17
dengan cara memilih metode atau kebijakan akuntansi terlebih dahulu untuk menaikkan dan menurunkan laba.
Sementara, Scott 2000 membagi cara memahami manajemen laba menjadi dua, yaitu :
1 Melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan
utilitasnya dalam kontrak kompensasi, kontrak utang, dan biaya politik 2
Memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting, dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri
mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak
2.1.6.2 Pola Manajemen Laba
Ada empat pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba, Scott 2009 mengidentifikasikan pola-pola tersebut sebagai berikut
: 1.
Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkutan CEO
baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini ditujukan untuk menaikkan laba di masa datang. Manajemen mencoba
mengalihkan biaya yang diperkirakan akan terjadi di masa depan expected future cost ke masa kini, agar memiliki peluang yang lebih
besar mendapatkan laba di masa yang akan datang. 2.
Income Minimization
Universitas Sumatera Utara
18
Hal ini biasanya dilakukan pada saat tingkat laba perusahaan sedang tinggi, sehingga jika laba pada periode mendatang turun drastis dapat
diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. Manajemen dengan cara ini berusaha melakukan pemindahan beban ke masa kini
supaya di masa mendatang memiliki peluang besar mendapatkan laba. 3.
Income Maximization Berbeda dengan income minimization, hal ini dilakukan manajemen
pada saat laba menurun dengan cara memindahkan beban ke masa mendatang. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melaporkan net
income yang tinggi untuk mendapatkan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian
hutang. 4.
Income Smoothing Hal ini dilakukan perusahaan dengan cara melakukan perataan laba
yang dilaporkan supaya fluktuasi laba tidak kelihatan terlalu besar. Karena perusahaan yang memiliki fluktuasi laba terlalu besar kurang
diminati investor yang cenderung menyukai perusahaan yang memiliki fluktuasi laba tidak terlalu besar.
2.1.6.3 Motivasi Manajemen Laba
Scott 2009 menjelaskan ada beberapa motivasi yang melatarbelakangi manajemen melakukan manajemen laba, yaitu :
1. Bonus Purpose
Universitas Sumatera Utara
19
Manajer yang mempunyai informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara opurtunistis untuk mengatur laba bersih tersebut dengan
tujuan untuk memaksimalkan bonus yang akan mereka dapatkan sesuai compensation plan perusahaan.
2. Political Motivations
Motif ini biasanya dilakukan oleh perusahaan publik yaitu melakukan manajemen laba untuk mengurangi laba yang dilaporkan ke publik.
Perusahaan melakukan ini karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan aturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivation
Usaha untuk melakukan penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata dilakukan perusahaan. Berbagai metode akuntansi
digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan. 4.
Pergantian CEO CEO yang masa jabatannya telah mendekati akhir cenderung berusaha
melakukan upaya menaikkan laba untuk meningkatkan bonus yang akan mereka dapatkan. Demikian juga dengan CEO yang kurang berhasil
memperbaiki performa perusahaan dan berusaha meningkatkan laba agar tidak diberhentikan.
5. Initial Public Offering IPO
Perusahaan yang akan go public belum memiliki harga pasar sehingga diperlukan penetapan nilai pada saham yang akan ditawarkan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
20
mendorong manajer perusahaan tersebut untuk menaikkan laba supaya dapat memperoleh harga tinggi atas sahamnya.
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Manajemen harus memberikan informasi kepada investor mengenai kinerja perusahaan. Oleh karena itu, manajemen berusaha melakukan
manajemen laba supaya laba yang disajikan terlihat baik bagi investor.
2.1.6.4 Teknik Manajemen Laba