15
mengakibatkan terjadinya katarak dan kebutaan. Pada saraf, sorbitol dan fruktosa akan menimbulkan neuropati akibat adanya aktivitas biokimia
yang mengganggu aktivitas metabolik sel Schwan dan menyebabkan hilangnya akson. Sehingga kecepatan konduksi motorik akan berkurang.
Selanjutnya timbul nyeri, parastesi, berkurangnya propioseptik, muncul kelemahan otot dan atrofi.
7
2.1.7 Penatalaksanaan DM
Terdapat 4 pilar untuk penatalaksaan DM, yaitu : edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis. Pengelolaan DM
dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu, biasanya 2-4 minggu. Jika kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran maka diberikan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral dan atau suntikan insulin. Dalam keadaan dekompensasi metabolik
kronik seperti ketoasidosis, stres berat, BB turun dengan cepat dan ketonuria maka langsung diberikan insulin.
2
Empat pilar penatalaksaan DM adalah sebagai berikut :
2,17
Edukasi Prinsip yang harus diperhatikan dalam proses edukasi pasien DM
diantaranya adalah memberikan dukungan dan nasehat positif serta hindari terjadinya kecemasan, memberikan informasi secara
bertahap, dan melakukan diskusi program pengobatan secara terbuka menurut keinginan pasien.
Terapi gizi medis Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama
dengan makan dengan masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Pada pasien DM perlu diperhatikan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah
makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
Latihan jasmani
16
Untuk pasien DM latihan jasmani meliputi kegiatan jasmani sehari- hari secara teratur 3-4 kali seminggu selama ± 30 menit.
Terapi farmakologis Diberikan bersama-sama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani. Terapi farmakologis tersebut dapat berupa obat oral atau dalam bentuk suntikan. Obat hipoglikemik oral terdiri dari golongan
pemicu sekresi insulin Sulfonilurea dan Glinid, peningkat sekresi insulin
Metformin dan
Tiazolidindion, penghambat
glukoneogenesis Metformin, penghambat absorbsi glukosa inhibitor α glukosidase dan DPP-IV inhibitor.
Terapi suntikan yang diberikan adalah insulin. Indikasi pemberian insulin antara lain
: DM tipe 1 absolut terjadi penurunan berat badan yang sangat cepat, hiperglikemia berat disertai ketosis, dan ketoasidosis diabetik.
Tabel 2.3 Mekanisme kerja, efek samping utama, dan pengaruh obat terhadap penurunan A1C
Cara kerja utama Efek samping utama Penurunan
A1C Sulfonilurea
Meningkatkan sekresi insulin
BB naik, hipoglikemia
1,5-2 Glinid
Meningkatkan sekresi insulin
BB naik, hipoglikemia
? Metformin
Menekan produksi glukosa hati
menambah sensitivitas
terhadap insulin Diare, dispepsia,
asidosis laktat 1,5-2
Penghambat glukosidase alfa
Menghambat absorbsi glukosa
Flatulens, tinja lembek
0,5-1 Tiazolidindion
Menambah sensitivitas
terhadap insulin Edema
1,3 Insulin
Menekan produksi glukosa hati,
stimulasi pemanfaatan
glukosa Hipoglikemia, BB
naik Potensial
sampai normal
Sumber : PERKENI, 2011
2.1.8 Daun Yakon Smallanthus sonchifolia
Daun yakon merupakan tumbuhan yang ditemukan di pegunungan Andes, Peru, yang digunakan dalam pengobatan tradisional.
3
Di Indonesia, daun yakon jarang dibudidayakan melainkan hanya dijadikan tanaman