12
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia sekarang ini masih saja dihadapkan pada berbagai permasalahan, khususnya di sektor pembangunan. Maraknya berbagai kasus
ketertinggalan, kemiskinan dan lain sebagainya tampak harus diberikan perhatian khusus terhadap implementasi berbagai kebijakan dan strategi yang hendak
dijalankan dalam konteks pembangunan. Hal ini patut disadari bahwa pembangunan sudah diwarnai semangat reformasi yang mengedepankan pembangunan sebagai
proses yang diharapkan. Untuk itu diperlukan kesamaan dan keseragaman akan visi bahwa pembangunan nasional dapat dilakukan secara bersama oleh masyarakat,
swasta, dan pemerintah menuju terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera, dan berkeadilan Sumodiningrat, 2007.
Persebaran penduduk yang tidak merata di atas ruang wilayah kota dan desa juga sering menjadi kendala pemerataan pembangunan. Konsentrasi pembangunan
yang lebih terfokus di wilayah kota juga memberikan pengaruh terhadap konsep ketimpangan pembangunan. Padahal kuantitas dalam konteks jumlah penduduk
menyebutkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia hidup di daerah pedesaan. Sehingga titik sentral pembangunan ideal adalah daerah pedesaan Adisasmita, 2006.
Desa adalah merupakan kesatuan masyarakat hukum terkecil yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
13
dihormati oleh negara. Pembangunan wilayah pedesaan mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan dapat dilihat pula sebagai upaya mempercepat
pembangunan pedesaan melalui penyediaan sarana dan prasarana untuk memberdayakan masyarakat serta upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah
yang efektif. Daerah pedesaan sangat luas wilayahnya, sebagian besar penduduknya hidup
di sektor pertanian dalam arti luas meliputi sub-sub sektor tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan, artinya struktur
perekonomiannya sangat berat sebelah pada sektor pertanian atau merupakan daerah yang berbasis agraris agriculture base. Tingkat kesejahteraan penduduk,
ketersediaan prasarana dan tingkat produktivitas pertanian, pendidikan, derajat kesehatan, ketersediaan kemudahan adalah lebih rendah dibandingkan dengan daerah
perkotaan. Kondisi desa-desa yang terdapat di Indonesia masih belum seragam. Ada yang masih tertinggal, sedang berkembang, hingga yang sudah maju. Keragaman
letak geografis, sosial budaya, dan potensi alam yang mengakibatkan perbedaan kondisi alam tersebut.
Pendekatan pembangunan pedesaan pada masa orde baru sampai tahun 1997 adalah sentralisasi serta bersifat top-down. Kewenangan perencanaan pembangunan
sepenuhnya berada pada Pemerintah Pusat sehingga Pemerintah Daerah tidak dilibatkan. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan pembangunan berjalan lamban dan
tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat desa. Pada tahun 1998 terjadi reformasi yang mengganti sistem sentralisasi oleh
sistem desentralisasi serta bersifat “bottom-up development planning” yang berarti
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
14
memberikan pelimpahan wewenang kepada daerah otonom dan masyarakat lokal diikutsertakan dalam penyusunan rencana pembangunan. Pembangunan desa
merupakan upaya pembangunan yang dilaksanakan di desa dengan ciri utama adanya partisipasi aktif masyarakat dan kegiatannya meliputi seluruh aspek kehidupan
masyarakat baik fisik material maupu n mental spiritual. Otonomi masyarakat desa dicirikan dengan adanya kemampuan masyarakat
untuk memilih pemimpinnya sendiri, kemampuan pemerintahan desa dalam melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan sebagai perwujudan atas pelayanan
terhadap masyarakat dari segi administrasi pemerintahan dan pelayanan umum. Menguatnya fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan, serta
meningkatnya kemampuan keuangan desa untuk membiayai kegiatan-kegiatan di desa baik yang bersumber dari swadaya maasyarakat maupun sumber lainnya.
Swadaya masyarakat akan meningkat bila pendapatan masyarakat meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat Saragi, 2004: 30.
Di desa selalu ada dua tokoh kepemimpinan, yakni tokoh informal dan tokoh formal. Tokoh informal merupakan tokoh yang mempunyai kekuatan ikatan batin
dengan masyarakatnya sehingga mempunyai pengaruh yang besar. Tokoh informal yang dominan misalnya tokoh agama dan tokoh adat. Tokoh formal merupakan
pemerintahan desa yang mempunyai kekuatan hukum. Kedua tokoh tersebut tidak dapat dilepaskan peranannya untuk menggerakkan masyarakat dalam pembangunan
desa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dijelaskan bahwa dinamika masyarakat pada tingkat desa dapat terwadahi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
15
dalam tiga institusi utama, yaitu Pemerintahan Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM adalah
salah satu lembaga kemasyarakatan yang ada di desa. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai mitra kerja Pemerintah Desa dibentuk untuk mengelola,
merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan menggali swadaya gotong- royong masyarakat.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat merupakan pengganti dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa LKMD yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan
semangat otonomi daerah. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat merupakan lembaga kemasyarakatan yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai wadah dalam
menampung aspirasi dan kebutuhan masyarakat dibidang pembangunan desa. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dibentuk di setiap desa dengan Peraturan Desa,
sedangkan susunan pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dipilih dan ditetapkan oleh masyarakat desa yang disahkan atau dikukuhkan dengan Keputusan
Kepala Desa yang bersangkutan www.pemkab-tanjungjabungbarat.go.id. Adapun tugas dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM antara lain:
a. Menyusun rencana pembangunan yang partisipatif b. Menggerakkan swadaya dan gotong royong masyarakat
c. Melaksanakan, mengendalikan dan mengawasi pembangunan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
16
Di dalam melaksanakan tugasnya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM berfungsi sebagai:
a. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat desa dan
Kelurahan b.
Pengkoordinasian perencanaan pembangunan c.
Pengkoordinasian perencanaan lembaga masyarakat d.
Pengkoordinasian kegiatan pembangunan secara partisipatif dan terpadu e.
Penggalian dan pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Manusia untuk pembangunan di desa.
Dalam pelaksanan suatu program pembangunan di perlukan partisipasi dari masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa, disebutkan bahwa pelaksanaan pembangunan di desa harus dilaksanakan melalui suatu pengelolaan pembangunan yang dapat mewujudkan
demokratisasi dan transparansi pembangunan pada tingkat masyarakat serta mampu mendorong, memotivasi, menciptakan akses agar masyarakat desa lebih berperan
aktif dalam kegiatan pembangunan desa. Anggota masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan semata,
tetapi sebagai subjek pembangunan pula. Partisipasi masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan
dan implementasi program atau proyek pembangunan, dan merupakan aktualisasi, ketersediaan, dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap
implementasi program pembangunan Adisasmita, 2006: 39.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
17
Disadari bahwa pembangunan pedesaan telah dilakukan secara luas oleh pihak Pemerintah, tetapi hasilnya dianggap belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari
keterlibatan peran serta masyarakat dan lembaga yang menaungi suatu desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan dibentuknya Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat di Desa Aek Song-Songan membawa peneliti untuk melakukan penelitian tentang bagaimana peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
dalam pembangunan di desa tersebut.
1.2. Perumusan Masalah