per ukuran usaha. Berikut analisis penggunaan informasi pada UMKM batik di Kecamatan Pandak: a. Analisis Penggunaan Informasi Operasi

Analisis yang pertama yakni tentang penggunaan informasi operasi pada keseluruhan responden yang berjumlah 30 orang. Penggunaan informasi operasi pada UMKM batik di Kecamatan Pandak dapat digambarkan dalam bentuk tabel berikut ini:


(72)

Tabel 5.5. Sebaran Jawaban Responden Penelitian untuk Penggunaan Informasi Operasi Penggunaan Informasi Operasi Tingkat Penggunaan Skor

1 2 3 4 5

Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi Total

Rata-Rata

f % f % f % f % f %

1 Buku kas

masuk 0 0,00 10 33,33 13 43,33 6 20,00 1 3,33 88 2,93 2 Buku kas

keluar 0 0,00 10 33,33 13 43,33 6 20,00 1 3,33 88 2,93 3 Buku

hutang 0 0,00 17 56,67 12 40,00 1 3,33 0 0,00 74 2,47 4 Buku

piutang 0 0,00 17 56,67 12 40,00 1 3,33 0 0,00 74 2,47 5

Buku inventaris kekayaan

3 10,00 23 76,67 4 13,33 0 0,00 0 0,00 61 2,03

6 Buku persediaan barang

4 13,33 16 53,33 6 20,00 3 10,00 1 3,33 79 2,37 7 Buku

penjualan 16 53,33 10 33,33 3 10,00 1 3,33 0 0,00 49 1,63 8 Buku

pembelian 16 53,33 10 33,33 3 10,00 1 3,33 0 0,00 49 1,63

Rerata 2,31

Sumber: data primer, 2017

Tabel yang menggambarkan penggunaan informasi operasi di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:

Gambar 5.1 Rata-rata Jawaban Responden untuk

Penggunaan Informasi Operasi

0 5 10 15 20 25 30 J um la h U M KM

(1) Sangat Rendah (2) Rendah (3) Sedang (4) Tinggi (5) Sangat Tinggi

=2,93 =2,93 =2,47 =2,47 =2,03 =2,37 =1,63 =1,63


(73)

Tabel 5.5 dan gambar 5.1 menunjukkan bahwa secara keseluruhan penggunaan informasi operasi pada UMKM batik di Kecamatan Pandak tergolong dalam kategori rendah dengan nilai rata-rata sebesar 2,31. Artinya secara rata-rata, responden mengetahui tentang informasi operasi secara umum, namun tidak menggunakan informasi tersebut dalam kegiatan usahanya sehari-hari. Pada tabel 5.5, dapat dilihat bahwa hanya terdapat 1 UMKM yang tergolong sangat tinggi dalam penggunaan buku kas masuk, buku kas keluar, dan buku persediaan barang. Artinya, hanya terdapat 1 UMKM yang telah menggunakan informasi-informasi tersebut secara teratur. UMKM tersebut adalah Batik Budi Harjono. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa tidak ada satupun UMKM yang tergolong sangat tinggi dalam penggunaan buku hutang, buku piutang, buku inventaris kekayaan, buku penjualan, dan buku pembelian. Artinya, tidak ada UMKM yang telah menggunakan informasi-informasi tersebut secara teratur.

Jika dilakukan analisis terhadap masing-masing item informasi operasi, maka nilai rata-rata yang tertinggi dalam penggunaan informasi operasi terdapat pada penggunaan buku kas masuk dan buku kas keluar, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada penggunaan buku penjualan dan buku pembelian. Penggunaan buku kas masuk dan buku kas keluar memiliki nilai rata yang sama yakni sebesar 2,93. Nilai rata-rata tertinggi dalam kategori informasi operasi tersebut menunjukkan bahwa penggunaan buku kas masuk dan buku kas keluar tergolong dalam


(1)

130 Lampiran G:

Hasil Uji Validitas

Penggunaan

Informasi Pertanyaan

R Hitung (Corrected Item-Total Correlation)

R

Tabel Keterangan

Operasi P1 0,854 0,361 valid

P2 0,831 0,361 valid

P3 0,825 0,361 valid

P4 0,847 0,361 valid

P5 0,77 0,361 valid

Akuntansi

Manajemen P6 0,784 0,361 valid

P7 0,859 0,361 valid

P8 0,704 0,361 valid

P9 0,817 0,361 valid

P10 0,758 0,361 valid

P11 0,881 0,361 valid

P12 0,84 0,361 valid

Akuntansi

Keuangan P13 0,855 0,361 valid

P14 0,868 0,361 valid

P15 0,866 0,361 valid

P16 0,901 0,361 valid

P17 0,87 0,361 valid


(2)

131 Lampiran H:

Hasil Uji Reliabilitas Informasi Operasi Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 9,9000 4,645 ,885 ,880

VAR00002 9,9000 4,645 ,885 ,880

VAR00003 10,3667 5,826 ,847 ,890

VAR00004 10,3667 5,826 ,847 ,890

VAR00005 10,8000 6,786 ,573 ,936

VAR00006 13.5667 16.047 .843 .949

VAR00007 13.5667 15.909 .868 .947

VAR00008 13.5667 15.909 .868 .947

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items


(3)

132 Informasi Akuntansi Manajemen

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 0.0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha

N of Items

.955 4

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach' s Alpha if Item Deleted

VAR00009 14.2667 17.168 .789 .953

VAR00010 14.1667 16.626 .857 .948

VAR00011 14.2000 16.786 .860 .948

VAR00012 13.8667 16.395 .846 .948

Informasi Akuntansi Keuangan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 0.0

Total 30 100.0


(4)

133 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.795 5

Item-Total Statistics Scale

Mean if Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

VAR00013 6.9000 1.955 .470 .792

VAR00014 6.8667 2.120 .406 .811

VAR00015 7.2000 1.407 .674 .721

VAR00016 7.2000 1.131 .836 .653


(5)

134 Lampiran I:


(6)