1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan ukuran dan sumber informasi yang digunakan para investor untuk menilai kinerja suatu perusahaan. Laporan
keuangan yang lengkap harus terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan. Laporan keuangan harus dapat menyajikan informasi yang relevan supaya dapat digunakan investor dalam pengambilan keputusan. Tujuan utama
dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang dijadikan acuan investor dalam pengambilan
keputusan adalah informasi laba. Menurut Ardiyansyah 2014 Laba bagi pihak investor berarti peningkatan nilai ekonomis yang akan didapatkan melalui
pembagian dividen. Laba digunakan juga untuk menilai performaa manajemen perusahaan dalam suatu periode serta menjadi pertanggungjawaban atas
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen. Berdasarkan fakta yang ada, investor seringkali hanya melihat informasi laba tanpa
memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Celah ini mendorong manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
2
Manajemen Laba menurut Healy dan Wahlen 1998 terjadi ketika manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan dalam menyusun
transaksi untuk merubah laporan keuangan bertujuan untuk menyesatkan para stakeholder tentang performa ekonomi perusahaan atau untuk memengaruhi hasil-
hasil kontrak yang tergantung pada praktik pelaporan akuntansi. Sedangkan menurut Irawan 2013, tindakan manajemen laba yang dilakukan pihak-pihak
tertentu dapat menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai fundamentalnya dan menambah bias laporan keuangan yang menyebabkan
kerugian bagi para penggunana laporan keuangan tersebut.Tindakan manajemen laba ini tidak hanya merugikan investor bahkan dapat merugikan manajemen
apabila investor mengetahuinya dapat menyebabkan harga saham perusahaan undervalue.
Tindakan manajemen laba ini juga banyak dilakukan perusahaan- perusahaan di Indonesia. Kasus-kasus yang menimpa PT.Indofarma Tbk,
PT.Kimia Farma Tbk, dan PT.Katarina Utama Tbk. Pada kasus PT.Kimia Farma Tbk, perushaan dituduh melakukan manipulasi pada jumlah laba bersih
perusahaan dalam laporan keuangan tahun 2001. Perusahaan melaporkan jumlah laba bersih sebesar Rp 132 miliar. Namun, setelah diperiksa lebih lanjut
perusahaan cuma mendapatkan Rp 99 Miliar. Tempo.com Pada kasus PT. Katarina Utama Tbk, salah satu pemegang saham, PT.
Media Intertel Graha MIG menuduh perusahaan telah merekayasa laporan keuangan tahun 2009. Pada laporan tersebut menunjukkan adanya piutang usaha
dari MIG sebesar Rp 8,606 miliar dan penapatan dari MIG sebesar Rp 6,773
Universitas Sumatera Utara
3
miliar yang mana dibantah oleh pihak MIG. Pada laporan tersebut juga perusahaan juga terindikasi melakukan pengelembungan aset melalui proyek fiktif
sebesar Rp 29,6 miliar.Detik.com. Manajer merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas keakuratan
dan kewajaran dari laporan keuangan. Manajer mempunyai kontrol utama atas integritas sistem akuntansi yang digunakan Kebebasan ini membuat manajer dapat
mengerahkan kecakapannya dalam membuat penilaian dan mengomunikasikan informasi yang mereka miliki melalui pilihan dan perkiraan akuntansi.
Fleksibilitas yang dimiliki manajemen dalam menyusun laporan keuangan inilah yang memberikan celah terhadap manajemen laba. Deteksi atas tindakan
manajemen laba dalam laporan keuangan dapat diteliti dengan menggunakan proksi Discretionary Accrual DA. Discretionary Accrual adalah komponen
akrual yang berada dalam kebijakan manajer artinya manajer memberi intervensinya dalam proses pelaporan akuntansi.
Pada penelitian sebelumnya mengenai manajemen laba terjadi banyak research gap, salah satunya penelitian yang dilakukan Ardiyansyah 2014 dan
Ningsaptiti 2010. Penelitian Ardiyansyah 2014 mendapatkan hasil bahwa komposisi dewan komisaris memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen
laba sedangkan kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil yang berbeda
didapat Ningsaptiti 2010 dimana kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba dan komposisi
Universitas Sumatera Utara
4
dewan komisaris justru tidak memilik pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Perbedaan juga didapatkan dengan variabel leverage, Ardison 2012 menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen
laba, sementara itu penelitian Rivaldo menunjukkan hasil leverage tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Pada variabel ukuran perusahaan
juga terdapat research gap, penelitian Limanto dan Fanani 2011 menyatakan ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba,
sedangkan penelitian Difianti 2014 justru menyatakan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
.Berdasarkan hasil penelitian yang selama ini dilakukan oleh peneliti- peneliti terdahulu tentang manajemen laba yang hasilnya kontradiktif satu dengan
lainnya, maka peneliti termotivasi untuk menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. maka penulis mencoba untuk menguji kembali
pengaruh mekanisme corporate governance, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan yang termasuk dalam
sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di BEI pada periode 2012-
2014. Maka penelitian ini mengambil judul: ”Pengaruh Mekanisme CG, Leverage, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba
pada Perusahaan Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi yang Terdaftar di BEI”
Universitas Sumatera Utara
5
1.2 Rumusan Masalah