meter. Hal ini dapat menurunkan risiko diare seperti Menurut Apriadji 1994 mengemukakan bahwa sebaiknya letak tempat sampah di
tempatkan di luar rumah atau jauh dari rumah dengan tujuan agar kebersihan rumah terjaga dan mudah diangkut oleh petugas sampahtruk
sampah. Diharapkan dengan hal tersebut dapat mengurangi risiko pencemaran dan penyebaran vektor penyakit akibat sampah-sampah yang
ada. Selain itu, jika jarak tempat sampah dekat dengan Sarana Air Bersih SAB turut mendukung pencemaran lingkungan terutama pencemaran air
permukaan. Apabila air pada SAB di gunakan oleh keluarga maka bukan tidak mungkin akan terserang diare Soemirat, 2005.
Oleh karena itu sebaiknya tempat sampah diletakkan di luar rumah dengan menggunakan tempat penyimpanan yang kuat dan tertutup
sehingga mengurangi aroma dari tempat dan karenanya menurunkan frekuensi kunjungan vektor Musca domestica. Selain itu, letak tempat
sampah juga jauh dari Sarana Air bersih SAB agar tidak terjadi pencemaran air permukaan.
6.3.4 Hubungan Daya Tarik Vektor Musca domestica Dengan Risiko
Diare Pada Baduta
Berdasarkan hasil analisis yang terdapat di tabel 5.10 memperlihatkan bahwa hasil pengukuran daya tarik vektor Musca
domestica di rumah responden terdapat 6 baduta 37,5 berisiko diare dengan kondisi daya tarik vektor Musca domestica tinggi sedangkan untuk
kondisi daya tarik vektor Musca domestica yang rendah terdapat 19 baduta 25,7 berisiko diare.
Hasil uji chi square meunjukkan nilai P value sebesar 0,365 p ≥
0,05, hal ini menjelaskan tidak ada hubungan yang signifakan antara daya tarik vektor Musca domestica dengan risiko diare pada baduta. Penelitian
ini sejalan dengan Dharma 2012 yang menyatakan bahwa dari hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p0,05, artinya tidak ada hubungan
yang signifikan antara kepadatan lalat dengan kejadian diare pada anak. Hal ini mungkin disebabkan karena kepadatan lalat yang diukur di pantry
dapur tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare karena kemungkinan lalat tidak mencemari makanan yang sudah tertutup dengan
baik, sehingga kemungkinan menderita diare kecil. Berbeda halnya dengan penelitian Wijayanti 2009 di Bantar
Gebang. Dalam penelitian ini diperoleh informasi bahwa proporsi angka kepadatan lalat yang tinggi lebih banyak menimbulkan balita sakit diare
dibandingkan angka kepadatan lalat rendah. Secara bivariat ditemukan hasilnya bahwa ada hubungan yang signifikan antara angka kepadatan lalat
dengan kejadian diare pada balita. Menurut Manalu 2012 lalat merupakan salah satu insekta serangga yang berperan dalam masalah
kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan yang dapat memindahkan kumanpatogen penyakit dari
tempat-tempat yang lembab dan kotor, misalnya sampah dan tinja,