Karakteristik Informan Penerapan Manajemen Pengetahuan Dalam Pengolahan Grey Literature Pada Perpustakaan Universitas Negeri Medan

49 Tahun 1987 UPT Perpustakaan IKIP Medan pindah ke lokasi kampus baru Jl. Willem Iskandar Pasar V Medan Estate, dengan menempati gedung seluas 3.000 m2 berlantai tiga. Karena kampus IKIP Medan menempati tiga tempat yaitu kampus lama Jl. Merbau, kampus Jl. Pelajar dan Kampus baru Jl. Willem Iskandar Pasar V maka UPT Perpustakaan mengambil kebijakan, sejak tahun 1990 membuka Perpustakaan di tiap-tiap fakultas yang ada dengan sebutan Ruang Baca Fakultas, hal ini dimasudkan untuk mendekatkan koleksi kepada pemakai perpustakaan terutama bagi pengguna yang masih jauh dari UPT Perpustakaan di kampus baru. Pada tanggal 15 Agustus 1989, pimpinan UPT Perpustakaan IKIP Medan diserahterimakan dari Drs. M. Tambunan, MLS kepada Drs. Belling Siregar. Pada tahun 1992 kepala perpustakaan mengikuti tugas belajar di Inggris, maka perpustakaan dipimpin oleh Dra. Ratnawati Dora, SIP sampai tahun 1994. Setelah Drs. Belling Siregar, MLib. selesai tugas belajar UPT Perpustakaan kembali dipimpinnya sampai tahun 1998. Pada tanggal 14 Juli 1998 kepala UPT Perpustakaan diserahterimakan dari Drs. Belling Siregar, M.Lib. kepada Dra. Ratnawati Dora, SIP hingga sekarang.

4.2 Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah Pustakawan bagian Grey Literature dan Repository yang berjumlah 2 orang serta pengguna user koleksi grey literature yang berjumlah 2 orang berikut ini adalah karakteristik informan : 50 Tabel 4.1 : Karateristik Informan Kode Status I 1 Pustakawan bagian pengolahan Grey Literature dan Repository Perpustakaan UNIMED I 2 Pustakawan bagian pengolahan Grey Literature dan Repository Perpustakaan UNIMED I 3 Pengguna Grey Literature di Perpustakaan UNIMED I 4 Pengguna Grey Literature di Perpustakaan UNIMED Informan pertama I 1 adalah informan kunci yang berhasil diwawancarai dengan perkenalan pendekatan terlebih dahulu, I 2 adalah informan yang diusulkan oleh I 1 , sedangkan I 3 , dan I 4 informan yang diusulkan oleh I 2. Kemudian diminta waktu dan kesediaannya untuk diwawancarai, dengan menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan dilakukan wawancara dan setelah itu berkenalan barulah dilakukan wawancara. Proses bertemunya peneliti dengan I ₁ diawali dengan kedatangan peneliti ke Perpustakaan UNIMED dengan menyerahkan surat izin untuk melakukan penelitian pada Perpustakaan UNIMED. I ₁ menyambut kedatangan peneliti dengan terbuka namun I ₁ belum dapat diwawancarai dikarenakan I ₁ sedang sibuk dengan pekerjaannya. I₁ meminta peneliti untuk mewawancarai I 2 terlebih dahulu yang dan setelah itu I 1 bersedia diwawancaai yang kemudian memperjelas hasil dari wawancara I 2 . Untuk informan selanjutnya yaitu I 3 dan I 4 merupakan rujukan dari I 1 yang merupakan pengguna koleksi grey literature yang sedang menyusun tugas akhirskripsi. Wawancara berlangsung secara informal, dengan pedoman wawancara dan wawancara secara mendalam. 51 Suasana dan kondisi wawancara bersifat alamiah artinya apa adanya dan tidak diatur sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Bahasa yang digunakan tidak formal informal, meskipun terkadang penulis menggunakan istilah bidang Ilmu Perpustakaan. Bahasa informal tersebut digunakan dengan tujuan untuk membuka percakapan awal dengan informan. Pertanyaan yang diajukan berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh informan. Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara dengan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan berulang-ulang dan secara mendalam depth interview jika penulis merasa ada yang kurang jelas atau perlu ditambahi dari wawancara sebelumnya.

4.3 Kategori