Analisa komparatif terhadap prosedur pengajuan pembiayaan UKM pada BMT Tamzis dan Bank Syariah Mandiri
MANDIRI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)Gelar Sarjana Ekonomi S
yarh (S
Oleh :
Masitoh
206046103843
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 10
D. Review Studi Terdahulu... 11
E. Metode Penelitian ... 14
F. Sistematika Penulisan Skripsi... 18
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENGAJUAN PEMBIAYAAN DAN UKM A. Usaha Kecil Menengah (UKM) 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah ... 19
2. Jenis-Jenis Usaha Kecil Menengah... 20
3. Kelemahan dan Keunggulan Usaha Kecil Menengah... 23
4. Kebijakan Pemerintah terhadap Usaha Kecil Menengah ... 25
B. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan ... 28
2. Jenis-Jenis Pembiayaan ... 30
(3)
1. Perkembangan BMT Tamzis ... 45 2. Produk dan Jasa BMT Tamzis ... 47 3. Struktur Organisasi BMT Tamzis ... 49 B. Perbankan Syariah
1. Perkembangan Bank Syariah Mandiri ... 51 2. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri ... 55 3. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri ... 72
BAB IV PERBEDAAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBIAYAAN BMT DAN PERBANKAN SYARIAH
A. Prosedur Pembiayaan Yang Benar Secara Teoritis ... 75 B. Aplikasi Prosedur dan Proses Pengajuan Pembiayaan UKM di BMT Tamzis dan Bank Syariah Mandiri ... 81
C. Analisis Kesesuaian antara teori dan praktek ... 92 1. Kelebihan dan Kelemahan di BMT Tamzis dan Bank Syariah
Mandiri... 98 2. Kendala-Kendala Yang Ada Dalam Pengajuan Pembiayaan
BMT Tamzis danBank Syariah Mandiri ... 100 3. Faktor yang menyebabkan nasabah tidak memilih bank dalam pembiayaan ... 100
(4)
A. Kesimpulan ... 102 B. Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN
(5)
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Penulis panjatkan atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan pada kita semua.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisa Komparatif Terhadap Prosedur Pengajuan Pembiayaan UKM pada BMT Tamzis dan Bank Syariah Mandiri” bukan semata-mata atas usaha penulis sendiri namun juga karena bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Yth:
1. Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr Euis Amalia, M.Ag Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ah Azharuin Latief, M.Ag., MH Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA Koordinator Teknis Program Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum sekaligus sebagai penguji Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag Sekretaris Koordinator Teknis Program Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag selaku dosen penguji II yang telah membantu memberikan
masukan-masukan pada skripsi penulis sehingga menjadi skripsi yang lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak.
(6)
untuk membantu, memberikan pengarahan dan saran-saran kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.
8. Al Fitra SH., M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membantu, memberikan pengarahan dan saran-saran kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.
9. Mufidah SEI dan Syafi’i SEI yang telah banyak membantu memberikan arahan dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Staf perpustakaan Syariah dan Hukum, Bapak Zuhri S.IP dkk. Trimakasih atas kemudahan, arahan dan bantuannya kepada penulis dalam memperoleh data-data kepustakaan dalam penulisan skripsi ini.
11. Untuk Orang kedua Tuaku Tercinta H. Intolib dan Ari Hartiningsih, Mbh, de’aAz, maS iys, de’baim pa’nano bude nur dan seluruh keluarga besar penulis atas curahan cinta dan kasih sayangnya yang tiada henti mendoakan, menyemangati baik moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Manager Area BMT Tamzis Bpk. Edy Riyanto dan segenap karyawan yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan data dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Personal Relation Ship Bank Syariah Mandiri Ibu Rossy Mercia Adam dan Ir. Sri Wahyuni serta segenap karyawan yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan data dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman-teman seperjuangan angkatan tahun 2006 PS A, PS B, PS C non Reguler yang dengan sepenuh hati mencurahkan dan membantu penulis dengan memberikan motivasi, saran dan bantuan sehingga terselesaikannya skripsi ini.
(7)
Untuk mereka semua, penulis pribadi tidak dapat membalas kecuali dengan ucapan ”Jazakumullah Khaira al-Jaza”. Semoga Allah SWT yang membalasnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Jakarta, Oktober 2010
(8)
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan perekonomian saat ini terus berkembang dan berubah sejalan
dengan perkembangan dan perubahan zaman. Pada masa sekarang ini
perekonomian tidak lepas dari peran dan jasa Perbankan. Sebagai lembaga
keuangan, Bank mempunyai peran sebagai lembaga perantara antara
satuan-satuan kelompok masyarakat dan unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan
dana dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana. Melalui Bank
kelebihan-kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang
memerlukan dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.1
Setiap usaha yang dilakukan pada dasarnya mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya dengan mengeluarkan biaya yang sekecil-kecilnya. Begitu pula
pada sektor Perbankan, yang dalam melakukan kegiatan usahanya memerlukan
dana dan dana tersebut dioperasikan dalam bentuk pembiayaan yang pada
akhirnya akan menghasilkan pendapatan.2
Salah satu tugas pokok Bank adalah melakukan kegiatan pembiayaan
(financing), sebagai fasilitas pemberian dana untuk memenuhi kebutuhan
1 Tim Pengembangan Perbankan Syariah: Institusi Bankir Indonesia, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2003), cet. Ke-2, h.10
2 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1995), edisi IV, h.88
(9)
pihak yang merupakan defisit unit. Perbedaan pokok antara kredit pada
Perbankan Konvensional dengan pembiayaan pada Perbankan Syariah adalah
dilarang riba (bunga). Untuk menghindari penerimaan dan pembayaran bunga
atau riba maka Perbankan Syariah menempuh cara memberikan pembiayaan
(financing) berdasarkan atas prinsip Syariah Islam.3
Pada umumnya pendapatan yang diperoleh dalam dunia Perbankan
Konvensional berasal dari hasil operasional dengan memanfaatkan dana yang ada
dan tingkat suku bunga. Sedangkan pada Bank Syariah adalah tingkat margin
bagi hasil. Selisih suku bunga atau margin yang diterima bank dari debitur dan
suku bunga yang harus dibayarkan bank kepada nasabah yang dapat dijadikan
sebagai patokan dari keuntungan.
Keungulan Perbankan Syariah terletak pada sistem yang berdasarkan atas
prinsip bagi hasil dan bagi resiko (Profit and Loss Sharing). Sistem ini diyakini
oleh pakar ekonomi islam sebagai jalan keluar untuk menghindari penerimaan
dan pembiayaan bunga yang diyakini tergolong riba-riba.4 Bank syariah yang hadir sebagai representasi kebutuhan masyarakat muslim dalam sektor keuangan,
secara konseptual akan selalu mengacu pada upaya meningkatkan kesejahteraan
umat manusia secara utuh. Keberadaan bank syariah diharapkan dapat
memberikan manfaat yang bersifat multidimensional, bukan hanya bersifat
finansial.
3 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-3, edisi.1, h.103
(10)
Salah satu bentuk pertanggung jawaban sosial Bank Syariah adalah
memberikan pembiayaan terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM). Mengingat
UKM ini merupakan cerminan dari perekonomian rakyat. Karena kelompok
usaha ini merupakan yang dominan, maka upaya peningkatan kesejahteraan
kelompok ini secara langsung maupun tidak langsung merupakan upaya
penyejahteraan umat.
Sebagian besar UKM di Indonesia menghadapi berbagai permasalahan
yang bersifat multidimensi dan membutuhkan penanganan yang serius dari
semua pihak. Meski keberadaan Usaha Kecil Menengah di Indonesia tidak lepas
dari berbagai masalah. Hal yang umum dihadapi adalah keterbatasan modal
kerja, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan harga
yang terjangkau, keterbatasan teknologi, Sumber Daya Manusia (SDM) dengan
kualitas yang baik (terutama manajemen dan teknisi produksi) informasi
khususnya mengenai pasar dan kesulitan dalam pemasaran (termasuk distribusi).
Akibatnya, Usaha Kecil Menengah ini tidak bisa mengembangkan usahanya ke
arah yang lebih luas lagi.
Permasalahan pembiayaan UKM seharusnya menjadi tanggung jawab
bersama, khususnya bagi pihak Lembaga Keuangan seperti Perbankan dan
(11)
intermediasi ini seharusnya melihat kondisi UKM sebagai suatu peluang yang
sangat besar untuk melakukan ekspansi usaha.5
Secara konsepsi BMT adalah suatu lembaga yang didalamnya
mencangkup dua jenis kegiatan sekaligus yaitu kegiatan mengumpulkan
kekayaan dari berbagai sumber seperti zakat, infaq, dan sedekah yang dapat di
bagikan atau di salurkan kepada yang berhak dalam mengatasi kemiskinan dan
kegiatan produktif dalam rangka menciptakan nilai tambah baru dan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Merujuk pada namanya yaitu Baitul mậal wa al-tanwîl merupakan bentuk lembaga keuangan dan bisnis yang serupa dengan koperasi atau lembaga
swadaya masyarakat (LSM). Baitul tanwîl merupakan cikal bakal lahirnya Bank
Syariah pada tahun 1992. Segmen masyarakat yang biasanya dilayani BMT
adalah masyarakat kecil yang kesulitan berhubungan dengan Bank.6 BMT dalam operasionalnya disamping menghimpun uang orang-orang yang menitipkannya,
juga mengadakan pembiayaan bagi mereka yang memerlukan dana (modal)
untuk melakukan usaha (niaga) dengan ketentuan yang telah disepakati.
BMT yang saat ini akan dibahas adalah BMT Tamzis. BMT Tamzis ini
memberikan wacana baru bagi Lembaga Keuangan yang nota bene bermisi
finansial, maka BMT menyediakan seperangkat mode finansial dan
5 M. Umar Chapra, The Future Of Ekonomics; An Islamic Perspective, (Jakarta: Sharia Economic and Banking Institute, 2001), h.273
6 Muhammad, “Bank Syariah: Analisis kekuatan, Peluang, kelemahan dan Ancaman”, (Yogyakarta: Ekonisia, 2006), cet pertama, edisi. ke-2, hal. 135
(12)
program yang berorientasi pada pengembangan usaha kecil dan sangat kecil.
BMT Tamzis hadir dengan berbagai ciri yang dimilikinya untuk dapat melayani
jumlah pengusaha kecil dan sangat kecil yang besar dan tersebar serta beragam.
Karena salah satu kegiatan BMT Tamzis adalah menyediakan
seperangkat mode finansial seperti pembiayaan maka secara otomatis hal
tersebut sangat membantu mereka. Mereka yang memiliki kemampuan berusaha
akan tetapi dari segi dana kekurangan atau bahkan tidak memiliki sama sekali,
maka mereka bisa mengajukan permohonan pembiayaan yang pembayarannya
sangat fleksibel (tidak memberatkan) dibandingkan dengan Lembaga Keuangan
pada Perbankan. Disinilah alasan masyarakat lebih banyak memilih Lembaga
Keuangan Syariah non Bank seperti BMT dari pada di Perbankan itu sendiri.
Permasalahannya adalah praktek pembiayaan (kredit usaha) dalam
Perbankan belum berhasil menyentuh kebutuhan para usahawan kecil dan
menengah. Banyak masyarakat yang tidak terlayani lembaga keuangan
Perbankan baik karena alasan teknis maupun biaya operasional karena dilihat
dari banyaknya persyaratan yang diajukan oleh Bank untuk memperoleh
pembiayaan tersebut.7 Kondisi ini mengakibatkan sektor UKM pada Perbankan lemah yang semestinya menjadi tulang punggung ekonomi yang kuat meskipun
UKM atau ekonomi rakyat memang tidak diandalkan sebaga penggerak utama
pertumbuhan ekonomi dan tumpuan untuk keluar dari krisis ekonomi yang
7 Muhammad Irkham, “Kemanfaatan Lembaga Keuangan Syariah”, Tamaddun edisi XXV/th.V/ Maret-April 2010, h.6
(13)
berkepanjangan. Tanpa disadari ekonomi rakyat dapat memberikan sumbangan
penting. Dalam hal peningkatan konsumsi masyarakat, ekonomi rakyat dapat
meningkatkannya karena distribusi pendapatan yang lebih merata dan
kemampuan daya beli masyarakat yang lebih meningkat. Jika kesulitan
mendapatkan permodalan untuk meningkatkan usahanya, sehingga yang terjadi
adalah ketidakadilan dalam pendistribusian modal. Pemberi pinjaman modal
menginginkan keuntungan tanpa terlibat resiko bisnis adalah irasional baginya.
Untuk memberi pinjaman kepada orang miskin sama banyaknya dengan orang
yang diberikan kepada orang-orang kaya dengan persyaratan yang sama.
Ketidak tersentuhan masyarakat oleh lembaga keuangan disebabkan oleh
banyak faktor. Dari perspektif Bank, untuk melayani unit-unit usaha yang kecil
dan banyak tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang besar dan jaringan
kantor yang banyak. Hal ini dianggap tidak efisien. Belum lagi jaminan
keamanan dan tingkat pengembalian modal dari unit usaha mikro dan kecil yang
kebanyakan tidak memiliki administrasi yang baik dan tidak memiliki sesuatu
untuk diagunkan. Ditinjau dari persepektif masyarakat, berhubungan dengan
Bank dinilai sangat rumit, berbelit-belit dengan segudang persyaratan yang
kadang tidak mereka mengerti.8
Tidak heran jika Koperasi-Koperasi Syariah yang dikenal dengan BMT
kini menjadi andalan dan harapan umat dalam membangun kemakmuran melalui
8 Muhammad Irkham, “Pemberdayaan Umat melalui Pembiayaan Mikro Syariah,” Tamaddun edisi XXIV/th.V/Februari 2010, h.4
(14)
Pembiayaan Mikro Syariah. BMT yang dahulu lahir hanya bermodalkan
semangat, kini mulai mempersenjatai diri dengan profesionalisme dan
performance usaha yang bagus. 9
Permasalahan yang timbul adalah masih banyak masyarakat terutama
kaum muslimin yang belum mengetahui banyak tentang produk-produk yang
ditawarkan oleh Lembaga Keuangan Perbankan Syariah dan Lembaga Keuangan
non Bank seperti BMT terutama mengenai produk pembiayaan. Salah satu
strategi pengembangan UMKM ialah bekerja sama dengan berbagai instansi
melalui program pembiayaan, antara lain program debt for nature swap dan
kredit usaha rakyat (KUR). Sejak pemerintah meluncurkan program KUR pada
Bank Syariah Mandiri (BSM) contohnya tapi entah mengapa program ini kurang
menunjukan hasil. Bank-bank penyelenggara seperti kurang antusias
melaksanakannya. Walaupun jumlah kredit yang tersalurkan sudah lumayan
besar tetapi tetap belum menyentuh masyarakat dengan unit-unit usaha
mikronya.
Per Oktober 2008, pembiayaan UMKM BSM mencapai Rp 7,72 triliun
atau 56 persen dari total pembiayaan BSM. Porsi tersebut meningkat
dibandingkan dengan akhir tahun 2007 yang sebesar 46,82 persen senilai Rp 4,83
triliun. BSM mencatat penyaluran KUR per akhir Oktober 2008 sebesar Rp
327,14 miliar, yang disalurkan kepada 6.296 nasabah. KUR merupakan
pembiayaan untuk usaha produktif bagi UMKM yang layak, tetapi tak memiliki
(15)
jaminan tambahan.10 Sedangkan pada BMT Tamzis sebesar 73 miliar.11 Salah satu faktor yang menentukan jumlah pembiayaan yang hasilnya tinggi adalah
karena adanya analisa komparatif antara penerapan prosedur pembiayaan yang
digunakan pada Bank Syariah Mandiri dan BMT Tamzis.
Salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam pemberian pembiayaan
adalah prosedur, karena prosedur mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan terlaksananya pemberian pembiayaan yang baik dan sehat.
Prosedur pembiayaan adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk
melaksanakan kegiatan pembiayaan. Setiap pejabat bank yang berhubungan
dengan pembiayaan harus menempuh prosedur pembiayaan yang sehat, yang
meliputi persetujuan pembiayaan, proses administrasi serta prosedur pengawasan
pembiayaan.12
Proses realisasi pembiayaan di Bank Syariah adalah tidak semulus yang
dibayangkan. Karena tidak semua nasabah memiliki karakter bisnis yang sama
satu dengan yang lain. Dalam kenyataannya ada nasabah yang sukses dalam
mengelola bisnis namun ada pula yang gagal. Keterlibatan pejabat bank syariah
dalam hal memantau dan mengawasi jalannya pembiayaan merupakan suatu
10 www.SyariahMandiri.co.id
11 Laporan keuangan Baituttamwil Tamzis tahun 2008 hal.13
12 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet Anggota IKAPI, 2005), hal.202
(16)
keniscayaan yang harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan dana
masyarakat yang telah diamanahkannya di Bank Syariah.13
Dengan demikian baik di Bank Syariah maupun di BMT masalah
prosedur dan pengendalian sangat mempengaruhi baik dan buruknya hasil dari
pelaksanaan pemberian pembiayaan itu sendiri. Apabila prosedur baik, maka
diharapkan suatu manfaat yang baik pula bagi perkembangan perusahaan atau
nasabah yang memperolehnya.
Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul “Analisa Komparatif
Terhadap Prosedur Pengajuan Pembiayaan UKM pada BMT Tamzis dan Bank Syariah Mandiri”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis ingin mencoba memecahkan masalah yang
berada pada proses pengajuan pembiayaan, dalam hal ini pembiayaan secara
mikro (UKM). Dengan tanggapan masyarakat selama ini bahwa dalam
melakukan proses pengajuan pembiayaan sering ditemukan kesulitan untuk
mendapatkan pembiayaan dari bank. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui
dimana letak kesulitan dalam mengajukan pembiayaan. Disini peneliti
(17)
melakukan analisa komparatif dengan membandingkan dua lembaga ekonomi
syariah yaitu Bank Syariah Mandiri dan BMT Tamzis.
2. Perumusan Masalah
Dari persoalan-persoalan yang telah dideskripsikan (gambaran) sesuai dengan
latar belakang maupun pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana Prosedur Pembiayaan Bank Syariah Yang Benar Secara
Teoritis
b. Bagaimanakah Aplikasi Prosedur Pengajuan Pembiayaan UKM pada
BMT Tamzis dan Bank Syariah Mandiri
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui prosedur dan proses pembiayaan UKM pada Perbankan
Syariah dan BMT secara benar.
b. Mengetahui Aplikasi Prosedur Pengajuan Pembiayaan UKM pada BMT
Tamzis dan Bank Syariah Mandiri
2. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi dan kontribusi bagi kalangan intelektual, tokoh
masyarakat atau ulama, pelajar, dan masyarakat pengusaha kecil pada
(18)
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan pembiayaan
UKM bagi Perbankan Syariah dan BMT.
c. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pemasukan bagi masyarakat
dalam masalah peminjaman modal yang tidak menyulitan dirinya dan
lembaga keuangan.
D. Review Studi Terdahulu
Kajian dan penelitian tentang “Pembiayaan UKM pada Perbankan
Syariah dan BMT’ cukup banyak dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya:
Tabel 1.1
No Nama
Penulis/Judul
Skripsi/Tahun
Isi Skripsi Perbedaan dengan
Penulis
1. Ria
Juliyanti/Kebijakan
Bank Muamalat
Indonesia dalam
Pembiayaan
Kepada UKM
Tahun
2003-2008/2008
Komposisi pembiayaan UKM
serta pertumbuhan rata-rata
perbulan pada pembiayaan
musyarakah untuk UKM
tahun 2004 serta proporsi
pembiayaan UKM
berdasarkan jenis
pembiayaannya
Komposisi semua
pembiayaan
UKM yang ada
pada Bank
Syariah Mandiri
dengan BMT
(19)
2. A. Fauzan/Alokasi
Penyaluran Dana
Pebiayaan pada
UKM oleh BRI
Syariah cabang
Tangerang/2009
Penulis memaparkan
pembiayaan untuk
memajukan UKM dari hasil
penelitian melalui dua faktor
Eksternal dan Internal. Faktor
Eksternal berisi potensi
masyarakat Tangerang yang
cenderung memperoleh
pembiayaan hanya untuk
kemudahan dalam
prosedurnya sedangkan yang
menjadi ancaman utama
adalah kurangnya pembinaan
dari BRI pada UKM dalam
menyusun proposal
pembiayaan sedangkan
Internalnya adalah dukungan
pemerintah daerah maupun
pusat untuk memajukan
UKM serta BRI dikenal oleh
Disini penulis
akan memaparkan
Masyarakat yang
cenderung lebih
memilih
pembiayaan
UKM pada BMT
dari pada Bank
Syariah mandiri
dengan alasan
masyarakat kecil
dan menengah
tidak memiliki
jaminan untuk
melakukan
pembiayaan yang
ada pada Bank
(20)
masyarakat sebagai Bank
yang pro UKM sedangkan
kelemahannya banyak UKM
yang belum Bankable,
sehingga sulit bagi UKM
untuk memenuhi jaminan
dalam memperoleh
pembiayaan.
3. Selfie
Rahayu/Analisis
Pembiayaan Usaha
Mikro Syariah pada
Bank Mega
Syariah/2010
Isinya mengenai strategi
penyalurannya yang
ditetapkan secara teratur
mulai dari analisa pasar
dengan menganalisa kondisi
apa yang terjadi pada pasar
yang akan dijadikan target
Membandingkan
cara strategi
prosedur
panyaluran dana
yang dilakukan
dengan
menganalisa
kondisi yang yang
terjadi pada pasar
sehingga saya
mengetahui
alasan mengapa
(21)
masyarakat lebih
memilih
melakukan
pembiayaan
UKM pada BMT
dari pada di Bank
Syariah
4. Abing Abdul
Kabir/Pola
Pembiayaan
Mudharabah Pada
3 BMT di Jakarta
Selatan (al-Karim,
El-Syyifa,
Ta’awun)/2010
Penulis memaparkan
mengenai prosedur yang
ditetapkan oleh ke tiga BMT
itu serta kebijakan
masing-masing BMT
Saya juga menulis
mengenai
prosedur yang
ditetapkan oleh
Bank Syariah
Mandiri dan BMT
serta mengenai
proporsi batas
nominal yang
diberikan kepada
nasabah
(22)
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
metode penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan
deskriptif yaitu data penelitian yang berupa kata-kata, berupa wawancara,
catatan lapangan, dokumen resmi, setelah itu data dikumpulkan, diolah dan
dijelaskan sesuai apa adanya.
Teknik penelitian yang dilakukan yaitu penelitian lapangan (field
research) dimana penulis langsung terjun pada objek penelitian yaitu Bank
Syariah Mandiri dan BMT Tamzis dengan menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Interview (wawancara)
Yaitu dengan melakukan wawancara denagn pihak-pihak yang
terlibat dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung
yaitu kepada:
1) Pegawai Bank Syariah Mandiri, yaitu Rossy Mercia Adam (Personal
Relation Officer) dimana mereka mempunyai wewenang dan keahlian
khusus mengenai pengaruh pembiayaan UKM pada Bank Syariah
(23)
2) Pegawai BMT Tamzis, yaitu Edi Ryanto (Manajer Area) dimana
mereka mempunyai wewenang dan keahlian khusus mengenai
pengaruh pembiayaan UKM pada BMT Tamzis.
3) Nasabah Bank Syariah Mandiri dan BMT Tamzis, yaitu nasabah yang
melakukan pembiayaan melalui Bank Syariah Mandiri dan BMT
Tamzis untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembiayaan UKM
pada Bank Syariah Mandiri dan BMT terhadap nasabah itu sendiri.
b. Dokummentasi
Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data yang ditunjukan
kepada subjek penelitian. Dokumen yang diketik dapat berupa berbagai
macam, tidak hanya dokumen resmi. Dokumen dapat berupa catatan
pribadi, surat pribadi, buku tahunan, laporan kerja, notulen rapat, catatan
kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain sebagainya.14
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Cirendeu dan BMT Tamzis yang beralamat Jl. Buncit Raya 405
Jakarta Selatan.
3. Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi, penulis menggunakan dua jenis data yaitu:
14 Sukandarrumidi, “ Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis VI Peneliti Pemula”, (Yogyakarta, Gajah Mada University Pess), cet pertama, h.10
(24)
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil
pertanyaan melalui wawancara mengenai pembiayaan UKM di Bank
Syariah Mandiri dan BMT Tamzis, juga wawancara kepada nasabah yang
mengajukan pembiayaan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen,
literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lainnya
yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini.
4. Teknik Analisa Data
Seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara terhadap pegawai Bank
Syariah Mandiri dan BMT Tamzis, nasabah Bank Syariah Mandiri, nasabah BMT
Tamzis, dokumentasi, dan data-data yang telah didapatkan dari Bank Syariah
Mandiri dan BMT Tamzis yang berupa laporan tahunan, data rincian pendanaan
dan pembiayaan kemudian data-data tersebut diolah dengan pendekatan deskriptif
analisis.
Data-data yang telah dikumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan
jawaban yang diterima, kejelasannya, konsisten jawaban atau informasi yang biasa
disebut editing.
Adapun teknik penulisan skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah
penulis skripsi pada buku “Pedoma Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh
(25)
F. Sistematika Penulisan
Untuk dapat memperjelas dalam penulisan ini, penulis akan memaparkan
sistematika penulisannya, yaitu:
BAB I Pendahuluan, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, Metode penelitian dan teknik
penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan umum tentang pembiayaan, usaha kecil menengah,
jenis-jenis usaha kecil menengah, kelemahan dan keunggulan usaha kecil
menengah, kebijakan pemerintah terhadap usaha kecil dan menengah.
Bab III Gambaran umum Bank Syariah Mandiri dan BMT, yang berisikan
sejarah berdiri dan perkembangannya, visi dan misi, produk dan jasa,
dan struktur organisasi.
BAB IV Perbedaan pembiayaan ukm pada Bank Syariah Mandiri dengan BMT
TAMZIZ, memaparkan prosedur dan proses pembiayaan yang ada
pada bank Syariah Mandiri dengan BMT TAMZIZ, kendala dalam
pengajuan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri dan BMT TAMZIZ.
(26)
19
TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN DAN UKM
A. Usaha Kecil Menengah (UKM)
1. Pengertian UKM
a) Usaha Kecil
Usaha kecil merupakan bagian integral dan usaha nasional yang
mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan
pembangunan nasional.
Mengacu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, kriteria Usaha
Kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 Juta (tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha).
2) Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 Milliar 1 Tahun.
b) Usaha Menengah
INPRES No. 10 Tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah
adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari 200
Juta sampai maksimal 10 Milliar (tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha).1
1
Titik Sartika, “Ekonomi Skala Menengah dan Koperasi” (jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hal.27-28
(27)
Untuk kriteria Usaha Menengah:
1) Untuk Sektor Industri, memiliki total asset paling banyak Rp. 5 Milliar,
2) Untuk Sektor non Industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
600 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan termpat usaha, memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 Milliar.
Secara normatif, moral filosofis sistem ekonomi kerakyatan
sebenarnya sudah tercantum dalam Undang-Undang 1945, khususnya Pasal
33, yang jika disederhanakan bermakna bahwa perekonomian bangsa
disusun berdasarkan demokrasi ekonomi dimana kemakmuran rakyat
banyaklah yang lebih di utamakan di bandingkan kemakmuran orang
perorang. Bumi, air serta kekayaan alam serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya adalah pokok-pokok atau sumber-sumber
kemakmuran rakyat, maka hal tersebut berarti harus di kuasai dan di atur
oleh negara sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat.2
2. Jenis-jenis UKM
Pembagian jenis-jenis usaha kecil dan menengah dilihat dari bentuk
usahanya, Drs. Soetrisno P.H., menerangkan bahwa struktur ekonomi
Indonesia dari segi kelembagaan ekonomi sektoral berdasarkan
yuridis-konstitusional yaitu pasal 33 dan 34 Undang-Undang Perekonomian dan
Kesejahteraan Sosial. Pasal 33 yang paling pokok dan melandasi usaha-usaha
2
Thohir Luth, “Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia” (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2005), hal.16
(28)
pembangunan nasional dibidang ekonomi. Adapun bunyi pasal 33 sebagai
berikut:
a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
c. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai Negara dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.3
Yang termasuk dalam sektor ekonomi antara lain:
a. Sektor Koperasi
b. Sektor Negara
Sektor Swasta, terbagi antara lain:
a. Perseroan Terbatas
b. Perseroan Komanditer
c. Firma Usaha Perseorangan
d. Perusahaan Internasional
Berdasarkan bentuk hasil produksi, perusahaan terbagi atas enam bagian,
antara lain:
a. Perusahaan Industri
b. Perusahaan Niaga
c. Perusahaan Agraris
d. Perusahaan Jasa
e. Perusahaan Ekstraktif
3
(29)
f. Perusahaan Kredit4
Ada salah satu sub bagian kecil UKM yang memiliki enterpreneurship
(kewirausahaan), tetapi ada pula yang tidak menunjukan sifat tersebut.
Dengan menggunakan kriteria tersebut, maka kita dapat membedakan UKM
dalam empat kelompok atau empat jenis sebagai berikut:
a. Livelihood Aktivities, Usaah Kecil dan Menengah (UKM) yang masuk
kategori ini pada umumnya bertujuan mencari kesempatan kerja untuk
mencari nafkah. Para pelaku dikelompok ini tidak memiliki jiwa
kewirausahaan. Kelompok ini disebut sebagai sektor informal.
b. Micro Enterprises, UKM ini lebih bersifat pengrajin dan tidak bersifat
wirausaha.
c. Smaal Dynamic Enterprises, UKM jenis ini cukup memiliki
kewirausahaan.
d. Fast Moving Interprises, ini adalah UKM asli yang mempunyai jiwa
kewirausahaan. Kelompok ini akan menghasilkan pengusaha skala
menengah dan besar
Sedangkan berdasarkan laporan kelompok pakar UKM, APEC dimana
Indonesia menjadi motornya telah di identifikasi empat UKM di lingkungan
APEC (Asia Pacific Economic Cooperation), yaitu:5
4
Ibid h.15 5
(30)
a. Kelompok A
UKM yang telah memiliki pasar global. Kelompok ini telah menjadi
sub-kontrak dari perusahaan multi-nasional terutama di sektor otomotif dan
elektronik. Jumlah mereka sekitar 3-4 %
b. Kelompok B
UKM yang telah memasuki pasar Internasional. Kelompok ini sudah
mengekspor, tetapi atas dasar pesanan luar negeri dan bukan atas upaya
pemasaran yang agresif, berbeda dengan kelompok A, kelompok B tidak
kontinue. Di Indonesia kelompok ini banyak terdapat di Bali dimana para
importer asing (yang datang sebagai turis) telah melaksanakan order bisnis
yang cukup lumayan. Bahkan produk yang di ekspornya bukan dari Jawa
Tengan dan Jawa Barat. Jumlah mereka 5-7%.
c. Kelompok C
UKM yang belum pernah melakukan transaksi Luar Negeri, tetapi
memiliki potensi yang besar. Jumlah mereka sekitar 30%.
d. Kelompok D
UKM yang tidak ada orientasi ke pasar Luar Negeri. Mayoritas UKM
Indonesia berada di kelompok ini dan jumlah mereka sekitar 60%.
3. Kelemahan dan Keunggulan Usaha Kecil Menengah
Pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan langkah
(31)
perekonomian dari sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya melalui
penyediaan lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan dan tingkat
kemiskinan. Namun demikian disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil
menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, keterampilan,
keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan
keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumber daya manusia
mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan
baik. Secara lebih spesifik, ada beberapa permasalahan mendasar yang
dihadapi peungusaha kecil, yaitu:6
a. Kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar.
b. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan.
c. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia.
d. Keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil.
e. Iklim usaha yang kurang kondusif karena persaingan yang saling mematikan.
f. Pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan dan kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.
6
http://diswandi..ntbblogs.com/2009/10/02/strategi-pengembangan-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm-di-indonesia/, Di akses Pada Hari Jumat 11 Juni 2010, Pukul 15.45
(32)
Sedangkan keunggulan yang dimiliki oleh UKM dibandingkan dengan
usaha besar antara lain:
a. Peran UMKM yang ternyata mampu menyerap tenaga kerja dan
mengurangi angka kemiskinan.
b. Inovasi dalam teknologi telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan
modal.
c. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.
d. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar
yang berubah dengan cepat dibanding dengan perubahan skala besar yang
umumnya birokratis.
e. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.7
4. Kebijakan Pemerintah terhadap Usaha Kecil Menengah
Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional RI menyampaikan bahwa
peran usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian indonesia pada
dasarnya sudah besar sejak dulu, namun sejak krisis ekonomi indonesia, peran
UKM meningkat tajam yang mampu menyerap tenaga kerja yang banyak.
Meskipun peran UKM dalam perekonomian indonesia adalah sentral, namun
kebijakan pemerintah maupun pengaturan yang mendukung ukm sampai
sekarang dirasa belum maksimal. Demikian juga kebijakan yang diambil yang
7
http://www.harryazharazis.com/dok-26.html,Di akses Pada Hari Jumat 11 Juni 2010 Pukul 14.30
(33)
cenderung berlebihan namun tidak efektif, hingga kebijakan menjadi kurang
komprehensif, kurang terarah.
Krisis ekonomi hebat yang melanda negeri ini selama beberapa tahun
terakhir dapat menimbulkan pening-katan angka kemiskinan sangat tajam.
Walaupun kini sedang berupaya untuk menata kembali, hal itu tidak semudah
seperti yang diperkirakan. Justru menjadi suatu paradoks yang patut dicermati,
selama krisis ekonomi berlangsung sektor usaha kecil dan menengah survive
dan diakui bisa bertahan untuk menggerakan perekonomian nasional. Selama
krisis usaha kecil dan menengah (UKM) menjadi primadona yang diharapkan
bisa membangkitkan kembali perekonomian.
Pokok permasalahan dalam hal ini adalah sampai seberapa jauh dapat
diusahakan pembinaan UKM yang komprehensif dan integral dalam kerangka
ketahanan nasional, dengan semangat ”good corporate governance” sehingga
UKM dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap suksesnya
Pembangunan Nasional (triple track strategy).8
Disini Pemerintah memainkan suatu peran penting dalam
menyediakan suatu lingkungan makro ekonomi yang mendukung dan dengan
cepat meningkatkan infrastruktur. Hampir semua jenis intervensi untuk
pertumbuhan industri kecil telah dicoba di Indonesia, antara lain kredit
bersubsidi, program pelatihan (dalam keahlian teknis dan kewiraswastaan),
8
Roundtable Discussion Tentang Usaha Kecil Menengah
http://www.lemhannas.go.id/id/content/view/19/47/ , Di akses Pada Hari Jumat 11 Juni 2010 Pukul 15.40
(34)
penyuluhan, input bersubsidi, bantuan pemasaran, pengadaan infrastruktur,
fasilitas umum, industri perkebunan, dan seterusnya. Ada banyak program
bantuan keuangan dan teknis menyebar di berbagai Kementerian dan sistem
Perbankan.
Pembinaan (bimbingan) terhadap golongan ekonomi lemah adalah
konsep dasar di masa lampau, masa kini dan mungkin masa depan dalam
pendekatan kebijakan pemerintah. Sulit menyempurnakan suatu perubahan
dalam pendekatan kebijakan, terutama jika ada informasi yang sedikit tentang
efektivitas dari program yang ada. Namun demikian, bukti dari lapangan
menunjukkan bahwa klaim tersebut tidak valid. Mayoritas perusahaan kecil
tidak pernah menerima bantuan keuangan maupun teknis. Tingkat ke
ikutsertaan perusahaan kecil dalam program bantuan sangat rendah. Bantuan
keuangan dan teknis kepada enam kluster industri kecil mengungkapkan
sedikit bukti dukungan pemerintah terhadap generasi tenaga kerja dan
pertumbuhan perusahaan.
Untuk menerapkan kebijakan barunya untuk UKM, pemerintah telah
menyetujui perubahan kebijakan industri sehingga pertumbuhan UKM lebih
lanjut dan meningkatkan daya saing industri Indonesia. Perubahan yang
dilakukan antara lain, pemerintah telah mengefektifkan bentuk kredit yang
disubsidi untuk UKM dan menyiapkan suatu kebijakan investasi kompetitif.9
9
http://diswandi..ntbblogs.com/2009/10/02/strategi-pengembangan-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm-di-indonesia/, Di akses Pada Hari Jumat 11 Juni 2010, Pukul 15.45
(35)
B. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Dalam kegiatan penyaluran dana, Bank Syariah melakukan investasi dan
pembiayaan. Disebut investasi karena prinsip yang digunakan adalah prinsip
penanaman dana atau penyertaan dan keuntungan yang diperoleh bergantung
pada kinerja usaha yang menjadi objek penyertaan tersebut sesuai dengan
nisbah bagi hasil yang telah diperjanjikan sebelumnya. Disebut pembiayaan
karena Bank Syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah
yang memerlukannya dan layak memperolehnya. Keduanya disebut dengan
istilah “pembiayaan”.10
Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yan g telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri atau lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang direncanakan.11 Menurut Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, kredit adalah
penyediaan utang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.12
10
Zainul Arifin, Op Cit. h.185 11
Muhammad, Op Cit. h.17 12
(36)
Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998 Pasal 1 butir 11, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.13
Berbeda dengan Bank konvensional, pada Bank Syariah penyaluran
dana kemasyarakat dikenal dengan istilah pembiayaan atau financing, karena
dalam perbankan syariah akad pinjam meminjam bukanlah akad komersial
melainkan akad sosial, maksudnya apabila seseorang meminjam sesuatu, ia
tidak boleh di isyaratkan untuk memberikan tambahan pokok pinjaman,
sehingga dalam perbankan syariah, pinjaman tidak disebut dengan kredit,
melainkan dengan pembiayaan.14
Perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan
konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan
prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank
konvensional keuntungan yang diperoleh berupa bunga, sedangkan pada bank
syariah menggunakan pendekatan profit sharing, artinya dana yang diterima
bank disalurkan ke pembiayaan dan keuntungan yang didapatkan dari
pembiayaan tersebut dibagi dua yaitu nasabah dan bank.15
13
Muhamad Djumhana, “Hukum Perbankan di Indonesia” cet ke-1 (Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 1993) hal.57
14
M. Syafi’i Antonio, “Bank Suatu Pengenalan Umum” (Jakarta: BI dan Tazkia, 1999) hal.130
15
Sunarto Zulkifli, “Panduan Praktis Transaksi Pembiayaan Syariah” (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003) hal.138
(37)
Pembiayaan menurut Muhammad, sebagai pendanaan yang dikeluarkan
untuk mendukung investasi yang direncanakan baik dilakukan sendiri maupun
dijalankan oleh orang lain.16
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan
pendanaan yang dilakukan lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada
nasabah. Pembiayaan sebagai suatu fasilitas yang diberikan bank islam dari
masyarakat yang membutuhkan dana yang telah dikumpulkan oleh bank islam
dari masyarakat yang surplus dana.17
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembiayaan
bank syariah adalah fasilitas pinjaman yang diberikan oleh bank kepada
pihak-pihak yang memerlukan defisit unit. Dalam hal ini, yang membutuhkan
dana tersebut dari masyarakat pula, yaitu masyarakat yang menitipkan
uangnya di bank.
2. Jenis-jenis Pembiayaan
Salah satu dari sekian upaya untuk tetap yang menjadi bank yang
mampu survive dan terpercaya adalah bagaimana bank syariah dapat
mengelola dana yang diterima dari masyarakat secara baik dan sempurna
sehingga bisa memberikan bagi hasil yang besar bagi para nasabah serta
memberikan layanan pada nasabah secara optimal.
16
Muhammad, Op Cit. hal.260 17
(38)
Diantaranya adalah memberikan nisbah yang tinggi dari bunga dibank
konvensional. Besarnya bagi hasil yang didapat dari nasabah tidak terlepas
dari seberapa besar bisa mampu menyalurkan dana-dana yang ada untuk
usaha-usaha produktif sehingga menimbulkan efek yang luar biasa
(multiplayer effect) bagi tumbuh dan berkembangnya perekonomian
indonesia. Macam-macam pembiayaan tersebut yaitu:18
a) Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif merupakan pembiayaan yang disalurkan oleh
bank syariah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasabah dan akan habis
dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bank syariah dapat
menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan kebutuhan barang
konsumsi dengan menggunakan produk diantaranya:
1) Bai al murabahah (Deffered Peyment Sale), adalah jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
Aplikasinya dalam perbankan dengan bentuk pembiayaan untuk
pembiayaan barang-barang inventory, baik produksi maupun konsumsi.
Bank sebagai penjual nasabah sebagai pembeli sedangkan keuntungan
dengan harga pokok disepakati diawal.
18
Kasmir, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya” (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. Ke-4, h.92
(39)
2) Bai al-salam (in front payment sale) yaitu pembelian barang yang
diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka.
Aplikasinya dalam perbankan adalah untuk pembiayaan konstruksi dan
barang-barang manufaktur jangka pendek. Bank sebagai pemesan
(pembeli) dan nasabah sebagai penjual (pembuat). Ketika barang akan
atau sudah selesai bank boleh menjualnya secara rinci kepada nasabah
lain.
b) Pembiayaan Produktif19
Dalam penggolongannya pembiayaan produktif penggunaannya
terdiri atas pembiayaan modal kerja yaitu pembiaayaan yang diberikan oleh
bank untuk menambah modal kerja dalam memenuhi kebutuhan
produksinya yaitu untuk meningkatkan produksi baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif serta untuk keperluan perdagangan misalnya
pembiayaan ekspor, pembiayaan pertokoan dan lain-lain.
Bank konvensional memberikan pembiayaan modal kerja dengan
cara memberikan pinjaman sejumlah dana yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dengan jangka waktu tertentu dan keuntungan yang
diperoleh oleh bank adalah imbalan berupa bunga.
Beda halnya dengan bank syariah, sistem ini dapat membantu
memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja bukan dengan meminjamkan
19
(40)
dana melainkan dengan menjalin hubungan kerjasama usaha atau
partnership dimana bank bertindak sebagai penyandang dana (shahibul
maal) dan nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Pembiayaan ini berupa
produk mudharabah dan musyarakah. Fasilitas yang diberikan untuk jangka
waktu tertentu sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah
yang telah disepakati diawal.
Selain pembiayaan modal kerja terdapat juga pembiayaan investasi,
yaitu pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada perusahaan yang
digunakan untuk melakukan investasi dengan membeli barang-barang
modal (caiptal goods), yaitu barang-barang yang digunakan untuk
memproduksi barang-barang lain untuk menghasilkan jasa-jasa pelayanan
pembelian barang modal itu disebut capital atau expenditure.20
Dalam produk pembiayaan produktif ini ada dua skim yang banyak
dipakai dalam bank syariah yaitu pertama adalah mudharabah yang
merupakan prinsip bagi hasil dengan cara bank membiayai penuh 100%
usaha nasabah yang memiliki profesionalisme dan business plan. Produk
yang kedua adalah musyarakah yang merupakan produk bagi hasil dengan
cara penyertaan modal kepada nasabah. Pengembalian hasil usaha
tergantung pada nisbah bagi hasil yang sudah disepakati.
Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa perbedaan antara
pembiayaan konsumtif dengan pembiayaan produktif terletak pada metode
20
(41)
pendekatan analisanya. Pada pembiayaan konsumtif fokus analisanya pada
kemampuan finansial seseorang mengembalikan pembiayaan yang telah
diterimanya seperti gaji pendapatan perbulan. Sedangkan pada pembiayaan
produktif fokus analisanya terletak pada kemampuan finansial usaha untuk
melunasi pembiayaan yang telah diajukan. Dari sisi proses analisanya
pembiayaan produktif jauh lebih rumit dari pada pembiayaan konsumtif.
Adapun yang sesuai dengan ragam dan jenis usaha yang digeluti
nasabah, bank syariah sebagai lembaga pembiayaan berusaha memenuhi
kebutuhan finansial nasabahnya. Karena itu bank syariah juga
menyediakan produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan itu.21 Beberapa produk pembiayaan produktif yang terkait sebagai berikut:22 1) Mudharabah
Mudharabah merupakan kontrak dalam suatu kekayaan (property)
atau persediaan tertentu ditawarkan akan berbagai keuntungan dengan
pihak lain untuk memperoleh keuntungan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mudharabah
merupakan suatu akad pembiayaan perbankan yang dilakukan oleh
kedua belah pihak yakni pihak yang memiliki modal untuk membiayai
proyek yang memerlukan pembiayaan, pihak ini disebut shahibul maal
21
Ibid., h.92 22
Sutan Remy Sjahdeini, “Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam tata Hukum Perbankan Indonesia” (Jakarta, PT.Pustaka Utama dan Grafiti, 1999), hal.29
(42)
sedangkan pihak yang memerlukan modal sekaligus yang menjalankan
usaha disebut mudharib.
...
...
)
(43)
suatu akad antara dua orang atau lebih untuk berkongsi modal dan
bersekutu dalam keuntungan.23
...
...
) ء ﺎﺴﻨﻟا : 12 (Artinya: “... Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu ... (QS. An-Nisa: 12)
Jadi secara substansial, syirkah (musyarakah) itu merupakan
terjadinya hubungan antara dua pihak untuk melakukan suatu usaha.
Sedangkan ketentuan umum musyarakah antara lain:
a. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal usaha tertentu dan
dikelola bersama-sama.
b. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan usaha harus diketahui bersama,
keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kegiatan
dibagi sesuai dengan kontribusi modal yang disalurkan.
c. Usaha yang dijalankan harus disebutkan dalam kontrak, setelah usaha
selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
yang telah disepakati.24
C. Prosedur Pembiayaan Bank Syariah
23
Rachmat Saleh, “Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah” (Jakarta, Penerbit Djambatan, 2003), cet ke-2, hal.180
24
(44)
Prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani (klerical), biasanya
melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk
menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi
perusahaan yang sering terjadi.25
Tujuan pelaksanaan prosedur adalah untuk mempermudah bank dalam
menilai kelayakan suatu permohonan pembiayaan. Aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam menilai kelayakan usaha antara lain sebagai berikut:
1) Aspek hukum
Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan keaslian dokumen-dokumen
atau surat-surat yang dimiliki oleh calon debitur, seperti akte notaris, izin
usaha, atau sertifikat tanah dan dokumen-dokumen surat lainnya.
2) Aspek pasar dan pemasaran
Yaitu aspek untuk menilai prospek usaha untuk menilai kemampuan calon
nasabah sekarang dan dimasa yang akan datang.
3) Aspek keuangan
Merupakan aspek untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membiayai
dan mengelola usahanya. Dari aspek ini akan tergambar berapa besar biaya
dan pendapatan. Penilaian aspek ini dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan.
4) Aspek operasi atau teknis
25
Zaki Baridwan, Sistem Akuntansi, Penyusunan Prosedur dan Metode, (Yogyakarta, BPFE, 1992), hal.3
(45)
Merupakan aspek untuk menilai tata letak ruangan, lokasi usaha dan kapasitas
produksi suatu usaha yang tercermin dari sarana dan prasarana yang
dimilikinya.
5) Aspek manajemen
Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimiliki oleh
perusahaan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
6) Aspek ekonomi atau sosial
Merupakan aspek untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang
ditimbulkan dengan adanya suatu usaha terutama terhadap masyarakat, apakah
lebih banyak benefit atau cost atau sebaliknya.
7) Aspek Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul dengan
adanya suatu usaha, kemudian cara-cara pencegahan terhadap dampak
tersebut.26
a. Prosedur Pembiayaan
Setiap pejabat bank yang berhubungan dengan pembiayaan harus
menempuh prosedur pembiayaan yang sehat, yang meliputi prosedur
persetujuan pembiayaan, proses administrasi serta prosedur pengawasan
pembiayaan.
b. Proses Pembiayaan
26
(46)
Proses dasar pembiayaan adalah seperti tergambar dibawah ini,
yang meliputi aplikasi, analisis permohonan pembiayaan, penyusunan
struktur pembiayaan dan penyiapan dokumen pembiayaan, realisasi
pembiayaan, pembinaan dan pengawasan serta penyelesaian pembiayaan
bermasalah.27 Tabel 2.1
c. Prosedur Analisis
27
Zainul Arifin, OP Cit. h.202-203
Aplikasi Pembiayaan
Analisis Pembiayaan
Evaluasi Masing-masing Permohonan Evaluasi Kesesuaian dengan Kebijakan
Struktur Pembiayaan
Realisasi Pembiayaan
Pembinaan & Pengawasan (Monitoring) Kesesuaian dengan Peraturan dan Kebijakan
Penyelesaian Pembiayaan Review Pembiayaan Pemecah Masalah Pembiayaan
(47)
1) Berkas dan pencatatan
2) Data pokok dan analisa pendahuluan
(a) Realisasi pembelian, produksi dan penjualan
(b) Rencana pembelian, produksi dan penjualan
(c) Jaminan
(d) Laporan keuangan
(e) Data kualitatif dari calon debitur
3) Penelitian data
4) Penelitian atas realisasi usaha
5) Penelitian atas rencana usaha
6) Penelitian dan penilaian barang jaminan
7) Laporan keuangan dan penelitiannya
d. Keputusan Permohonan Pembiayaan
1) Bahan pertimbangan pengambilan keputusan
2) Wewenang pengambilan keputusan28
e. Penyidikan dan Analisis Kredit
1) Yang dimaksud dengan pemohon (investigasi) kredit adalah pekerjaan
yang meliputi:
(a) Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur
(b) Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit
yang diajukan nasabah, baik data intern maupun data ekstern
28
(48)
(c) Pemeriksaan atau penyidikan atas kebenaran dan kewajiban
mengenai hal-hal yang ditemukan nasabah dan informasi lainnya
yang diperoleh
(d) Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang
telah dilaksanakan.
2) Yang dimaksud dengan analisis kredit adalah pekerjaan yang meliputi:
(a) Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek
(b) Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian
dan kesimpulan serta penyajian-penyajian alternatif sebagai bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari
permohonan kredit nasabah
(c) Setiap permohonan kredit harus diadakan penyidik dan analisis
seperti butir (1) dan (2)
(d) Pekerjaan penyidikan dilakukan oleh petugas yang berfungsi
sebagai penyidik kredit, sedangkan pekerjaan analisis dilakukan
untuk kredit analisis.29
f. Pedoman Memorandum Pembiayaan
29
(49)
Memorandum pembiayaan adalah suatu bentuk proposal yang berisi
analisa dari suatu usulan pembiayaan. Penyusunan memorandum
pembiayaan merupakan salah satu syarat dalam pengajuan pembiayaan.
Secara garis besar memorandum pembiayaan berisi hal-hal sebagai
berikut:30
1) Tujuan pembiayaan
Tujuan dari usulan pembiayaan harus dijabarkan dengan jelas sejak awal
agar pendekatan logis terhadap data yang akan dikaji dapat dicapai.
2) Latar belakang calon nasabah
Latar belakang berisikan informasi kualitatif mengenai nasabah yang
penting untuk keperluan analisis.
3) Kondisi usaha
Kondisi usaha merupakan gambaran tentang kesehatan usaha yang
dijalankan nasabah.
4) Analisis keuangan calon nasabah
Analisi keuangan ditujukan untuk mencermati laporan keterangan
perusahaan nasabah, mulai dari neraca, laba-rugi sampai pada arus kas.
5) Analisis jaminan (agunan)
Pada analisis agunan atau barang jaminan yang dijaminkan nasabah
harus memperhatikan hal-hal tersebut: marketability dan nilai agunan,
ciri khusus dari barang agunan, cover asuransi yang memadai dari
30
(50)
barang agunan baik dari segi jenis resiko, nilai penutupan maupun
bonafiditas perusahaan asuransi.
6) Analisis resiko pembiayaan
Pada analisis resiko pembiayaan, diperlukan penjabaran mengenai
kemungkinan jenis dan tingkat resiko yang dapat terjadi pada usaha
nasabah sejauh mana resiko tersebut dapat membahayakan prospek
pelunasan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank.
7) Kesimpulan dan rekomendasi
Kesimpulan dari seluruh analisis harus bersifat ringkas dan jelas serta
memuat rekomendasi atas kebijaksanaan yang diusulkan untuk
ditempuh oleh bank.31
31
(51)
45
A. BMT (BAITUL MAAL WATTAMWIL) TAMZIS
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan BMT Tamzis
Koperasi Simpan Pinjam Syariah Baituttamwil Tamzis dibentuk oleh
sekelompok anak muda terdidik pada tahun 1992 di kecamatan Kretek
Wonosobo Jawa Tengah. Modal yang kecil, pengalaman yang minim serta
letak geografis yang relatif berada bukan di sentra kegiatan ekonomi tidak
menyurutkan tekad anak-anak muda ini untuk membangun perekonomian
yang lebih adil sesuai syariah. Pada tanggal 14 November 1994, Tamzis
mendapat status badan hukum dengan nomor 12277/B.H/VI/XI/1994 dari
Departemen Koperasi.
Berkat ketekunan, keyakinan dan kemampuannya berkomunikasi
dengan masyarakat dari berbagai pihak, Tamzis kini memiliki lebih dari
delapan ribu anggota. Pelayanan kepada masyarakat yang semula hanya di
garasi pengurusnya kini telah memiliki kantor pusat yang cukup representasif
dengan berbagai kantor cabang dan kantor pembantu. Pada tahun 2003 dengan
prestasi dan kinerja yamg terus meningkat Tamzis mendapat izin dari
Departemen Koperasi Republik Indonesia untuk membangun cabang di
(52)
di Yogyakarta, Klaten, Banjarnegara dan akan terus mengembangkan diri ke
kota-kota lain.1
Visi dan Misi BMT Tamzis Visi
Menjadi lembaga keuangan syariah utama, terbaik dan terpercaya.
Misi
a. Membantu dan memudahkan masyarakat mengembangkan kegiatan
ekonomi produktifnya.
b. Mendidik masyarakat untuk jujur, bertanggung jawab, profesional dan
bermartabat.
c. Menjaga kesucian ummat dari praktek riba yang menindas dan dilarang
agama.
d. Membangun dan mengembangkan sistem ekonomi yang adil, sehat, dan
bersih sesuai dengan syariah.
e. Menciptakan sistem kerja yang efisien dan inovatif.
1
(53)
2. Produk dan Jasa BMT Tamzis
a. Produk Penghimpunan Dana2
No Nama Produk Akad
Produk
Kegunaan Keterangan
1. Simpanan
Mutiara
Dapat di setor dan
ditarik kapanpun
2. Simpanan
Qurma
Hanya dapat di
ambil saat
diperlukan atau
sesuai
kesepakatan.
3. Simpanan Haji
Shafa
Pengambilan dana
dilakukan sesuai
dengan jadwal.
4. Ijabah Hanya dapat di
ambil sesuai
jangka waktu
yang di pilih 3, 6,
12, 24 bulan.
Tabel 3.1
2 Ibid.,
(54)
b. Produk Penyaluran Dana
No Nama
Produk
Akad Produk
Kegunaan Keterangan
1. Pembiayaan
Modal Usaha
Mudharabah
Muqayyadah
Untuk Pembiayaan
Modal Usaha Secara
Penuh.
Keuntungan
dibagikan sesuai
nisbah.
2. Pembiayaan
Bai’u
Bitsaman
A’ajil
Bai Bitsaman
Ajil
Pembiayaan Jual
Beli Kendaraan
Bermotor.
Pokok dan
keuntungan
diangsur sesuai
dengan
kesepakatan.
3. Tamzis Fast
Service (TFS)
/ Bridging
Loan
Mudharabah
Muqayyadah
Untuk Pembiayaan
Cepat, Produktif dan
Keuntungan Tinggi.
Jangka waktu
pembiayaan
minimal 1
bulan.
4. Pembiayaan
Musyarakah
Musyarakah Untuk Penyertaan
Sebagian Pembiayaan Proyek. Keuntungan dibagikan sesuai kesepakatan Tabel 3.2
(55)
c. Produk Pelayanan Jasa
1. Jasa Pembayaran Rekening Listrik, Air dan Telepon
Jasa pembayaran rekening dapat di debet dari simpanan mutiara nasabah
dan Baituttamwil Tamzis mendapatkan imbalan atas jasa tersebut.
2. Jual Beli Valuta Asing (Ash-Sharf)
Produk ini digunakan untuk melayani kebutuhan TKI (Tenaga Kerja
Indonesia) terhadap valuta asing, BMT melayani jual beli valuta asing
meskipun jumlahnya besar.
3. Produk Unit Baitul Maal
Pada sisi ini Tamzis menerima dana zakat, infak, dan sedekah dari
karyawan, nasabah dan masyarakat sekitar dan pentasyarufannya
dilakukan melalui kerjasama dengan Tamaddun sebagai divisi sosial
dari Baituttamwil Tamzis.
3. Struktur Organisasi BMT Tamzis
a. Perijinan
Pada tahun 2009 yang lalu Tamzis telah mendapatkan perijinan atas
pembukaan kantor cabang baru yang diajukan yaitu cabang Kroya dan
(56)
b. Keanggotaan
Pada tahun ini pengurus masih melanjutkan program tahun lalu untuk tidak
menambah jumlah anggota baru koperasi kecuali anggota luar biasa, dan
lebih berkonsentrasi untuk meningkatkan pemupukan modal dan
pembinaan anggota yang sudah ada.
c. Pengurus
Susunan pengurus Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Baituttamwil
Tamzis untuk masa bakti 2008-2012 adalah sebagai berikut:3 Keterangan:
1. Ketua : Ir. H. Saat Suharto
2. Wakil Ketua I (Bidang Organisasi) : H. Mudasir Chamid
3. Wakil Ketua II (Bidang Usaha) : Ir. H. Sholeh Yahya
4. Sekertaris : Yusuf Effendi, S.Ag.
5. Wakil Sekertaris : Drs. H. Khozin (Non Aktif)
6. Bendahara : H. Aswandi Danoe S.Sos. MM
7. Wakil Bendahara : H. Subakdo
8. Ketua Pengawas Syariah : H. Teguh Ridwan, BA
9. Wakil Ketua Pengawas Syariah : Habib Maufur
3
(57)
B. PERBANKAN SYARIAH
1. Sejarah berdiri dan perkembangan Bank Syariah Mandiri
Krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan
krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian
nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang
didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat
parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa
mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitulasi sebagian
bank-bank di Indonesia.
Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang perubahan atas
Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, pada bulan November
1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank
syariah di Indonesia. Undang-undang tersebut memungkinkan bank
beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus
syariah.
PT. Bank Susila bakti yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan
Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi berupaya
keluar dari krisis 1997-1999 dengan berbagai cara. Mulai dari
langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank
syariah dengan suntikan modal dari pemilik.
Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank
(58)
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila Bakti
menjadi Bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh
PT Bank Mandiri (Persero).4
Kehadiran Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak tahun 1999,
sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan
moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter
sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi dimensi termasuk di
panggung poliitik nasional, telah menimbulkan dampak negatif yang sangat
hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia
usaha.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang Bank umum
untuk melayani transaksi syariah (Dual Banking System).5
Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT
Bank Susila Bahti menjadi PT Bank Syariah Sakinah berdasarkan akta notaris:
Ny.Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui
4
http:/www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/pembiayaan consumer/syariah-mandiri-pembiayaan-kunsumer/pembiayaan-dana-berputar/
5
(59)
Akta No.23 tanggal 8 September 1999 Notaris: Sutjipto SH nama PT Bank
Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi Bank Syariah Mandiri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat
Keputusan Gurbernur Bank Indonesia No.1/24/KEP. BI/1999 telah
memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya
dengan Surat Keputusan Deputi Gurbernur Senior Bank Indonesia
No.1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah
menyetujui perubahan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah
Mandiri.
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999
merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Kelahiran
Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank
syariah di PT Bank Susila Bakti dan manajemen PT Bank Mandiri yang
memandang pentingnya kehadiran Bank Syariah dilingkungan PT Mandiri
(Persero).
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai Bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri
dalam kiprahnya di Perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama
(60)
Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri Visi
Menjadi Bank Syariah Mandiri Terpercaya pilihan mitra usaha
Misi
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.
b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan
pada segmen UKM.
c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan
kerja yang sehat.
d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
e. Menyelenggarakan operasional Bank sesuai standar Perbankan yang sehat.6
Nilai-nilai perusahaan
a. Excellence: Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang
terpadu dan berkesinambungan.
b. Teamwork: Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.
c. Humanity: Menjunjung tinggi niali-nilai kemanusiaan dan religius.
d. Integrity: Menaati kode etik profesi dan berfikir serta berperilaku terpuji.
e. Customer Focus: Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk
menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan
menguntungkan.7
6 ibid 7
(61)
2. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri
a. Produk Dana8
Tabungan BSM
Tabungan dalam mata uang rupiah dengan akad Mudharabah Mutlaqah
yang penarikannya berdasarkan syarat-syarat tertentu yang di sepakati.
Fitur dan Syarat:
1) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah Mutlaqah
2) Minimum setoran awal: Rp 80.000
3) Minimum setoran berikutnya: Rp 10.000
4) Saldo minimum: Rp 50.000
5) Biaya tutup rekening: Rp 20.000
6) Biaya administrasi per bulan: Rp 6.000
7) Syarat: kartu identitas seperti KTP/SIM/Paspor nasabah.
Manfaat:
1) Aman dan terjamin
2) Online diseluruh outlet BSM
3) Bagi hasil yang kompetitif
4) Fasilitas BSM Card yang berfungsi sebagai kartu Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) dan debit
5) Fasilitas e-Banking, yaitu BSM Mobile Banking dan BSM Net Banking
6) Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan sedekah.
8 ibid
(62)
b. Produk Jasa9
BSM Card
BSM Card merupakan sarana untuk melakukan transaksi penarikan,
pembayaran, dan pemindah bukuan dana pada anjungan ATM BSM, ATM
Mandiri, jaringan ATM Prima-BCA dan ATM Bersama, serta ATM Bank
Card. BSM Card juga berfungsi sebagai kartu Debit yang dapat digunakan
untuk transaksi belanja di seluruh merchant yang menggunakan Electronic
Data Capture (EDC) Prima- Bank Central Asia (BCA).
Ragam layanan:
1) Kemudahan tarik tunai di seluruh jaringan ATM BSM, ATM Mandiri,
ATM Prima-BCA, ATM Bersama dan ATM Bank Card
2) Kemudahan berbelanja di lebih dari 20.000 merchant yang
menggunakan EDC Prima-BCA
3) Pemindah bukuan antar rekening BSM
4) Transfer uang antar Bank secara real time melalui jaringan ATM
Bersama dan Prima-BCA
5) Pembayaran tagihan ponsel, Telkom, PLN, dan IM2 di ATM BSM
6) Pembayaran zakat dan infaq di ATM BSM dan ATM Mandiri
7) Layanan informasi saldo dan penagihan PIN.
9 ibid
(63)
Syarat:
1) Memiliki rekening Tabungan atau Giro di BSM
2) Mengisi formulir kartu ATM
3) Peruntukan perorangan.
c. Layanan10
Layanan Syariah Mandiri Prioritas (Karena Anda Pribadi Istimewa)
Hanya dengan menempatkan dana minimal RP 250.000.000, Anda berhak
mendapatkan layanan personal dengan fasilitas yang mengutamakan
kenyamanan dalam keseimbangan baik dalam layanan finansial maupun
layanan non finansial. Personal Relation Officer kami akan membantu
Anda menentukan pilihan perencanaan keuangan, termasuk konsultasi
zakat, wakaf hingga pembagian harta waris.
Fasilitas Fisik
a) Ruang Layanan Priority
Ruang Layanan Priority terdapat di Kantor Cabang:
1) Jakarta - Thamrin
2) Jakarta - Pondok Indah
3) Jakarta - Rawamangun
4) Medan
5) Pekanbaru
6) Palembang
10 ibid
(64)
7) Makassar
b) Safe Deposit Box
Safe Deposi Box terdapat di Kantor Cabang
1) Jakarta - Thamrin
2) Jakarta - Pondok Indah
3) Jakarta - Hasanudin
4) Banda Aceh
5) Medan
6) Pontianak
c) Check in counter dan baggage handling
Check in counter dan baggage handling berada di beberapa bandara
berikut ini:
1) Bandara Soekarno Hatta - Jakarta
2) Bandara Ngurah Rai - Denpasar di terminal domestik
3) Bandara Juanda - Surabaya di terminal domestik
4) Bandara Adisucipto Yogyakarta
5) Bandara Sepingan Balikpapan
6) Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin.
Fasilitas Non Fisik11 Finansial
11 ibid
(65)
a) Dana dan Investasi
Tabungan, Giro, Deposito, Bancassurance, Reksa Dana dan Sukuk
Negara Ritel.
b) Jasa-jasa
BSM Priority Card, Mobile Banking, Net Banking, Sentra Bayar,
Transfer Valas dan Laporan Keuangan terpadu.
c) Pembiayaan
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, jual beli dan agunan tunai.
Non Finansial
a) Undangan acara khusus
b) Special offer
c) Majalah ekonomi dan bisnis syariah
d) Layanan Duka
e) Penyaluran zakat, infak, sedekah dan wakaf
f) Reservasi perjalanan umroh dan haji plus.
d. BSM Implan12
BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang di
berikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan yang pengajuannya
dilakukan secara massal (kelompok).
BSM Implan dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para
karyawan perusahaan, misalnya dalam hal perusahaan tersebut tidak
12
(1)
BMT. Jika surveynya bagus kemudian di cairkan. Pengembalian pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil, cicilannya tergantung kesanggupan nasabah ada yang menginginkan perhari, perminggu, atau perbulan.
2. Kendala yang terdapat pada BMT Tamzis dalam pengjuan pembiayaan UKM adalah belum memiliki sistem prosedur yang standar dan baik, kurangnya memanfaatkan teknologi, pendidikan masyarakat yang rendah karena banyak masyarakat di pasar yang tidak berpendidikan sehingga masyarakat masih lebih memilih melakukan pinjaman pembiayaan pada rentenir-rentenir yang ada di pasar, tingkat kepercayaan masyarakat tentang BMT masih rendah, Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas dan kompetensi SDM yang rendah, dan kelemahan SDM dalam sistem operasionalnya. Sedangkan kendala yang ada pada BSM adalah Lemahnya wawasan dan pengetahuan pelaku usaha mikro dan kecil untuk mengakses pembiayaan bank, kemudian terbatasnya modal sendiri yang bisa disediakan oleh pengusaha mikro dan kecil sebagai jaminan, dianggap sulit prosedur yang di berikan oleh Bank Syariah Mandiri, proses mencairkannya pun sangat lama, masih banyaknya ke tidak sesuaian skim pembiayaan dengan kebutuhan nasabah mikro dan kecil, infrastruktur bank yang ada juga tidak siap untuk menjangkau nasabah mikro dan kecil yang tersebar di banyak lokasi, sektor dan komunitas terkait dengan skala ekonomis pembiayaan.
(2)
B. SARAN
Saran-saran yang akan diberikan penulis terkait dengan pihak-pihak yaitu: 1. Pihak Bank Syariah Mandiri (BSM) diantaranya adalah:
a. Hendaknya BSM dapat lebih cepat tanggap dalam menyikapi persoalan umat khususnya dalam permasalahan keuangan dan pembiayaan bagi UKM yang potensial dan juga dapat bersikap bijaksana serta tegas dalam menghadapi nasabah yang dinilai tidak memenuhi kewajiban atau role play pihak BSM sehingga ada nilai wibawa BSM itu sendiri oleh nasabah. b. Diharapkan kepada BSM agar lebih selektif dalam pendistribusian
pembiayaan sehingga dana tersebut sampai kepada pihak nasabah yang benar-benar membutuhkan dan memiliki usaha yang produktif.
c. Melakukan kerja sama pola kemitraan, dimana BSM berfungsi sebagai fasilitator usaha mikro dan kecil dengan pengusaha besar dalam pola kemitraan Inti-Plasma, dimana perusahaan menjamin pasar dan pendamping teknologi.
d. Pihak BMT hendaknya mengembangkan sistem monitoring pembiayaan mikro dan kecil berbasis teknologi untuk mengefektifkan dan menurunkan biaya monitoring pembiayaan.
e. Melakukan kerja sama pembiayaan program dengan pemerintah untuk mendapatkan fasilitas penjaminan, likuiditas atau bantuan lainnya untuk meningkatkan pembiayaan ke segmen mikro dan kecil.
(3)
2. Saran bagi pihak Pemerintah adalah selalu memperhatikan para pedagang dan usaha kecil menengah (UKM) dalam hal pemberian dana atau pun fasilitas dan pelayanan yang mendukung berkembangnya UKM karena UKM merupakan urat nadi perekonomian bangsa yang banyak memberikan sumbangsih bagi negara dan juga diharapkan pemerintah dapat memberikan dukungan kepada pihak bank dalam membantu tugas-tugas pemerintah dalam hal penanganan para pedagang kecil.
Diantara keduanya baik Bank maupun Lembaga Keuangan non Bank seperti BMT memiliki keunggulan masing-masing, sehingga nasabah dapat menyesuaikan akan kebutuhannya.
Setelah melihat analisa komparatif baik dari sisi prosedur pengajuan pembiayaan maupun kendala-kendalanya ternyata banyak perbedaan, kekurangan dari perbedaan disini bukan dimaksud penulis untuk melemahkan atau menjustifikasi namun sebagai bahan perbandingan yang nantinya akan bermanfaat bagi Bank maupun BMT. Tanpa mengurangi rasa hormat penulis. Dan kelebihan dijadikan acuan untuk lebih meningkatkan kinerja keduanya di masa yang akan datang.
Demikianlah penulisan skripsi ini, harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sehingga akan menambah wawasan dan khazanah keilmuan mengenai Bank Syariah Mandiri dan Baituttamwil Tamzis.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya, Departermen Agama RI Adam, Mercya, Rossi, Wawancara Pribadi, 06 Oktober 2010-11-03
Amin, Hasan, Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan, Jakarta, Pradiya Utama, 1976
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta, Pustaka Alvabet, 2005
Baridwan, Zaki, Sistem akuntansi, Penyusunan Prosedur dan Metode, Yogyakarta, BPFE, 1992
Chapra, M. Umar, The Future Of Economic An Islamic Perspektif, Jakarta, Sharia Economic and Banking Institute, 2001
Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta, PT. Citra Aditya Bakti, 1993
Edillius, Pengantar Ekonomi Perusahaan, jakarta, Rineka Cipta, 1992
Irkam, Muhammad, Kemanfaatan Lembaga Keuangan Syariah, Tamaddun edisi xxv/th.V/Maret-April 2010
--- // ---
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000
--- // ---
(5)
Luth, Thohir, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2005
Muhammad, Bank Syariah: Analisis, Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan Ancaman, Yogyakarta, Ekonisia, 2006, Cetakan Pertama, Edisi Kedua
--- // ---
Ryanto, Edi, Wawancara Pribadi, Jakarta, 25 Juni 2010
Saleh, Rahmat, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Jakarta, Penerbit Djambatan, 2003, Cetakan Kedua
Sartika, Titik, Ekonomi Skala Menengah dan Koperasi, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2004
Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta, Fakultas Ekonomi UI, 1995, Edisi IV
Sjahdeini, Sutan. Remy, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta, PT. Pustaka Utama dan Grafiti, 1999
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis VI Peneliti Pemula, Yogyakarta, Gajah Mada University Pess, Cetakan Pertama
Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Pembiayaan Syariah, Jakarta, Zikrul Hakim, 2003
(6)
--- BMT Tamzis, Company Profile
--- http://diswandi..ntbblogs.com/2009/10/02/Strategi Pengembangan UMKM di Indonesia
--- http://harryazharazis.com/dok-26.html
--- http://www.lemhannas.go.id/id/content/view/19/47 --- http://www. SyariahMandiri.co.id
--- Laporan Tahunan Bank Syariah Mandiri 2008 --- Laporan Tahunan KJKS Baituttamwil Tamzis 2009
--- Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institute Bankir Indonesia, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Jakarta, Djambatan, 2003, Cetakan Kedua
Perundang-Undangan
1. Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
2. Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Syariah
3. Undang-Undang 1945 Pasal 33 dan 34 Tentang Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial