DAMPAK PEMBANGUNAN PASAR MODERN TERHADAP KINERJA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN

(1)

i SKRIPSI

Oleh :

Fina M. Noor Alfiany NPM : 20120730176

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu

pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

Fina M. Noor Alfiany NPM : 20120730176

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

(5)

(6)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

“Tebar Kebaikan untuk orang disekelilingmu dengan

TULUS dan IKHLAS”

“Allah mencintai

pekerjaan yang apabila bekerja ia

menyelesaikannya dengan baik”

(H.R Thabrani)

Saat kamu bermalas-malasan, 50.000 pesaingmu


(7)

memberikan seluruh kenikmatan….

Saya persembahkan karya tulis ini kepada yang tersayang dan paling disayang kedua orang tua Bapak Drs. E Mastur Alfian M. Si dan Ibu Nur Dwiningsih S.Pd. Dua kakak perempuanku yang cantik Meilia M.Noor Agustin S.E dan Fanny M.Noor Fauzany, A.Md serta kakak iparku Agus Wahyudi S.T. Adik laki-laki satu-satunya Dzikri M.Noor Kholis Wafaq. Karya tulis ini saya persembahkan untuk keluarga tercinta yang selalu memberikan semua dukungan dan do’a tanpa henti, serta curahan kasih sayang yang tidak ada batasnya. Pak, Bu mudah-mudahan karya tulisku menjadi salah satu bukti baktiku untuk kalian yang rela berkorban untuk saya demi ilmu yang saya dapatkan walau belum seberapa dengan semua apa yang telah kalian korbankan tapi semoga menjadi kebanggaan untuk bapak dan ibu.


(8)

Wa Ta’ala yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: DAMPAK PEMBANGUNAN PASAR MODERN TERHADAP KINERJA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN yang disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Shalawat serta salam selalu tertuju kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah sebagai contoh terladan bagi umatnya.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini diikuti dengan kerja keras dan tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, do’a, serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Cipto selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. Mahli Zainudin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Syarif As’ad, S.E.I., M.Si. selaku Kepala Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(9)

5. Seluruh Dosen Fakultas Agama Islam yang sudah mentransformasi ilmu, kesabaran dan keteladanan dengan penuh keikhlasan kepada penulis.

6. Seluruh civitas akademisi khususnya Tata Usaha Fakultas Agama Islam.

7. Kepada kedua orang tua tercinta, tersayang, Bapak Drs. E. Mastur Alfian M.Si dan Ibu Nur Dwiningsih S.Pd atas segala do’a dan dukungannya dalam bentuk moril dan materil serta cinta dan kasih sayang yang tulus tidak pernah sedikitpun mengeluh selalu kuat, selalu berusaha yang terbaik untuk anaknya.

8. Kakak perempuanku tercinta Meilia M. Noor Agustin, S.E dan Fanny M. Noor Fauzany, A.Md serta kakak iparku Agus Wahyudi S.T yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi, selalu menjadi pendengar keluh kesah penulis yang baik dan sahabat yang baik. Semoga kalian selalu diberi kemudahan dan kelancaran dalam pekerjaan maupun aktivitas lain.

9. Adik laki-laki ku satu-satunya Dzikri M.Noor Kholis Wafaq yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis tanpa henti, semangat sekolahnya dek, jadilah laki-laki yang bertanggung jawab serta selalu menjaga keluarga.

10. Sahabat-sahabatku, ANTIMO tersayang Nela Amalia (meka), Intari Endah Setyowati (nok), Agita Kurnia Dewi (ncun), Nurul Irfany (gunil), Femi


(10)

Icoy, Mega, Edah, sahabat Kosan Nanda, Faiz Resha Majid terimakasih selalu memberikan semangat, dukungan, perhatian, cerita dan do’a untuk saya. Semua sahabatku yang telah menjadi teman curhat, teman gokil, teman baper, aaahhh Kalian terlalu istimewa dan semua cerita diantara kita yang tidak akan pernah terlupakan. Teman riweuh dan teman segalanya…. Sukses yaaa kalian!

11. Keluarga besar KKN 43 UMY Karangrejek Imogiri Bantul, Aditya Rizki Trinanda, M Febry Ramadhan, M Rifky Oktaviano, M Satriyo Wibisono, M Alief Maulana, Ayu Septy Handayani dan Yunita Muryasari yang sudah memberikan banyak pengalaman, kebersamaan dan yang pasti cerita indah.

12. Teman-Teman EPI 2012 khususnya EPI D 2012, Angga, Dio, Fadli, Pahmy, Anggit, Julio, Ari, Suti, Ukhty Hilda dan semuanya terimakasih semangat, dukungan dan kebersamaan selama ini. Saya akan sangat merindukan kalian guys !

13. Keluarga Besar Bapak Ngadani S.Pd, Mbak Eka, A Anjar, Mbak Ratna, Riska, kakak Candy Bilqis hatur nuhun sudah menjadi bagian dari proses, selalu memberikan semangat dan dukungan. Bi Uti dan Abah Saming yang telah banyak membantu.


(11)

15. Almamaterku Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terimakasih atas dukungan, kerjasama dan kebersamaannya.

16. Daerah Istimewa Yogyakarta, terimakasih semua pengalaman, mencari ilmu dikota istimewa ini segala cerita indah yang terukir. Penulis akan selalu ingin kembali 

17. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini semoga Allah SWT selalu memberikan kebaikan kepada kalian semua.

Ibarat pepatah “tak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari dalam penelitian tugas akhir tak luput dari kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakannya guna perbaikan di masa yang akan datang dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu‟alaikum. Wr. Wb. Yogyakarta, 24 Agustus 2016

Penulis


(12)

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

NOTA DINAS ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xviii

ABSTRAK ... xix

ABSTRACK ... xx

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB ... xxi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9


(13)

A. Tinjauan Pustaka ... . 12

B. Kerangka Teori ... 17

1. Pasar Tradisional dan Pasar Modern ... 17

2. Tinjauan Regulasi Perdagangan Pemerintah... 18

3. Kinerja UMKM ... 21

4. Ekonomi Islam ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Metode Penelitian ... 30

1. Jenis Penelitian ... 30

2. Obyek Dan Subyek Penelitian ... 31

B. Metode Pengumpulan Data ... 31

C. Populasi Dan Sampel ... 32

1. Populasi ... 32

2. Sampel ... 34

D. Definisi Operasional Variabel ... 36

E. Teknik Analisis Data ... 38

1. Analisis Kuantitatif ... 38

2. Analisis Kualitatif ... 40

F. Kerangka Berfikir ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 43

B. Gambaran Kondisi Kabupaten Sleman ... 47

C. Hasil Pengumpulan Data ... 54


(14)

PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(15)

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perangkat Daerah

Kabupaten Sleman ... 50 Gambar 4.2 Perkembangan Ekonomi Berbagai Bidang

di Kabupaten Sleman (2005-2009) ... 52 Gambar 4.3 Responden Dampak

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55 Gambar 4.4 Responden Dampak Berdasarkan Usia ... 56 Gambar 4.5 Responden Dampak

Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 57 Gambar 4.6 Responden Persepsi

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59 Gambar 4.7 Responden Persepsi Berdasarkan Usia ... 60 Gambar 4.8 Responden Persepsi

Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 61 Gambar 4.9 Responden Persepsi Berdasarkan Pekerjaan ... 62

Gambar 4.10 Komoditas yang di jual dan

Proposi Pedagang ... 63 Gambar 4.11 Pelanggan Usaha Mikro Kecil Menengah... 65 Gambar 4.12 Pemasok Usaha Mikro Kecil Menengah ... 66 Gambar 4.13 Metode Pembayaran


(16)

Membeli Produk UMKM ... 76 Gambar 4.16 Faktor Pendorong Pembeli

Membeli Produk UMKM ... 77 Gambar 4.17 Ketersediaan Fasilitas tempat parkir,

kebersihan danToilet UMKM vs Mall

(Persepsi Pembeli) ... 78 Gambar 4.18 Kondisi Kebersihan, Keamanan dan

Lingkungan UMKM vs Mall

(Persepsi Pembeli) ... 80 Gambar 4.19 Pelayanan Terhadap Pembeli


(17)

(2013-2015) ... 6 Tabel 4.1 Sektor Ekspor dan Impor Kabupaten Sleman

(2005-2009) ... 53 Tabel 4.2 Perubahan Keuntungan, Omzet, Jumlah Pegawai

dan Jumlah Pembeli UMKM di Kecamatan Depok yang berada sekitar Pasar modern

atau Mall (Perlakuan) ... 71 Tabel 4.3 Perubahan Keuntungan, Omzet, Jumlah Pegawai

dan Jumlah Pembeli UMKM di Kecamatan Gamping yang jauh atau belum dimasuki Pasar modern

atau Mall (Kontrol) ... 71 Tabel 4.4 Analisis Dampak Pembangunan

Pasar Modern Terhadap Kinerja UMKM dengan Menggunakan metode


(18)

(19)

(20)

By: FINA M. NOOR ALFIANY STUDENT: 20120730176

The background of this research was the increase of modern market development in Kabupaten Sleman that changed the human lifestyle in providing their needs that increased day by day. This research was to analyze the effect of modern market development toward the performance of small and medium micro entreprises or (UMKM) in Kabupaten Sleman. This research combined the quantitative and qualitative method.

The evaluation of quantitative effect used difference-in-difference method that was common to be used to evaluate effect.

The qualitative analysis was conducted in the form of indepth interview with the key informants, and then the researcher analyzed it according to Islamic economy perspective. The result of this research indicated that distance and price factors between UMKM and shopping center was very determining, UMKMs located near shopping center had the biggest negative influence especially in the decrease of profit, turnover, and the total number of consumers but not in the total number of employees.

Keywords: Effect, UMKM, Modern Market, Profit, Turnover, Number of Consumer, Number of Employee.


(21)

NAMA: FINA M. NOOR ALFIANY NIM: 20120730176

Penelitian yang di latar belakangi oleh berkembangnya pembangunan pasar modern di Kabupaten Sleman sehingga merubah gaya hidup manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang semakin hari semakin tinggi dengan alasan mengikuti perkembangan jaman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak pembangunan pasar modern terhadap kinerja UMKM di Kabupaten Sleman dalam perspektif ekonomi Islam. Penelitian ini menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi dampak kuantitatif menggunakan metode

difference-in-difference yang lazim digunakan dalam mengevaluasi dampak. Analisis kualitatif

sendiri dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam dengan informan kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jarak dan harga antara umkm dan mall sangat menentukan, dimana UMKM yang berada dekat dengan mall paling banyak terkena dampak negatif terutama penurunan pada keuntungan, omzet dan jumlah pembeli tetapi tidak dengan jumlah tenaga kerja.

Kata Kunci: Dampak, UMKM, Pasar Modern, Keuntungan, Omzet, Jumlah pembeli, Jumlah Tenaga Kerja.


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar merupakan salah satu kegiatan perdagangan yang tidak bisa terlepas dari kegiatan sehari-hari manusia. Semakin pesatnya perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan akan pasar baik secara kuantitas maupun kualitas. Keberadaan pasar tradisional dan pasar modern sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa semakin berkembangnya pasar modern mengakibatkan pasar tradisional atau Usaha Mikro Kecil Menengah atau biasa disebut UMKM sulit berkembang. Upaya untuk menjadikan pasar tradisional sebagai salah satu motor penggerak dinamika perkembangan perekonomian suatu Kota, maka diperlukan adanya pasar yang dapat beroperasi secara optimal dan efisien serta dapat melayani kebutuhan masyarakat.

Menurut Izza (2010) Pasar modern, tidak banyak berbeda dengan pasar tradisional, namun dalam pasar modern antara penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat


(23)

label harga yang tercantum dalam barang (barcode), akses lebih kecil, berada dalam bangunan dan pelayananya dilakukan secara mandiri atau dilayani oleh pramuniaga.

Seperti yang kita ketahui bahwa pasar modern saat ini banyak dijumpai dikota-kota besar termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta, beberapa pasar modern yang sudah selesai pembangunan maupun yang masih dalam proses pembangunan. Banyaknya pembangunan mall mengubah DIY khususnya daerah Sleman dan Kota Yogyakarta menjadi kawasan Kota belanja dan pariwisata dengan meninggalkan konsep Kota pendidikan dan budaya. Proses pembangunan tersebut pun dianggap oleh beberapa pengamat telah merampas hak-hak publik untuk mendapatkan ruang publik yang memadai.

Kabupaten Sleman yang terletak di utara Kota Yogyakarta merupakan kabupaten dengan pertumbuhan paling cepat, dilihat dari jumlah penduduk, pendidikan, perekonomian dan wisata-wisata modernnya. Salah satu kecamatan yang sektor pertumbuhan penduduknya menjadi nomor satu terletak pada Kecamatan Depok. Pada sektor perekonomiannya, pasar modern atau Mall megah berdiri di Kecamatan ini termasuk di jalan Solo terdapat tiga mall yang sudah beroperasi yaitu Ambarukmo Plaza, Jogja City Mall dan Sahid Jogja


(24)

Walk belum lagi di ringroad utara menjadi mall terbesar se DIY Jawa Tengah yaitu Hartono Mall.

Sedangkan kita lihat di sebagian wilayah bagian dari kabupaten Sleman yang belum sama sekali dimasuki atau dibangun pasar modern seperti mall megah yaitu Kecamatan Gamping, sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Gamping merupakan sebagai kawasan penyangga pengembangan Kota Yogyakarta ke arah barat. Pusat Kecamatan Gamping berada di Dusun Patukan, Kelurahan Ambarketawang. Keberadaan Desa Ambarketawang di jalur utama Yogyakarta-Purwokerto atau Jakarta, mengakibatkan wilayah desa Ambarketawang berkembang dengan pesat terutama dalam bidang perekonomian, perindustrian, perdagangan dan kependudukan. Dengan perkembangan yang begitu pesat dengan dukungan keberadaan Kantor Kecamatan Gamping serta kantor-kantor, mengakibatkan wilayah ini menjadi pusat pengembangan Ibukota Kecamatan, dan merupakan wilayah pengembangan Kota Yogyakarta kearah barat.

Izza (2010) Meskipun informasi gaya hidup modern dengan mudah diperoleh dan perkembangan pasar modern semakin hebat, tetapi tampaknya masyarakat masih memiliki dan mempunyai budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional atau UMKM.


(25)

Disatu sisi terdapat perbedaan yang mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern, perbedaan itu adalah di pasar tradisional masih terdapat proses tawar menawar harga, sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Meningkatnya jumlah pasar modern memicu banyak masyarakat berbelanja di pasar modern karena alasan praktis, bersih dan efisien, maupun karena alasan gengsi dan gaya hidup.

Tergesernya usaha mikro dan pasar tradisional disebabkan pula oleh meningkatnya taraf hidup dan berubahnya gaya hidup masyarakat, ketika tingkat taraf hidup masyarakat meningkat, disamping membutuhkan ketersediaan berbagai macam barang yang lengkap dari kebutuhan primer hingga kebutuhan tersier, fasilitas pendukung seperti kenyamanan, kebebasan, ataupun jaminan harga murah dan kualitas baik menjadi bahan pertimbangan masyarakat.

Dampak nyata yang dirasakan oleh pemilik toko-toko kecil dan pedagang UMKM, yakni penurunan omzet secara perlahan akibat keberadaan pasar modern tersebut. Barang dagangan di toko kelontong perlahan mulai berkurang karena menurunnya jumlah pembeli. Sangat berbanding terbalik dengan keadaan yang terjadi di toko atau pasar modern di mana para pembeli lebih memilih berbelanja kebutuhan mereka dengan nyaman dan leluasa.


(26)

Salah satu alasan yang hendak dicapai dalam pembangunan adalah suatu pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Di Indonesia industri kecil yang menjadi wadah usaha bagi masyarakat yang menduduki peran strategis dalam pembangunan ekonomi salah satunya adalah pasar. Pasar mampu menciptakan lapangan pekerjaan karena mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Selain itu, bagi masyarakat menengah ke bawah yang mempunyai pendidikan yang kurang mereka dapat menjadikan pasar sebagai tempat usaha mereka untuk bekerja karena dengan begitu mereka dapat memperoleh pendapatan yang layak. Membuka usaha di dalam pasar juga tidak membutuhkan pendidikan tertentu sehingga tidak sulit bagi mereka untuk bekerja. Sehingga pasar juga dapat memberikan andil bagi pembangunan ekonomi di suatu negara karena banyak dari masyarakat yang mencari pendapatan dengan membuka usaha di pasar. Dan dengan begitu dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat banyak.


(27)

Minimnya daya dukung karakteristik pedagang UMKM, yakni strategi perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang tidak mencukupi merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh pedagang di pasar tradisional dan UMKM.

Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Kabupaten Sleman Tahun 2013-2015

Sumber: BPS, DIY Dalam Angka Tahun 2013-2015

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa perkembangan UMKM di Kabupaten Sleman dari tahun ketahun mengalami naik dan turun. Pada tahun 2013 tercatat 332 unit usaha, tahun 2014 naik menjadi 558 secara signifikan lalu pada tahun 2015 mengalami penurunan kembali di angka 398. Hal tersebut menunjukkan perlunya penguatan faktor untuk meningkatkan pertumbuhan UMKM. Menurunnya perkembangan

No Tahun Satuan Jumlah

1 2013 Unit Usaha 332

2 2014 Unit Usaha 558


(28)

UMKM karena ada faktor yang mempengaruhi. Hal ini dapat dipastikan bahwa tingkat pendapatan UMKM menurun.

Usaha perdagangan diadakan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk pendapatan, dimana pendapatan itu sendiri dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pedagangnya.

Income yang diterima adalah dalam bentuk uang yang merupakan alat

pertukaran atau alat pembayaran.

Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui kesenjangan distribusi pendapatan adalah Indeks Gini dan kriteria Bank Dunia (BPS, 1994). Kriteria Bank Dunia mendasarkan penilaian distribusi pendapatan atas pendapatan yang diterima oleh 40 persen penduduk berpenghasilan terendah. Kesenjangan distribusi pendapatan dikategorikan: (a) tinggi, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang dari 12 persen bagian pendapatan; (b)

sedang, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima 12

hingga 17 persen bagian pendapatan; (c) rendah, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih dari 17 persen bagian pendapatan. (Kuncoro, 2010: 85)

Perancangan strategis pengembangan pasar tradisional perlu dilakukan karena hal ini merupakan amanat dari UUD 1945 Pasal 33 yang menyebutkan perekonomian nasional berdasarkan demokrasi


(29)

ekonomi yang berpihak pada rakyat. Selaras dengan Pasal 33 UUD 1945, GBHN Tahun 1999, butir II tentang arah kebijakan ekonomi yang menyebutkan bahwa pemerintah harus melindungi para pengusaha kecil, menengah dan koperasi dari persaingan yang tidak sehat.

Sebenarnya banyak sekali jenis pasar modern seperti halnya minimarket atau supermarket yang saat ini banyak dijumpai di beberapa Kota besar maupun kecil namun yang dimaksud pasar modern dalam penelitian ini yaitu mall atau pusat perbelanjaan yang semakin hari semakin berkembang di Kabupaten Sleman khususnya Kecamatan Depok. Untuk itu perlu merumuskan suatu perancangan analisis kebijakan pengembangan UMKM untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh UMKM di Kabupaten Sleman agar dapat bertahan dan berkembang ditengah persaingan dengan pasar modern yang semakin ketat.

Dari latar belakang masalah yang telah dijabarkan penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “DAMPAK PEMBANGUNAN PASAR MODERN TERHADAP KINERJA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN”


(30)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini berupaya menjawab, antara lain:

1. Bagaimana dampak pembangunan pasar modern terhadap jumlah tenaga kerja UMKM di Kabupaten Sleman?

2. Bagaimana dampak pembangunan pasar modern terhadap keuntungan UMKM di Kabupaten Sleman?

3. Bagaimana dampak pembangunan pasar modern terhadap omzet UMKM di Kabupaten Sleman?

4. Bagaimana dampak pembangunan pasar modern terhadap jumlah pembeli UMKM di Kabupaten Sleman?

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan Dari Penelitian Ini Antara Lain:

1. Untuk mengetahui dampak pembangunan pasar modern terhadap jumlah tenaga kerja UMKM di Kabupaten Sleman. 2. Untuk mengetahui dampak pembangunan pasar modern

terhadap keuntungan UMKM di Kabupaten Sleman.

3. Untuk mengetahui dampak pembangunan pasar modern terhadap omzet UMKM di Kabupaten Sleman.


(31)

4. Untuk mengetahui dampak pembangunan pasar modern terhadap jumlah pembeli UMKM di Kabupaten Sleman.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain: 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan teori yang berkaitan dengan ilmu ekonomi pembangunan dan diharapkan juga dapat menambah dan memperkaya hasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang perdagangan, ekonomi dan isu-isu di dalam problematika masyarakat.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi Pedagang dan umumnya bagi masyarakat Yogyakarta dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas kehidupan internal UMKM maupun eksternal masyarakat sekitar serta dapat memberikan masukan untuk arah kebijakan pemerintah tentang kesejahteraan para pelaku UMKM.


(32)

b. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi lebih lanjut serta dapat memberi masukan dalam menentukan dan kebijakan pemerintah ke depan.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan judul penelitian ini, diantaranya:

1. Sitti Aisyah dan Juliastuti (2015), Journal tentang Pengaruh Pembangunan Grand Mall Terhadap Pendapatan UMKM di

Kota Palu (Analisis Ekonomi Islam). Jenis penelitian ini adalah

kuantitatif yang menggunakan bantuan statistik untuk menganalisis data yang diperoleh dilapangan yang mana datanya berupa angka. Objek atau sasaran lokasi penelitian adalah Palu Barat. Populasi penelitian ini adalah seluruh UMKM yang berada di Palu Barat yang memiliki kuantitas dan karakteristik yang sama. Alat Anlalisis menggunakan regresi linear berganda dengan bantuan software alat analisis. Hasil penelitian ini bahwa Pembangunan Grand Mall berpengaruh positif terhadap pendapatan UMKM di Kota Palu.

2. Wuri Ajeng Chintya dan Ida Bagus Darsana (2013), Journal

tentang Analisis Pendapatan Pedagang Di Pasar Jimbaran,

Kelurahan Jimbaran Bali. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif.


(34)

Selatan Kabupaten Badung Bali. Peneliti menggunakan sampel dengan jumlah 106 responden dengan menggunakan metode

Stratified Random Sampling. Penelitian ini menggunakan

analisis regresi linier berganda. Hasil Dari penelitian ini memperlihatkan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan adalah jam kerja, modal kerja, lokasi usaha dan jenis produk. Jam kerja merupakan faktor dominan yang mempengaruhi pedagang di pasar Jimbaran.

3. Damasus Ottis Widiandra dan Hadi Sasana (2013), Journal

tentang Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap

Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus

di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif Sebanyak 72 responden mewakili 4 pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Kemudian teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Proportional sampling. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini pengaruh kenyamanan terhadap keuntungan usaha tidak signifikan sedangkan jarak, disverfikasi produk, dan harga berpengaruh signifikan positif terhadap keuntungan usaha.


(35)

4. Eka Yuliasih (2013), Skripsi tentang Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel Waserda Dan Pedagang Pasar Tradisional Di Kecamatan Klirong Kabupaten

Kebumen Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

eksploratif. Variabel dalam penelitian ini adalah keberadaan pasar modern, usaha Ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional. Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku usaha Ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional di Kecamatan Klirong yang memiliki radius 0-1 Km dari pasar modern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Implementasi peraturan pemerintah tentang pasar modern tidak berjalan semestinya. (2) Persepsi negatif pelaku usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional terhadap keberadaan pasar modern termasuk dalam kategori tinggi. (3) Keberadaan pasar modern berdampak negatif pada omset (24 persen dan 16,3 persen), pendapatan (30 persen dan 17,5 persen), dan jumlah pelanggan (32 persen dan 29 persen) usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional. (4) Upaya yang dilakukan pelaku usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional untuk mempertahankan eksistensi usahanya sangat minim, misalnya hanya dengan menurunkan harga jual beberapa jenis barang.


(36)

5. Ani Nur Fadhilah (2011), Skripsi tentang Dampak Minimarket Terhadap Pasar Tradisional (Studi Kasus Di Ngaliyan).

Penelitian ini menggunakan analisis data Kualitatif Deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa keberadaan pasar modern (minimarket) disekitar Pasar Ngaliyan memberikan dampak negatif, terutama kepada para pedagang kelontong yang mayoritas daganganya tersedia juga di pasar modern (minimarket).

6. Danial El Amin (2011), Thesis tentang Dampak Pasar Modern Terhadap Pedagang Di Pasar Tradisional Di Kecamatan

Ciledug Kabupaten Cirebon. Penelitian ini termasuk jenis

penelitian kuantitatif dan kualitatif. Berlokasi di Kecamatan Ciledug Kab. Cirebon. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang pasar, yang dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :


(37)

1) Kelompok I adalah pedagang dipasar tradisional perlakuan.

2) Kelompok II adalah pedagang di pasar tradisional kontrol.

Alat analisisnya menggunakan Metode Difference-in-Difference

(DiD). Metode DiD mensyaratkan pencatatan keadaan dalam

dua periode waktu yaitu sebelum dan sesudah perlakuan

(treatment). Dari hasil penelitian ini maka di tarik kesimpulan

bahwa dari judul Dampak Pasar Modern Terhadap Pedagang Di Pasar Tradisional Di Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon. Menghasilkan dampak negative terhadap omzet, keuntungan dan jumlah pembeli dipasar tradisional, namun tidak mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang membantu pedagang di pasar tradisional.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang telah penulis cantumkan yaitu pada subyek, obyek, tahun penelitian dan metode penelitian. Namun pada penelitian yang dilakukan Danial El Amin (2011) terdapat persamaan pada metode penelitian. Adapun obyek atau sasaran lokasi penelitian adalah UMKM yang berada di Kecamatan Depok sebagai kelompok perlakuan, sedangkan pada Kecamatan Gamping sebagai kelompok kontrol, kedua Kecamatan tersebut


(38)

mewakili Kabupaten Sleman yang dijadikan sebagai obyek penelitian. Sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM itu sendiri. Metode penelitian yang digunakan dengan menggunakan penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian ini menggunakan acuan tesis yang dilakukan Danial El Amin (2011) namun berbeda pada objek penelitian, jika pada penelitian Danial (2011) meneliti satu pasar modern saja yaitu Surya Toserba sedangkan penelitian yang dilakukan ini fokus terhadap beberapa pusat perbelanjaan yang terletak di Kabupaten Sleman khususnya Kecamatan Depok untuk kelompok perlakuan dan Kecamatan Gamping untuk kelompok kontrol.

B.Kerangka Teoritik

1. Pengertian Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Pengertian pasar tradisional dan pasar modern berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.420/MPP/Kep/10/1997 tentang pedoman dan pembinaan pasar dan pertokoan, pasar diklasifikasikan berdasarkan kelas mutu pelayanan menjadi 2 (dua), yaitu:


(39)

1) Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, swasta, koperasi, atau swadaya masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda, yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar.

2) Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, atau koperasi yang dalam bentuknya berupa mall, supermarket, departement store dan

shopping centre dimana pengelolanya dilaksanakan

secara modern, dan mengutamakan pelayanan dan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada disatu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi label harga yang pasti.


(40)

2. Tinjauan Regulasi Perdagangan Pemerintah 1. Pemerintah Pusat

Upaya mengimplementasikan kebijakan dapat dilihat dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern bahwa dengan semakin berkembangnya usaha perdagangan eceran dalam skala kecil dan menengah, usaha perdagangan eceran modern dalam skala besar, maka pasar tradisional perlu diberdayakan agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat serta saling menguntungkan.

Lokasi pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern wajib mengacu pada rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, dan rencana detail tata ruang kabupaten/kota, termasuk peraturan zonasinya.

Pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern wajib:

1) Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan Pasar Tradisional, Usaha Kecil dan Usaha Menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan;


(41)

2) Memperhatikan jarak antara Hypermarket dengan Pasar Tradisional yang telah ada sebelumnya; 3) Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas

kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter per

segi) luas lantai penjualan Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern; dan

4) Menyediakan fasilitas yang menjamin Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.

2. Pemerintah Daerah

Beberapa hal penting dari Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 tahun 2012 tentang perizinan pusat perbelanjaan dan toko modern.

Dalam hal ini pengaturan pusat perbelanjaan dan toko modern didasarkan pada asas:

1) Keadilan.

2) Kesamaan kedudukan. 3) Kemitraan.


(42)

5) Kelestarian lingkungan. 6) Persaingan sehat. 7) Kemanfaatan.

Sedangkan tujuan pengaturan pusat perbelanjaan dan toko modern sebagai berikut:

1) Mengatur dan menata keberadaan pusat perbelanjaan dan toko modern.

2) Mengoptimalkan pelaksanaan kemitraan antara pusat perbelanjaan dan toko modern dengan UMKM.

3) Mewujudkan sinergi antara pusat perbelanjaan dan toko modern dengan pasar tradisional. 4) Memberdayakan potensi ekonomi lokal. 5) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.


(43)

3. Kinerja UMKM

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah yang dimaksud dengan:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang


(44)

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kinerja atau penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. (Gary Siegel, 1989:199 dalam Mulyadi, 2001:416)

Menurut Andharini (2012) kinerja UMKM dapat ditingkatkan dan dikembangkan dengan harus melakukan beberapa hal, yaitu mengembangkan sasaran pemasarannya, mengembangkan wilayah pemasarannya, menetapkan harga jual sesuai kemasan, mengembangkan saluran pemasarannya, mempertahankan ciri khas produk, mengembangkan berbagai pilihan produk & kemasan, memperhatikan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Dalam hal ini UMKM dituntut harus memiliki kinerja yang baik dalam segi pelayanan, pemasaran dan tentunya produk penjualan. Apabila seseorang akan membuka usaha


(45)

harus memperhatikan seluruh keadaan sekitarnya agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, harga yang dijual juga harus sesuai artinya komoditas yang akan dijual tidak berlebihan, keramahan penjual menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam usaha demi menarik dan mempertahankan pembeli.

Ditegaskan kembali menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM:

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Kriteria UMKM menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008:

1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak


(46)

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2)Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp


(47)

10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah. (www.bi.go.id)

Mengenai jenis-jenis modal kerja, Bambang Riyanto dalam bukunya dasar-dasar pembelanjaan perusahaan di kutip dari W.B. Taylor dalam bukunya financial Politices of Business Enterprise

(2001:60), menggolongkan:

1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja yang dimaksud dalam jenis ini adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan untuk dapat menjalankan kegiatan operasionalnya, sehingga dapat memenuhi akan kebutuhan konsumen. Dengan kata lain modal kerja yang secara terus- menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.

Permanent Working Capital ini dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu:


(48)

a) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk dapat menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi terus.

b) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu modal kerja yang harus ada agar perusahaan dapat beroperasi dengan tingkat produksi normal. Produksi normal merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk sebesar kapasitas normal dari perusahaan itu sendiri. Dengan kata lain pengertian “normal” di sini adalah dalam artian yang dinamis.

2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan yang mempengaruhi perusahaan, dan modal kerja ini dibedakan dalam:

a) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.


(49)

b) Modal Kerja Siklis (Cylical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

c) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya bencana alam, pemogokan para buruh, dan lain sebagainya).

4. Ekonomi Islam

Berkaitan dengan pembangunan ekonomi Islam memiliki satu pandangan yang khas mengenai kehidupan ini secara keseluruhan. Pandangan Islam tentang kehidupan menyangkut 3 aspek yaitu Tauhid

(Keesaan Tuhan), Khilafah (Kekhalifahan manusia) dan ‘Adalah

(Keadilan). Tauhid mengandung arti bahwa kejadian alam semesta dan manusia merupakan bukti secara maujud tentang keesaan Allah SWT. Kehidupan alam semesta berjalan secara teratur dan harmonis mengindikasikan bahwa zat yang mengaturnya bersifat Esa baik dalam tindakan, sifat dan zatnya prinsip ini membawa konsekuensi bahwa manusia dituntut untuk menggunakan semua potensi yang diberikan untuk beribadah kepada Allah SWT. Pengabdian kepada Allah SWT


(50)

merupakan bentuk dari fungsi dan peranan manusia sebagai khalifah dimuka bumi untuk memakmurkan kehidupan baik secara material maupun spiritual. Fungsi dan peranan manusia sebagai khalifah Allah dibumi ini untuk mengembangkan aspek keadilan sebagai wujud ibadah sebagai Allah SWT.

Unsur-unsur penting dalam menyusun strategi pembangunan dalam Islam meliputi:

1) Perlunya pengendalian terhadap permintaan secara berlebihan. 2) Perlunya mengembangkan aspek motivasi manusia

3) Mengembangkan kerangka sosial ekonomi sebagai unsusr penunjang dalam pembangunan.

4) Pentingnya peranan negara dalam mengembangkan potensi ekonomi masyarakat. (Yuliadi, 2001:201-202)

Sebagai khalifah Allah, manusia bertanggung jawab kepada-NYA dan mereka akan diberi pahala atau disiksa di hari akhirat kelak berdasarkan apakah kehidupan mereka di dunia ini, sesuai atau bertentangan dengan petunjuk yang telah diberikan oleh Allah.

Oleh karena itu, setiap orang dan bukan seseorang tertentu atau anggota ras, kelompok, atau negara tertentu adalah seorang khalifah dan khalifah pada dasarnya mengandung makna persatuan fundamental dan persaudaraan umat manusia. Konsep persaudaraan ini akan tetap


(51)

menjadi konsep yang kosong dari substansi apabila tidak dibarengi

dengan konsep ‘adalah keadilan. Oleh karena itu pula, menegakkan keadilan dinyatakan oleh Al-Qur’an sebagai salah satu tujuan utama yang akan dicapai oleh para rasul Allah.

Pada hakikatnya Al Qur’an meletakkan keadilan paling dekat

dengan takwa, sehubungan dengan urgensinya dalam keimanan Islam. Ketakwaan atau pembangunan moral mengandung arti kedekatan kepada Tuhan yang dicapai melalui implementasi keimanan terhadap semua nilai dalam upaya penegakkan institusi yang diwajibkan oleh

Allah lewat Al Qur’an dan As sunnah, dan karena itu sangat penting sebab dengan demikian ia berfungsi sebagai batu loncatan bagi segenap aksi kebijakan termasuk penegakkan keadilan. (Chapra, 2000: 6-7)

Firman Allah yang menerangkan salah satu sikap adil:

ى ْني ىبْرقْلا ءاتيإ اس ْح ْْا ْ عْلاب رمْأي َّ ّ إ

ّلعل ْم ظعي يْغبْلا ر ْن ْلا ءاش ْحفْلا نع رّكذت ْم

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi kepada kamu kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penggabungan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Selanjutnya, peneliti dalam menganalisisnya juga melalui pendekatan ekonomi Islam, suatu pendekatan yang berdasarkan ketentuan-ketentuan ekonomi Islam yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi dalam rangka mencapai tujuan ekonomi yakni kesejahteraan umat (falah). Evaluasi dampak kuantitatif menggunakan metode

difference-in-difference. Sementara itu, evaluasi dampak kualitatif sendiri

dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam dengan informan kunci. Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk para pedagang dan panduan wawancara untuk para informan kunci sebagai instrumen penelitian. Kuesioner berisi pertanyaan tentang pendapat para pedagang mengenai usahanya dan dampak supermarket, serta fakta yang berkenaan dengan kegiatan pedagang.


(53)

2. Obyek Dan Subyek Penelitian

Adapun obyek atau sasaran lokasi penelitian adalah UMKM yang berada di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Kecamatan Depok dipilih sebagai lokasi penelitian karena adanya pasar modern atau mall yang sudah beroperasi. Sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM itu sendiri.

B. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer, yaitu pengumpulan data secara langsung di lapangan oleh peneliti sendiri dan pengumpulan data sekunder, yaitu pengumpulan data tidak secara langsung dilapangan, data diperoleh dari pihak lain yang sudah mengumpulkannya terlebih dahulu.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara:

1. Pengamatan langsung (observasi), digunakan dengan jalan melakukan pengamatan operasional pada sampel yang dipilih untuk memonitor kerja yang sebenarnya.

2. Wawancara (interview), digunakan sebagai pelengkap data yang dibutuhkan. Wawancara


(54)

dilakukan secara mendalam berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah.

3. Angket (kuesioner), digunakan dalam pengumpulan data dengan penyampaian berbagai pertanyaan kepada responden untuk mengetahui pendapat dan sikapnya.

Sedangkan untuk data sekunder cara pengumpulan datanya adalah dengan cara meneliti dokumen-dokumen yang sudah tersedia di berbagai instansi pemerintah. Hasil penelitian sebelumnya dan hasil browsing di internet juga merupakan data sekunder yang digunakan sebagai perbandingan dan masukan untuk mengadakan analisis.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang UMKM, yang dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu:

1) Kelompok I adalah pedagang UMKM perlakuan. Untuk kelompok perlakuan dalam hal ini peneliti memilih kecamatan Depok, karena pasar modern atau mall yang sudah beroperasi berlokasi di Kecamatan ini. Maka UMKM yang menjadi


(55)

responden terletak di sekitar Mall Kecamatan Depok seperti pusat perbelanjaan Ambarukmo Plaza, Sahid Jogja Walk.

2) Kelompok II adalah pedagang UMKM kontrol. Untuk kelompok kontrol dalam hal ini peneliti memilih kecamatan Gamping, karena Kecamatan gamping merupakan kawasan penyangga pengembangan Kota Yogyakarta ke arah barat dan kecamatan ini salah satu kecamatan yang belum dimasuki atau dibangun mall. Potensi Pasar atau pedagang UMKM di kecamatan ini masih bertahan salah satunya pasar tradisional yang terletak di Jl. Wates KM 5 Gamping Tengah Ambarketawang, Sleman.

Karakteristik kedua kelompok UMKM yang akan dijadikan responden tentunya harus sama yaitu: 1. UMKM telah membuka usahanya sebelum dan

sesudah pasar modern beroperasi atau sekitar kurang lebih 2 tahun.

2. UMKM memiliki disverfikasi produk jual yang sama dengan pasar modern atau mall.


(56)

Sedangkan untuk karakteristik pembeli, penelitian ini menentukan:

1. Pembeli yang pernah membeli produk pada pasar modern atau mall dan pada UMKM. 2. Pembeli dengan jenis kelamin laki-laki dan

perempuan. 2. Sampel

Merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 118). Tehnik pengambilan sampel akan menggunakan

Purvosive Sampling dan Random Sampling.

Adapun jumlah sampel yang diambil sebagai berikut:

1. Jumlah sampel dampak UMKM perlakuan= 35 pedagang.

2. Jumlah sampel dampak UMKM kontrol= 35 pedagang.

3. Sampel persepsi pedagang UMKM perlakuan= 50 pedagang.

4. Jumlah sampel persepsi pembeli UMKM = 10 pembeli.


(57)

5. Jumlah sampel persepsi pembeli pasar modern = 10 pembeli.

2. Definisi Operasional Variabel

Variabel dampak dalam penelitian ini terdapat empat indikator yaitu Jumlah tenaga kerja, Keuntungan, Omzet dan Jumlah Pembeli. Adapun masing-masing definisinya:

1) Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja mempunyai peranan yang penting dalam suatu perusahaan. Mereka menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas perusahaan. Berbeda dengan mesin, uang, dan material yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta dapat diukur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Pengertian Tenaga Kerja menurut (Mulyadi, 2005:319) tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk.

2) Keuntugan/ Laba

Kegiatan perusahaan sudah dapat dipastikan berorientasi pada keuntungan atau laba menurut (Soemarso, 2004: 245) Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh


(58)

pendapatan tersebut selama periode tertenu. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba sejauh mana suatu perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan penjualan sebagai selisih dari keseluruhan usaha yang didalam usaha itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses penjualan selama periode tertentu.

3) Omzet

Nurfitria (2011) mengartikan omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh. Seorang pengelola usaha dituntut untuk selalu meningkatkan omzet penjualan dari hari kehari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Hal ini diperlukan kemampuan dalam mengelola modal terutama modal kerja agar kegiatan operasional perusahaan dapat terjamin kelangsungannya. 4) Jumlah Pembeli

Jumlah pembeli bisa kita lihat dengan beberapa aspek diantaranya memperbanyak relasi pada calon pembeli dengan promosi. Promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaram, yakni aktivitas pemasaran yang


(59)

berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, memnbeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. (Tjiptono, 2008:219) 3. Teknis Analisis Data

1. Analisis Kuantitatif

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan Metode Difference-in-Difference. Metode ini mensyaratkan pencatatan keadaan dalam dua periode waktu yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (treatment). Dalam hal ini, perlakuan adalah beroperasinya pasar modern. Selanjutnya, juga harus terdapat kelompok kontrol (Contoh: pedagang UMKM tanpa pasar modern disekitarnya), dan karakteristik kelompok perlakuan dan kelompok kontrol harus serupa. Kerangka metode DiD ditunjukkan oleh persamaan 1.

Dampak= (T2–T1)–(C2–C1) (1) Di mana T1 dan T2 merupakan kondisi pedagang UMKM sebelum dan sesudah hadirnya pasar modern didekat pedagang usaha kecil atau UMKM tersebut,


(60)

sedangkan C1 dan C2 merupakan keadaan para pedagang UMKM di mana tidak terdapat pasar modern di dekatnya selama periode yang sama. Jika dampak berbeda dari nol, maka pembangunan pasar modern berdampak pada pedagang UMKM.

Selisih perbedaan biasanya disingkat DiD atau DD adalah teknik statistik yang digunakan dalam ekonometri dan penelitian kuantitatif dalam ilmu-ilmu sosial yang mencoba untuk meniru desain penelitian

eksperimental menggunakan data studi observasional,

dengan mempelajari efek diferensial dari pengobatan pada 'kelompok perlakuan' versus 'kelompok kontrol' dalam percobaan alami. Ini menghitung efek pengobatan (yaitu, variabel penjelas atau variabel independen) dari hasil (yaitu, variabel respon atau tergantung variabel) dengan membandingkan rata-rata perubahan dari waktu ke waktu dalam variabel hasil untuk kelompok perlakuan, dibandingkan dengan rata-rata perubahan dari waktu ke waktu untuk kelompok kontrol. Meskipun dimaksudkan untuk mengurangi dampak dari faktor-faktor luar dan bias seleksi, tergantung pada bagaimana


(61)

kelompok perlakuan yang dipilih, metode ini mungkin masih dikenakan bias tertentu (mis berarti regresi, kausalitas terbalik dan dihilangkan variabel bias). (Imbens: 2007)

2. Analisis Kualitatif

Evaluasi dampak kualitatif mencakupi wawancara mendalam dengan para pejabat pemerintah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sleman terkait dengan kebijakan pembangunan pasar modern dan pengembangan UMKM.

4. KERANGKA BERFIKIR

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori hubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah penting (Sugiyono, 2010: 87). Penelitian ini memiliki dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam meyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, perlu


(62)

dikemukakan kerangka berfikir (Sugiyono, 2010: 88). Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Berfikir Penelitian

Analisa Kuantitatif (DiD) Jumlah tenaga kerja

Keuntungan Omzet

Jumlah pembeli

Analisis dalam Perspektif Ekonomi Islam

Rekomendasi Kebijakan Penataan Pasar Modern dan UMKM Analisa Kulitatif (Persepsi)

Pedagang UMKM Pembeli UMKM Pembeli pasar modern


(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Keadaan Umum Kondisi Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kabupaten Sleman

Semakin berkembangnya pasar modern atau yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mall atau pusat perbelanjaan yang saat ini sudah beroperasi menyebabkan menurunnya jumlah usaha pasar tradisional dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau UMKM karena adanya pergeseran preferensi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Jika dulu masyarakat berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional, maka masyarakat sekarang cenderung berbelanja di supermarket dan jenis pasar modern lainnya.

Meski harga di pasar tradisional lebih murah, namun selisih harganya tidak terlalu jauh bila dibandingkan dengan harga di supermarket bahkan pada produk tertentu harganya lebih murah. Sehingga tidak mengherankan bila suatu saat ada event tertentu, missal Bazar, maka para pedagang tradisional pun tidak sungkan berbelanja komoditas tertentu untuk dijual kembali.


(64)

Selain penataan pasar atau toko modern yang ada di Kabupaten Sleman, Pemkab Sleman pada tahun 2016 juga melakukan revitalisasi dan relokasi di beberapa pasar tradisional. Beberapa pasar tersebut antara lain keberadaan pasar tradisional yang berada di Kabupaten Sleman sampai saat ini masih cukup banyak, namun kondisinya perlu dibenahi agar lebih baik dan bersih serta memberi kenyamanan bagi pedagang dan konsumen. Untuk mewujudkan hal tersebut Dinas Pasar Kabupaten sleman terus berupaya agar keberadaan pasar tradisional memberi manfaat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.

Beberapa pasar yang akan direvitalisasi pada tahun 2016 ini merupakan pembangunan tahun yang terakhir maka akan ditata lebih baik lagi agar memberikan kenyamanan bagi pedagang dan konsumen. Tentu beberapa vasilitas akan dibenahi, termasuk drainase agar tidak terjadi kumbangan air dimusim penghujan, yang jelas faktor kebersihan dan kesehatan akan menjadi prioritas. Tidak kalah pentingnya adalah masalah perparkiran akan ditata lebih baik agar tidak semrawut dan menimbulkan kemacetan. (http://www.slemankab.go.id)


(65)

Termasuk beberapa pasar tradisional yang ada di Kabupaten Sleman, terutama pasar tumpah secara bertahap akan dibenahi agar tidak menimbulkan kemacetan dan kumuh. Biasanya saat hari hari tententu di beberapa tempat atau pasar tradisional terjadi pasar tumpah yang berpotensi menimbulkan kemacetan. Setelah revitalisasi/relokasi dan penataan kembali tidak terjadi kemacetan.

2. Gambaran Lokasi Pusat Perbelanjaan Di Kabupaten Sleman Menurut Peraturan Bupati Sleman Nomor 54 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Sleman Nomor 44 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang dimaksud pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang, yang berbentuk pertokoan, mall, plaza, dan pusat perdagangan.

Saat ini di kota-kota besar, pasar modern atau pusat perbelanjaan sudah marak dibangun dan beroperasi, termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal dengan Kota pendidikan dan pariwisata


(66)

saat ini banyak dimasuki dan menarik investor untuk membangun dan mengembangkan pusat perbelanjaan yang megah. Salah satunya di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, Kecamatan ini tercatat paling padat penduduknya dan potensi diberbagai bidang seperti wisata, ekonomi, pendidikan sangat melaju pesat. Beberapa pusat perbelanjaan terletak dikecamatan ini diantaranya yang pertama ada pusat perbelanjaan Plaza Ambarukmo adalah pusat perbelanjaan yang lokasinya terletak di Jl. Laksada Adisucipto, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Dengan luas 120.000m2, mall ini

menjadi pusat perbelanjaan pertama yang dibangun dan beroperasi di Kota Yogyakarta. Pusat perbelanjaan ini mulai beroperasi pada tahun 2006, pemilik, pengembang sekaligus pengurus dari mall ini adalah PT Putera Mataram Mitra Sejahtera. Terdapat 230 toko dan jasa di dalamnya dengan 7 lantai serta tersedia tempat parkir dengan kapasitas 1000 mobil dan 1400 motor.

Selain itu ada juga pusat perbelanjaan yang baru beroperasi pada akhir tahun 2015 yaitu Sahid Jogja Walk atau yang biasa disebut Sahid J-Walk yang terletak di Jalan Babarsari No. 2, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sudah siap beroperasi. Mall yang merupakan satu bagian dari Sahid Lifestyle City di Yogyakarta ini menghadirkan konsep berbeda yang menyasar segmen konsumen


(67)

anak muda. PT Sahid Truntum Pangestu menghadirkan satu kawasan yang menunjang berbagai kebutuhan gaya hidup masa kini melalui Sahid Lifestyle City di Yogyakarta. Sahid J-Walk hadir dengan area seluas 2,2 ha dan bangunan 82 ribu meter persegi.

B. Gambaran Kondisi Kabupaten Sleman 1. Visi dan Misi

Visi pembangunan Kabupaten Sleman tahun 2011-2015 yaitu “TERWUJUDNYA MASYARAKAT SLEMAN YANG LEBIH SEJAHTERA LAHIR DAN BATHIN, BERDAYA SAING, DAN BERKEADILAN GENDER PADA TAHUN 2015’

Misi: Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas birokrasi dalam memberikan pelayanan prima bagi masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat, meningkatkan kemandirian ekonomi, pemberdayaan ekonomi rakyat, dan penanggulangan kemiskinan, memantapkan pengelolaan prasarana dan sarana sumber daya alam dan lingkungan hidup, meningkatkan pemberdayaan dan peran perempuan di segala bidang.


(68)

2. Letak Wilayah

Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110°15’13” sampai dengan 110°33’00” Bujur Timur dan 7°34’51” sampai dengan 7°47’03” Lintang Selatan. Di sebelah utara, wilayah Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (BPS, Kabupaten Sleman dalam Angka 2014)

3. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 ha atau 574,82 km2 atau sekitar 18 persen dari luas wilayah Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta yang seluas 3.185,80 km2. Jarak terjauh

utara-selatan wilayah Kabupaten Sleman 32 km, sedangkan jarak terjauh timur-barat 35 km. Dalam perspektif mata burung, wilayah Kabupaten Sleman berbentuk segitiga dengan alas di sisi selatan


(69)

dan puncak di sisi utara. Secara administratif, Kabupaten Sleman terdiri atas 17 wilayah kecamatan, 86 desa, dan 1.212 Padukuhan. Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Cangkringan (4.799 ha), dan yang paling sempit adalah Berbah (2.299 ha). Kecamatan dengan padukuhan terbanyak adalah Tempel (98 padukuhan), sedangkan kecamatan dengan padukuhan paling sedikit adalah Turi (54 padukuhan). Kecamatan dengan Desa terbanyak adalah Tempel (8 desa), sedangkan Kecamatan dengan Desa paling sedikit adalah Depok (3 desa). (BPS, Kabupaten Sleman dalam Angka 2014)


(70)

Sumber: BPS Kab.Sleman

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kab. Sleman BUPATI WAKIL BUPATI DPRD SEKRETARIAT DPRD SEKRETARIAT DAERAH STAFF AHLI

1.Dinas Kesehatan

2.Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga

3.Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

4.Dinas Tenaga Kerja dan Sosial 5.Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil

6.Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

7.Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 8.Dinas Sumber Daya Air, Energi

dan Mineral

9.Dinas Perdagangan, Perindutrian dan Koperasi

10. Dinas Pasar

11. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

12.Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah

13.Dinas Pendapatan Daerah 14.Dinas Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

2. Badan Kepegawaian Daerah 3. Badan Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Masyarakat, dan Pemberdayaan

Perempuan

4. Badan Penanggulangan Bencana Daerah

5. Satuan Polisi Pamong Praja 6. Inspektorat Kabupaten 7. Rumah Sakit Umum Daerah

Sleman

8. Rumah Sakit Umum Daerah Prambanan

9. Kantor Lingkungan Hidup 10. Kantor Penanaman,

Penguatan dan Penyertaan Modal

11. Kantor Pelayanan Perijinan 12. Kantor Perpustakaan Daerah 13. Kantor Arsip Daerah 14. Kantor Kesatun Bangsa 15. Sekretarian Dewan Pengurus

Korps Pegawai Republik Indonesia


(71)

4. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman selama 5 tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 perekonomian tumbuh 5,03 persen, kemudian menurun menjadi 4,50 persen pada tahun 2006 yang disebabkan adanya bencana gempa bumi dan erupsi gunung merapi yang mengakibatkan kerusakan pemukiman dan sarana prasarana faktor produksi. Pada tahun 2007 kondisi ekonomi mulai membaik, dimana pada tahun ini pertumbuhan ekonomi tumbuh sebesar 4,61 persen dan semakin meningkat pada tahun 2008 yaitu sebesar 5,13 persen. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi sebesar 4,48 persen. Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Sleman selama 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut:


(72)

Sumber: Badan Pusat Statistik, Kabupaten Sleman Dalam Angka, 2010

Gambar 4.2 Perkembangan Ekonomi Berbagai Bidang di Kabupaten Sleman (2005-2009)

5. Perdagangan

Perkembangan jumlah eksportir, volume dan nilai eksport sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan disebabkan adanya krisis keuangan global pada pertengahan tahun 2008, semakin ketatnya persaingan pada pasar global dan semakin maraknya atribut ekspor yang dipersyaratkan negara mulai tahun 2007 seperti Amerika dan Eropa dengan berbagai pertimbangan untuk keselamatan konsumen. Penurunan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

-20 0 20 40 60 80

2005 2006 2007 2008 2009

Tahun 2005-2009

pertanian pertambangan

industri pengolahan listrik, gas danairbersih bangunan perdagangan, hotel dan restoran pengangkutan dan komunikasi keuangan,persewaan dan jasa keuangan jasa-jasa


(73)

Tabel 4.1 Sektor Ekspor dan Impor Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009 Sumber: BPS, Kab.Sleman Dalam Angka 2010

Meskipun jumlah eksportir, volume, dan nilai ekspor mengalami penurunan namun usaha perdagangan di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan, hal ini dapat terlihat dari meningkatnya usaha perdagangan dari 7.548 unit pada tahun 2005 menjadi 10.300 unit pada tahun 2009, yang meliputi PT, CV, Firma, Perorangan, Koperasi, dan Badan Usaha Lainnya. Adapun jumlah sarana perdagangan di Kabupaten Sleman pada tahun 2009, terdiri dari pasar tradisional/desa 41 buah, pasar lokal/kabupaten 37 buah, pasar hewan 5 buah, pasar swalayan 96 buah, grosir 2 buah, dan mall atau plaza 1 buah.

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah

e ksportir

53 60 55 51 49

Volume

(Kg)

13.603.837,45 11.392.759,48 7.874.448,01 6.258.375,79 3.711.868,31


(74)

C. Hasil Pengumpulan Data

1. Karakteristik Responden Dampak

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Berdasarkan kuesioner yang telah disebar yaitu sebanyak 70 kuesioner untuk sampel pedagang kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing 35 kuesioner, 20 untuk sampel persepsi pembeli serta 50 persepsi pedagang UMKM kelompok perlakuan. Kuesioner di sebarkan langsung oleh peneliti kepada responden. Peneliti juga menggunakan tehnik wawancara dengan pejabat pemerintahan seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Dinas Perindustrian Perdagangan Kabupaten Sleman yang digunakan sebagai acuan rekomendasi kebijakan regulasi peraturan pemerintah. Kuesioner diisi dengan lengkap oleh responden langsung diambil dan ditunggu oleh peneliti sehingga dapat kembali dengan utuh dan lengkap. Berikut ini disajikan karakteristik data responden yang diklasifikasikan menurut jenis kelamin, usia dan pendidikan terakhir.


(75)

a. Responden UMKM Dampak Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Data Diolah 2016

Gambar 4.3 Diagram Responden UMKM Dampak Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada diagram di atas menunjukkan pada responden dampak kelompok perlakuan tercatat 43 persen responden berjenis kelamin laki-laki dan 57 persen berjenis kelamin perempuan sedangkan pada responden dampak kelompok kontrol terdapat 40 persen berjenis kelamin laki-laki dan 60 persen berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian perbedaan nampak antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, sehingga ditarik kesimpulan bahwa responden berjenis kelamin perempuan yang paling banyak dijumpai peneliti pada pedagang Usaha

43%

57% 40%

60%

L P


(76)

Mikro Kecil dan Menengah terutama di kelompok kontrol. Sedangkan pada responden dampak kelompok perlakuan jenis kelamin yang paling banyak ditemukan adalah laki-laki.

b. Responden UMKM Dampak Berdasarkan Usia

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.4 Diagram Responden UMKM Dampak Berdasarkan Usia

Diagram di atas menunjukkan responden dampak kelompok perlakuan usia 20-30 tahun ada pada angka 5 persen, usia 30-40 diangka 46 persen, usia 40-50 diangka 26 persen dan usia 50 tahun keatas diangka 31 persen sedangkan responden dampak kelompok kontrol usia 20-30 tahun diangka 9 persen, usia 30-40 diangka 29 persen, usia 40-50

5%

46%

26%

23%

9%

29% 31% 31%

20-30 TAHUN 30-40 TAHUN 40-50 TAHUN 50 TAHUN KEATAS


(77)

diangka 31 persen dan usia 50 tahun keatas diangka 31 persen. Hal ini menunjukkan usia kisaran 30-40 adalah usia yang paling banyak dijumpai pada pedagang usaha mikro, kecil dan menengah khususnya pada kelompok responden perlakuan, sedangkan usia 40-50 dan 50 tahun keatas banyak dijumpai pada responden kelompok kontrol.

c. Responden UMKM Dampak Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.5 Diagram Responden UMKM Dampak Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Bila dilihat dari diagram di atas berdasarkan pendidikan terakhir responden dampak kelompok perlakuan yang tidak sekolah berjumlah

0 0 8%

63%

29%

0 0

11%

63%

26%

TIDAK SEKOLAH SD SLTP SLTA AKADEM IK/UNIV


(78)

0 atau tidak dijumpai peneliti, lulus SD berjumlah 0, lulus SLTP berjumlah 8 persen, lulus SLTA berjumlah 63 persen dan lulus akademik atau universitas berjumlah 29 persen sedangkan responden dampak kelompok kontrol jumlah yang tidak sekolah juga 0, lulus SD juga 0, lulus SLTP berjumlah 11 persen, lulus pada SLTA sama jumlahnya yaitu 63 persen dan lulus akademik atau universitas berjumlah 26 persen. Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan para pedagang UMKM ini lulus pada jenjang SLTA bahkan jika dilihat jumlahnya pada kedua responden perlakuan ataupun kontrol tercatat sama, namun jika dilihat dari tingkat lulus Akademik atau Universitas pada kelompok perlakuan lebih unggul di bandingkan dengan kelompok kontrol.

2. Karakteristik Responden Persepsi Pedagang dan Pembeli Dalam penelitian ini, persepsi masyarakat yang berhubungan langsung baik dengan pasar tradisional atau UMKM maupun pasar modern atau mall sangat dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana pandangan mereka terhadap kehadiran Mall ditengah lingkungan mereka. Oleh karena itu ada beberapa kategori responden yaitu: Pedagang UMKM, pembeli di pasar tradisional atau UMKM dan pembeli dipasar modern atau mall.


(79)

a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.6 Diagram Responden Persepsi Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa responden persepsi pedagang pada UMKM berjenis kelamin laki-laki ada diangka 58 persen sedangkan jenis kelamin perempuan ada diangka 42 persen, pada responden persepsi pembeli di UMKM jumlah jenis kelamin laki-laki 40 persen dan jenis kelamin perempuan 60 persen, pada responden persepsi pembeli di mall jenis kelamin laki-laki berjumlah 20 persen dan perempuan 80 persen. Jadi jika

40% 20%

58%

60%

80%

42%

PERSEPSI PEM BELI DI UM KM

PERSEPSI PEM BELI DI M ALL

PERSEPSI PEDAGANG UM KM PERLAKUAN


(80)

melihat responden persepsi pedagang UMKM jenis kelamin yang paling banyak dijumpai adalah laki-laki sedangkan dari segi sisi pembeli di diominasi responden perempuan.

b. Responden Persepsi Berdasarkan Usia

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.7 Diagram Responden Persepsi Berdasarkan Usia

Dilihat dari diagram di atas bahwa usia 30-40 tahun banyak dijumpai pedagang UMKM sebanyak 40 persen, sedangkan pada responden pembeli pada UMKM atau pembeli di mall usia 20-30 dan 20-30-40 juga paling banyak dijumpai justru yang lebih muda banyak mengunjungi pasar modern atau mall. Hal ini para

50%50% 40%50% 10% 0 0 0

10%

40%

30%

20%

20-30 TAHUN 30-40 TAHUN 40-50 TAHUN 50 TAHUN KEATAS

Persepsi Pembeli di UMKM Persepsi Pembeli di Mall


(81)

pembeli usia sekitar 20-30 mengakui bahwa mengunjungi mall atau pusat perbelanjaan tidak hanya untuk berbelanja namun iseng jalan-jalan atau rekreasi.

c. Responden Persepsi Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.8 Diagram Responden Persepsi Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Jika dilihat dan membaca diagram di atas sebagian besar pedagang UMKM adalah lulusan SLTA atau SMA yaitu ada diangka 56 persen, sedangkan pembeli pada UMKM dan pembeli di mall adalah lulusan S1 dengan jumlah 40 persen dan 50 persen. Dalam hal ini, jelas terlihat bagaimana

0 0 0

20% 30%

40% 10%

0 0 0 10% 20%

50% 20%

0 6%

16%

56%

14%

6% 2%

T IDAK SEKOLAH SD SLT P SLT A D1-3 S1 PASCASARJANA

Persepsi Pembeli di UMKM Persepsi Pembeli di Mall Persepsi Pedagang UMKM Perlakuan


(82)

segmentasi pasar terbentuk. Pembeli UMKM dan Mall masih didomisili pendidikan S1 karena sudah kita ketahui Kota Yogyakarta dikenal sebagai Kota pendidikan, jadi setiap sudut daerah yogyakarta ada beberapa mahasiswa yang bergantung hidupnya dan memenuhi kebutuhannya pada UMKM terutama pasar modern.

d. Responden Persepsi Berdasarkan Pekerjaan

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.9 Diagram Responden Persepsi Berdasarkan Pekerjaan

Menurut tingkat pekerjaan, sebagian besar pembeli pada UMKM dan pembeli di pasar modern unggul dengan mahasiswa dengan rata-rata angka sama diangka 40 persen, tidak heran

20%

0 0

40% 40%

20%

0

20%

30%

40%

IBU RUM AH TANGGA

PEDAGANG PNS KARYAWAN

SWASTA

M AHASISWA


(1)

terutama dalam menjaga konsumennya dibandingkan dengan yang ada di mall. Kita tahu ya bedanya mall dengan pasar, mall misalnya kita dapat apa yang kita beli sebenarnya bukan barangnya, kalau dilihat barangnya antara mall dengan pasar tradisional itu barangnya hampir sama namun yang kita beli hanyalah suasana. Kalau kita ke mall yang kita dapat adalah tempat yang ber AC, bersih, nyaman dan lain sebagainya tapi di pasar tradisional atau UMKM mungkin kita melihatnya adalah kumuh emang sih kalau di pasar tradisional atau jenis UMKM secara ekonomi islam kaitannya dengan perdagangan atau jual beli harus ada tawar menawar, ketika ada tawar menawar, persetujuan dan akad itu sudah tercapai tetapi kalau di mall kita sudah dikasih harga tetap.

Pewawancara : Lalu pertanyaan yang ketiga, Apa yang menjadi kendala BAPPEDA dalam menangani hal ini?

Responden : Kendala utamanya biasanya kalau yang di BAPPEDA ini kan luas, dan biasanya kaitannya dengan tata ruang saja,setiap investor yang masuk ke kabupaten Sleman,

Pewawancara : Pertanyaan ke empat Menurut anda sebagai salah satu pejabat pemerintahan yang bergerak di bidang Badan Pembangunan Perencanaan Daerah, apa yang perlu di evaluasi/diperbaiki dari segi kinerja UMKM dan pusat perbelanjaan yang saat ini sudah beroperasi?

Responden : Kalau yang harus diperbaiki dari segi pelayanan saja, karena pedagang yang membutuhkan pembeli bukan pembeli yang membutuhkan pedagang nah mindset itu yang harus diubah. Dari segi tempatnya harus ditingkatkan,


(2)

kaiatnnya dengan keamanan dan kenyamanan. Dan komoditas jual harus dijamin kualitas dan keamanan barangnya padahal kalau pakaian dan tas yang dijual KW bisa kena jerat hukum bagi para penjualnya. Dari segi pemahaman terhadap aturan pedagang mall lebih bagus tentunya dan pemakaian zat adiktif tidak berlebihan.

Pewawancara : Lanjut dipertanyaan kelima ya pak, Strategi apa yang diberikan BAPPEDA Kabupaten Sleman untuk para pedagang UMKM yang terkena dampak negatif dari pembangunan pasar modern atau mall yang sudah beroperasi? Responden : Antara pasar modern, pasar tradisional atau UMKM mempunyai pangsa

pasar sendiri, sekarang yang terjadi ketika pangsa pasar pasar modern itu mengambil pangsa pasar tradisional atau UMKM karena sebenarnya kesalahan bukan adanya pasar modern, kesalahan sebenarnya di pedagang pasar tradisional atau UMKM itu sendiri seperti yang tadi disinggung keamanan komoditas jual, tidak aman, untuk muslim merasa tidak halal. Ketika itu konsumen merasa tidak aman dan sreg, maka konsumen berhak memilih, dan sekarang kita pilih pemahaman kepada masyarakat khususnya untuk pedagang bagaimana mengambil hatinya konsumen intinya kita kembali ke idium konsumen adalah raja, konsumen yang punya hak, bukan pedagang yang memilih, tetapi konsumen yang berhak memilih, akan belanja di pasar tradisional, Toko kelontong, toko dekat rumah, alfamart, indomaret atau di mall mall yang akan dipilih.


(3)

Pewawancara : Rekomendasi atau saran yang diberikan BAPPEDA agar UMKM khususnya yang terkena dampak negatif dari pembangunan pasar modern atau mall dapat menerima dan bersaing secara sehat?

Responden : Sekali lagi kita prinsipnya konsumen adalah raja, artinya konsumen ingin dilayani sebaik-baiknya ingin mendapatkan mendapatkan barang yang sesuai dengan uang yang dikeluarkan, ekonomi seperti itu kan. Dengan uang yang dikeluarkan konsumen ingin mendapatkan barang yang sesuai. Sebenarnya keuntungan di pasar tradisional atau pedagang UMKM mereka tidak harus menyewa tempat lebih mahal dibandingkan dengan orang-orang yang jualan di mall, justru harusnya pedagang tradisional barang-barangnya lebih fresh terutama sayuran karena mereka setiap hari di pasok dari pemasok, jadi hanya itu saja saran dari saya utamakan dan upayakan minimal kualitas barang yang dijual atau ditawarkan di pedagang pasar tradisional atau UMKM sama dengan di pasar modern dan kualitas pelayanan melayani konsumen dengan baik. Namun saat ini juga pasar modern akan terkalahkan dengan jual beli sistem online seperti lazada, tokopedia dan lain sebagainya.


(4)

Transkip Wawancara Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman

Nama Responden : Dharu Suryanta

Usia : 50 Tahun

Pendidikan Terakhir : S1

Jabatan : Kepala Seksi Bimbingan Usaha dan Pendaftaran Perusahaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Sleman

Waktu : 27 Juni 2016 Pukul 10.30 WIB

Pewawancara : Assalamuualaikum bapak, dengan bapak siapa? Responden : Waalaikumsalam saya Dharu Suryanta

Pewawancara : Selaku apa pak?

Responden : Kepala Seksi Bimbingan Usaha dan Pendaftaran Perusahaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Sleman

Pewawancara : Oke, saya mau Tanya terkait dengan Rekomendasi Kebijakan Dampak Pembangunan Pasar Modern Terhadap Kinerja UMKM di Kabupaten Sleman selaku pejabat pemerintahan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Sleman

Pewawancara : Berkaitan dengan pasar modern di Sleman sudah ada Perda No. 18 Tahun 2012 Tentang Penataan Toko Modern dan dilanjutkan dengan Perbup 44 Tahun 2013 dan diturunkan pada Perbub No. 54 Tahun 2015 yang berkaitan dengan


(5)

Penataan Toko Modern itu sebagai basic nya toko modern atau pasar modern. Di Kabupaten Sleman juga tidak keberatan dengan adanya pasar modern tersebut tetapi dengan peruntukannya untuk saat ini karena masyarakat juga saling membutuhkan namun dilihat dari sisi kontra bahwasannya masih banyak yang membangun toko atau supermarket yang melanggar Perda No.18 Tahun 2012.

Pewawancara : Oke, pertanyaan kedua Upaya apa yang dilakukan Disperindag dalam mempertahankan jumlah pedagang UMKM?

Responden : Euuhhh selama ini kami dari Disperindag telah melakukan pelatihan usaha dagang baik lewat masyarakat tentang pelatihan-pelatihan dan melaksanana pelatihan khusus calon dagang dalam arti untuk UMKM yang nantinya akan terus berjalan

Pewawancara : Lalu pertanyaan yang ketiga, Apa yang menjadi kendala Disperindag dalam menangani hal ini?

Responden : Kita melakukan Tindakan hukum dan penutupan pasar modern atau toko modern bagi yang melanggar Perda Tahun 2012 tersebut.

Pewawancara : Pertanyaan ke empat Menurut anda sebagai salah satu pejabat pemerintahan yang bergerak di bidang Perindustrian dan Perdagangan Kab. Sleman, apa yang perlu di evaluasi/diperbaiki dari segi kinerja UMKM dan pusat perbelanjaan yang saat ini sudah beroperasi?

Responden : Untuk kaitannya dengan UMKM kami sudah tadi melakukan pelatihan usaha dagang khususunya masyarakat Sleman bagi Desa-Desa atau Dusun Dusun


(6)

sudah melakasanakan Pelatihan secara bertahap, Dalam 1 Tahun kita melakukan penyasaran 4 desa

Pewawancara : Strategi apa yang diberikan Disperindag Kabupaten Sleman untuk para pedagang UMKM yang terkena dampak negatif dari pembangunan pasar modern atau mall yang sudah beroperasi?

Responden : Kita melakukan pembinaan ritel untuk para pedagang toko-toko kelontong atau warung-warung sudah tiap tahun ada pembinaan ritel agar nanti kedepannya bisa menyamai dengan toko-toko modern yang selama ini sudah berjalan. Pewawancara : Pertanyaan terakhir Rekomendasi atau saran yang diberikan Disperindag agar

UMKM khususnya yang terkena dampak negatif dari pembangunan pasar modern atau mall dapat menerima dan bersaing secara sehat?

Responden : Yaa tadi selama ini kita sudah melakukan pembinaan ritel pada pedagang toko atau warung kelontong untuk pembinaan ritel baik dari cara strategi pemasarannya, strategi penataan ruangnya, strategi untuk penjualnnya kami mengadakan dari pihak luar yang mana berikut narasumbernya kami mengundang dari pihak luar dan kita mengundang beberapa orang toko-toko kelontong yang terkena dampak negatif dari pasar modern tersebut agar nantinya tidak meniru dan tidak selalu tradisional.