Analisis perkembangan dan prospek penerimaan pajak penghasilan di Kabupaten Mimika Papua : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Timika.

(1)

ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PROSPEK PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KABUPATEN MIMIKA PAPUA

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Timika

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Elyunai Salakory NIM : 092114093

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PROSPEK PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KABUPATEN MIMIKA PAPUA

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Timika

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Elyunai Salakory NIM : 092114093

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Tetapi kami ingin, supaya

kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang

sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada

akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka

yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam

apa yang dijanjikan Allah.”

(Ibrani 5:11-12)

Kupersembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus yang Dahsyat Mama Yenny dan Papa Buang Salakory Tersayang Kak Yessy, kak Wilson, kak Marlin yang senantiasa mendukung EYE (Desy dan Delvi), KODOK (Dian, Riya, Siska, Ayu, Joan) Nehemia yang terkasih Keluarga besar Universitas Sanata Dharma


(6)

(7)

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan hikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan serta arahan dari berbagai pihak. Oleh Karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.

2. M. Trisnawati Rahayu, M.Si., Akt. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama perkuliahan.

3. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, Ak., M.M. selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu serta membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Hisbullah, selaku kepala KPP Pratama Timika yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan segenap pegawai kantor KPP Pratama Timika yang telah banyak membantu pemerolehan data yang dibutuhkan. 5. Bapak Suhaimto selaku Kepala Badan Pusat Statistik Timika dan segenap

pegawai Badan Pusat Statistik Timika yang telah membantu dalam melakukan pengumpulan data penelitian.


(9)

viii

6. Mama dan Papa yang penuh cinta dan perhatian telah mendidik dan membesarkanku, yang sangat peduli akan pendidikanku, yang dengan setia mendoakanku, berkorban untukku, dan senantiasa mengasihiku.

7. Kakak-kakakku: Kak Yessy, kak Wilson, kak Marlin yang selalu memberikan doa, semangat, perhatian, kasih sayang dan pengorbanannya untukku.

8. Keluarga Besar Salakory – Latuihamallo atas doa dan perhatian kepadaku. 9. Nehemia Damianto Pareang atas doa, semangat, perhatian, dan kasih sayang

yang diberikan kepadaku.

10.Sahabatku Desy, Delvina, Dian, Riya, Siska, Ayu, Joan serta teman-teman dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas doa, perhatian, dorongan, persahabatan yang telah kita jalin bersama.

11.Kakak KTBku yang luar biasa, kak Rina Apriyani dan teman-teman KTBku Dian, Joan dan Lusi, untuk setiap doa, semangat dan perhatiannya.

12.Teman-teman Dance For Jesus, Komisi Pemuda dan Multimedia GKI Gejayan, buat setiap dukungan doa dan perhatian kalian, tetap semangat melayani Tuhan.

13.Adek-adek KTBku Uli, Mega, Chika, Milka, Vera atas doa, perhatian, semangat dan dukungannya.

14.Teman-teman kelas MPT, atas bantuan dan semangat yang telah diberikan kepadaku.

15.Keluarga Besar SMP Unggulan Santa Maria di Timika atas semangat dan motivasi yang diberikan.


(10)

ix

16.My Lovely Jessen, Juvi, Juon (3J) buat kesetiaan kalian menemaniku selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 10 Agustus 2013


(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pajak ... 8

1. Pengertian Pajak ... 8

2. Subjek Pajak ... 9

3. Bukan Subjek Pajak ... 12

4. Objek Pajak ... 13

5. Bukan Objek Pajak ... 15

6. Wajib Pajak ... 18

7. Perbedaan Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri ... 19

8. Biaya-Biaya dan Kompensasi Kerugian ... 20

a. Biaya yang Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto ... 20

b. Pengeluaran yang Tidak Boleh Dikurangkan atau Dibebankan Sebagai Biaya ... 27

c. Kompensasi Kerugian ... 31

9. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 31

a. Pemberian PTKP bagi Wajib Pajak Orang Pribadi .. 31

b. Besarnya PTKP ... 32

c. Penyesuaian Besaran PTKP ... 34

10.Tarif Pajak Penghasilan... 35

a. Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri ... 35


(12)

xi

b. Tarif Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak

Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap ... 37

c. Pembulatan Angka Penghasilan Kena Pajak ... 38

d. Fasilitas Pengurangan Tarif Pajak Sebesar 50% bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri ... 38

B. Perkembangan Penerimaan Pajak Dalam Negeri ... 39

C. Time Series dan Forecasting (Peramalan) ... 40

D. Review Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Subjek Penelitian ... 46

C. Objek Penelitian ... 46

D. Waktu Penelitian ... 47

E. Lokasi Penelitian ... 47

F. Data ... 48

G. Metode Pengumpulan Data ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 49

1. Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan dari tahun 2008-2012 ... 49

2. Peramalan (Forecasting) Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2013 dan 2014 ... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MIMIKA ... 55

A. Sejarah Kabupaten Mimika ... 55

B. Keadaan Geografis ... 56

C. Keadaan Iklim ... 57

D. Keadaan Demografi ... 57

E. Pemerintahan ... 59

F. Tenaga Kerja ... 59

G. Agama ... 60

H. Pendidikan ... 60

I. Kesehatan ... 61

J. KPP Pratama Timika ... 61

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Deskripsi Data ... 65

B. Analisis Data... 69

1. Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan Dari Tahun 2008-2012 ... 69

2. Peramalan Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2013-2014 ... 81

C. Pembahasan ... 87

1. Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan dari Tahun 2008-2012 ... 87

2. Peramalan Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2013 dan 2014 ... 94

BAB VI PENUTUP ... 101


(13)

xii

B. Saran ... 102 DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN ... 106


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Mulai dan Lahirnya Kewajiban Perpajakan ... 19

Tabel 2.2 Tarif Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri ... 35

Tabel 2.3 Pasal 31E ayat (1) dan ayat (2) ... 39

Tabel 3.1 Tabel Perhitungan Tahun Dasar ... 53

Tabel 5.1 Perkembangan Tenaga Kerja Kabupaten Mimika ... 65

Tabel 5.2 Perkembangan Jumlah Badan Usaha Kabupaten Mimika .... 66

Tabel 5.3 Perkembangan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP-OP) dan Wajib Pajak Badan (WP-B) Tahun 2008-2012 ... 66

Tabel 5.4 Rencana Penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika Tahun 2008-2012 ... 67

Tabel 5.5 Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika Tahun 2008-2012 ... 68

Tabel 5.6 Menghitung Tren Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 69

Tabel 5.7 Menghitung Tren Penerimaan Pajak Penghasilan Badan ... 70

Tabel 5.8 Menghitung Tren Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Khusus Karyawan ... 71

Tabel 5.9 Jumlah Wajib Pajak, Realisasi, dan Rencana Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Kabupaten Mimika Tahun 2008-2012 ... 76

Tabel 5.10 Jumlah Wajib Pajak, Realisasi, dan Rencana Penerimaan Pajak Penghasilan Badan Kabupaten Mimika Tahun 2008-2012 ... 77

Tabel 5.11 Perkembangan Penerimaan PPh Orang Pribadi, PPh Badan, dan PPh Pasal 21 Khusus Karyawan Kabupaten Mimika Tahun 2008-2012 ... 79

Tabel 5.12 Menghitung Tren Penerimaan Pajak Penghasilan... 79


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Timika ... 64 Gambar 2 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja dan Wajib Pajak ... 72 Gambar 3 Perkembangan Badan Usaha dan Wajib Pajak Badan ... 74 Gambar 4 Perkembangan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika

Tahun 2008-2012 ... 80 Gambar 5 Perkembangan Pajak Penghasilan dan Hasil Peramalan

Kabupaten Mimika tahun 2013 dan 2014 ... 87


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Pertanyaan Wawancara KPP Pratama Timika ... 106 Lampiran B Jumlah PNS Daerah di Lingkungan Pemerintah

Provinsi Papua ... 109 Lampiran C Rencana Penerimaan Pajak Penghasilan

Kabupaten Mimika Tahun 2008-2012 ... 110 Lampiran D Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan

Kabupaten Mimika Tahun 2008-2012 ... 111 Lampiran E Jumlah Wajib Pajak Kabupaten Mimika Tahun 2008-2012 112 Lampiran F Jumlah Tenaga Kerja dan Badan Usaha


(17)

xvi ABSTRAK

ANALISIS PERKEMBANGAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KABUPATEN MIMIKA PAPUA

Studi Kasus di KPP Pratama Timika Elyunai Salakory

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2013

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui perkembangan penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika tahun 2008-2012. (2) Mengetahui prospek penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika untuk tahun 2013 dan 2014. Latar belakang penelitian ini adalah Kabupaten Mimika merupakan salah satu kabupaten berkembang di Papua dan memiliki daya tarik bagi masyarakat untuk datang dan memperoleh pekerjaan. Berdatangannya masyarakat untuk memperoleh pekerjaan diharapkan dapat menjadi kontribusi terhadap peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus pada KPP Pratama Timika Papua. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika dari tahun 2008-2012, sedangkan analisis data kuantitatif dengan metode Jumlah Kuadrat Terkecil digunakan untuk meramalkan besarnya Pajak Penghasilan yang akan diterima KPP Pratama Timika pada tahun 2013 dan 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terjadi peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika dari tahun 2008-2012. (2) Prospek penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika Papua tahun 2013 sebesar Rp854.827.481.000, sedangkan pada tahun 2014 sebesar Rp923.573.505.000.


(18)

xvii

ANALYSIS OF THE GROWTH OF THE REVENUE FROM INCOME TAX IN MIMIKA REGENCY PAPUA

A Case Study at Tax Service Office of Pratama Timika Elyunai Salakory

Sanata Dharma University Yogyakarta

2013

The research aims to: (1) know the development of the revenue from Income Tax in Mimika Regency during 2008-2012, (2) know the prospect of the revenue from Income Tax in Mimika Regency in 2013 and 2014. Mimika Regency is one of the developing regency in Papua that attract people to come to find jobs there. The incoming people are expected to contribute to the increase of the revenue from the Income Tax of Mimika Regency during 2008-2012.

This research is a case study at Tax Service Office of Pratama Timika Papua. Data are collected through documentations and interviews. Descriptive analysis was employed to analysis the growth of the revenue from the Income Tax of Mimika Regency during 2008-2012, while quantitative analysis with The Least Squares Method was used to estimate the revenue from the Income Tax in 2013 and 2014.

The results show that: (1) There was an increase in the revenue from Income Tax in Mimika Regency during 2008-2012. (2) The estimated revenue from Income Tax of Mimika Regency in 2013 is Rp854.827.481.000 and in 2014 will be Rp923.573.505.000.


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara geografis, Kabupaten Mimika terletak pada 134 31’ - 138 31’ Bujur Timur dan 4 60’ - 5 18’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah 19.592 km2 atau 4,75% dari luas wilayah Provinsi Papua. Kabupaten ini menjadi salah satu kabupaten terkaya di Provinsi Papua. Berbagai jenis kekayaan alam ada di kabupaten ini, mulai dari hasil laut, hasil hutan, hingga hasil tambang. Tembagapura merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Mimika. Di Tembagapura, terdapat pegunungan tinggi yang di dalamnya mengandung emas, sehingga pada tahun 1967, Freeport McMoran Copper & Gold Inc. yang merupakan salah satu perusahaan pertambangan emas terbesar di dunia menguasai pegunungan emas itu. Berdirinya perusahaan yang diresmikan oleh Mantan Presiden Soeharto itu membuat terbukanya kesempatan kerja yang cukup besar bagi penduduk sekitar. Dari tahun ke tahun, selalu berdatangan masyarakat dari luar, baik dari luar daerah maupun luar negeri untuk memperoleh pekerjaan.

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika pada tahun 2010, jumlah pencari kerja di kabupaten ini meningkat menjadi 26.508 orang atau naik 2,3% dari tahun sebelumnya, di mana 77% di antaranya adalah pencari kerja laki-laki. Dari 26.508 orang yang mencari kerja, baru 897 orang yang ditempatkan atau memperoleh pekerjaan dan sekitar 415 orang di antaranya


(20)

bekerja pada sektor tambang yang tengah dijalankan oleh PT Freeport McMoran. Kini jumlah tenaga kerja di kabupaten tersebut, baik swasta, PNS, maupun wirausaha mencapai 47.481 orang. Tentu ini bukan merupakan jumlah yang sedikit, mengingat Kabupaten Mimika adalah kabupten yang baru saja berdiri pada tanggal 18 Maret 2001. Tingkat pertumbuhan penduduk yang mencapai 9,31% per tahun membuat semakin bertambahnya jumlah penduduk dan jumlah tenaga kerja di Kabupaten Mimika setiap tahunnya.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak Penghasilan merupakan salah satu jenis pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diperoleh oleh Wajib Pajak dalam tahun pajak. Pajak memiliki beberapa fungsi, salah satunya adalah fungsi budgeter, yaitu pajak berperan dalam hal pendanaan atau pembayaran bagi pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah, sebagaimana yang tertera dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), pajak menjadi salah satu pemasukan bagi negara. Oleh karena pajak menjadi salah satu sumber pendanaan bagi negara maupun daerah, maka pemerintah akan melakukan berbagai upaya agar masyarakat melakukan pembayaran pajak secara teratur, terutama Pajak Penghasilan yang diperoleh setiap periode waktu tertentu.

Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan diatur dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak


(21)

Penghasilan (PPh). Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

Sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 tentang Subjek Pajak, yang merupakan subjek pajak adalah orang pribadi, warisan yang belum terbagi, badan dan badan usaha tetap. Yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri adalah (a) orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia; (b) badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tersebut disebut sebagai Wajib Pajak (WP). Wajib Pajak terbagi atas dua, yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan.

Jumlah penduduk Kabupaten Mimika dalam kurun waktu 10 tahun terakhir naik 54,76%, di mana pada tahun 2001 berjumlah 99.656 orang. Pada tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Mimika adalah 182.000 orang dengan jumlah penduduk terbesar berada di Distrik Mimika Baru yaitu berjumlah 118.100 orang. Semakin meningkatnya jumlah penduduk di kabupaten ini diharapkan seiring dengan meningkatnya jumlah subjek pajak. Dengan bertambahnya subjek pajak yang berpenghasilan dari tahun ke tahun, maka jumlah Wajib Pajak di kabupaten ini akan meningkat dan penerimaan


(22)

Pajak Penghasilan diharapkan akan berbanding searah. Dengan kondisi meningkatnya jumlah Wajib Pajak di Kabupaten Mimika, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan di kabupaten ini akan terus meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis termotivasi untuk menganalisis perkembangan dan prospek penerimaan Pajak Penghasilan di Kabupaten Mimika, Papua baik bagi Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika tahun 2008-2012?

2. Bagaimana prospek penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika, Papua tahun 2013 dan 2014?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perkembangan penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika tahun 2008-2012.

2. Mengetahui prospek penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika untuk tahun 2013 dan 2014.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Melalui penelitian ini, peneliti ingin memberikan analisis mengenai perkembangan dan prospek penerimaan pajak di Kabupaten Mimika. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan


(23)

dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi KPP Pratama Timika, Papua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh KPP Pratama Timika, Papua sebagai bahan pertimbangan untuk melihat perkembangan penerimaan Pajak Penghasilan di Kabupaten Mimika, Papua dan sebagai acuan untuk melihat prospek perkembangan penerimaan pajak untuk tahun mendatang.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih memahami tentang penerimaan Pajak Penghasilan dan mengetahui prospek penerimaan Pajak Penghasilan di Kabupaten Mimika, Papua.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai sarana untuk memperdalam dan menerapkan teori yang telah didapatkan oleh penulis selama berkuliah ke dalam praktik kehidupan yang sesungguhnya.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.


(24)

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini akan menguraikan teori-teori yang menjadi dasar analisis penelitian yang meliputi: Pengertian Pajak, Subjek Pajak, Bukan Subjek Pajak, Objek Pajak, Bukan Objek Pajak, Wajib Pajak, Perbedaan Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri, Biaya-Biaya dan Kompensasi Kerugian, Penghasilan Tidak Kena Pajak, Tarif Pajak Penghasilan, Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan, Time Series dan Forecasting (Peramalan), serta Review Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan jenis penelitian yang dilakukan, subjek penelitian, objek penelitian, waktu penelitian, lokasi penelitian, data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM

Bab ini akan memaparkan gambaran umum Kabupaten Mimika, meliputi sejarah Kabupaten Mimika, keadaan geografis, keadaan iklim, keadaan demografi, pemerintahan, tenaga kerja, agama, pendidikan, kesehatan, dan KPP Pratama Timika.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan memaparkan deskripsi data yang digunakan dalam penelitian, analisis data perkembangan penerimaan Pajak Penghasilan dan analisis data peramalan penerimaan Pajak Penghasilan, serta pembahasan dari hasil analisis perkembangan


(25)

penerimaan Pajak Penghasilan dan hasil analisis peramalan penerimaan Pajak Penghasilan.

BAB VI PENUTUP

Bab ini akan memaparkan kesimpulan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, keterbatasan penelitian, serta saran yang diharapkan dapat berguna bagi pihak KPP Pratama Timika dan peneliti selanjutnya.


(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pajak

1. Pengertian

Menurut Mardiasmo (2009: 1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Sedangkan pengertian pajak menurut Andriani (2002: 2) adalah sebagai berikut:

Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan, tanpa mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang kegunaannya untuk membiayai pengeluaran umum terkait dengan tugas Negara dalam menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 Pasal 4 ayat (1), Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang


(27)

diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Menurut Dirjen Pajak (2012: 1), “Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.”

2. Subjek Pajak

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (1), yang menjadi Subjek Pajak terbagi atas empat, yaitu orang pribadi, warisan yang belum terbagi, badan, dan bentuk usaha tetap.

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (3), subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat tinggal di Indonesia; badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit pemerintahan yang pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), penerimaannya dimasukkan dalam anggaran


(28)

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah, dan yang pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. Warisan yang belum dibagi tersebut dianggap sebagai subjek pajak dalam negeri mengikuti status pewaris. Warisan tersebut menggantikan kewajiban ahli waris yang berhak. Apabila warisan telah dibagi, kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli waris.

Selain subjek pajak dalam negeri di atas, terdapat juga subjek pajak luar negeri. Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (4), subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usahanya atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia atau yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Bentuk usaha tetap (permanent establishment) juga merupakan salah satu subjek pajak yang tertera pada Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (5). Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, berada di Indonesia kurang dari 183


(29)

(seratus delapan puluh tiga) hari, dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia untuk menjalankan usaha. Usaha-usaha tersebut dapat berupa tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel, gudang, ruang promosi dan penjualan, pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi, perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, kehutanan, proyek konstruksi, instalasi, proyek perakitan, pemberian jasa sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, orang atau badan yang bertindak sebagai agen, agen atau pegawai perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia, serta komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

Menurut Barata (2011: 15):

Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga mesin-mesin, peralatan, gudang dan komputer atau agen elektronik atau peralatan otomatis (automated equipment) yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan aktivitas usaha melalui internet.

Tempat usaha tersebut permanen dan digunakan untuk menjalankan atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yang tidak


(30)

bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.

3. Bukan Subjek Pajak

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 3 ayat (1), yang tidak termasuk subjek pajak, yaitu:

a. Kantor perwakilan negara asing;

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.


(31)

4. Objek Pajak

Ketentuan yang mengatur tentang Objek Pajak terdapat dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Pasal 4 ayat (1) Tahun 2008. Menurut ketentuan, objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Pengertian ini tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi adanya tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan.

Hal-hal yang termasuk sebagai objek pajak atau yang dapat dikenakan pajak adalah penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya; hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan; laba usaha; keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta; penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak; bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan


(32)

pengembalian utang; dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun; royalti atau imbalan atas penggunaan hak; sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; penerimaan atau perolehan pembayaran berkala, keuntungan karena pembebasan utang, keuntungan selisih kurs mata uang asing, selisih lebih karena penilaian kembali aktiva, premi asuransi, iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak, penghasilan dari usaha berbasis syariah, imbalan bunga, surplus Bank Indonesia.

Dalam Penjelasan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1), dikatakan bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut. Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa apabila suatu jenis penghasilan dikenai pajak dengan tarif bersifat final atau dikecualikan dari objek pajak, maka penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenakan tarif umum. Penghasilan yang dapat dikenai Pajak bersifat final, antara lain:

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi


(33)

b. Penghasilan berupa hadiah undian;

c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya, yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah/atau bangunan, usaha jasa/konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur didasarkan pada Peraturan Pemerintah.

5. Bukan Objek Pajak

Udang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (3) menjelaskan yang dikecualikan dari objek pajak adalah:

a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,


(34)

badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan

c. Warisan

d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit); f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri, koperasi, badan usaha milik negara, modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2) Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada


(35)

badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal disetor;

h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun, baik dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

j. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan atau kegiatan di Indonesia;

k. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

l. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang peneitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut; dan

m. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu.


(36)

6. Wajib Pajak

Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 mengemukakan bahwa Wajib Pajak adalah orang atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan. Artinya, kewajiban pajak tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajak lainnya. Oleh karena itu, dalam rangka memberikan kepastian hukum, penentuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi hal penting. Hal tersebut akan dijelaskan dalam tabel.


(37)

Tabel 2.1 Mulai dan Lahirnya Kewajiban Pajak

Subjek Pajak Saat Mulai Saat Berakhir

Subjek Pajak dalam negeri 1. Orang Pribadi

a. Bertempat tinggal di Indonesia

b. Berada di Indonesia lebih dari 183 hari, berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia 2. Warisan yang belum

dibagi 3. Badan

1. Orang Pribadi a. Pada saat

dilahir-kan di Indonesia b. Sejak hari

pertama berada di Indonesia

2. Pada saat

meninggal-nya pewaris

3. Pada saat badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia

1. Orang Pribadi

a. Pada saat mening-gal dunia b. Pada saat

mening-galkan Indonesia untuk selama–lamanya

2. Pada saat warisan tersebut selesai dibagi 3. Pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia

Orang pribadi tidak bertempat tinggal atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia 1. Menjalankan usaha

atau melakukan kegiatan melalui BUT 2. Tidak menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT

1. Pada saat BUT berada di Indonesia

2. Pada saat adanya hubungan

1. Pada saat ditiadakan-nya BUT

2. Pada saat putus hubungan ekonomis dengan Indonesia

Sumber: Panduan Lengkap Pajak Penghasilan

7. Perbedaan Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya. Dalam hal penghasilan yang dapat dikenakan pajak, Wajib Pajak Dalam Negeri, penghasilan yang akan dikenakan pajak merupakan penghasilan yang berasal atau diperoleh di Indonesia maupun yang diperoleh di luar


(38)

negeri. Sedangkan bagi Wajib Pajak Luar Negeri, penghasilan yang dikenakan pajak adalah penghasilan yang berasal atau diperoleh dari sumber penghasilan di Indonesia.

Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri, dalam hal Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif umum, sedangkan bagi Wajib Pajak Luar Negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak sepadan. Selain itu, Wajib Pajak Dalam Negeri juga wajib menyampaikan SPT Tahunan, sedangkan bagi Wajib Pajak Luar Negeri tidak wajib menyampaikan SPT Tahunan.

8. Biaya-Biaya dan Kompensasi Kerugian

a. Biaya yang Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto 1) Penentuan Besarnya Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan Kena Pajak (PKP) merupakan dasar penghitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan dikenal dua golongan Wajib Pajak, yaitu Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri. Untuk itu, cara menentukan Penghasilan Kena Pajak diatur berdasarkan golongan Wajib Pajak tersebut.

a) Cara untuk Menentukan Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri

Terdapat dua cara untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri, yaitu penghitungan dengan cara biasa dan penghitungan dengan


(39)

menggunakan Norma Penghitungan. Di samping cara penghitungan dengan cara biasa dan Norma Penghitungan, terdapat pula cara penghitungan dengan mempergunakan Norma Penghitungan Khusus, yang diperuntukkan bagi Wajib Pajak tertentu yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

b) Penentuan Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang Menyelenggarakan Pembukuan

Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 16 ayat (1) mengemukakan bahwa Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dalam suatu tahun pajak dihitung dengan cara mengurangkan dari penghasilan.

Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang menyelenggarakan pembukuan, Penghasilan Kena Pajaknya dihitung dengan menggunakan cara penghitungan biasa.

c) Penentuan Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang Menggunakan Norma Penghitungan Neto

Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 16 ayat (2), Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dan badan dihitung dengan menggunakan norma penghitungan dan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak.


(40)

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang berhak untuk tidak menyelenggarakan pembukuan, Penghasilan Kena Pajaknya dihitung dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

d) Penentuan Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri yang Terutang Pajak dalam Suatu Bagian Tahun Pajak

Pasal 16 ayat (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 menyatakan bahwa Penghasilan Kena Pajak orang pribadi dalam negeri yang terutang pajak dalam suatu bagian tahun pajak, dihitung berdasarkan penghasilan netto yang diterima atau diperoleh dalam bagian tahun pajak yang disetahunkan.

Apabila kewajiban pajak subjektif orang pribadi yang bertempat tinggal atau yang berada di Indonesia hanya meliputi sebagian dari tahun pajak, maka bagian tahun pajak tersebut menggantikan tahun pajak.

e) Cara untuk Menentukan Besarnya Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Luar Negeri

Bagi Wajib Pajak Luar Negeri penentuan besarnya Penghasilan Kena Pajak dibedakan antara Wajib Pajak Luar Negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan


(41)

melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dan Wajib Pajak Luar Negeri Lainnya.

Dalam Penjelasan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 16 ayat (3), bagi Wajib Pajak Luar Negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, cara penghitungan Penghasilan Kena Pajaknya disamakan dengan cara penghitungan Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri. Karena bentuk usaha tetap berkewajiban untuk menyelenggarakan pembukuan, Penghasilan Kena Pajaknya dihitung dengan cara penghitungan biasa.

2) Besarnya PKP Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap

Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1), besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

Penjelasan Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih


(42)

dari 1 (satu) tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, sedangkan pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Di samping itu, apabila dalam suatu tahun pajak didapat kerugian karena penjualan harta atau karena selisih kurs, kerugian-kerugian tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan lazim disebut sebagai biaya sehari-hari yang boleh dibebankan pada tahun pengeluaran yang bersangkutan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak agar dapat dibebankan sebagai biaya. Yang termasuk biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, seperti yang pertama adalah biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan termasuk upah dan gaji, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya promosi dan penjualan, biaya administrasi, pajak selain pajak penghasilan.


(43)

Hal kedua yang termasuk dalam biaya untuk mendapat, menagih, dan memelihara penghasilan adalah penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.

Hal ketiga yang termasuk dalam biaya untuk mendapat, menagih, dan memelihara penghasilan adalah iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Iuran ini boleh dibebankan sebagai biaya, sedangkan iuran yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh Menteri Keuangan tidak boleh dibebankan sebagai biaya.

Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan merupakan hal keempat yang digolongkan dalam biaya mendapatkan, menagih, dan memelihara. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang menurut tujuan semula tidak dimaksudkan untuk dijual atau dialihkan yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Sedangkan kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki tetapi tidak digunakan dalam perusahaan, atau yang


(44)

dimiliki tetapi tidak digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

Kerugian selisih kurs mata uang asing merupakan hal kelima yang tergolong dalam biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Kerugian karena fluktuasi kurs mata asing diakui berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.

Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia juga tergolong dalam biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang keenam. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia dalam jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi atau sistem baru bagi pengembangan perusahaan boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Biaya beasiswa, magang dan pelatihan merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang ketujuh. Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan beasiswa, magang, dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan dengan memperhatikan kewajaran, termasuk beasiswa yang dapat


(45)

dibebankan sebagai biaya adalah beasiswa yang diberikan kepada pelajar, mahasiswa, dan pihak lain.

Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara yang kedelapan adalah piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang Wajib Pajak telah mengakuinya sebagai biaya dalam laporan laba-rugi komersial dan telah melakukan upaya-upaya penagihan yang maksimal atau terakhir.

Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 93 Tahun 2010 tentang Sumbangan Penanggulangan Bencana Sosial, Sumbangan Penelitian dan Pengembangan, Sumbangan Fasilitas Pendidikan, Sumbangan Pembinaan Olahraga, dan Biaya Pembangunan Infrastruktur Sosial yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

b. Pengeluaran yang Tidak Boleh Dikurangkan atau Dibebankan sebagai Biaya.

1) Jenis Pengeluaran yang Tidak Boleh Dikurangkan sebagai Biaya Berkaitan dengan pemenuhan kewajiban perpajakan, yaitu untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP), ada beberapa jenis pengeluaran yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau dikurangkan dari penghasilan bruto.


(46)

Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1), untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan yaitu:

a) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

b) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota. Tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan atau dibebankan dari perusahaan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota; c) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:

(1) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;

(2) Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

(3) Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan; (4) Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;


(47)

(5) Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;

(6) Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. d) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,

asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

e) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 83/PMK.03/2009;

f) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;


(48)

g) Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan dan warisan, serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia;

h) Pajak penghasilan, yaitu Pajak Penghasilan yang terutang oleh Wajib Pajak yang bersangkutan;

i) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya; j) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau

perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham; k) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta

sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

2) Pengeluaran yang Tidak Boleh Dibebankan Sekaligus

Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (2), pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi.

Dalam Penjelasan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (2) dikatakan bahwa sesuai dengan kelaziman usaha, pengeluaran yang mempunyai peranan terhadap


(49)

penghasilan untuk beberapa tahun, pembebanannya dilakukan sesuai dengan jumlah tahun lamanya pengeluaran tersebut berperan terhadap penghasilan. Sejalan dengan prinsip penyelarasan antara pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dapat dikurangkan sebagai biaya perusahaan sekaligus pada tahun pengeluaran, melainkan dibebankan melalui penyusutan dan amortisasi selama masa manfaatnya.

c. Kompensasi Kerugian

Pasal 6 ayat (2) dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 menyatakan bahwa apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan didapat kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.

9. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

a. Pemberian PTKP bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (3) mengatakan bahwa kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008.


(50)

Dengan demikian, dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, penghasilan bruto yang diperoleh Wajib Pajak tersebut selain dikurangi biaya yang boleh dikurangkan juga dikurangi lagi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

b. Besarnya PTKP

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) seorang Wajib Pajak Dalam Negeri dihitung dengan cara penghasilan neto dikurangi dengan jumlah PTKP. Di samping itu, kepada Wajib Pajak yang sudah kawin diberikan tambahan PTKP. Bagi Wajib Pajak yang istrinya menerima atau memperoleh penghasilan yang digabung dengan penghasilannya, Wajib Pajak tersebut mendapat tambahan PTKP untuk istrinya.

Wajib Pajak yang mempunyai anggota keluarga keluarga sedarah (orang tua, anak kandung, saudara kandung) dan semenda (mertua, anak tiri) dalam garis keturunan lurus dan anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya diberikan tambahan PTKP untuk paling banyak tiga orang. Yang dimaksud dengan “anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya” adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak tersebut. Selain itu, pengertian anak angkat bukanlah “anak angkat sebagaimana sehari-hari oleh masyarakat disebut sebagai anak yang diakui atau anak dan diangkat sebagai anak”, atau “anak angkat sebagaimana dimaksud dalam hukum perdata”. Yang dimaksud


(51)

anak angkat adalah seseorang yang belum dewasa, yang tidak tergolong saudara atau semenda dalam garis lurus dari Wajib Pajak, dan menjadi tanggungan sepenuhnya dari Wajib Pajak.

Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 7 ayat (1), Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit sebesar:

1) Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

2) Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;

3) Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratuh dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, jika:

a) Istri tersebut bukan karyawati, tetapi mempunyai penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan suami, anak atau anak angkat yang belum dewasa.

b) Istri tersebut bekerja sebagai karyawati pada pemberi kerja yang bukan sebagai Pemotong Pajak walaupun tidak mempunyai penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas. 4) Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah)

tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat,


(52)

yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak tiga orang untuk setiap keluarga.

c. Penyesuaian Besaran PTKP

Peraturan Menteri Keuangan No. 162/PMK.11/2012 menyatakan bahwa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) per 1 Januari 2013 mengalami perubahan sesuai dengan hasil konsultasi Menteri Keuangan dengan Dewan Perwakilan Rakyat yang dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2012 dan 15 Oktober 2012. Besarnya PTKP disesuaikan menjadi sebagai berikut:

1) Rp24.300.000 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk Diri Wajib Pajak Orang Pribadi

2) Rp2.025.000 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) untuk tambahan Wajib Pajak Kawin

3) Rp24.300.000 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk tambahan istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.

4) Rp2.025.000 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) untuk tambahan setiap tanggungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (maksimal 3 orang).

Besaran PTKP tersebut digunakan sebagai pengurang penghasilan netto dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri mulai tahun pajak 2013 yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan


(53)

pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun dan pelaporan Pajak Penghasilan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Tahun 2013 dan seterusnya.

10.Tarif Pajak Penghasilan

Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 menyatakan tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi:

a. Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Tarif Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi ditentukan bertingkat sesuai dengan besarnya penghasilan. Tarif terendah sebesar 5% dan tarif tertingginya sebesar 30%. Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat (1) huruf a, tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2 Tarif Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp50.000.000,00(lima puluh juta rupiah)

5%

(lima persen) Di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta)

sampai dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

15%

(lima belas persen)

Di atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

25%

(dua puluh lima persen)

Di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

30%

(tiga puluh persen)


(54)

1) Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 17 ayat (1) huruf b menyatakan bahwa tarif tertinggi Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar 30% (tiga puluh persen) dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Penjelasan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat (3) menjelaskan bahwa besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dapat diubah disesuaikan dengan faktor penyesuaian, antara lain tingkat inflasi, yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. 2) Tarif atas Penghasilan Berupa Dividen yang Diperoleh Wajib

Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

Pasal 17 ayat (2c) Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 menyatakan tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final.

Pengenaan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan melalui pemotongan oleh pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar dividen.


(55)

3) Besarnya Pajak Terutang Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri yang Terutang Pajak dalam Bagian Tahun Pajak

Pasal 17 ayat (5) dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 menjelaskan bahwa besarnya pajak yang terutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri yang terutang pajak dalam bagian tahun pajak dihitung sebanyak jumlah hari dalam bagian tahun pajak tersebut dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) dikalikan dengan pajak yang terutang untuk 1 (satu) tahun pajak. Selanjutnya, untuk keperluan penghitungan tersebut, maka tiap bulan yang penuh dihitung 30 (tiga puluh) hari.

b. Tarif Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap

1) Tarif dan Cara Menghitung Pajak Terutang Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap

Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008, Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).

2) Tarif Pajak Wajib Pajak Penghasilan Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap Mulai Tahun 2010

Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008, tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan


(56)

menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.

3) Tarif Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Berbentuk Perseroan Terbuka (Go Public)

Pasal 17 ayat (2b) Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 menjelaskan bahwa Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dari pada tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang berlaku.

c. Pembulatan Angka Penghasilan Kena Pajak

Pasal 17 ayat (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008, untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.

d. Fasilitas Pengurangan Tarif Pajak Sebesar 50% bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri

Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 31E ayat (1) dan ayat (2) menyatakan bahwa Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas


(57)

berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dan besarnya bagian peredaran bruto dapat dinaikkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Tabel 2.3 Pasal 31E ayat (1) dan ayat (2)

Untuk Wajib Pajak Badan yang peredaran brutonya lebih dari Rp4.800.000.000,00, pajak terutang dihitung dengan tahapan sebagai berikut.

1. Menghitung PKP dari bagian peredaran bruto

2. Menghitung PKP dari bagian yang tidak memperoleh fasilitas 3. Menghitung pajak terutang:

a. Yang mendapat fasilitas 50% * Tarif * PKP-nya b. Yang tidak mendapat fasilitas Tarif * PKP-nya

Sumber: Panduan Lengkap Pajak Penghasilan

B. Perkembangan Penerimaan Pajak Dalam Negeri

Pendapatan dalam negeri menjadi sumber utama apabila kemandirian pembiayaan negara yang menjadi cita-cita Bangsa Indonesia benar-benar ingin direalisasikan. Untuk itu, penerimaan pajak yang merupakan salah satu komponen penerimaan dalam negeri harus ditingkatkan peranannya karena pajak merupakan sumber penerimaan utama yang merefleksikan praktik demokrasi yang paling mendasar, yaitu peran serta rakyat dalam ikut membiayai negara dalam pemerintahannya. Didasarkan pada kenyataan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah dan terus berupaya untuk meningkatkan penerimaan pajak.

Subjek Pajak Orang Pribadi adalah orang yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Sedangkan Wajib Pajak adalah


(58)

setiap orang atau badan yang telah memiliki penghasilan. Berkembangnya jumlah subjek pajak tidak menjamin bahwa akan semakin meningkatnya penerimaan Pajak Penghasilan dalam suatu daerah, melainkan dapat dilihat dari perkembangan Wajib Pajaknya.

Penerimaan pajak dalam negeri dapat diukur oleh beberapa hal, salah satunya adalah dengan melihat perkembangan Wajib Pajak dari tahun ke tahun. Jika dari tahun ke tahun jumlah Wajib Pajak dalam suatu daerah meningkat, maka penerimaan Pajak Penghasilan daerah tersebut diharapkan akan meningkat.

C. Time Series dan Forecasting (Peramalan)

Peramalan (forecasting) dilakukan hampir semua orang, baik pemerintah, pengusaha, maupun orang awam. Menurut Sudjana (1989: 254), “Peramalan adalah memperkirakan besarnya atau jumlah sesuatu pada waktu yang akan datang berdasarkan data pada masa lampau yang dianalisis secara alamiah, khususnya menggunakan metode statistika.”

Peramalan biasanya dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian terhadap sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang. Suatu usaha untuk mengurangi ketidakpastian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode peramalan. Menurut Makridakis (1999: 8) metode peramalan dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan apabila data masa lampau tidak ada, sehingga peramalan tidak dapat dilakukan. Metode kulitatif, pendapat-pendapat dari para ahli akan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebagai


(59)

hasil dari peramalan yang telah dilakukan. Namun, apabila data masa lampau tersedia, peramalan dengan metode kuantitatif akan lebih efektif digunakan dibandingkan dengan metode kualitatif.

Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam peramalan, yaitu:

1. Menentukan masalah yang akan dianalisis (perumusan masalah) dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam proses analisis tersebut. 2. Menyiapkan data, sehingga data dapat diproses dengan benar.

3. Menetapkan metode peramalan yang sesuai dengan data yang telah disiapkan.

4. Menerapkan metode yang sudah ditetapkan dan melakukan prediksi pada data untuk beberapa waktu ke depan.

5. Mengevaluasi hasil peramalan.

Peramalan dengan metode kuantitatif dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu time series model dan causal model (Santoso, 2009: 37). Penelitian ini akan menggunakan peramalan dengan metode time series. Time series model didasarkan pada data yang dikumpulkan, dicatat atau diamati berdasarkan urutan waktu dan peramalannya dilakukan berdasarkan pola tertentu dari data. Analisis deret berkala (time series analysis) adalah suatu metode kuantitatif untuk menentukan pola data masa lampau yang telah dikumpulkan secara teratur. Deret berkala (time series) adalah data statistik yang disusun berdasarkan urutan waktu kejadian. Pengertian waktu ini dapat berupa tahun, kuartal, bulan, minggu, dan sebagainya.


(60)

Menurut Boedijoewono (2007: 222), terdapat empat manfaat analisis Time Series, yaitu:

1. Analisis Time Series dapat membantu mempelajari data masa lampau, sehingga dapat dipelajari faktor-faktor penyebab perubahan di masa lampau yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk perencanaan masa mendatang (forecasting).

2. Analisis Time Series dapat membantu dalam melakukan peramalan. Analisis Tren dapat digunakan untuk peramalan di masa mendatang. 3. Analisis Time Series dapat membantu memisahkan faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi suatu data. Analisis ini khususnya pada seasonal variation dapat diketahui faktor-faktor musim yang sangat mempengaruhi kegitan, sehingga untuk keperluan masa yang akan datang dapat diadakan penyesuaian dengan faktor musim ini.

4. Analisis Time Series dapat membantu dan mempermudah membandingkan satu rangkaian data dengan rangkaian data yang lain.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan penghitungan dan penggambaran tren, salah satunya adalah Metode Jumlah Kuadrat Terkecil (The Least Squares Method). Boedijoewono (2007: 230), “Metode jumlah kuadrat terkecil adalah jumlah kuadrat penyimpangan (deviasi) nilai data terhadap garis tren minimum atau terkecil. Apabila syarat ini terpenuhi, maka garis tren tersebut akan terletak di tengah-tengah data asli.”


(61)

D. Review Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menggali informasi tentang penelitian penerimaan Pajak Penghasilan yang telah diteliti oleh peneliti lain. Dengan penelusuran penelitian terdahulu, maka dapat semakin membantu peneliti untuk melakukan penelitian yang sekarang.

Beberapa penelitian mengenai Penerimaan Pajak Penghasilan telah banyak dilakukan, antara lain:

1. Nasution (2002) melakukan penelitian yang disusun dalam bentuk jurnal dengan judul “Analisis Potensi dan Pertumbuhan Penerimaan Pajak Penghasilan Di Indonesia Periode 1990-2000” dengan menggunakan beberapa alat ukur, yaitu Tax Ratio untuk menunjukkan jumlah penerimaan pajak yang dapat dipungut dari setiap rupiah pendapatan nasional. Selain Tax Ratio, peneliti terdahulu juga menggunakan Tax Coverage Ratio untuk membandingkan besarnya pajak yang telah dipungut dengan besarnya potensi pajak yang seharusnya dapat dipungut. Peneliti terdahuu juga menggunakan Cost of Tax Collection untuk mengukur tingkat efisiensi pemungutan pajak yang ditunjukkan oleh tinggi rendahnya ratio antara nilai biaya yang dikeluarkan dengan nilai penerimaannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa potensi dan pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan selama tahun 1990-2000 diantaranya dipengaruhi oleh Produk Domestik Bruto, Jumlah Wajib Pajak, dan Jumlah Kantor Pelayanan Pajak yang tersebar di seluruh Indonesia.


(62)

2. Dewi (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Variabel -Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dengan Studi Kasus di Kantor Pelayanan

Pajak Batu”. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi terdaftar, Surat Setoran Pajak yang diterima dan pencairan tunggakan secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

3. Primadiena (2005) melakukan penelitian dengan judul Forecasting

Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Tahun 2005 di Kantor Pelayanan Pajak Tegal Dengan Metoe Exponential

Smoothing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa data yang didapat dari KPP Tegal berpola musiman, maka untuk forecasting penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 dipilih metode triple exponential smoothing dengan α = 0,1 diperoleh nilai mean absolute error paling kecil. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa penerimaan Pajak Penghasilan berpola musiman atau gelombang musiman dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang arti pentingnya pajak.

4. Cahyono dan Fauzan (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Potensi dan Pertumbuhan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Solo, Jawa Tengah Antara Sebelum dan Setelah Era Otonomi

Daerah”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etika pajak dan norma-norma sosial mempengaruhi pemenuhan kewajiban pajak dan studi ini


(63)

telah memberikan bukti bahwa peran etika individu dan norma-norma sosial dalam diri Wajib Pajak mempengaruhi mereka untuk memenuhi kewajibannya dalam pembayaran pajak. Penerimaan Pajak Penghasilan sebelum era otonomi daerah memperlihatkan bahwa masih kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Penerimaan Pajak Penghasilan setelah era otonomi daerah terjadi peningkatan kesadaran Wajib Pajak untuk melakukan kewajiban perpajakannya. Hal ini terjadi karena pemberlakuan Undang-Undang No. 22 dan No. 25 Tahun 1999 pada tahun 2001 yang berdampak besar terhadap penerimaan daerah Solo.


(64)

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan studi kasus, yaitu penelitian secara rinci dan mendalam terhadap satu latar atau objek tertentu, yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan objek, dimana dari data tersebut dianalis dan ditarik kesimpulan, kesimpulan hanya berlaku secara spesifik pada permasalahan yang menjadi pusat penelitian.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan benda ataupun lembaga (organisasi) yang sifat dan keadaannya akan diteliti, dimana terkandung atau melekat objek penelitian. Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini adalah KPP Pratama Timika, dengan alamat jalan Cendrawasih SP II Timika, Papua.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam rangka menyusun suatu laporan, yang akan diteliti dengan mendapatkan data untuk tujuan tertentu dan kemudian dapat ditarik kesimpulan. Objek penelitian ini adalah penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika, Papua dari tahun 2008-2012.


(65)

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Maret-April 2013. Waktu yang digunakan dalam penelitian adalah dua minggu sampai satu bulan, bergantung pada kecepatan dalam memperoleh data dan informasi yang diberikan. Peneliti mendatangi KPP Pratama Timika untuk melakukan pengambilan data berupa arsip atau dokumen yang dapat menunjang penelitian. Peneliti melakukan analisis terlebih dahulu terhadap data dokumen yang telah diperoleh berkaitan dengan penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika selama (5) lima tahun terakhir.

Dari data dokumen yang telah dipelajari, peneliti melakukan teknik pengumpulan data yang kedua yaitu dengan teknik wawancara. Wawancara dilakukan terhadap pihak yang berkepentingan, yang dapat memberikan informasi berkaitan dengan data-data yang dapat menunjang penelitian.

Peneliti melakukan pemeriksaan berkaitan dengan kelengkapan data dan informasi yang telah dikumpulkan selama (4) empat hari. Jika masih terdapat informasi atau data yang belum lengkap, kemudian peneliti akan melakukan kelengkapan dengan mengunjungi pihak-pihak yang berkepentingan.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di KPP Pratama Timika, Papua. Namun, peneliti juga mendatangi Badan Pusat Statistik Timika, Papua berkaitan dengan informasi perkembangan jumlah penduduk dan tenaga kerja dalam (5) lima tahun terakhir.


(66)

F. Data

Data yang akan digunakan oleh peneliti adalah: 1. Gambaran umum Kabupaten Mimika, Papua

2. Jumlah Penduduk Kabupaten Mimika, Papua tahun 2012.

3. Jumlah Tenaga Kerja Kabupaten Mimika, Papua dari tahun 2008-2012. 4. Jumlah Badan Usaha Kabupaten Mimika, Papua dari tahun 2008-2012. 5. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Kabupaten

Mimika, Papua dari tahun 2008-2012.

6. Rencana Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Badan Kabupaten Mimika dari tahun 2008-2012.

7. Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Badan Kabupaten Mimika dari tahun 2008-2012.

G. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan instansi pemerintahan sebagai unit analisisnya. Terdapat dua teknik yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data, yaitu:

1. Teknik Dokumentasi (Arsip)

Jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengambilan data di KPP Pratama Timika dan Badan Pusat Statistik Timika, Papua.


(67)

2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara dilakukan setelah peneliti melakukan teknik pengumpulan data arsip. Teknik wawancara ini dilakukan secara personal, yaitu wawancara dilakukan langsung dengan melakukan tatap muka dengan narasumber atau pihak yang berkepentingan di KPP Pratama Timika, Papua.

H. Teknik Analisis

1. Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan dari tahun 2008-2012 Penulis menggunakan analisis statistik deskriptif untuk menjawab permasalahan pertama. Statistik deskriptif adalah bagian dari statistik yang mempelajari cara pengumpulan dan penyajian data, sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan atau fenomena. Dengan kata lain, analisis statistik deskriptif hanya berfungsi menerangkan keadaan, gejala, atau fenomena (Hasan, 2009: 6).

Terdapat tiga analisis yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan analisis deskriptif pada perkembangan penerimaan Pajak Penghasilan di Kabupaten Mimika Papua tahun 2008-2012.

a. Analisis Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Unit Badan Usaha dengan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan

Peneliti membandingkan dan menunjukkan dalam grafik perkembangan jumlah tenaga kerja dan Wajib Pajak yang ada di


(1)

1 2 3 4 5 A. PPh Non Migas

1. PPh Pasal 21 471,238 436,987 570,310 759,632 980,129 2. PPh Pasal 22 42,684 58,179 31,306 2,413 3,095

3. PPh Pasal 22 Impor 110 104 86 15 19

4. PPh Pasal 23 92,481 81,222 40,917 13,240 16,981 5. PPh Pasal 25/29 OP 3,500 3,200 2,110 2,800 3,012 6. PPh Pasal 25/29 Badan 14,013 13,219 10,901 16,601 22,937 7. PPh Pasal 26 39,543 37,408 21,555 1,312 1,683 8. PPh Final 80,694 75,334 49,999 6,070 7,784 9. PPh Fiskal Luar Negeri - - -10. PPh Minyak Bumi - - -Jumlah A 744,263 705,653 727,184 802,083 1,035,640 B. PPN dan PPnBM 1. PPN Dalam Negeri 116,845 143,813 155,842 155,317 199,207 2. PPN Impor 9 5 12 160 205

3. PPnBM Dalam Negeri 6 8 7 69 88

4. PPnBM Impor 3 5 0 2 2

5. PPN/PPnBM Lainnya 9 10 10 - 0

Jumlah B 116,872 143,840 155,872 155,548 199,503 C. PAJAK LAINNYA dan PIB 1. Bea/Benda Meterai 1,392 1,218 2,902 3,166 4,061 Jumlah C 1,392 1,218 2,902 3,166 4,061 D. PBB & BPHTB 1. PBB 175,284 127,372 142,940 2. BPHTB 1,062 1,165 1,355 - 0 JUMLAH D 1,062 1,165 176,639 127,372 142,940 TOTAL (A+B+C+D+E) 863,589 851,877 1,062,597 1,088,169 1,382,144

JENIS PAJAK RENCANA 2009 RENCANA 2010 RENCANA 2011 RENCANA 2012

LAMPIRAN C RENCANA 2008


(2)

111

Tahun PPh OP PPh Badan PPh 21 Jumlah

2008 4,732,591,260 3,875,029,354 632,719,756,956 641,327,377,570 2009 1,632,871,683 3,248,291,093 509,540,982,763 514,422,145,539 2010 2,987,548,431 5,954,350,028 483,915,042,574 492,856,941,033 2011 2,860,438,632 9,940,497,937 691,343,068,541 704,144,005,110 2012 2,405,689,320 15,340,266,370 872,450,614,497 890,196,570,187 TOTAL 14,619,139,326 38,358,434,782 3,189,969,465,331 3,242,947,039,439

Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan KPP Pratama Timika

LAMPIRAN D

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

TAHUN BADAN OP TOTAL 2008 2,738 22,043 26,789 2009 3,165 30,578 35,752 2010 3,602 35,003 40,615 2011 4,257 39,876 46,144 2012 4,532 43,583 50,127

LAMPIRAN E Jumlah Wajib Pajak Kabupaten Mimika Papua


(4)

113

No. KATEGORI 2008 2009 2010 2011 2012 1 PNS 2,864 3,401 3,626 3,995 5,075 2 Karyawan 17,457 22,979 23,761 26,317 27,691 3 Lain-Lain 1,295 5,023 10,236 13,984 14,715

21,616

31,403 37,623 44,296 47,481

TAHUN BADAN 2008 2,901 2009 3,217 2010 3,652 2011 4,294 2012 4,690

TENAGA KERJA

Total

JUMLAH BADAN USAHA

LAMPIRAN F

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

xvi ABSTRAK

ANALISIS PERKEMBANGAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KABUPATEN MIMIKA PAPUA

Studi Kasus di KPP Pratama Timika Elyunai Salakory

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2013

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui perkembangan penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika tahun 2008-2012. (2) Mengetahui prospek penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika untuk tahun 2013 dan 2014. Latar belakang penelitian ini adalah Kabupaten Mimika merupakan salah satu kabupaten berkembang di Papua dan memiliki daya tarik bagi masyarakat untuk datang dan memperoleh pekerjaan. Berdatangannya masyarakat untuk memperoleh pekerjaan diharapkan dapat menjadi kontribusi terhadap peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus pada KPP Pratama Timika Papua. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika dari tahun 2008-2012, sedangkan analisis data kuantitatif dengan metode Jumlah Kuadrat Terkecil digunakan untuk meramalkan besarnya Pajak Penghasilan yang akan diterima KPP Pratama Timika pada tahun 2013 dan 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terjadi peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika dari tahun 2008-2012. (2) Prospek penerimaan Pajak Penghasilan Kabupaten Mimika Papua tahun 2013 sebesar Rp854.827.481.000, sedangkan pada tahun 2014 sebesar Rp923.573.505.000.


(6)

xvii ABSTRACT

ANALYSIS OF THE GROWTH OF THE REVENUE FROM INCOME TAX IN MIMIKA REGENCY PAPUA

A Case Study at Tax Service Office of Pratama Timika Elyunai Salakory

Sanata Dharma University Yogyakarta

2013

The research aims to: (1) know the development of the revenue from Income Tax in Mimika Regency during 2008-2012, (2) know the prospect of the revenue from Income Tax in Mimika Regency in 2013 and 2014. Mimika Regency is one of the developing regency in Papua that attract people to come to find jobs there. The incoming people are expected to contribute to the increase of the revenue from the Income Tax of Mimika Regency during 2008-2012.

This research is a case study at Tax Service Office of Pratama Timika Papua. Data are collected through documentations and interviews. Descriptive analysis was employed to analysis the growth of the revenue from the Income Tax of Mimika Regency during 2008-2012, while quantitative analysis with The Least Squares Method was used to estimate the revenue from the Income Tax in 2013 and 2014.

The results show that: (1) There was an increase in the revenue from Income Tax in Mimika Regency during 2008-2012. (2) The estimated revenue from Income Tax of Mimika Regency in 2013 is Rp854.827.481.000 and in 2014 will be Rp923.573.505.000.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI