Pengaruh Ekstrak Daun Yakon (Smallanthus sonchifolia) terhadap Berat Badan, Glukosa Darah, serta Kadar Kolesterol Tikus Diabetes strain Sprague dawley yang Diinduksi dengan Aloksan. 2014

(1)

PENGARUH EKSTRAK DAUN YAKON

(Smallanthus

sonchifolia)

TERHADAP BERAT BADAN, GLUKOSA

DARAH, SERTA KADAR KOLESTEROL TIKUS

DIABETES strain

Sprague dawley

YANG DIINDUKSI

DENGAN ALOKSAN

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

Laras Respati Ardanareswari

NIM : 1111103000098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat kesehatan dan limpahan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan nabi Muhammad saw yang senantiasa kita nantikan syafaatnya kelak di hari akhir.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penelitian ini akan sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen di prodi pendidikan dokter yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D, dan dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM, selaku dosen pembimbing penelitian yang telah mencurahkan waktu dan pikiran untuk selalu membimbing, menyemangati, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Ibu Nurlaely Mida, M.Biomed, Ph.D selaku penanggungjawab (PJ) laboratorium Animal house, ibu Zeti Haryyati selaku PJ laboratorium Biologi, Ibu Endah Wulandari selaku PJ laboratorium Biokimia, dr. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D, dan dr. Nurul Hiedayati, Ph.D yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada penelitian ini.

5. Kedua orang tua tercinta, Edi Solehulhadi dan Mimin Halimi yang selalu mencurahkan kasih dan sayangnya, melimpahkan doa, dan semangat kepada penulis. Untuk kedua adik penulis, Dwiaji Tantu Panggelaran dan Trijati Danang Anjampiani yang senantiasa menyemangati penulis dalam mencari ilmu di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

vi

mana tanpanya mungkin penulis tidak bisa menjalani kehidupan sebagai mahasiswa kedokteran di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Untuk teman-teman seperjuangan, Kandang Gals and Boys: Elza Amelia Firdaus, Norma Maulidatul Fitria, Annisatul Muqorrobin, Candra Ahmad Hanif Rasyidi, dan Hermansyah. Terimakasih untuk semangat dan dukungan yang luar atas terlaksananya penelitian ini.

8. Untuk Mas Arif yang senantiasa membantu dan mendukung penelitian ini, mulai dari persiapan riset sampai selesainya penyusunan skripsi.

9. Johan Lazuardi, Salma AW, Syifa Qurratu A, dan Evi Nurul H, serta seluruh laboran yang terlibat Bu Ayi, Mba Suryani, Mas Rachmadi, dan Mas Panji yang sangat membantu berlangsungnya penelitian ini.

10.Kepada seluruh mahasiswa PSPD 2011 dan seluruh teman, sahabat, keluarga, serta pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan penelitian ini.

Demikian laporan penelitian ini ditulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Ciputat, 30 Agustus 2014


(7)

vii

ABSTRAK

Laras Respati Ardanareswari. Program Studi Pendidikan Dokter. Pengaruh Ekstrak Daun Yakon (Smallanthus sonchifolia)terhadap Berat Badan, Glukosa Darah, serta Kadar Kolesterol Tikus Diabetes strain Sprague dawley yang Diinduksi dengan Aloksan. 2014.

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah dan gangguan metabolisme dari karbohidrat, protein, dan lemak yang berhubungan dengan defisiensi atau resistensi insulin. Daun yakon (Smallanthus sonchifolia) merupakan tumbuhan yang ditemukan di pegunungan Andes, Peru, yang digunakan dalam pengobatan tradisional. Daun yakon diketahui mempunyai efek hipoglikemik dan dapat digunakan sebagai terapi diabetes. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun yakon dapat menurunkan kadar gula darah dan kolesterol secara bermakna (p<0,05) pada tikus diabetes. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek dari ekstrak daun yakon dengan dosis 300 mg/kgbb secara oral selama 14 hari terhadap berat badan, kadar glukosa darah, serta kadar kolesterol pada tikus Sprague dawley yang diinduksi dengan aloksan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kenaikan berat badan sebesar 7,69% pada kelompok terapi, meskipun tidak signifikan secara statistik. Kadar glukosa darah menurun secara signifikan pada kelompok terapi sebesar 29,0%. Rerata kadar kolesterol pada kelompok terapi sebesar 137,72 mg/dl lebih rendah dibandingkan dengan kelompok diabetes (250,92%). Hasil tersebut signifikan secara statistik. Dapat disimpulkan bahwa daun yakon (Smallanthus sonchifolia) mempunyai efek hipoglikemik dan mungkin hipolipidemik pada tikus diabetes strain Sprague dawley, tetapi tidak dengan berat badan tikus.

Kata kunci: Daun yakon, glukosa darah, kolesterol, diabetes

ABSTRACT

Laras Respati Ardanareswari. Medical Education Study Program. Effect of Yacon Leaf Extract (Smallanthus sonchifola) on Weight Body, Blood Glucose, and Cholesterol Levels Sprague Dawley Diabetic Rats Were Induced By Alloxan. 2014.

Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease characterized by elevated levels of blood glucose and impaired metabolism of carbohydrates, proteins, and fats are associated with a deficiency or insulin resistance. Yacon leaf (Smallanthus sonchifolia) is a native plant of Andes, Peru, used in traditional medicine. Yacon leaf known have hypoglicemic effect and can be use for therapy of diabetes. Previous research proved that extract of yacon leaf can decrease glucose and cholesterol plasma levels significantly (p<0,05) in diabetes rats. This study purpose to determine the effect of yacon leaf extarct dose 300 mg/kg b.w for 14 days on body weight, blood levels, and cholesterol levels in Sprague dawley rats induced by alloxan. The result are increased of body weight 7,69% in therapy group, but not significantly in statistic. There are decreased of blood glucose levels significantly in therapy group 29,0%. And average of cholesterol level in therapy group 137,72 mg/dl is the lower than the diabetes group (250,92%). This result is significant in statistic test. This can be concluded that yacon leaf (Smallanthus sonchifolia) has glycemic effect and possible as a hypolipidemic agent to Sprague dawley diabetic rats that induced by alloxan, but not in body weight.


(8)

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang ... 1

1. 2 Rumusan Masalah ... 3

1. 3 Tujuan Penelitian ... 3

1. 3. 1 Tujuan Umum ... 3

1. 3. 2 Tujuan Khusus ... 4

1. 4 Manfaat Penelitian ... 4

1. 4. 1 Bagi Peneliti ... 4

1. 4. 2 Bagi Institusi ... 4

1. 4. 3 Bagi Masyarakat ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

2. 1 Landasan Teori ... 5

2. 1. 1 Pankreas ... 5

2. 1. 2 Diabetes Mellitus (DM) ... 8

2. 1. 2. 1 Definisi ... 8

2. 1. 2. 2 Klasifikasi ... 8

2. 1. 3 Patofisiologi DM ... 10

2. 1. 4 Diagnosis pada DM ... 11


(9)

ix

2. 1. 6 Komplikasi DM ... 13

2. 1. 7 Penatalaksanaan DM ... 15

2. 1. 8 Daun Yakon (Smallanthus Sonchifolia) ... 16

2. 1. 9 Kandungan Kimia Daun Yakon (Smallanthus Sonchifolia) ... 18

2. 2 Aloksan ... 19

2. 3 Kerangka Konsep ... 20

2. 4 Definisi Operasional ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3. 1 Disain Penelitian ... 22

3. 2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

3. 2. 1 Waktu Penelitian ... 22

3. 2. 2 Tempat Penelitian ... 22

3. 3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

3. 3.1 Kriteria Inklusi ... 23

3. 4 Cara Kerja Penelitian ... 23

3. 4. 1 Alat Penelitian ... 23

3. 4. 2 Bahan Penelitian ... 23

3. 4. 3 Proses Ekstraksi ... 24

3. 4. 4 Adaptasi Hewan Sampel ... 24

3. 4. 5 Induksi Tikus dengan Aloksan ... 24

3. 4. 6 Pemberian Ekstrak Daun Yakon pada Tikus ... 25

3. 4. 7 Pengukuran Sampel ... 25

3. 4. 7. 1 Glukosa Darah Tikus ... 25

3. 4. 7. 2 Berat Badan Tikus ... 25

3. 4. 7. 3 Kolestrol Darah Tikus ... 25

3. 5 Alur Penelitian ... 26

3. 6 Pengolahan dan Analisis Penelitian ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4. 1 Berat Badan (BB) ... 28

4. 2 Glukosa Darah ... 29


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

5. 1 Kesimpulan ... 34

5. 2 Saran ... 34

BAB VI KERJA SAMA RISET ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi DM: tipe 1, tipe 2, tipe lain, dan DM gestasional... 9 Tabel 2.2 Karakteristik Klinis Pasien dengan DM Tipe 1 dan Tipe 2 ... 10 Tabel 2.3 Mekanisme Kerja, Efek Samping, dan Pengaruh Obat Terhadap

Penurunan A1C ... 16 Tabel 4.1 Perubahan BB Tikus Setiap Kelompok ... 28 Tabel 4.2 Hasil Analisa BB Tikus Setiap Kelompok ... 29 Tabel 4.3 Perubahan Kadar Glukosa Darah Tikus Setiap Kelompok Penelitian . 29 Tabel 4.4 Hasil Analisa Data Kadar Glukosa DarahTikus Setiap Kelompok

Penelitian ... 31 Tabel 4.5 Rerata Kadar Kolesterol Darah Setiap Kelompok Penelitian ... 32 Tabel 4.6 Hasil Analisa Data Kolesterol Setiap Kelompok Penelitian ... 33


(12)

xii

Grafik 4.1 Rerata BB Setiap Kelompok Penelitian ... 28 Grafik 4.2 Rerata Glukosa Darah Tikus Setiap Kelompok Penelitian ... 31 Grafik 4.2 Rerata Kolesterol Darah Tikus Setiap Kelompok Penelitian ... 31


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi pankreas terlihat bagian pankreas yaitu caput, corpus dan

cauda ... 5

Gambar 2.2 Tipe sel α, sel , dan sel D pada pulau Langerhans ... 6

Gambar 2.3 Pengaruh Insulin Terhadap Sel dan Glukosa ... 8

Gambar 2.4 Langkah-Langkah Diagnosis DM ... 12

Gambar 2.5 Daun Smallanthus Sonchifolia ... 18

Gambar 7.1 Hasil Determinasi Tanaman ... 38

Gambar 7.2 Surat Keterangan Sehat Tikus ... 39

Gambar 7.3 Daun Insulin Yang Telah Dihaluskan ... 42

Gambar 7.4 Penimbangan Daun Yakon ... 42

Gambar 7.5 Pencampuran Daun Yakon Dengan Ethanol 70% ... 42

Gambar 7.6 Ekstrak Kering Daun Yakon ... 42

Gambar 7.7 Proses Penumbukan Ekstrak Kering ... 42

Gambar 7.8 Penimbangan Ekstrak Kering Yang Sudah Dihaluskan ... 42

Gambar 7.9 Sampel Penelitian ... 43

Gambar 7.10 Proses Adaptasi ... 43

Gambar 7.11 Pengukuran BB Sampel ... 43

Gambar 7.12 Pembiusan Dengan Ether ... 43

Gambar 7.13 Proses Pengukuran Kadar Glukosa Darah ... 43

Gambar 7.14 Hasil Glukosa Darah ... 43

Gambar 7.15 Sacrificed Dan Pengambilan Darah Vena ... 44

Gambar 7.16 Sampel Darah ... 44

Gambar 7.17 Pengambilan Plasma Setelah Disentrifuse ... 44

Gambar 7.18 Penyimpanan Plasma Dikulkas -80’C ... 44

Gambar 7.19 Aloksan ... 44

Gambar 7.20 Pemeriksaan Kolesterol ... 44

Gambar 7.21 Pencampuran Plasma Dengan Kit Kolesterol ... 45


(14)

xiv

Lampiran 1 Hasil Determinasi Tanaman Uji ... 38

Lampiran 2 Surat Keterangan Sehat Tikus ... 39

Lampiran 3 Data Hasil Analisi Uji Statistik ... 40

Lampiran 4 Gambar Proses Pembuatan Ekstrak ... 42

Lampiran 5 Gambar Proses Penelitian ... 43

Lampiran 6 Cara Perhitungan ... 46


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis tidak menular dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan. Kadar gula darah dengan nilai >126 mg/dl dalam keadaan puasa dinyatakan tinggi dan menderita DM.1

DM merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat secara global di dunia sebagai insiden yang semakin meningkat dari hari ke hari dan sekarang muncul sebagai epidemik global yang mempengaruhi sekitar 285 juta orang di dunia yang akan mengalami peningkatan sampai 439 juta pada tahun 2030. International Diabetic Federation (IDF) memperkirakan di tahun 2025 sebanyak 380 juta orang di dunia menderita diabetes.1

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang banyak terdapat di Indonesia. Pada tahun 1995, Indonesia menempati urutan tertinggi ke-7 untuk kasus diabetes, sebagian besar merupakan diabetes tipe 2. Menurut survey yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) tahun 2000 Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat dengan jumlah penderita sebesar 8,4 juta orang. Jumlah ini diasumsikan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2030. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2003 prevalensi diabetes pada penduduk diatas 20 tahun sebanyak 13,7 juta orang.2

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diabetes di Indonesia menempati urutan ke-6 penyakit penyebab kematian (5,8 %) setelah stoke, tuberkulosis, hipertensi, cedera dan perinatal. Diabetes penyebab kematian pada kelompok usia 45-54 tahun didaerah perkotaan


(16)

menduduki peringkat ke-2 yaitu 14,7%, dan di daerah pedesaan, diabetes menduduki peringkat ke-6 yaitu 5,8 % .2

DM akan menimbulkan komplikasi baik yang bersifat akut maupun kronik. Komplikasi akut antara lain ketoasidosis diabetik, hiperglikemi hiperosmolar, dan hipoglikemia. Komplikasi kronik yang menahun dapat menimbulkan makroangiopati dan mikroangiopati. Komplikasi makroangiopati meliputi kelainan kardiovaskuler, kelainan serebrovaskuler, dan kelainan pembuluh darah. Komplikasi mikroangiopati meliputi retinopati dan nefropati.2

Permasalahan diatas akan bertambah besar jika tidak ada upaya pengobatan dan pencegahan. Di zaman modern ini telah dikembangkan obat-obatan dari zat kimia yang banyak digunakan untuk pengobatan diabetes, tetapi terdapat banyak efek samping dan harga obat-obatan tersebut masih mahal. Pada beberapa tahun ini, banyak yang tertarik untuk menggunakan produk alami sebagai cara untuk melengkapi ataupun mengganti terapi diabetes. Pada kasus diabetes, penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa banyak ekstrak tumbuhan yang efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan efek samping yang lebih rendah dan dengan harga yang lebih murah dibandingkan obat anti diabetik biasanya.3

Banyak tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan diabetes, salah satunya adalah daun yakon (Smallanthus sonchifolia). Daun yakon merupakan tumbuhan yang ditemukan di pegunungan Andes, Peru yang digunakan dalam pengobatan tradisional diabetes.3 Di Indonesia, daun yakon jarang dibudidayakan melainkan hanya dijadikan tanaman pagar. Tanaman ini tumbuh liar dipinggir sungai ataupun pekarangan. Tanaman ini kurang dikenal oleh masyarakat. Kebanyakan daun yakon ditanam dihalaman rumah keluarga yang menderita diabetes.

Tumbuhan yakon menghasilkan akar besar yang mirip dengan tanaman kentang manis, tetapi tanaman yakon memiliki rasa yang lebih manis. Tanaman ini tahan terhadap kondisi yang ekstrim dan dapat tumbuh alam kondisi panas dan dingin.10

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun yakon memiliki beberapa efek biologis antara lain : mencegah migrasi polymorphonuclear leucocyites, immunomodulasi, antioksidan, dan efek sitoprotektor.3


(17)

3

Daun yakon juga bisa digunakan untuk penatalaksaan diabetes. Daun yakon mengandung fruktooligosakarida yang berperan untuk memodulasi sindrom metabolik dan dislipidemia. Fruktooligosakarida juga memiliki aktivitas prebiotik. Mekanisme prebiotik dengan mengatur metabolisme kolesterol melalui proses assimilation yang dapat menurunkan absorbsi kolesterol di usus halus.Selain itu, senyawa phenolic pada ekstrak daun yakon mengandung senyawa aktif yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan menghambat α-glukosidase.3

Penelitian yang dilakukan oleh Silmara Baroni, et al. (2008) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun yakon dengan dosis 400 mg/kgBB secara oral selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus.3

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun yakon terhadap kadar glukosa darah, berat badan, serta kadar lipid terutama kolesterol darah pada tikus Sprague dawley yang diinduksi dengan aloksan dalam waktu 14 hari dengan menggunakan dosis 300 mg/kgBB.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ekstrak daun yakon dengan dosis 300 mg/kgBB yang diberikan secara oral dapat mempengaruri berat badan dalam jangka waktu 14 hari pada tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan?

2. Apakah ekstrak daun yakon dengan dosis 300 mg/kgBB yang diberikan secara oral dapat menurunkan kadar gula darah dalam jangka waktu 14 hari pada tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan?

3. Apakah ekstrak daun yakon dengan dosis 300 mg/kgBB yang diberikan secara oral dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam jangka waktu 14 hari pada tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolia) terhadap kadar glukosa darah, berat badan, dan kadar kolesterol darah tikus DM.


(18)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui efek ekstrak daun yakon 300 mg/kgBB yang diberikan secara oral terhadap penurunan kadar gula darah dalam jangka waktu 14 hari pada tikus yang diinduksi aloksan.

2. Untuk mengetahui efek ekstrak daun yakon 300 mg/kgBB yang diberikan secara oral dapat mempengaruhi berat badan dalam jangka waktu 14 hari pada tikus yang diinduksi aloksan.

3. Untuk mengetahui efek ekstrak daun yakon 300 mg/kgBB yang diberikan secara oral dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah dalam jangka waktu 14 hari pada tikus yang diinduksi aloksan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

1. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian dengan metode eksperimental terutama di bidang kesehatan.

2. Mendapat pengetahuan mengenai tanaman herbal yang bermanfaat di Indonesia.

3. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.4.2 Bagi Institusi

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan efek ekstrak daun yakon sebagai anti diabetes.

2. Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Referensi tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih dalam bagi peneliti yang lain.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Sebagai informasi tambahan bagi masyarakat untuk mengatasi kadar glukosa darah yang tinggi karena diabetes.


(19)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pankreas

Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari kelenjar endokrin dan eksokrin. Pankreas berukuran 12,5 – 15 cm dan terletak dilengkung duodenum. Pankreas terdiri dari beberapa bagian seperti terlihat pada gambar 2.1 yaitu caput, corpus, dan cauda. 4,6 Pankreas tersusun oleh dua jenis jaringan yaitu: (1) acini, kelenjar eksokrin yang menyekresikan enzim pencernaan ke duodenum, dan (2) islet of Langerhans (pulau Langerhans), kelenjar endokrin yang menyekresikan insulin dan glukagon secara langsung kedalam darah.4,5

Gambar 2.1. Anatomi pankreas terlihat bagian pankreas yaitu caput, corpus dan cauda

Sumber : Tortorra, 2009

Pada pankreas terdapat 1-2 juta kelompokan sel dari jaringan endokrin yang disebut pulau Langerhans. Pulau Langerhans memiliki beberapa jenis sel,yaitu : 4,5,6


(20)

Sel α, sekitar 17% dalam sel pulau Langerhans yang menyekresikan

glukagon.

Sel β, sekitar 70% dalam sel pulau Langerhans, sekresi insulin.

Sel D, sekitar 7% dalam sel pulau Langerhans, sekseri somatostatin.Sel F, sekresi polipeptida pankreas.

Gambar 2.2 Tipe sel α, sel , dan sel D pada pulau Langerhans

Sumber : Sherwood, 2011

Insulin merupakan hormon yang disekresikan oleh sel β pulau Langerhans. Pankreas manusia mensekresikan sekitar 30 unit insulin tiap hari. Konsentrasi basal insulin pada orang normal yang berpuasa adalah 10 μU/ml dan akan meningkat pada keadaan setelah makan mencapai 100

μU/ml. Peningkatan konsentrasi insulin di perifer dimulai pada menit ke

8-10 setelah makan dengan konsentrasi puncak 30-45 menit setelah makan. Insulin terdiri dari 51 asam amino dan mengandung rantai α (21 asam amino) dan β (30 asam amino). Kedua rantai ini dihubungkan oleh

jembatan disulfida pada posisi 6 dan 11 rantai α.4

Insulin bekerja dengan cara berikatan dengan subunit α reseptor insulin sehingga sub unit β mengalami autofosforilasi. Selanjutnya sub unit

β memfosforilasikan substrat intra sel (IRS 1 dan IRS 2) yang akan

mengaktivasi kinase dan fosfatase. Aktivasi kinase dan fosfatase menuju ke jalan metabolik untuk meregulasi metabolisme nutrien. Selain itu,


(21)

7

fosfotidilinositol 3 kinase membantu pergerakan vesikel GLUT-4 (glucose transporter) ke membran sel. Efek insulin terdapat pada 3 jaringan, yaitu di hati, otot, dan jaringan adiposa. Efek insulin dihati yaitu menurunkan glikogenolisis, meningkatkan glikogenesis, meningkatkan sintesis trigliserida dan very low density lipoprotein (VLDL), menurukan konversi asam lemak dan asam amino. Di otot, insulin berefek untuk meningkatkan sintesis protein dan meningkatkan sintesis glukagon. Insulin juga berperan dalam membantu meningkatkan penyimpanan trigliserida di hati.4,6

Gambar 2.3 Pengaruh insulin terhadap sel dan glukosa darah

Sumber : Gardner, 2007

Glukosa bersifat impermeable terhadap membran sel sehingga glukosa memerlukan sebuah “carrier” agar bisa masuk ke dalam sel, yaitu dengan bantuan GLUT protein. Glukosa darah yang meningkat akan menginduksi sekresi insulin oleh sel β pankreas. Begitu juga jika kadar asam amino dalam darah meningkat, maka akan memicu sekresi insulin. Insulin mempunyai reseptor insulin di sel target yang menyebabkan terbentuknya sinyal, sehingga GLUT akan berpindah ke permukaan sel dan glukosa dapat masuk ke dalam sel. Glukosa dalam sel akan dimanfaatkan


(22)

untuk berbagai hal, seperti menghasilkan energi, sintesis glikogen, lipid, dan asam amino yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah menurun.7,8

Metabolisme protein juga dipengaruhi oleh insulin. Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis protein. Insulin menstimulasi transpor aktif asam amino dari darah ke otot dan jaringan, sehingga kadar asam amino turun dan tersedianya bahan untuk membentuk protein dalam sel. Insulin meningkatkan inkorporasi asam amino menjadi protein dalam sel dan menghambat proses penguraian protein.6

Insulin juga mempunyai efek terhadap metabolisme lemak secara fisiologis, antara lain menurunkan asam lemak darah dan mendorong penyimpanan trigliserida, meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam sel jaringan lemak, meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel jaringan lemak melalui rekruitment GLUT-4, mendorong reaksi kimia dengan menggunakan turunan asam lemak dan glukosa untuk sintesis trigliserida, menghambat lipolisis, dan mengurangi pembebasan asam lemak dari jaringan lemak ke dalam darah.5,6

2.1.2 Diabetes Melitus (DM) 2.1.2.1 Definisi

Diabetes melitus didefinisikan sebagai sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat menurunnya sekresi insulin atau berkurangnya sensitivitas terhadap insulin.5

2.1.2.2 Klasifikasi

Terdapat 2 tipe utama DM,yaitu : 2,10

DM tipe 1, disebut juga insulin dependent diabetes mellitus

(IDDM), yang disebabkan berkurangnya sekresi insulin oleh sel β pankreas.

DM tipe 2, disebut juga non-insulin dependent diabetes


(23)

9

insulin yang normal atau bahkan meningkat tetapi sensitivitas sel sasaran terhadap insulin berkurang.

Klasifikasi DM berdasarkan American Diabetes Association (ADA) terdapat pada tabel dibawah: 2,7,18

Tabel 2.1 DM dibagi menjadi tipe 1, tipe 2, tipe lain dan DM gestasional  Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi absolut

Autoimun Idiopatik

 Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resisensi insulin

 Tipe lain Defek genetik fungsi sel beta Defek genetik kerja insulin Penyakit eksokrin pankreas Endokrinopati

Karena obat atau zat kimia Infeksi

Sebab imunologi yang jarang

Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

 Diabetes melitus gestasional

Sumber : PERKENI, 2011

DM tipe 1 diakibatkan oleh adanya kerusakan sel beta pankreas maupun akibat dari penyakit lain yang dapat mengganggu produksi insulin.5 DM tipe 1 disebabkan oleh adanya reaksi autoimun terhadap protein sel pulau Langerhans pankreas. Terdapat hubungan yang kuat antara IDDM dan penyakit autoimun endokrin yang lain, dan meningkatnya insidensi penyakit autoimun terlihat juga dalam keluarga yang menderita DM.9 Faktor herediter juga dapat menyebabkan kerusakan sel beta pankreas.5

DM tipe 2 disebabkan oleh berkurangnya kepekaan sel sasaran terhadap insulin yang dikenal sebagai resistensi insulin. Resistensi insulin diakibatkan oleh kelainan jaras insulin yang dapat disebabkan oleh adanya efek toksik dari akumulasi lipid di jaringan. Resistensi insulin dapat dijadikan gambaran telah


(24)

terjadinya sindrom metabolik. Gambaran sindrom metabolik antara lain obesitas, resistensi insulin, hiperglikemi puasa, abnormalitas lipid, dan hipertensi. Sindrom metabolik berdampak utama pada kelainan kardiovaskular seperti aterosklerosis.5,14

Tabel 2.2 Karakteristik Klinis Pasien dengan DM Tipe 1 Dan Tipe 2

Gambaran Tipe 1 Tipe 2

Onset usia Biasanya kurang dari 20 tahun Lebih dari 30 tahun Massa tubuh Rendah sampai normal Obesitas

Insulin plasma Rendah atau tidak ada Normal sampai tinggi Glukagon plasma Tinggi, dapat disupresi Tinggi, resisten terhadap

supresor Glukosa plasma Meningkat Meningkat Sensitivitas insulin Normal Menurun

Terapi Insulin

Kurangi berat badan, thiazolidinedion, metformin, sulfonilurea, insulin

Sumber : Ozougwu, 2013

Selain itu terdapat tipe diabetes lain, yaitu diabetes melitus gestasional (GDM) yang didefinisikan sebagai suatu toleransi glukosa yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil.1 Faktor risiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat GDM terdahulu.7

2.1.3 Patofisiologi DM

Destruksi sel β pankreas dapat menyebabkan defisiensi sekresi

insulin (DM tipe 1) maupun resistensi insulin (DM tipe 2) yang akan mengakibatkan terganggunya proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dalam tubuh.8,9

Pada pasien DM terjadi peningkatan pengeluaran glukosa hati yang tidak terkontrol. Peningkatan produksi glukosa hati dan penurunan metabolisme jaringan perifer menyebabkan tingginya kadar glukosa darah. Ketika kemampuan ginjal untuk mengabsorbsi glukosa menurun, maka akan terjadi glukosuria. Glukosa merupakan diuresis osmotik, ketika kadar


(25)

11

glukosa darah tinggi dan melebihi ambang filtrasi glukosa diginjal, maka akan terdapat glukosa di urin yang dapat menarik air dari tubulus ginjal sehingga volume urin meningkat. Hal ini akan menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit tubuh. Kehilangan cairan tersebut akan mengaktivasi mekanisme haus sehingga pasien DM akan sering minum (polidipsi). Adanya ketidakseimbangan kalori yang disebabkan oleh glukosuria dan katabolisme jaringan juga akan meningkatkan rasa lapar, sehingga pasien DM akan banyak makan (polifagia).8

Insulin berperan dalam menstimulasi penyimpanan energi makanan dalam bentuk glikogen dalam sel hepar dan otot skeletal. Insulin menstimulasi sel hepar untuk mensintesis dan menyimpan trigliserida di jaringan adiposa. Pada pasien DM, mobilisasi trigliserida terjadi secara cepat dan tidak terkontrol, sehingga akan menimbulkan tingginya asam lemak bebas dalam darah. Hal ini akan mempengaruhi keseimbangan lipid, sehingga dapat terjadi keadaan hiperlipidemia pada pasien DM.8

Defisiensi insulin menyebabkan peningkatan katabolisme protein. Peningkatan kecepatan proteolisis akan menyebabkan meningkatnya konsentrasi asam amino dalam darah. Asam amino merupakan prekursor glikoneogenesis hati dan ginjal, sehingga jika kadar asam amino darah tinggi, maka akan menyebabkan hiperglikemia.8

2.1.4 Diagnosis DM

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah. Untuk pemeriksaan glukosa dianjurkan dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.1

Diagnosis klinis DM dipikirkan dengan adanya keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsi, dan polifagia serta penurunan berat badan. Keluhan lainnya adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritas vulvae pada wanita. Jika terdapat keluhan khas DM dengan pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl cukup untuk mendiagnosis DM. Hasil pemeriksaan glukosa darah


(26)

Langkah-langkah diagnosis DM seperti terlihat pada gambar 2.4 dibawah ini :1

Gambar 2.4 Langkah-langkah diagnostik DM

Sumber : IPD UI, 2009

2.1.5 Dislipidemia pada DM

Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid utama dalam plasma. Fraksi lipid utama dalam tubuh adalah peningkatan low-density lipoprotein (LDL), peningkatan kolesterol total, peningkatan trigliserida (TG), dan penurunan high-density lipoprotein (HDL). Dislipidemia sering ditemukan pada resistensi insulin atau DM tipe 2, meskipun dengan gula darah terkontrol. Dislipidemia ini diduga berhubungan dengan hiperinsulinemia. Pada resistensi insulin terjadi peningkatan lipolisis, sehingga terjadi peningkatan asam lemak bebas dalam plasma yang selanjutnya akan meningkatkan uptake asam lemak bebas ke dalam liver. Selain itu terjadi peningkatan sintesis TG de novo di liver karena insulinemia merangsang ekspresi sterol regulation element binding protein (SREBP1c), protein ini


(27)

13

berfungsi sebagai faktor transkripsi yang mengaktifasi gen yang terlibat lipogenesis di liver. Peningkatan protein kolesterol ester transferase dan hepatic lipase akan mengakibatkan terjadinya peningkatan very low density lipoprotein (VLDL) yang selanjutnya menjadi small dense LDL. Dengan meningkatnya kadal VLDL, maka katabolisme HDL juga meningkat, sehingga HDL menjadi rendah. Beberapa mekanisme diatas menjelaskan rendahnya HDL, tingginya TG, dan small dense LDL pada DM tipe 2.1

2.1.6 Komplikasi DM

Jika tidak dikelola dengan baik, maka DM akan menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi baik yang bersifat akut maupun kronik. Komplikasi DM dapat dibagi dalam 2 kategori mayor, yaitu : (1) komplikasi metabolit akut, dan (2) komplikasi vaskular jangka panjang. 2,7

Komplikasi metabolit akut pada DM disebabkan oleh adanya perubahan yang relatif akut dari kadar glukosa darah. Komplikasi metabolit akut pada DM antaralain :7

 Ketoasidosis diabetik (KAD), komplikasi akut paling serius pada pasien DM tipe 1. Pada KAD, kadar insulin plasma sangat menurun, terjadi hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton yang mengakibatkan ketosis (ketonuria dan ketonemia). Pada keadaan ini pasien DM dapat mengalami dehidrasi dan kekurangan elektrolit yang dapat menyebabkan hipotensi dan syok, bahkan mengalami koma.

 Status hiperglikemi hiperosmolar koma nonketotik (HHNK), biasa terjadi pada DM tipe 2. Akibat defisiensi insulin relatif, muncul hiperglikemia (kadar glukosa >600mg/dl) tanpa ketosis dan dapat menyebabkan dehidrasi berat dan penurunan kesadaran pada pasien.  Hipoglikemia. Jika serangan hipoglikemik berlangsung lama maka

akan menyebabkan kerusakan otak yang permanen atau bahkan mengalami kematian.


(28)

Komplikasi vaskular kronik dapat menimbulkan makroangiopati dan mikroangiopati. Komplikasi makroangiopati meliputi kelainan kardiovaskuler, kelainan serebrovaskuler, dan kelainan pembuluh darah.2 Makroangiopati memiliki gambaran histologi berupa aterosklerosis. Gangguan biokimia akibat insufisiensi insulin dapat menyebabkan beberapa gangguan, antara lain penimbunan sorbitol dalam intima vaskuler, hiperlipoproteinemia, dan kelainan pembentukan darah. Makroangiopati dapat menyebabkan penyumbatan vaskuler. Jika mengenai arteri perifer maka akan menyebabkan insufisiensi vaskular perifer disertai claudicatio intermitten dan gangren pada ekstremitas, serta stroke. Jika mengenai arteri koronaria dan aorta maka akan menyebabkan terjadinya angina dan infark miokardium.7

Mikroangiopati melibatkan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati dibaetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik), saraf perifer (neuropati diabetik), otot-otot serta kulit.2,7

Pada retinopati diabetik proliferatif, sel perisit menghilang dan terjadi pembentukan mikroaneurisma. Selain itu, terjadi pula hambatan aliran pembuluh darah yang akan menghambat kapiler. Semua kelainan tersebut akan menyebabkan kelainan mikrovaskular yaitu lokus iskemik dan hipoksia lokal. Sel retina merespon dengan meningkatkan ekspresi faktor pertumbuhan endotel vaskular (Vascular Endothelial Growth Factor) yang akan memacu terjadinya neovaskularisasi pembuluh darah.1 Hal ini dapat mengakibatkan kebutaan.7

Pada nefropati diabetik, tekanan glomerular meningkat disertai peningkatan matriks intraselular sehingga menyebabkan terjadinya penebalan membran basal, ekspansi mesangial, dan hipertrofi glomerular. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya area filtrasi yang menyebabkan terjadinya glomerulosklerosis.1

Neuropati diabetik dan katarak disebabkan oleh adanya gangguan pada jalur poliol, dimana terjadi perubahan glukosa menjadi sorbitol dan fruktosa akibat kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa akan


(29)

15

mengakibatkan terjadinya katarak dan kebutaan. Pada saraf, sorbitol dan fruktosa akan menimbulkan neuropati akibat adanya aktivitas biokimia yang mengganggu aktivitas metabolik sel Schwan dan menyebabkan hilangnya akson. Sehingga kecepatan konduksi motorik akan berkurang. Selanjutnya timbul nyeri, parastesi, berkurangnya propioseptik, muncul kelemahan otot dan atrofi.7

2.1.7 Penatalaksanaan DM

Terdapat 4 pilar untuk penatalaksaan DM, yaitu : edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis. Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu, biasanya 2-4 minggu. Jika kadar glukosa darah belum mencapai sasaran maka diberikan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral dan atau suntikan insulin. Dalam keadaan dekompensasi metabolik kronik seperti ketoasidosis, stres berat, BB turun dengan cepat dan ketonuria maka langsung diberikan insulin.2

Empat pilar penatalaksaan DM adalah sebagai berikut : 2,17  Edukasi

Prinsip yang harus diperhatikan dalam proses edukasi pasien DM diantaranya adalah memberikan dukungan dan nasehat positif serta hindari terjadinya kecemasan, memberikan informasi secara bertahap, dan melakukan diskusi program pengobatan secara terbuka menurut keinginan pasien.

 Terapi gizi medis

Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan makan dengan masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada pasien DM perlu diperhatikan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.


(30)

Untuk pasien DM latihan jasmani meliputi kegiatan jasmani sehari-hari secara teratur (3-4 kali seminggu) selama ± 30 menit.

 Terapi farmakologis

Diberikan bersama-sama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis tersebut dapat berupa obat oral atau dalam bentuk suntikan. Obat hipoglikemik oral terdiri dari golongan pemicu sekresi insulin (Sulfonilurea dan Glinid), peningkat sekresi insulin (Metformin dan Tiazolidindion), penghambat glukoneogenesis (Metformin), penghambat absorbsi glukosa

(inhibitor α glukosidase) dan DPP-IV inhibitor. Terapi suntikan

yang diberikan adalah insulin. Indikasi pemberian insulin antara lain : DM tipe 1 absolut terjadi penurunan berat badan yang sangat cepat, hiperglikemia berat disertai ketosis, dan ketoasidosis diabetik.

Tabel 2.3 Mekanisme kerja, efek samping utama, dan pengaruh obat terhadap penurunan A1C

Cara kerja utama Efek samping utama Penurunan A1C

Sulfonilurea Meningkatkan sekresi insulin

BB naik, hipoglikemia

1,5-2 % Glinid Meningkatkan

sekresi insulin

BB naik, hipoglikemia

? Metformin Menekan produksi

glukosa hati & menambah sensitivitas terhadap insulin Diare, dispepsia, asidosis laktat 1,5-2% Penghambat glukosidase alfa Menghambat absorbsi glukosa Flatulens, tinja lembek 0,5-1% Tiazolidindion Menambah

sensitivitas terhadap insulin

Edema 1,3%

Insulin Menekan produksi glukosa hati, stimulasi pemanfaatan glukosa Hipoglikemia, BB naik Potensial sampai normal

Sumber : PERKENI, 2011

2.1.8 Daun Yakon (Smallanthus sonchifolia)

Daun yakon merupakan tumbuhan yang ditemukan di pegunungan Andes, Peru, yang digunakan dalam pengobatan tradisional.3 Di Indonesia, daun yakon jarang dibudidayakan melainkan hanya dijadikan tanaman


(31)

17

pagar. Tanaman ini tumbuh liar dipinggir sungai ataupun pekarangan. Tanaman ini kurang dikenal oleh masyarakat. Kebanyakan daun yakon ditanam dihalaman rumah keluarga yang menderita diabetes.

Tumbuhan yakon menghasilkan akar besar yang mirip dengan tanaman kentang manis, tetapi tanaman yakon memiliki rasa yang lebih manis. Tanaman ini tahan terhadap kondisi ekstrim dan dapat tumbuh dalam kondisi panas dan dingin.10

Secara morfologi, tumbuhan yakon merupakan tumbuhan herbal dengan tinggi 1,5–3 m, akarnya tersusun dari 4-20 berbentuk oval. Bagian atasnya tersusun dari daun yang lebar dan bunga yang berwarna kuning yang tersusun teratur.3

Taksonomi daun yakon (Smallanthus sonchifolius) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Asterales Suku : Asteraceae Genus : Smallanthus

Spesies : Smallanthus sonchifolius


(32)

2.1.9 Kandungan Kimiawi Daun Yakon (Smallanthus sonchifolia)

Beberapa penelitian membuktikan bahwa daun yakon memiliki beberapa efek biologis antara lain: mencegah migrasi polymorphonuclear leucocyites, immunomodulasi, antioksidan, dan efek sitoprotektor. Selain itu penelitian menunjukkan bahwa teh yang dibuat dari daun yakon dapat menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan konsentrasi insulin plasma pada tikus diabetik. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak tanaman yakon menurunkan kadar glukosa pada kultur darah dengan cara kerja mirip insulin.3

Daun yakon juga bisa digunakan untuk penatalaksanan diabetes.

Daun yakon mengandung β fruktooligosakarida yang berperan untuk

memodulasi sindrom metabolik dan dislipidemia. Fruktooligosakarida juga memiliki aktivitas prebiotik. Mekanisme prebiotik daun yakon dengan mengatur metabolisme kolesterol melalui proses assimilation yang dapat menurunkan absorbsi kolesterol di usus halus.3

Daun yakon mengandung beberapa komponen penting senyawa phenolic yang terdiri dari chlorogenic, dicaffeonylquinic, dan caffeic acid. Chlorogenic dan caffeic acid selain dikenal sebagai antioksidan, juga diidentifikasi sebagai komponen aktif dalam regulasi metabolisme glukosa. Chlorogenic dan derivatnya merupakan kompetitif inhibitor glukosa 6 phosphatase.11 Caffeonylquinic pada ekstrak daun yakon mengandung senyawa aktif yang dapat menurunkan kadar glukosa darah

dengan menghambat α-glukosidase.3

Penelitian Valentova et al. (2004) menunjukkan bahwa ekstrak daun yakon dapat menurunkan produksi glukosa di hati. Tidak hanya meningkatkan konsentrasi plasma insulin, namun ekstrak daun yakon juga memiliki aktifitas inhibitor glikogenolisis dan glukoneogenesis. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun yakon memiliki efek lebih baik dibandingkan dengan Metformin yang hanya menghambat glukoneogenesis tetapi lemah dalam menghambat glikogenolisis. 11


(33)

19

2.2 Aloksan

Salah satu metode paling potensial untuk menginduksi DM adalah dengan menggunakan induksi aloksan, yang dikenal sebagai agen diabetogenik. Aloksan merupakan derivat pirimidin yang teroksidasi, gabungan dari allantoin dan oxaluric acid secara selektif merusak sel β pankreas yang menyekresikan insulin. Mekanisme kerja aloksan meliputi inhibisi enzim glukokinase dan mengganggu homeostasis kalsium intraseluler. Sehingga mengindikasikan terjadinya efek hiperglikemik pada tikus yang diinduksi.12

Penggunakan lower dose aloksan (150 mg/kgbb/i.p) dapat menyebabkan terjadinya destruksi sel β pankreas sehingga hewan yang diinduksi dapat menjadi diabetes secara permanen, meskipun ada kemungkinan beberapa hewan dapat

mempertahankan sel β dan beregenerasi.13

Hal ini tergantung pada spesies hewan, cara pemberian, dan status nutrisi dari hewan yang diinduksi.12

Respon glukosa darah setelah induksi aloksan terdiri dari beberapa fase, tergantung pada perubahan konsentrasi plasma insulin, perubahan struktur sel β dan nekrosis sel. Fase pertama terjadi pada menit pertama setelah injeksi aloksan. Pada fase ini terjadi respon hipoglikemik yang menunjukkan adanya stimulasi sekresi insulin yang dikonfirmasi oleh peningkatan konsentrasi insulin plasma. Fase kedua (fase hiperglikemik) terjadi 1 jam setelah injeksi sampai terjadi peningkatan konsentrasi glukosa darah. Keadaan ini bersamaan dengan adanya penurunan insulin plasma. Fase ketiga (fase hipoglikemik) terjadi 4-8 jam setelah injeksi. Peningkatan insulin plasma sebagai akibat rupturnya membran sel yang menyebabkan hipoglikemik transisional yang berat. Pada fase ini terjadi nekrosis sel Islet pankreas. Fase keempat (fase hiperglikemik diabetik) terjadi 24-48 jam setelah injeksi. Pada keadaan ini terjadi degranulasi dan hilangnya integritas dari


(34)

2.3 Kerangka konsep

Defisiensi insulin atau resistensi insulin Diabetes

mellitus

Lipid

 pengeluaran glukosa oleh hati Karbohidrat

Protein Mempengaruhi

metabolisme

 glukosa darah

hiperglikemia Starvation cell Pemecahan cadangan energi dalam sel BB turun Pergeseran netto ke

arah katabolisme protein

 kadar kolesterol

darah  asam lemak darah  lipolisis

Penciutan otot

Nekrosis sel β

Aloksan

Toxic terhadap sel  pankreas Mengganggu homeostasis Ca intrasel Inhibisi enzim glukokinase Ekstrak daun Smallanthus sonchifolia 300mg/kgbb fruktooligosakarida Memodulasi sindrom metabolik dan dislipidemia Senyawa phenolic Regulasi metabolisme glukosa


(35)

21

2.4 Definisi operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran Skala Pengukuran 1. Gula Darah

Sewaktu (GDS)

Hasil pemeriksaan gula darah sampel tanpa melihat waktu terakhir sampel makan.

Alat glukometer dan strip (Easy Touch)

Darah sampel diambil dari insisi ekor dan dimasukkan ke dalam strip glukometer kemudian dilihat angka pada glukometer sebagai hasil pengukuran kadar gula darah sampel.

Numerik

2. Berat Badan (BB)

Ukuran yang lazim digunakan untuk mengukur keadaan gizi

Timbangan BB (gram) (Kitchen scale)

Sampel diletakkan pada timbangan dan dilihat angka pada timbangan yang merupakan BB sampel.

Numerik

3. Kolesterol Lipid utama pada kilomikron dan VLDL

Spektrofoto-meter (Thermo spektronic) Serum sampel dicampurkan dengan reagen kolesterol (Sclavo) kemudian nilai hasilnya pada alat spektrofotometer


(36)

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah desain penelitian eksperimental laboratorium.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Maret 2014.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Animal House, laboratorium Biologi, laboratorium Riset, laboratorium Pharmacy Drug Research (PDR), laboratorium Farmakologi, dan laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, jl. Kertamukti No. 05, Pisangan, Ciputat 15419, Tangerang Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus jantan strain Sprague dawley berumur 90-120 hari, dengan berat badan rata-rata 200-240 gram yang diperoleh dari Departemen Patologi Institut Pertanian Bogor (IPB). Hewan percobaan tersebut telah dinyatakan sehat seperti pada Lampiran 2. Pada penelitian ini hewan percobaan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok I adalah kontrol normal (N), kelompok II adalah kontrol positif atau kontrol tikus DM yang diinduksi dengan aloksan 150 mg/kgBB tanpa diberikan terapi (D), dan kelompok III adalah tikus DM yang telah diinduksi dengan aloksan dan diberikan terapi ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolia) dosis 300 mg/kg BB (D+SS).

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Consecutive sampling/purposive dimana semua subjek yang ditemui yang sesuai dengan kriteria inklusi dimasukkan ke dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.


(37)

23

Jumlah sampel pada setiap kelompok penelitian ditentukan dengan rumus Federer sebagai berikut :

n = jumlah sampel, t = jumlah kelompok  (n-1) (3-1) >15

 (n-1)(2) > 15  (n-1) > 15/2  n > 15/2 + 2/2  n > 8,5 (bulatkan 9)

Berdasarkan dari perhitungan tersebut, maka jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 9 tikus untuk masing-masing kelompok.

3.3.1 Kriteria Inklusi

 Kelompok N : tikus Sprague dawley jantan dengan kadar glukosa darah <200 mg/dl.

 Kelompok D dan D+SS : tikus Sprague dawley jantan dengan kadar glukosa darah <200 mg/dl.

3.4 Cara Kerja Penelitian 3.4.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah glukometer, strip glukotes, kit kolesterol, vortex, centrifuge, sfektrofotometer, minor set, tabung EDTA dan effendorf, kulkas (-80˚C), timbangan untuk mengukur berat badan tikus (timbangan gram), oral sonde, kandang tikus, botol minuman serta tempat makan tikus.

3.4.2 Bahan Penelitian

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daun yakon (Smallanthus sonchifolia) sebanyak 1 kg yang diperoleh dari pusat penjualan tanaman “Bursa Bibit” Yogyakarta . Daun yakon yang didapat selanjutnya di determinasi di Kebun Raya Bogor. Kemudian daun yakon tersebut di ekstraksi sendiri oleh peneliti di laboratorium Riset dan


(38)

laboratorium PDR. Selanjutnya hasil ekstrak tersebut dijadikan ekstrak kering di PAU Institut Pertanian Bogor. Didapatkan hasil sebanyak 200 gram.

Bahan-bahan kimia yang digunakan pada pembuat ekstrak pada penelitian ini adalah ethanol 70%. Sedangkan untuk proses penelitian secara umum bahan yang digunakan adalah larutan alloxan monohydrate 5%, D-glukosa monohidrat 5% , natrium hidroklorida 0,9%, ether, dan reagen lipid (Sclavo).

3.4.3 Proses ekstraksi

Daun yakon yang telah dideterminasi kemudian dihaluskan menggunakan blender di laboratorium PDR. Daun yakon yang sudah halus kemudian dicampur dengan ethanol 70% dengan konsentrasi 10%. Larutan ethanol dan daun yakon diaduk selama 5 jam dengan menggunakan magnetic dan hot plate stirer di laboratorium Riset. Hasil campuran tersebut difiltrasi dengan kertas saring untuk mendapatkan hasil ekstrak basah. Selanjutnya ekstrak basah dikirim ke Kebun Raya Bogor sehingga diperoleh ekstrak kering, lalu disimpan pada suhu 4oC. Ekstrak kering daun yakon dilarutkan dengan air destilasi menggunakan vortex dilaboratorium biokimia.

3.4.4 Adaptasi Hewan Sampel

Sampel diadaptasikan di Animal house selama 21 hari. Sampel diadaptasikan terhadap tempat tinggal barunya, pemberian makanan dan minuman yang disamakan pada semua tikus.

3.4.5 Induksi Tikus Dengan Aloksan

Setelah proses adaptasi tikus diinduksi dengan aloksan 150 mg/kgBB secara intraperitoneal. Kemudian diberi makanan yang cukup (ad libitum) dan dalam waktu 72 jam pertama dalam air minumnya ditambahkan 40% larutan D-glukosa monohidrat untuk mencegah terjadinya efek hipoglikemia. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan 7 hari setelah induksi. Hanya tikus dengan glukosa darah >200 mg/dl yang dikatakan sebagai tikus DM dan digunakan pada penelitian ini.


(39)

25

3.4.6 Pemberian Ekstrak Daun Yakon Pada Tikus

Setelah tikus dinyatakan DM, dilakukan pemberian ekstrak daun yakon selama 14 hari dengan dosis 300 mg/kgBB pemberian secara oral dengan alat sonde, satu kali dalam sehari.

3.4.7Pengukuran Sampel 3.4.7.1 Glukosa Darah Tikus

Pengambilan darah dilakukan di laboratorium Animal House sebanyak tiga kali, yaitu yang pertama saat sebelum pemberian ekstrak, yang kedua setelah 7 hari pemberian ekstrak, dan yang terakhir setelah pemberian ekstrak berakhir pada hari ke-14. Pengambilan darah dilakukan untuk mengukur kadar glukosa darah tikus. Pengambilan darah dilakukan dengan memotong sedikit ujung ekor tikus. Sebelum dipotong ekornya, tikus dibius menggunakan larutan ether sampai tidak sadarkan diri untuk mengurangi rasa sakit saat dipotong ujung ekornya. Darah yang keluar diteteskan pada strip pengukur glukosa darah dan diukur dengan glukometer.

3.4.7.2 Berat Badan Tikus

Untuk mendapatkan hasil perbandingan berat badan tikus sebelum dan sesudah diberikan ekstrak, maka setelah tikus dinyatakan DM, berat badan tikus awal diukur. Pengukuran berat badan tikus dilakukan setiap hari sejak diberikan ekstrak daun yakon selama 14 hari di laboratorium Animal house.

3.4.7.3 Kolesterol Darah Tikus

Setelah mendapatkan data berat badan dan glukosa darah tikus selama 14 hari pemberian ekstrak, selanjutnya tikus akan disacrificed dengan cara dianastesi terlebih dahulu menggunakan larutan ether sampai mati. Setelah mati tikus dibedah dan akan dilakukan pengambilan darah tikus dari vena cava inferior jantung, sebanyak 3cc. Darah yang diambil dimasukan dalam tabung EDTA untuk selanjutnya dilakukan sentrifugasi di laboratorium Biokimia. Sentrifugasi dilakukan selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Plasma yang didapat


(40)

dipisahkan dan disimpan kembali ke tabung effendorf (1,5 ml) dan disimpan dalam kulkas pada suhu -80˚C di laboratorium Farmakologi. Selanjutnya plasma akan dicampurkan dengan kit ukur kolesterol untuk mengetahui kadar kolesterol darah pada tikus. Pengukuran kadar kolesterol dilakukan di laboratorium Biokimia.

Kit dalam penelitian merupakan jenis yang biasa digunakan di laboratorium (Sclavo). Perhitungan setiap sampel dilakukan dua kali (duplo), sehingga dapat dilihat variasi data dan ditentukan rata-ratanya.

Terdapat 24 tabung sampel kolesterol, tabung blanko serta 2 tabung standart, masing-masing dicampur dengan 600 μL reagen kolesterol. Setelah dicampur, tabung dikocok sebentar hingga homogen, dan dibaca dialat spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm.

3.5 Alur Penelitian

Mempersiapkan alat dan bahan penelitian setelah lulus proposal dan kaji etik

Masa adaptasi tikus selama 21 hari (hari ke-1 sampai hari ke-21)

DM : kadar glukosa darah > 200 mg/dl

Pengelompokan tikus : kelompok Normal (N), kelompok DM tanpa terapi (D), dan kelompok DM dengan terapi ekstrak daun

Smallanthus sonchifolia (D+SS)

Mengukur kadar glukosa darah setelah induksi aloksan dengan menggunakan glukometer pada hari ke-28, 29, 30

Induksi aloksan 150 mg/kgBB pada tikus dengan intraperitoneal pada hari ke-21, 22, dan 23

Menimbang BB awal tikus untuk menghitung dosis aloksan pada hari ke-21, 22, dan 23


(41)

27

3.6 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data kadar glukosa darah, berat badan, dan kolesterol tikus semua kelompok penelitian yang didapatkan akan diolah dengan cara komputerisasi menggunakan SPSS versi 16.0. Oleh karena data yang diperoleh merupakan variabel data kategorik-numerik lebih dari 2 kelompok tidak berpasangan, maka pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji One-Way Anova dan uji Kruskal-Wallis.19

Sacrificed dan pengambilan darah tikus sebanyak 3 cc pada hari ke-14 pemberian ekstrak daun Smallanthus sonchifolia Mengukur kadar glukosa darah pada hari ke-35, 36, dan 37 Pemberian ekstrak daun insulin 300 mg/kgBB pada tikus D+SS secara oral dengan menggunakan sonde dan mengukur BB tikus

selama 14 hari

Pengukuran kadar kolesterol darah Darah disentrifugasi untuk mengambil plasma


(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Berat Badan (BB)

Data berat badan yang diambil pada penelitian ini adalah jumlah rerata berat badan pada awal penelitian (hari ke-1) hingga akhir penelitian (hari ke-14) dari masing-masing kelompok. Data berat badan yang didapatkan selama penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Perubahan BB Tikus Setiap Kelompok Penelitian

Berat badan Kelompok H1 (gram) H7 (gram) H14 (gram) Persentase ratio BB (%) N (n=4) 310 ± 57.74 285 ± 41.23 330 ± 20.00 106.45 D (n=4) 245 ± 25.17 240 ± 73.03 240 ± 32.66 97.96 D+SS (n=4) 260 ± 23.09 250 ± 38.30 280 ± 32.66 107.69 Keterangan : Data adalah mean ± Standar Deviasi

N: kelompok normal; D: kelompok DM; D+SS: kelompok DM yang diterapi ekstrak daun

Smallanthus sonchifolia.

H1, hari ke-1; H7, hari ke-7; H14, hari ke-14 pemberian ekstrak daun Smallanthus sonchifolia.

Grafik 4.1 Rerata BB Tikus Setiap Kelompok Penelitian 0 50 100 150 200 250 300 350 400

H1 H7 H14

B e rat B ad an (gr am )

Waktu Pengukuran (Hari)


(43)

29

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 diperoleh data bahwa terdapat perbedaan BB pada masing-masing kelompok penelitian. Persentase kenaikan BB pada kelompok D+SS (7,69%) lebih besar daripada kelompok N (6,4%). Sedangkan kelompok D mengalami penurunan BB yaitu 2,04%.

Selanjutnya dilakukan uji analisa statistika menggunakan One-Way Anova. Hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Analisa Data BB Setiap Kelompok Penelitian

Kelompok Berat badan (gram) p-value

N (n=4) 108.76 ± 17.18

D (n=4) 98.32 ± 13.58 0.517 D+SS (n=4) 107.74 ± 8.99

Keterangan : Data merupakan mean ± standar deviasi

N: kelompok normal; D: kelompok DM; D+SS: kelompok DM yang diterapi ekstrak kering daun

Smallanthus sonchifolia;

Nilai p-value (p>0.05) pada data Tabel 4.2 diatas menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antarkelompok penelitian. Hal ini berarti bahwa ekstrak daun Smallanthus sonchifolia yang diberikan selama 14 hari dengan dosis 300 mg/kgBB tidak mempengaruhi berat badan secara bermakna dalam statistik antarkelompok penelitian.

4.2 Glukosa Darah

Data kadar glukosa darah yang diambil pada penelitian ini adalah jumlah rerata kadar glukosa darah pada awal penelitian (hari ke-1), hari ke-7 dan akhir penelitian (hari ke-14) dari masing-masing kelompok.

Data kadar glukosa darah yang didapatkan selama penelitian adalah sebagai berikut :


(44)

Tabel 4.3 Perubahan Kadar Glukosa Darah Tikus Setiap Kelompok Penelitian

Kelompok H1 ( mg/dL) H7 ( mg/dL) H14 (mg/dL) Persentase (%)

N (n=4) 132.75 ± 18.02 120.75 ± 29.51 136.75 ± 13.67 3.0 (kenaikan) D (n=4) 540.25 ± 54.63 430.00 ± 220.76 536.25 ± 84.94 0.7 (penurunan) D+SS (n=4) 487.25 ± 137.59 407.25 ± 213.93 345.75±119.22 29.0

(penurunan) Keterangan : Data merupakan mean ± Standar Deviasi

N: kelompok normal; D: kelompok DM; D+SS: kelompok DM yang diterapi ekstrak daun

Smallanthus sonchifolia.

H1, hari ke-1; H7, hari ke-7; H14, hari ke-14 pemberian ekstrak daun Smallanthus sonchifolia.

Grafik 4.2 Rerata Glukosa Darah Setiap Kelompok Penelitian

Dari Tabel 4.3 dan Grafik 4.2 diperoleh data terdapat penurunan kadar glukosa darah pada kelompok D dan kelompok D+SS. Kelompok D+SS mengalami persentase penurunan kadar glukosa darah sebesar 29,0 %, yang berarti lebih besar dibandingkan dengan persentase penurunan pada kelompok D (0,7%). Sedangkan kelompok N mengalami kenaikan kadar glukosa darah sebesar 3,0 %. 0 100 200 300 400 500 600 700

H1 H7 H14

K ad ar Gl u ko sa (m g /d l)

waktu pengukuran (hari)


(45)

31

Perhitungan data kadar glukosa darah penelitian dilanjutkan dengan perhitungan statistik menggunakan uji analisa One-Way Anova. Dari uji statistik didapatkan hasil distribusi data tidak normal dan varians data tidak sama (Lampiran 3) sehingga perhitungan dilanjutkan dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis. Data kadar glukosa darah yang didapatkan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Analisa Data Kadar Glukosa Darah Tikus Setiap Kelompok

Glukosa darah Mean Rank P value

N (n=4) 2.50

D (n=4) 10.00 0.012 D+SS (n=4) 7.00

Keterangan :

N: kelompok normal; D: kelompok DM; D+SS: kelompok DM yang diterapi ekstrak kering daun

Smallanthus sonchifolia;

Dari Tabel 4.2 diatas diperoleh nilai p<0.05 yang menunjukkan adanya perbedaan kadar glukosa darah yang signifikan antara kelompok penelitian, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun Smallanthus sonchifolia selama 14 hari dengan dosis 300 mg/kgBB memberikan efek terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi dengan aloksan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kandungan senyawa phenolic yang terdapat dalam ekstrak daun Smallanthus sonchifolia yang berperan aktif dalam regulasi metabolisme glukosa, terutama aktifitas inhibitor glikogenolisis dan glukoneogenesis. Efek inhibisi α glukosidase juga berperan.12 Sehingga terdapat penurunan kadar glukosa darah pada tikus DM yang diberi ekstrak daun Smallanthus sonchifolia.

Penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak daun Smallanthus sonchifolia dengan dosis 400 mg/kgBB selama 14 hari secara signifikan dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus DM sebesar 59%. Dalam penelitian tersebut dijelaskan terdapat beberapa mekanisme daun yakon menurunkan konsentrasi glukosa darah, yaitu dengan meningkatkan pelepasan insulin oleh sel β pankreas, resistensi terhadap hormon yang dapat meningkatkan pelepasan glukosa, meningkatkan jumlah dan sensitifitas reseptor insulin, menurunkan pelepasan degradasi insulin, meningkatkan uptake glukosa oleh jaringan dan organ, dan menurunkan absorpsi intestinal glukosa.3


(46)

4.3 Kolesterol

Data kadar kolesterol total yang didapatkan pada penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5 Rerata Kadar Kolesterol Setiap Kelompok Penelitian

Kelompok Kadar kolesterol (mg/dl) N (n=4) 140.30 ± 13.38 D (n=4) 250.92 ± 78.32 D+SS (n=4) 137.72 ± 26.63 Keterangan : Data adalah mean ± Standar Deviasi

N: kelompok normal; D: kelompok DM; D+SS: kelompok DM yang diterapi ekstrak kering daun

Smallanthus sonchifolia.

Grafik 4.3 Rerata Kolesterol Darah Setiap Kelompok Penelitian

Dari Tabel 4.5 dan Grafik 4.3 diperoleh data rerata kadar kolesterol kelompok D+SS dan N (masing-masing 137,72 mg/dl dan 140,30 mg/dl) masih dalam batasan normal (<200 mg/dL). Sedangkan kelompok D memiliki rerata kadar kolesterol tertinggi (250,92 mg/dL). Perbedaan kadar kolesterol setelah pemberian ekstrak daun Smallanthus sonchifolia dapat terjadi karena diperkirakan daun Smallanthus sonchifolia dapat mengatur metabolisme kolesterol. Salah satu mekanismenya adalah dengan mengatur metabolisme kolesterol melalui proses assimilation yang dapat menurunkan absorbsi kolesterol di usus halus.1

Selanjutnya dilakukan perhitungan statistik menggunakan uji analisa One-Way Anova. Dari uji statistik didapatkan hasil distribusi data tidak normal dan

0 50 100 150 200 250 300 350

rerata kolesterol setiap kelompok

k o lest er o l (m g/d l) N D D+SS


(47)

33

varians data tidak sama sehingga perhitungan dilanjutkan dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Analisa Data Kolesterol Setiap Kelompok Penelitian

Kadar kolesterol Mean Rank (mg/dl)

P value

N (n=4) 4.25

D (n=4) 10.50 0.024 D+SS (n=4) 4.75

Keterangan :

N: kelompok normal; D: kelompok DM; D+SS: kelompok DM yang diterapi ekstrak kering daun

Smallanthus sonchifolia;

Dari Tabel 4.7 didapatkan hasil nilai (p<0.05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar kolesterol yang signifikan pada semua kelompok penelitian. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar kolesterol pada tikus DM dengan pemberian ekstrak daun Smallanthus sonchifolia dosis 300 mg/kgBBselama 14 hari.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Selama penelitian berlangsung, mulai dari persiapan penelitian hingga akhir penelitian hambatan yang didapat, antara lain:

1. Selama penelitian berlangsung banyak hewan penelitian banyak yang mati, kemungkinan besar akibat efek aloksan, dan sulitnya memberikan dextrose secara ad libitum.


(48)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun insulin (Smallanthus sonchifolia) dengan dosis 300 mg/kgbb selama 14 hari dapat mempengaruhi berat badan, kadar glukosa darah, dan kolesterol tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan, sehingga dapat dijadikan alternatif untuk anti diabetes. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut :

1. Terdapat kenaikan berat badan kelompok D+SS sebesar 7,69%, yang merupakan kenaikan terbesar dibandingkan kelompok N (6,44%). Namun hasilnya tidak signifikan secara statistik (p>0,517).

2. Terdapat penurunan kadar glukosa darah pada kelompok D+SS sebesar 29,0 %, yang merupakan persentase penurunan terbesar, meskipun belum mencapai nilai normal. Hasil tersebut signifikan secara statistik (p<0,012).

3. Rerata kadar kolesterol pada kelompok D+SS sebesar 137,72 mg/dl yang berarti masih dalam batasan normal dibandingkan dengan kelompok D (250,92%) dengan perbedaan yang signifikan secara statistik (p<0,024).

5.2 Saran

Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya:

1. Memperhatikan higienitas tempat, makanan, dan minuman hewan penelitian agar bisa mengurangi kematian hewan penelitian.

2. Menjaga kebersihan laboratorium Animal House untuk mengurangi resiko kesehatan pada hewan penelitian dan peneliti.

3. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian ekstrak daun insulin (Smallanthus sonchifolia) dengan menggunakan dosis yang bervariasi, jumlah hewan penelitian yang lebih banyak dan waktu penelitian yang lebih lama.


(49)

35 BAB VI

KERJA SAMA RISET

Penelitian ini merupakan bagian dari kerja sama riset mahasiswa dan kelompok riset diabetes dan regenerasi pankreas PSPD FKIK UINSH (dr. Flori Ratnasari, Ph.D; dr. Hari Hendarto,Sp.PD, Ph.D; FINASIM)


(50)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Interna Publishing.

2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.

3. Baroni, S., Suzuki-Kemmelmeier, F., Martins, S., Assef, C., Cuman, R.K.N., Aparecida, C. 2008. Effect of crude extracts of leaves of Smallanthus sonchifolius (yacon) on glycemia in diabetic rats. Revista Brasileira de Ciencias Farmaceuticas, 44(3), 521-530.

4. Tortora,Gerrard, J., Derrickson, Bryan. 2009. Priciples of anatomy and physiology 12th edition. USA: John Wiley & Son. hal 669-673.

5. Guyton, Arthur C & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11. Jakarta: EGC. hal 961-976.

6. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem edisi 2. Jakarta: EGC. hal 714-725.

7. Price, Sylivia, Anderson.,Wilson, Lorraine, M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit vol. 2, edisi 6. Jakarta: EGC. hal 1259-1270.

8. Gardner, David, G., Shoback, Dolores. 2007. Greenpan’s Basic & Clinical Endocrinology 8th ed. Mc Graw Hill.

9. Ozougwu, J. C., Obimba, K. C., Belonwu, C.D., dan Unakalamba, C.B. 2013. The Pathogenesis and Pathophysiology of Type 1 and Type 2 Diabetes Mellitus. Academic journals, 4(4),46-57.

10.Rohman, Mohammad S. 2007. Patogenesis dan Terapi Sindroma Metabolik. Jakarta : Jurnal Kardiologi Indonesia.

11.Volenta, K., Moncion, A., de Wazier, I., Ulrichova, J. 2004. The Effect of Smallanthus sonchifolius Leaf Extracts On Rat Hepatic Metabolism. Cell biology and toxicology. 20: 109-120.

12.Rohila, Ankur., Ali, Shahjad. 2012. Alloxan Induced Diabetes : Mechanisms And Effects. International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Science.


(51)

37

13.Sharma, Manoj., Fernandes, J., Ahirwar, Dheeraj., Jain, Ritesh. 2008. Hypoglicemic And Hypolipidemic Activity Of Alcohol Extract Of Citrus Aurantium In Normal And Alloxan-Induced Diabetic Rats. Pharmachologyonline.

14.Goodman HM. 2003. Basic Medical Endocrinology, 3rd ed. Academic Press. San Diego.

15.Lachman, J., Fernandez E.C., Orsak, M., 2003. Yacon : (Smallanthus sonchifolia (Poepp.et Endl) H.Robinson) chemical composition and use – review. Czech Republic :Czech University of Agriculture in Prague, 283-290.

16.Roselino, Mariana N., Silveira, Nadiege D., Cavalini, Daniela CU., Celiberto, Larissa S., Pinto, Roseli A., Vendramini, Regina C., Rossi, Elizeu A. 2012. A Potentiaol Synbiotic Product Improves The Lipid Profile Of Diabetic Rats. Brazil: Lipids And Health Disease, 114.

17.National Institute for Health and Clinical Excellence. 2008. Type 2 Diabetes: The Management of Type 2 Diabetes. London: NICE Clinical Guidline. hal 8-22.

18.Kasper, Dennis L., Fauci, Anthony. S., Longo, Dan L., Braunwald, Eugene., Hausher, Stephen L., dan Jameson, J. Larry. 2005. Harrison’s : Principles of Internal Medicine 16th ed. Mc Graw Hill : Medical Publishing Divison. 2152-2153.

19.Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. jakarta: PT. Prestasi Pustakakarya.


(52)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Hasil Determinasi Tanaman Uji


(53)

39

Lampiran 2 Surat Keterangan Sehat Tikus


(54)

Lampiran 3

Data Hasil Uji Analisis Statistik

1. Uji normalitas dan varians data

GDS

Test of Normality Test of Homogenity of Varians

Kelompok Shapiro-Wilk

Sig. Sig.

N 0.484

D 0.207 0.041

D+SS 0.600

Ratio_BB

Test of Normality Test of Homogenity of Varians

Kelompok Shapiro-Wilk

Sig. Sig.

N 0.218

D 0.644 0.212

D+SS 0.085

Kolesterol

Test of Normality Test of Homogenity of Varians

Kelompok Shapiro-Wilk

Sig. Sig.

N 0.872

D 0.638 0.023


(55)

41

2. Uji statistik One-Way Anova

ANOVA Sig.

GDS 0.000

ANOVA Sig.

Ratio_BB 0.517

ANOVA Sig.

Kolesterol 0.014

3. Uji Kruskall-Wallis

GDS

Kruskal-Wallis

Kelompok Mean Rank Asymp. Sig.

N 2.50

D 10.00 0.012 D+SS 7.00

Kolesterol

Kruskal-Wallis

Kelompok Mean Rank Asymp. Sig.

N 4.25

D 10.50 0.024 D+SS 4.75


(56)

Lampiran 4 Gambar Proses Pembuatan Ekstrak

Gambar 7.3 Daun yakon yang telah dihaluskan

Gambar 7.4 Penimbangan daun yakon

Gambar 7.5 Pencampuran daun yakon dengan etanol 70 %

Gambar 7.6 Ekstrak kering daun yakon

Gambar 7.7 Proses penumbukan ektrak kering

Gambar 7.8 Penimbangan ekstrak kering yang sudah dihaluskan


(57)

43

Lampiran 5 Gambar Proses Penelitian

Gambar 7.9 Sampel penelitian Gambar 7.10 Proses adaptasi

Gambar 7.11 Pengukuran BB sampel Gambar 7.12 Pembiusan dengan ether 90%

Gambar 7.13 Proses pengukuran glukosa darah


(58)

( Lanjutan )

Gambar 7.15 Sacrificed dan pengambilan darah vena

Gambar 7.16Sampel darah

Gambar 7.17 Pengambilan plasma setelah disentrifuse

Gambar 7.18 Penyimpanan plasma dikulkas -80’C


(59)

45

( Lanjutan )

Gambar 7.21 Pencampuran plasma dengan kit kolesterrol


(60)

Lampiran 6

Cara perhitungan

1. Induksi aloksan

Dosis aloksan yang digunakan adalah 150 mg/kgBB = 150mg /1000grBB.  Dosis untuk 20 ekor tikus dengan berat 300 gr :

20 x 300 x 150 / 1000 = 900 mg

Jadi dosis untuk 20 ekor tikus dengan berat badan 300 gr adalah 900 mg aloksan.

Konsentrasi obat = 15 mg 0,1 ml

 15 mg = 900 0,1 ml X

X = 0,1 ml x 900 = 6 ml 15

Jadi untuk dosis 900 mg aloksan diperlukan 6 ml akuades.  900 mg = 15 mg

6 ml 0,1ml

Dosis aloksan untuk 20 ekor tikus dengan berat badan 300 gr adalah:

150 mg x 300 gr = 45 mg

10 ml

Konsentrasi obat :

900 mg = 45 mg  X = 6 ml x 45 mg = 0,3 ml

6 ml X 900

Jadi untuk tikus dengan BB 300 gr disuntik aloksan yang telah dilarutkan dengan akuades sebanyak 0,3 ml.


(61)

47

(Lanjutan) 2. Pemberian ekstrak

Dosis ekstrak daun insulin yang diberikan adalah 300 mg/kgBB  300 mg/1000grBB = 30 mg /100 grBB

Untuk konsentrasi obatnya adalah : 30 mg

0,1ml

Dosis ekstrak untuk 10 ekor tikus dengan rata-rata BB 300 gr adalah sebagai berikut:

10 ekor tikus x 300 grBB x 30/100 grBB = 900 mg

Konsentrasi obat = 30 mg = 900 mg

0,1ml X

X = 0,1ml x 900 mg = 3 ml

30 mg

Jadi untuk setiap 10 ekor tikus dibutuhkan 900 mg ekstrak daun insulin dan 3 ml akuades.

Pemberian ekstrak daun insulin :

900 mg = 300 mg = 30 mg  30 mg x 300 grBB = 90 mg 3ml 1 ml 0,1 ml 100gr

 30 mg = 90 mg  X = 0,3 ml 0,1 ml X

Jadi untuk tikus dengan BB 300 gr diberikan ekstrak daun insulin sebanyak 0,3 ml.


(62)

(Lanjutan)

3. Kolesterol

Cara perhitungan kolesterol adalah sebagai berikut : Kolesterol = kadar kolesterol sampel x 200%

kadar kolesterol standar

sampel kolesterol dijadikan duplo = tabung 1 + tabung 2 2

Nilai rujukan normal untuk kolesterol adalah < 200 mg/dl Standar = 0,272 + 0,373 = 0,3225


(63)

49

Lampiran 7 Riwayat penulis

IDENTITAS

Nama : Laras Respati Ardanareswari

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Majalengka, 27 November 1991

Agama : Islam

Alamat : Sukawana, Kertajati, Majalengka

e-Mail : cha.reswari@gmail.com

Riwayat Pendidikan

 1996-1998 : TK Al falah Sukawana  1998-2004 : MI PUI Sukawana

 2004-2005 : MDPTs Raudlatul Ulum Pati  2005-2008 : MTs Raudlatul Ulum Pati  2008-2011 : MAN Raudlatul Ulum Pati  2011-sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(1)

44

( Lanjutan )

Gambar 7.15 Sacrificed dan pengambilan darah vena

Gambar 7.16Sampel darah

Gambar 7.17 Pengambilan plasma setelah disentrifuse

Gambar 7.18 Penyimpanan plasma dikulkas -80’C


(2)

( Lanjutan )

Gambar 7.21 Pencampuran plasma dengan kit kolesterrol


(3)

46

Lampiran 6 Cara perhitungan

1. Induksi aloksan

Dosis aloksan yang digunakan adalah 150 mg/kgBB = 150mg /1000grBB.  Dosis untuk 20 ekor tikus dengan berat 300 gr :

20 x 300 x 150 / 1000 = 900 mg

Jadi dosis untuk 20 ekor tikus dengan berat badan 300 gr adalah 900 mg aloksan.

Konsentrasi obat = 15 mg 0,1 ml

 15 mg = 900 0,1 ml X

X = 0,1 ml x 900 = 6 ml 15

Jadi untuk dosis 900 mg aloksan diperlukan 6 ml akuades.

 900 mg = 15 mg

6 ml 0,1ml

Dosis aloksan untuk 20 ekor tikus dengan berat badan 300 gr adalah: 150 mg x 300 gr = 45 mg

10 ml

Konsentrasi obat :


(4)

(Lanjutan) 2. Pemberian ekstrak

Dosis ekstrak daun insulin yang diberikan adalah 300 mg/kgBB

 300 mg/1000grBB = 30 mg /100 grBB

Untuk konsentrasi obatnya adalah : 30 mg 0,1ml

Dosis ekstrak untuk 10 ekor tikus dengan rata-rata BB 300 gr adalah sebagai berikut:

10 ekor tikus x 300 grBB x 30/100 grBB = 900 mg

Konsentrasi obat = 30 mg = 900 mg

0,1ml X

X = 0,1ml x 900 mg = 3 ml 30 mg

Jadi untuk setiap 10 ekor tikus dibutuhkan 900 mg ekstrak daun insulin dan 3 ml akuades.

Pemberian ekstrak daun insulin :

900 mg = 300 mg = 30 mg  30 mg x 300 grBB = 90 mg

3ml 1 ml 0,1 ml 100gr

 30 mg = 90 mg  X = 0,3 ml 0,1 ml X

Jadi untuk tikus dengan BB 300 gr diberikan ekstrak daun insulin sebanyak 0,3 ml.


(5)

48

(Lanjutan)

3. Kolesterol

Cara perhitungan kolesterol adalah sebagai berikut : Kolesterol = kadar kolesterol sampel x 200%

kadar kolesterol standar

sampel kolesterol dijadikan duplo = tabung 1 + tabung 2 2

Nilai rujukan normal untuk kolesterol adalah < 200 mg/dl Standar = 0,272 + 0,373 = 0,3225


(6)

Lampiran 7 Riwayat penulis

IDENTITAS

Nama : Laras Respati Ardanareswari

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Majalengka, 27 November 1991

Agama : Islam

Alamat : Sukawana, Kertajati, Majalengka

e-Mail : cha.reswari@gmail.com

Riwayat Pendidikan

 1996-1998 : TK Al falah Sukawana

 1998-2004 : MI PUI Sukawana

 2004-2005 : MDPTs Raudlatul Ulum Pati

 2005-2008 : MTs Raudlatul Ulum Pati

 2008-2011 : MAN Raudlatul Ulum Pati


Dokumen yang terkait

Efek pemberian ekstrak nigella sativa terhadap kadar glukosa darah dan kolesterol pada tikus diabetes mellitus yang diinduksi dengan streptozotocin

3 7 62

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolia) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kadar Trigliserida pada Tikus Diabetes strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.

0 15 61

Efek Ekstrak Daun Yakon “Smallanthus Sonchifolius” terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan dan Berat Organ Pankreas, Ginjal, dan Jantung pada Tikus Jantan Strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014

0 16 51

Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, dan Trigliserida Tikus strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.

0 3 69

Pengaruh Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, serta HDL Tikus Diabetes (Sprague dawley) yang Diinduksi Aloksan

2 25 65

Efek Ekstrak Daun Yakon “Smallanthus Sonchifolius” terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan dan Berat Organ Pankreas, Ginjal, dan Jantung pada Tikus Jantan Strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.

0 9 51

Efek ekstrak kayu manis (cinnamomun cassia) terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan jantung tikus diabetes mellitus strain sprague dawley yang diinduksi aloksan

0 6 64

Efek Ekstrak Daun Yacon (Smallanthus sonchifolius) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kolesterol Tikus yang Diinduksi Streptozotosin. 2015

1 21 76

Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, dan Trigliserida Tikus strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014

0 5 69

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolia) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kadar Trigliserida pada Tikus Diabetes strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014

0 3 61