Produk Berfluoresen Pengukuran produk berfluoresen merupakan metode pengukuran oksidasi

37 ekstrak sirih tidak memberikan perbedaan angka anisidin yang nyata p0.05. Sedangkan hasil uji lanjut Duncan untuk perlakuan lama penyimpanan menunjukkan bahwa penyimpanan minggu ke-0 berbeda dari penyimpanan minggu ke-2 dan ke-4 serta berbeda dari penyimpanan minggu ke-6 dan ke-8. Hasil sidik ragam dan uji Duncan angka anisidin dapat dilihat pada Lampiran 9.

4.6. Produk Berfluoresen Pengukuran produk berfluoresen merupakan metode pengukuran oksidasi

lipid yang sensitif untuk produk ikan. Menurut Aubourg 1999 deteksi fluoresen pada panjang gelombang eksitasiemisi maksimum memberikan nilai yang akurat untuk penilaian oksidasi lipid dan perubahan kualitas ikan selama proses karena dapat mengukur kadar produk berfluoresen dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga analisis produk berfluoresen sangat baik digunakan untuk mengetahui efektivitas suatu antioksidan dalam menghambat oksidasi pada minyak ikan maupun daging ikan. Parameter ketiga untuk memantau status oksidasi adalah produk berfluoresen yang diukur mulai dari ikan patin segar, setelah perendaman campuran larutan perendam selama 48 jam, kemudian setelah kering minggu ke- 0, dan dilanjutkan dengan penyimpanan minggu ke-2, ke-4, ke-6 dan ke-8. Hasil produk berfluoresen disajikan pada Gambar 6. Kadar produk berfluoresen ikan patin segar pada penelitian ini adalah 0.47 gg minyak ikan. Setelah perendaman 48 jam kadar produk berfluoresen kelompok A kontrol meningkat menjadi 1.40 gg minyak ikan sedangkan kelompok dengan perlakuan ekstrak sirih berkisar antara 0.86 – 1.26 gg minyak ikan. Kadar produk berfluoresen setelah mengalami pengeringan pada kelompok kontrol mencapai 5.57 gg minyak ikan sedangkan kelompok dengan perlakuan ekstrak sirih berkisar antara 1.47 – 2.43 gg minyak ikan dan pada akhir lama penyimpanan 2 bulan kadar produk berfluoresen meningkat menjadi 58.70 gg minyak ikan sedangkan kelompok dengan perlakuan ekstrak sirih berkisar antara 19.44 – 37.51 gg minyak ikan. Setelah perendaman selama 48 jam dengan larutan perendam kadar produk berfluoresen meningkat dimana peningkatan lebih tinggi terjadi pada kelompok kontrol dibandingkan keempat perlakuan dengan ekstrak sirih. Sedangkan kadar produk berfluoresen pada semua lama penyimpanan juga menunjukkan 38 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 Segar 48 jam Minggu Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Minggu 8 Lama Penyimpanan P ro d u k b e rf lu o re s e n g g m in y a k i k a n A B C D E peningkatan yang lebih tinggi pada kelompok kontrol dibandingkan keempat perlakuan dengan ekstrak sirih. Hal ini juga menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih dapat menghambat oksidasi lemak pada jambal patin. Keterangan : A = Kontrol larutan garam jenuh saja B = Ekstrak daun sirih 22.5 : Larutan garam 1 : 2 C = Ekstrak daun sirih 22.5 : Larutan garam 1 : 3 D = Ekstrak daun sirih 22.5 : Larutan garam 1 : 4 E = Ekstrak daun sirih 22.5 : Larutan garam 1 : 5 Gambar 6. Grafik produk berfluoresen jambal patin dengan lama penyimpanan 2 bulan Lubis 1989 menyatakan bahwa bertambahnya lama penyimpanan dan meningkatnya suhu penyimpanan menyebabkan peningkatan produk berfluoresen pada ikan asin kering. Kadar produk berfluoresen pada ikan asin kering jenis sardinops dengan penggaraman 22 dan penyimpanan suhu 30 o adalah 3.35 gg ikan pada minggu ke-0 dan mencapai 12.65 gg ikan pada minggu ke-6, sedangkan pada penyimpanan suhu 5 o C minggu ke-0 adalah 3.35 gg ikan dan pada minggu ke-24 mencapai 6.881 gg ikan. Hasil evaluasi sensori pada ikan kering sarden yang disimpan pada suhu 5 o C tengik setelah 12 minggu, pada suhu 20 o C tengik setelah 8 minggu dan pada suhu 30 o C tengik setelah 4 minggu Lubis 1989. Hasil sidik ragam produk berfluoresen memberikan perbedaan yang nyata p0.05 baik perlakuan ekstrak sirih maupun lama penyimpanan serta berbeda nyata dalam interaksi perlakuan ekstrak sirih dan lama penyimpanan. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara pemberian ekstrak sirih dengan lama 39 penyimpanan. Hasil uji lanjut Duncan untuk perlakuan ekstrak sirih menunjukkan bahwa kontrol berbeda dari keempat kelompok yang diberi ekstrak sirih. Sedangkan dari keempat kelompok perlakuan ekstrak sirih, kelompok dengan perbandingan 1:2 dan 1:3 berbeda dari kelompok dengan perbandingan ekstrak sirih 1:4 dan 1:5. Sedangkan hasil uji lanjut Duncan untuk perlakuan lama penyimpanan menunjukkan bahwa penyimpanan minggu ke-0 berbeda dari penyimpanan minggu ke-2 dan ke-4 dan berbeda dari penyimpanan minggu ke-6 serta berbeda dari penyimpanan minggu ke-8. Hasil sidik ragam dan uji Duncan produk berfluoresen dapat dilihat pada Lampiran 11.

4.7. Profil Asam Lemak