Analisis aplikasi Royalty Fee pada LKS Berkah Madani

meskipun tidak berimplikasi pada keuangan pusat, namun nama Berkah Madani yang dipertaruhkan. Selanjutnya yaitu resiko pada citra syariah, karena Berkah Madani dikembangkan berdasarkan syariah Islam. Jika terjadi penyelewengan atau konflik internal yang mengakibatkan terganggunya proses transaksi, nasabah akan terganggu, dan bisa saja nasabah menjadi tidak percaya dengan BMT yang notabene-nya dijalankan berdasarkan syariah Islam. 84 Menurut penulis, resiko besar bagi Lembaga Pemberdayaan Umat seperti LKS Berkah Madani yang dikembangkan dengan sistem bisnis franchise yaitu dikhawatirkan misi utama pembentukan BMT seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu untuk memberdayakan ekonomi umat dan menjadikan BMT sebagai sarana edukasi bagi masarakat akan lembaga keuangan yang dijalankan oleh sistem syariah menjadi hilang karena tertutup oleh misi bisnis semata. Apabila misi utama ini tetap dipertahankan dan dilaksanakan oleh franchisor maupun franchisee, dan dengan manajemen yang handal dan tetap berpegang teguh pada prinsip dasar bisnis Islami, Insya Allah resiko-resiko pengembangan LKS dengan sistem franchise ini akan terhindarkan.

B. Analisis aplikasi Royalty Fee pada LKS Berkah Madani

84 Irawan, wawancara Saat ini Royalty fee yang diterapkan oleh LKS Berkah Madani dibayarkan dengan prinsip bagi hasil, kedua pihak telah sepakat untuk membagi Sisa Hasil Usaha SHU sebesar 25 persen dari keuntungan bersih setelah dikurangi pajak dan zakat setiap akhir tahun pembukuan, biasanya setelah diadakan Rapat Anggota Tahunan RAT, umumnya di bulan Februari-Maret. Dengan skim seperti ini memungkinkan untuk tidak dibayarkannya royalti. Pembayaran royalti dengan skim ini dibayarkan setelah Rapat Anggota Tahunan, bisa saja dalam RAT tersebut ada kebijakan-kebijakan yang mengakibatkan tertahannya pembayaran royalti. Tentu ini akan merugikan franchisor, karena franchisor sudah bekerja keras dalam kerja sama ini dari awal pendirian. Selain itu, dengan penetapan bagi hasil dari keuntungan bersih, membuka kemungkinan untuk adanya penggelembungan biaya-biaya sehingga mengurangi keuntungan bersih, dan mengurangi bagi hasil yang dibayarkan kepada franchisor. Dua hal yang menjadi pertimbangan dalam beraktivitas ekonomi secara islami, diantaranya masalah kerelaan dan keadilan. Dengan skim tersebut, dimungkinkan ada salah satu pihak yang dirugikan, dikhawatirkan akan menghilangkan kerelaan pihak yang dirugikan dan memungkinkan untuk tidak terciptanya keadilan. Sedangkan tujuan utama Islam adalah untuk menegakkan keadilan melalui penciptaan manusia. Ketika seseorang berbuat tidak adil kepada orang lain, maka orang tersebut akan membalasnya dengan berbuat tidak adil pula. Dengan demikian akan tercipta kehidupan yang penuh dengan ketidakadilan dalam masyarakat. 85 Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka untuk perjanjian kerja sama berikutnya, skim pembayaran royalty akan dirubah menjadi 5 dari pendapatan kotor setiap bulan dimulai dari bulan ke empat setelah beroperasi. Dengan pertimbangan bahwa setiap bulannya pasti ada pendapatan dari operasional BMT. Sedangkan biaya operasional sudah disubsidi oleh investor seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai biaya-biaya yang harus disiapkan investor yang ingin menjadi franchisee LKS Berkah Madani. Dengan skim ini lebih adil bagi kedua belah pihak dan memperkecil kemungkinan adanya kecurangan-kecurangan. Karena itu dibutuhkan hubungan yang dilandasi oleh kepercayaan kepada kedua belah pihak, baik franchisor maupun franchisee. Karena kepercayaan adalah elemen terpenting berkehidupan sosial dalam Islam dan merupakan landasan dari seorang individu dengan Allah dan dengan individu lainnya dalam masyarakat. Begitu besarnya Islam memberikan perhatian yang besar pada hubungan yang dilandasi dengan rasa saling percaya sebagai sifat kepribadian yang wajib untuk dimiliki setiap individu. 86 85 Zamir Iqbal, Abbas Mirakhor, An Introduction to Islamic Finance; Theory and Practice, Singapura, John Wiley Sons Asia Pte Ltd, 2007, h. 10-11 86 Ibid., h. 35-36 Namun kembali lagi ke asas kebebasan melakukan perjanjian dalam Islam. Manusia diberi kebebasan untuk melakukan perjanjian, termasuk juga ketentuan mengenai besarnya royalty fee yang harus dibayarkan oleh franchisee LKS Berkah Madani. Ketentuan mengenai royalty fee yang tertuang dalam perjanjian kerja sama ini tidak bertentangan dengan syariat Islam selama objek perjanjian tersebut tidak merupakan hal yang dilarang dalam syariat Islam dan tidak pula bertentangan dengan hakikat perjanjian itu sendiri, serta kedua pihak baik franchisor maupun franchisee sudah sepakat dan rela dengan ketentuan tersebut yang ditandai dengan ditanda tanganinya surat perjanjjian kerja sama yang memuat mengenai besaran royalty fee yang harus dibayarkan oleh franchisee selama jangka waktu kerja sama.

C. Inovasi dalam bisnis Franchise yang dilakukan oleh LKS Berkah Madani