Observasi Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu, metode pengumpulan data dan metode pengembangan aplikasi. Metode-metode tersebut diuraikan pada bab ini.

3.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan proses guna mendapatkan berbagai macam informasi yang berkaitan dengan penulisan maupun pembuatan aplikasi. Penulis melakukan 5 metode berbeda guna mendapatkan informasi, yaitu observasi, wawancara, kuesioner, kepustakaan dan studi literatur sejenis.

3.1.1 Observasi

Penulis secara langsung melihat kondisi dan situasi belajar mengajar yang dilakukan pada SDN Kebayoran Lama Selatan 13 Pagi, yang beralamatkan di Jalan Komplek Bina Marga, Tanah Kusir, Jakarta, pada rentan waktu kurang lebih seminggu terhitung mulai dari tanggal 18 – 22 Oktober 2010 dengan didampingi langsung oleh guru IPA sekolah tersebut, yaitu Bapak Sularjo. Peneliti melihat secara langsung bagaimana metode pengajaran yang dilakukan oleh beliau ketika menyampaikan materi IPA Kelas 5 mengenai Bab Tumbuhan khususnya mengenai fotosintesis. Peneliti juga melihat bagaimana respon yang didapat para siswa ketika materi telah selesai disampaikan oleh guru. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Hasil Observasi No. Situasi Data dan Informasi 1. Belajar melalui Buku Belajar melalu buku membuat siswa cepat bosan. Pada akhirnya mereka malah mengobrol atau bercanda. Selain itu, penjelasan yang terdapat di buku cenderung panjang sehingga mereka sulit memahami pelajaran. Tetapi belajar melalui buku dapat member mereka gambaran tentang materi yang akan dipelajari hari itu. 2. Melakukan metode Tanya jawab Guru akan memberikan penjelasan mengenai proses fotosintensis, di sela-sela penjelasan guru akan memberika pertanyaan acak kepada siswa. Pada saat menjawab pertanyaan, siswa tidak diperkenankan membuka buku. Metode ini membuat siswa lebih aktif karena terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu mereka juga dituntut fokus selama menerima penjelasan dari guru. Karena jika tidak mereka tidak akan bias menjawab pertanyaan yang sedang diberikan, dan teman mereka akan menyorak mereka. Pada akhirnya siswa akan terpacu untuk lebih fokus terhadap materi yang sedang disampaikan. 3. Metode praktikum Siswa akan membuktikan bahwa proses fotosintesis memerlukan cahaya matahari dengan cara memilih tanaman berdaun hijau yang terlihat subur dan mendapat sinar matahari yang merata. Setelah itu guru akan menyuruh siswa untuk menutup sepertiga bagian tumbuhan dengan kertas timah aluminium foil. Setelah itu daun akan dijemur di bawah sinar matahari. Setelah itu dengan cairan alkohol daun tersebut direndam beberapa menit untuk melihat perubahan reaksi dari hasil penjemuran sebelumnya. Dari praktikum ini siswa dapat membuktikan apakah cahaya matahari dibutuhkan dalam proses fotosintesis. 4. Situasi kegiatan belajar mengajar secara umum. Kegiatan belajar mengajar kurang efektif disebabkan terbatasnya waktu yang diberikan untuk mempelajari proses fotosintesis. Dikarenakan materi ini hanya bagian dari Bab Tumbuhan Hijau. Dan itu menghambat siswa dalam memahami materi fotosintesis secara mendalam. Tempat belajar mengajar pun terbatas hanya dalam lingkup sekolah. Kesimpulan yang penulis dapatkan yaitu bahwa metode praktikum terbukti lebih efektif diterapkan dalam memberikan penjelasan mengenai materi fotosintesis karena secara langsung siswa akan dituntut untuk melakukan uji coba masing-masing dan apabila terdapat kesulitan dalam praktik, siswa dapat langsung bertanya pada guru sehingga pengetahuan siswa akan bertambah dengan sendirinya. Akan tetapi metode praktikum ini juga mengalami kendala karena tidak semua siswa secara serius mempraktikkan instruksi yang disampaikan guru. Terkadang mereka hanya bercanda dengan teman lainnya.

3.1.2 Wawancara