35
menggerakkan swadaya dan gotong-royong masyarakat dalam melaksanakan pembangunan partisipatif dan berkelanjutan. Hubungan kerja Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat dengan lembaga atau organisasi kemasyarakatan lainnya di wilayah desa bersifat konsultatif dan kerjasama saling menguntungkan. Antara
lembaga satu dengan yang lain yang terdapat di desa akan saling membantu dalam mengatasi masalah di lingkungan desa. Hubungan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat antar desa bersifat kerjasama dan saling membantu dalam rangka pemberdayaan masyarakat Widjaja, 2003: 116.
2.4. Partisipasi Masyarakat
Menurut Craig and Mayo dalam Hikmat: 2003 bahwa partisipasi
mensyaratkan adanya proses pemberdayaan terlebih dahulu. Dengan kata lain,
mustahil kita berbicara partisipasi masyarakat tanpa diawali dengan diskusi pemberdayaan. Partisipasi dan pemberdayaan merupakan dua buah konsep yang
saling berkaitan. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya berupa pemberdayaan. Masyarakat yang dikenal “tidak berdaya” perlu untuk dibuat
“berdaya” dengan menggunakan berbagai model pemberdayaan. Partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam
pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan implementasi program pembangunan yang dikerjakan di masyarakat lokal. Partisipasi atau peran
serta masyarakat dalam pembangunan pedesaan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi
dalam implementasi programproyek yang dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
36
Dalam partisipasi terkandung pengertian bahwa seseorang bisa terlibat berpartisipasi sesuai dengan relevansinya, misalnya keahliannya, kepentingan
masalahnya, ataupun tingkat kemampuannya. Atau dengan kata lain, seseorang dapat berpartisipasi secara parsial, dalam pengertian hanya terlibat dalam salah-satu
atau beberapa aktivitas saja atau berpartisipasi secara prosesial, dalam pengertian dapat terlibat dalam semua fase dari awal hingga akhir dari aktivitas dimaksudkan
Kaho, 2007:130. Agar mampu berpartisipasi seseorang perlu berproses dan proses itu ada
dalam dirinya dan dengan orang lain. Kemampuan setiap orang jelas akan berbeda- beda dalam berpartisipasi. Dengan upaya yang sungguh-sungguh dan terencana,
partisipasi seseorang dan pada akhirnya muncul partisipasi kelompok akan bisa ditumbuhkan dengan dorongan dari dalam dirinya atau dengan dorongan orang lain
yang selalu berinteraksi dengan orang tersebut atau dengan kelompok tersebut. Partisipasi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kapital yang
dimiliki oleh seseorang. Partisipasi hanya mungkin dilakukan bila seseorang memiliki kapital sosial, yaitu jaringa n kerja, aturan-aturan yang jelas dan kepercayaan. Jaringan
merupakan lintasan bagi proses berlangsungnya pertukaran, sementara kepercayaan menjadi stimulus agar proses pertukaran tersebut berjalan lancar sementara norma
atau aturan merupakan jaminan bahwa proses pertukaran itu berlangsung adil atau tidak.
Dalam partisipasi konteks organisasi yang dipertukarkan adalah hak dan kewajiban. Kapital sosial merupakan wahana memungkinkan terjadinya pertukaran
tersebut. Kapital sosial adalah nilai-nilai dalam struktur sosial yang dapat digunakan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
37
untuk mencapai kepentingan aktor. George Homans 1987 menyebutkan bahwa “bagi semua tindakan yang dilakukan orang, semakin sering suatu tindakan tertentu
memperoleh imbalan, semakin cenderung orang tersebut melakukan tindakan tersebut”. Proposisi ini dapat diartikan bahwa semakin sering seseorang memperoleh
imbalan karena mengikuti kegiatan desa, kelompok atau suatu organisasi maka seseorang tersebut akan cenderung melakukan tindakan tersebut. Agar seseorang aktif
dalam suatu kegiatan maka harus dijamin bahwa keaktifannya tersebut akan memperoleh imbalan atau manfaat Saragi, 2004:51.
Dalam rangka pembangunan bangsa yang meliputi segala aspek kehidupan, partisipasi masyarakat memainkan peranan penting, Bintoro Tjokroamidjojo
menegaskan: “Pembangunan yang meliputi segala segi kehidupan, politik, ekonomi
dan sosial budaya itu baru akan berhasil apabila merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi dari seluruh rakyat di dalam suatu
Negara.” Masyarakat dapat berpartisipasi pada beberapa tahap, terutama dalam
pembangunan, yakni: pada tahap inisiasi, legitimasi dan eksekusi. Atau dengan kata lain, pada tahap decision, making, implementation, benefit dan tahap evaluasi. Atau
seperti yang dirumuskan Bintoro Tjokroamidjojo: “Pertama keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat
berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan…
Kedua adalah keterlibatan dalam memikul hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan.” Kaho, 2007:126.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
38
Masyarakat seringkali diikutkan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberikan masukan. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya anggapan untuk
mencapai efisiensi dalam pembangunan, masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisa kondisi dan merumuskan persoalan serta kebutuhan-kebutuhannya.
Dalam hal ini, masyarakat ditempatkan pada posisi yang membutuhkan bantuan dari luar. Sebenarnya jika masyarakat dilibatkan secara penuh, mereka juga mempunyai potensi
tersendiri, seperti yang dikemukakan oleh Hikmat 2003:23-24 bahwa masyarakat sebenarnya memiliki banyak potensi baik dilihat dari sumber daya alam maupun dari
semuber daya sosial dan budaya. Masyarakat memiliki kekuatan bila digali dan disalurkan akan menjadi energi besar untuk pengentasan kemiskinan. Cara menggali dan
mendayagunakan sumber-sumber yang ada pada masyarakat inilah yan menjadi inti dari pemberdayaan masyarakat. Di dalam pemberdayaan masyarakat yang penting adalah
bagaimana menjadikan masyarakat pada posisi pelaku pembangunan yang aktif dan bukan penerima pasif. Konsep gerakan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan,
mengutamakan inisiatif dan kreasi masyarakat, dengan strategi pokok memberi kekuatan power kepada masyarakat.
Dari pendapat yang ada tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dapat terjadi pada empat jenjang, yakni:
1. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan,
2. Partisipasi dalam pelaksanaan,
3. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil,
4. Partisipasi dalam evaluasi Kaho, 2007:126.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
39
BAB III METODE PENELITIAN