BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu ibadah yang wajib di laksanakan oleh setiap muslim yang mampu, baik mampu secara fisik maupun finansial adalah ibadah haji. Setiap
tahun jutaan orang dari berbagai penjuru dunia berbondong-bondong menuju ke Mekah dan Madinah untuk menunaikan ibadah haji tersebut. Panggilan ibadah ini
terus bergabung dan melintasi bukan hanya batas-batas negara, politik, sosial, ekonomi dan budaya, melainkan juga melintasi batas waktu dan zaman. Gema
panggilan tersebut menggerakan mereka yang terpanggil untuk berupaya untuk menunaikan ibadah haji sekalipun harus menghadapi berbagi hambatan dan
kesulitan. Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 97
ِﻦ������َﻋ ﱞﻲ������ِﻨَﻏ ﷲ ﱠنِﺈ������َﻓ َﺮ������َﻔَﻛ ﻦ������َﻣَو ًﻼﯿِﺒ������َﺳ ِﮫ������ْﯿَﻟِإ َعﺎَﻄَﺘ������ْﺳا ِﻦ������َﻣ ِﺖ������ْﯿَﺒْﻟا ﱡﺞ������ِﺣ ِسﺎ������ﱠﻨﻟا ﻰ������َﻠَﻋ ِہَو َﻦﯿِﻤَﻟﺎَﻌْﻟا
97 Artinya : yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Bitullah, barang siapa menghindari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya Tidak memerlukan sesuatu dsri semesta alam,
1
Tidak berlebihan jika dengan menunaikan ibadah haji, seorang muslim merasa telah menyempurnakan agamanya. Dalam konteks masyarakat muslim
Indonesia, agar haji secara sosiologis juga merupakan status sosial. Para
1
Departemen Agama RI, AL Quran Tajwid dan Tarjemahnya. Bandung: PT Syamil Cipt Media 2002 hal 62
1
2
penyandangnya tidak hanya dipandang memiliki kemampuan ekonomi, tidak jarang bahkan dipandang sebagi ‘alim’ yaitu seseorang yang memiliki
kemampuan dalam bidang lmu keagamaan.
2
Dalam kegiatan apa saja, agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuannya secara efektif diperlukan pengaturan yang baik. Demikian juga kegiatan dan
pelayanan pemondokan asrama haji memerlukan pengaturan yang baik. Agar tujuan tiap kegiatan atau program itu tercapai dengan baik. Proses pengaturan
kegiatan ilmiah ini di sebut manajemen. Ada beberapa definisi manajemen sebagai berikut: dalam kamus
manajemen, arti dari istilah manajemen adalah: kepengurusan, kepemimpinan, ketatalaksanaan , dan kepengurusan, pengelolaan dan sebagainya
3
. Dengan sangat bervariasi para ahli manajemen mendefinisikan manajemen
dari sudut pandang mereka. Dapat dikemukakan mengenai batasan-batasan pengertian manajemen oleh George R Terry, manajemen merupakan proses yang
khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang melalui pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber lainnya
4
. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh dapat dilaksanakan oleh
pemerintah dan swasta. Berbeda dengan haji reguler yang di urus oleh pemerintah, segala sesuatu kebutuhan haji khusus diurusi oleh pemerintah dan ada beberapa
diurusi oleh biro perjalanan yang dimiliki oleh pihak swasta. Umumnya biaya
2
Muhammad M. Basyuni “Reformasi Manajemen Haji“ Jakarta : FDK press, 2008,.h. 2
3
Moekijat, Kamus Manajemen, Bandung: CV. Mandar Maju, 1990, Cet. ,4, h. 290-291
4
Rosyady Rusalan, Manajemen Humas dan Manajmenen Komunikasi, Konsepsi dan Aplikasi, Jakrta: PT Raja Grapindo Rosada, 1998, Cet.1,h.1
3
yang harus dibayar oleh jamaah haji lebih tinggi dari pada haji reguler yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Pemerintah Indonesia telah lama mengatur perjalanan haji Indonesia melalui perjalanan haji reguler dan khusus dulu bernama ONH plus. Pengaturan
ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah jamaah haji Indonesia JHI dari tahun ke tahun. Di samping itu, karena adanya kebijakan pemerintah Arab Saudi
berkaitan dengan penerbangan, penempatan jamaah di Madinah, Makah, Arafah, dan Mina.
5
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan Ibadah Haji, yakni pemerintah berkewajiban melakukan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan dengan menyediakan layanan administrasi, keamanan dan hal-hal yang diperlukan oleh jamaah haji.
6
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional yang dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan agar pelaksanaan ibadah haji berjalan aman, tertib, lancar, nyaman dan sesuai dengan tuntutan agama sehingga jamaah haji dapat melaksanakan
ibadah hajinya secara mandiri dan memperoleh haji mabrur.
7
Salah satu faktor yang mendukung untuk memperoleh haji yang mabrur adalah dengan adanya
persiapan-persiapan yang maksimal, seperti persiapan ilmu manasiknya, kesehatan dan lain sebaginya.
5
M. julius St “Panduan Llengkap dan Praktis Haji Tamatu”, cetakan perama, Malang: Bayumedia pubishing,2007,h.9
6
Sumber paper, Undang-undang Republik Indonesia no. 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibada `cvh Haji Jakarta : Biro hukum dan kerjasama luar negri sekretariat
Jendral Departemen agama RI, 2008,.h.10
7
Sumber paper, Kiat-Kiat Melestarikan Haji Mabrur Jakarta : kementrian Agama RI, 2005
4
Disinilah peran pemerintah dalam membantu para jamaah haji untuk mempersiapkan segala kebutuhan selama melaksanakan ibadah haji, dengan
didirikannya pemondokan asrama bagi para jamaah haji sebelum diberangkatkan ke Tanah Suci, untuk beristirahat dan mempersiapkan segala keperluan untuk
melaksanakan ibadah haji. Pemondokan haji merupakan salah satu aspek penting dalam penyelenggaran ibadah haji. Pemondokan atau akomodasi haji dibagi ke
dalam dua bagian. Perama, menyediakan tempat penginapan atau pengasramaan sebagai penampungan sementara pada waktu jamaah haji berada di tempat
embarkasi dan di debarkasi. Kedua, pemondokan selama di Arab Saudi. Perjalanan ibadah haji bukanlah perjalanan yang sebentar, melainkan
perjalanan yang cukup jauh, oleh karna itu harus ada persiapan-persiapan yang maksimal, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan tujuan menunaikan
ibadah haji dapat terlaksana unuk menjadi haji yang mabrur. Akomodasi bagi jamaah haji merupakan kebutuhan dasar setelah konsumsi
dan sandang yang banyak memakan biaya angkutan udara. Sebelum pemberangkatan ke Arab Saudi, jamaah haji di asramakan di masing-masing
asrama haji embarkasi maksimal 24 jam sebelum pemberangkatan ke Aarab Saudi. Fungsi asrama haji selain sebagai tempat pemulihan kesehatan dan
peristirahatan setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan dari daerah asal masing-masing jamaah, juga sebagai tempat penyelesaian proses
penerbangan untuk perjalanan ke Tanah Suci. Asrama Haji terdiri dari dua kelas, yaitu asrama haji embarkasi dan asrama
haji provinsi atau transit. Asrama haji embarkasi adalah tempat pemondokan