Kesimpulan Konflik Dalam Relokasi Pasar (Studi Kasus Di Pasar Sutomo,Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Kebijakan relokasi pasar Sutomo telah lama dikeluarkan oleh pemerintah kota Medan. Situasi dan kondisi pasar Sutomo yang masih terlihat tradisional sepertinya tidak layak lagi berada di tengah kota. Perencanaan pemerintah mewujudkan kota Medan menjadi salah satu kota Metropolitan turut mendukung dikeluarkannya kebijakan relokasi tersebut. Kebiakan relokasi tersebut sudah seharusnya dilakukan oleh pemerintah, karena menurut pengamatan kesehariannya, aktifitas pasar Sutomo tersebut menyebabkan berbagai keresahan. Keberadaan pasar Sutomo yang terletak di jalur alternatif kota seringkali menyebabkan kemacetan. Kondisi kebersihan lingkungan pasar pun sangat memprihatinkan. Sampah-sampah berupa plastik-plastik serta sisa-sisa barang dagangan dibuang sembarangan. Konflik yang terjadi pada dasarnya dilatarbelakangi oleh kebijakan relokasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Arah kebijakan relokasi pasar Sutomo itu memang sangat bagus, tetapi dalam perealisasiannya pemerintah kurang konsisten. Kebijakan relokasi yang dikelarkan oleh pemerintah tersebut kurang detail dipahami oleh sebagian besar kalangan pedagang. Para pedagang kurang puas dengan perealisasian kebijakan relokasi tersebut. Pemerintah dinilai hanya menyempaikan janji manis ketika mensosialisasikan kebijakan tersebut. Universitas Sumatera Utara Kebijakan pemerintah dalam merelokasi pasar Sutomo ke Pasar Induk Lau Cih di daerah Tuntungan menuai konflik antara pedagang dengan pemerintah. Para pedagang tidak mendapatkan hal-hal yang dijanjikan pemerintah. Pemerintah memang menyediakan kios-kios di daerah pasar induk, namun para pedagang mengalami kesulitan untuk memeperolehnya. Harga-harga kios yang ditetapkan pemerintah membuat sebagian besar para pedagang sulit untuk membelinya. Mereka tidak memiliki modal yang banyak, belum lagi kios-kios tersebut menjadi bahan rebutan antara pedagang-pedagang yang pindah dari pasar Sutomo dengan para masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar pasar Induk menjadi banyak yang membeli kios-kios tersebut.Intinya adalah kebijakan relokasi yang dilakukan pemerintah ternyata kurang tepat arah dan hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Sarana dan prasarana yang disediakan pemerintah di dalam pasar Induk seolah-olah menjadi sebuah lapangan kerja baru bagi masyarakat Tuntungan khususnya yang tinggal di daerah pasar induk tersebut. Konflik antara pedagang dengan pemerintah terjadi dalam kurun waktu yang lama dan belum jelas penyelesaiannya.Berbagai aksi demonstrasi seringkali dilakukan pedagang. Mereka melakukan demonstrasi di depan kantor Gubernur dan Walikota. Dalam aksi tersebut mereka menyuarakan tuntutan kejelasan nasib mereka yang menggantunggan hidup dari usaha berjualanpedagang. Situasi dan keadaan mereka saat berdemontrasi cukup tragis karena merelakan waktu dan berpanas- panasan di depan kantor pemerintahan tersebut. Mereka bersama-sama berjuang dan meminta agar pemerintah kembali mengizinkan mereka untuk berjualan di lokasi Universitas Sumatera Utara pasar Sutomo seperti biasanya.Demontrasi yang dilakukan para pedagang tersebut merupakan sebuah respon ataupun reaksi terhadap adanya kebijakan relokasi pasar Sutomo. Dalam perealisaian kebijakan relokasi pasar Sutomo itu pemerintah memang telah melakukan sosialisasi dan menebar selebaran terkait pengosongan lokasi pasar Sutomo dari keberadaan pedagang.Itulah informasi dari pihak pemerintah yang dimuat oleh media.Tetapi menurut pengakuan para pedagang dalam permasalahan relokasi ini, pemerintah sebagai pihak yang berkuasa seolah-olah memainkan peranannya sebagai penguasa syang bersifat otoriter.Pedagang yang tergolong masayarakat kecil hanya dapat menunjukkan perannya sebagai golongan rendah yang biasanya menjadi objek tertindas oleh golongan yang besar yang berkuasa.Aksi-aksi yang dilakukan pedagang yang berisikan aspirasi-aspirasi mereka hanya dianggap ocehan belaka oleh pemerintah. Kebijakan relokasi yang sepertinya ditolak oleh para pedagang pasar Sutomo memicu adanya respon pemerintah yang memiliki kekuasaan.Pemerintah melalui kelompok-kelompok jajaranya melakukan peggusuran terhadap pedagang.Mereka mengangkat barang-barang dagangan tersebut dan tidak ada kejelasan kemana semua barang-barang itu dibuat.Hiruk pikuk dan tangisan para pedagang menyertai aktifitas para satpol PP yang sedang menggusur lapak dagangan mereka.Cukup sadis dan seolah-olah para petugas satpol PP tersebut tidak memiliki hati nurani.Pemerintah dalam hal ini tidak begitu memikirkan bahwasanya barang-barang dagangan yang mereka angkut adalah barang-barang dagangangan yang sifatnya titipan.Artinya Universitas Sumatera Utara sebagian besar pedagang-pedagang tersebut hanya bersifat sebagai agen pengecer yang biasanya menerima barang dari agen dan sistem pembayarannya dilakukan setelah barang-barang tersebut terjual. Tindakan penggusuran yang dilakukan oleh petugas Satpol PP tersebut dilakukan berulang kali.Dalam hal ini petugas Satpol PP bersifat sebagai suruhan atau perpanjangan tangan pemerintah.Mereka hanya menerima perintah dari pemerintah.Pemerintah yang menuntut mereka untuk melakukan penggusuran itu.Artinya apapun yang mereka lakukan terhadap para pedagang tidak boleh dinilai negativ.Intinya tetap berada dalam pihak pemerintah yang menjadi sumber aturan yang harus dituruti oleh seluruh jajaran-jajaran dibawahnya termasuk petugas Satpol PP. Penegasan pemerintah dalam kebijakan relokasi pasar Sutomo dengan memastikan pengosongan lokasi pasar Sutomo dari keberadaan pedagang akan dilakukan pada bulan Maret 2017. Sepertinya tidak ada lagi sistem tawar-menawar terhadap pemerintah. Himbauan dari pemerintah sudah dikeluarkan dan dimuat dalam berbagai media surat kabar. Kepastian terhadap nasib para pedagang belum dapat diperkirakan dalam menyikapi dan menyanggupi kebijakan dan rencana pengosongan lokasi pasar Sutomo. Para pedagang tentu tidak akan tinggal diam dalam hal ini karena ketika awal kebijakan tersebut pun dikeluarkan, mereka telah menunjukkan sikap penolakan. Universitas Sumatera Utara

6.2. Kritik dan saran