praktis harganya pun terjangkau, jadi untuk dijual eceran kembali tidak jauh berbeda harganya.
Sumber: Data Diolah 2016 Gambar 4.13 Diagram Metode Pembayaran Kepada Pemasok
UMKM di Kabupaten Sleman
Gambar di atas memberikan gambaran mengenai metode pembayaran yang paling banyak dilakukan oleh para pedagang
UMKM kepada pemasok. Hampir semua pedagang melakukan pembayaran kontan 62 persen, konsinyasi 22 persen dan paling
sedikit menggunakan pembayaran kredit 16 persen. Pembayaran kontan tunai merupakan metode yang paling utama digunakan.
Hal ini tidaklah heran, karena kebanyakan mereka adalah
62
16
22
KONTAN KREDIT
KONSINYASI
pedagang berskala kecil. Metode pembayaran konsinyasi atau menjual suatu barang dengan cara pemilik menitipkan barang
tersebut kepada pihak lain atau sebaliknya dengan harga dan syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak dalam suatu
perjanjian tidaklah banyak hanya sebagian pedagang saja karena pemasok pun tidak yakin akan kemampuan membayar mereka
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Hampir 70 persen pedagang UMKM membayar tunai
kepada pemasok, keadaan ini berarti bahwa pedagang UMKM sepenuhnya menanggung risiko kerugian dari usaha dagangnya.
Sumber: Data diolah 2016 Gambar 4.14 Diagram Sumber Modal usaha UMKM di
Kabupaten Sleman
68
21
11
MODAL SENDIRI BANK PEMERINTAH
BANK SWASTA
Terkait dengan
modal usaha
gambar di
atas menunjukkan bahwa 68 persen pedagang menggunakan modal
sendiri, 21 persen Bank Pemerintah dan 11 persen Bank Swasta. Penggunaan modal usaha sendiri jauh melampaui dari modal
yang berasal dari Bank Pemerintah maupun Bank Swasta. Banyaknya para pedagang UMKM yang menggunakan
modal sendiri karena banyak faktor yang menyulitkan para pedagang untuk meminjam dana pada Lembaga Keuangan
karena sesuatu hal. Namun hal ini menjadi salah satu faktor UMKM tersebut mampu bertahan dari persaingan harga dengan
pasar modern. Cara pembayaran menentukan daya tawar mereka terhadap harga yang disepakati dengan para pemasok. Sehingga
mereka masih mampu bersaing dengan pasar modern dari sisi harga. Tetapi dari segi bangunan, kenyamanan, sepertinya sulit
terwujud tanpa adanya bantuan dari pemerintah daerah setempat selaku pembuat regulasi.
f. Dampak Pembangunan Pasar Modern Terhadap Kinerja
UMKM
Dalam penelitian sebelumnya Damasus Ottis Widiandra dan Hadi Sasana 2013 menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor
yang dapat menjelaskan mengapa ada sebagian pedagang yang terkena dampak pasar modern sementara sebagian lainnya tidak.
Hasil dari penelitian ini pertama adalah faktor jarak antara Usaha mikro dan pusat perbelanjaan yang berada relatif dekat, dan paling
banyak terkena dampak, kedua faktor disverfikasi produk, komoditas yang dijual di UMKM jelas tersedia pada pusat
perbelanjaan sedangkan sebaliknya yang dijual pada pusat perbelanjaan belum tentu dijual pada UMKM, dan terakhir adalah
faktor harga karena harga antara UMKM dengan pusat perbelanjaan tidak jauh berbeda, maka dari itu konsumen yang akan berbelanja
lebih memilih berbelanja di pusat perbelanjaan selain harga tidak jauh berbeda tetapi bisa merasakan juga kenyamanannya.
Berikut adalah beberapa tabel menjelaskan dampak UMKM yang telah diteliti oleh peneliti:
Tabel 4.2 Perubahan Keuntungan, Omzet, Jumlah Pegawai dan Jumlah Pembeli UMKM di Kecamatan Depok yang berada sekitar
Pasar modern atau Mall Perlakuan
Sumber: Data diolah 2016 Tabel 4.3 Perubahan Keuntungan, Omzet, Jumlah Pegawai dan Jumlah
Pembeli UMKM di Kecamatan Gamping yang jauh atau belum dimasuki Pasar modern atau Mall Kontrol
Sumber: Data diolah 2016
UMKM Perlakuan Kec. Depok
35 Reponden Sebelum
Pembangunan Pasar Modern atau Mall
Setelah Pembangunan
Pasar Modern atau Mall
Signifikasi Perubahan
Keuntungan Rata-
Rata Rp. 100.050- Rp.
300.000 Rp. 25.051- Rp.
100.000
Rugi Omzet
Rata- Rata
Rp. 100.050- Rp. 500.000
Rp. 100.000 atau kurang
Rugi Jumlah
Pegawai Rata-
Rata 1
1 Tetap
Jumlah Pembeli
Rata- Rata
93 66
Berkurang
UMKM Kontrol Kec. Gamping
35 Reponden Sebelum
Pembangunan Pasar Modern
atau Mall Setelah
Pembangunan Pasar Modern
atau Mall Signifikasi
Perubahan
Keuntungan Rata-
Rata Rp. 100.050- Rp.
300.000 Rp. 300.050- Rp.
500.000
Untung Omzet
Rata- Rata
Rp. 100.050- Rp. 500.000
Rp. 100.050- Rp. 500.000
Tetap Jumlah
Pegawai Rata-
Rata 1
1 Tetap
Jumlah Pembeli
Rata- Rata
59 71
Bertambah
D. Analisis Dampak Pembangunan Pasar Modern Terhadap
Kinerja UMKM dengan Menggunakan metode Difference in Difference DiD
Tabel 4.4 Hasil Analisis Menggunakan Metode Difference in Difference DID
Sumber: Data diolah 2016
Analisis evaluasi dampak dengan metode DiD ini menemukan bahwa perbedaan dalam perubahan keuntungan, omzet dan jumlah
pembeli antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sangat nyata. Ini berarti bahwa kehadiran beberapa pusat perbelanjaan di Kabupaten
Sleman Khususnya Kecamatan Depok yang disekitarnya berada dekat dengan beberapa Usaha Mikro Kecil Menengah yang sebelumnya telah
menjalankan usahanya dapat dianggap sebagai penyebab penurunan
Variabel Perlakuan
Kontrol Dampak
Keuntungan
Rp. 275.000 Rp. 600.000
-Rp. 325.000
Omzet Rp. 350.000
Rp. 600.000 -Rp. 250.000
Jumlah Pegawai
Jumlah Pembeli 30
50 -20
keuntungan, omzet dan jumlah pembeli karena pada UMKM kelompok kontrol atau Kecamatan Gamping yang jauh dari kehadiran pusat
perbelanjaan dan belum dimasuki pasar modern tidak terjadi penurunan keuntungan, omzet dan jumlah pembeli yang sama bahkan pada
kelompok ini jumlah pembeli terus meningkat karena pada Kecamatan Gamping banyak pembeli UMKM dari segmen rumah tangga dan
hampir sebagian dari mereka memenuhi kebutuhan hidupnya hanya berbelanja pada UMKM yang dekat dengan tempat tinggal karena jarak
yang jauh ke pusat perbelanjaan. Dari hasil pengamatan dan penelitian, faktor jarak antara
UMKM dengan pasar modern merupakan faktor yang dapat menjelaskan mengapa ada UMKM terkena dampak kehadiran pusat
perbelanjaan dan ada UMKM yang tidak terkena dampak. UMKM Kecamatan Depok yang berada dekat dengan pusat perbelanjaan
merasakan dampak sedangkan UMKM Kecamatan Gamping yang berada jauh dari pusat perbelanjaan tidak merasakan dampak.
Dari analisis
kuantitatif diatas
menunjukkan perubahan
proporsional keuntungan dan omzet diantara pedagang. Hal itu juga menunjukkan bahwa pedagang di kelompok perlakuan dampak maupun
kontrol mengalami penurunan kinerja bisnisnya. Penurunan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan penurunan omzet, hal ini menunjukkan
bahwa pedagang lebih mengutamakan kemampuan untuk menjual barang dibandingkan upaya untuk mempertahankan tingkat keuntungan.
Para pedagang terpaksa mematok harga yang lebih kecil agar dapat menawarkan barangkomoditas yang tetap bersaing. Dalam tabel diatas
angka negatif tidak berarti pedagang mengalami kerugian namun menunjukkan bahwa rata-rata keuntungan mereka menurun.
Penurunan omzet lebih besar dibandingkan dengan jumlah pembeli. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli tidak benar-benar
meninggalkan UMKM namun mereka mengalihkan belanja sebagian barang kebutuhan sehari-hari mereka kepusat perbelanjaan. Pembeli
yang memilih untuk tetap berbelanja di pedagang UMKM memang lebih mengutamakan
harga barang yang lebih
murah apabila
dibandingkan dengan harga barang sejenis yang ditawarkan oleh mall. Faktor harga barang ini lah salah satu yang menjaga eksistensi dari
pedagang UMKM itu sendiri. Penurunan
pada UMKM
perlakuan Kecamatan
Depok disebabkan oleh jumlah pedagang tetap dan jumlah pembeli yang
berkurang karena sebagian telah beralih ke pasar modern, hal ini dapat diketahui dari 35 pedagang responden yang di wawancara dan mengisi
kuesioner hanya 4 pedagang yang mengatakan bahwa pasar modern tidak begitu berpengaruh untuk dagangannya karena pedagang tersebut
beranggapan bahwa yang menyebabkan penurunan keuntungan tersebut adalah semakin meningkatnya persaingan antar pedagang, baik dari segi
kualitas dan harga. Pembeli yang bertahan menjadi pelanggan di UMKM kelompok perlakuan ini adalah penduduk yang memiliki jarak
cukup dekat dengan rumahnya dan sebagian lagi adalah pelanggan tetap yang dimiliki pedagang tersebut. Ada pula pedagang responden yang
mengatakan kehadiran pasar modern dapat membuka lapangan pekerjaan dan beberapa pedagang ada yang mengatakan usahanya laku
ketika sudah ada pasar modern disekitarnya. Sedangkan penyebab terjadinya perbedaan penurunan di
UMKM kontrol Kecamatan Gamping karena masalah perbedaan jumlah pelanggan, harga beli dan harga jual serta keberuntungan setiap
pedagang.