Ibu mempunyai kebiasaan memberikan air gula dan air madu pada saat bayi baru lahir. Selain bayi berusia 0 bulan sampai usia 6 enam bulan, juga mendapat
makanan tambahan lain berupa biskuit, telur, dan lain- lain. Keadaan ini menyebabkan ibu tidak dapat memberikan inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif
pada bayi. Konsumsi makanan balita, sebagian besar tidak sesuai dengan aturan pola makan balita sesuai usia, Selain ASI, jenis makanan yang diberikan pada anak usia 0-
6 bulan meliputi, air tajin, susu formula, biskuit bayi, pisang yang dilembutkan, bubur susu, makanan lunaklembik, nasi, sayur, ikan, telur, dan lain- lain. Makanan ringan
juga diberikan seperti jajanan dan camilan, dengan alasan agar anak mau makan sehingga tidak menangis.
Tingkat pendidikan ibu sejalan dengan tingkat pengetahuan gizi ibu. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pendidikan normal ibu akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan si ibu, semakin tinggi tingkat pendidikan si ibu maka akan semakin tinggi pula kemampuan ibu untuk menyerap pengetahuan dalam
pendidikan formal maupun non formal, begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan si ibu, maka semakin rendah pula kemampuan ibu untuk
menyerap pengetahuan Berg, 1986.
5.1.2. Pengetahuan Gizi Ibu dan Pola Asuh Kesehatan Pelayanan Kesehatan.
Praktik pada kesehatan anak adalah hal- hal yang dilakukan untuk menunjang peningkatan dan menjaga status gizi anak. Dalam hal ini praktik terhadap kesehatan
yang dilakukan untuk menjauhkan dan menghindarkan penyakit yang menyebabkan turunnya keadaan kesehatan anak.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.10 tentang distribusi responden berdasarkan pola asuh kesehatan dan pelayanan kesehatan diperoleh hasil bahwa pola asuh kesehatan dan
pelayanan kesehatan dalam kategori sedang merupakan pola asuh yang paling banyak
yaitu sebanyak 39 orang 57,2.
Dari tabulasi silang antara pengetahuan ibu dengan pola kesehatan dan pelayanan kesehatan diperoleh hasil bahwa pola asuh kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang paling banyak adalah pada kategori sedang 67,2. Sebagian besar responden membawa anak nya apabila sakit ke tempat pelayanan kesehatan seperti
puskesmas.
5.1.3. Tingkat Pendidikan Ibu dan Pola Asuh Makan
Hasil penelitian menujukan bahwa dari seluruh keluarga terdapat paling banyak ibu yang tamatan SMA sebanyak 24 orang dan yang paling sedikit ibu yang
tidak sekolah sebanyak 2 orang. Dari tabulasi silang antara pendidikan ibu dengan pola asuh makan diperoleh
hasil bahwa pola asuh pemberian makan oleh keluarga dengan ibu yang tamatan SMA lebih baik dari pada ibu yang tidak sekolah, yang tamat SD, dan tamat SMP.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa dengan rendahnya pendidikan ibu, maka pola asuh makan, akan semakin buruk. Pendidikan yang lebih tinggi
memberikan kemungkinan bagi peningkatan pengetahuan, informasi, kesadaran akan kesehatan gizi. Dalam arti dengan tingginya pendidikan ibu, lebih cepat mengerti dan
menyerap informasi kesehatan serta lebih cepat dan mudah menerapkannya dalam kehidupan keluarga. Hal ini sejalan dengan penyataan Suhardjo 1986 bahwa tingkat
pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
Universitas Sumatera Utara
memahami pengetahuan yang diperolehnya. semakin tinggi pendidikan ibu semakin tinggi kemampuan ibu untuk menyerap pengetahuan praktis dan pendidikan non
formal. Keadaan gizi di pengaruhi oleh kemampuan ibu menyediakan pangan yang
cukup untuk anak serta pola asuh yang di pengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga, pendidikan, prilaku dan jumlah saudara.Hal tersebut didukung dengan hasil dari
Husin 2008 dengan 82 responden yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh dengan status gizi balita.
5.1.4. Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pola Asuh Kesehatan Pelayanan Kesehatan.