Good Corporate Governance GCG

15

3. Good Corporate Governance GCG

Menurut Komite Cadbury, Good Corporate Governance adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para pemegang saham khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Ada beberapa keuntungan atau manfaat yang bisa dipetik oleh perusahaan dengan diterapkannya Good Corporate Governance yaitu; 1 Peningkatan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang baik dan meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan lebih baik, 2 Perolehan dana pembiayaan yang lebih murah karena faktor kepercayaan yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value, 3 Pengembalian kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, 4 Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden Dewi dan Widagdo, 2012. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham Brown dan Caylor, 2006. Corporate governance juga didefinisikan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya FCGI, 2003. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan 16 memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencurimenggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan danakapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer Laksana, 2015. Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117M-MBU2002, Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa corporate governance adalah suatu sistem yang mengatur hubungan antara pihak-pihak yang berkepentingan stakeholders demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate Governance dibuat untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan antara hubungan tersebut Arifani, 2013. Penelitian ini memproksikan good corporate governance menjadi 3 dimensi yaitu kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris dan komite audit.

a. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah proporsi pemegang saham dari pihak jajaran manajerial perusahaan dari jumlah saham yang beredar pada tahun tertentu. Yang termasuk kedalam jajaran manejerial adalah dewan komisaris 17 serta dewan direksi perusahaan. Jensen dan Meckeling 1976 mengatakan bahwa memaksimalkan jumlah kepemilikan manajerial adalah salah satu cara untuk menekan terjadinya konflik agensi dalam perusahaan, dikarenakan manajemen akan berimbas langsung dengan keputusan yang diambil. Dengan meningkatnya jumlah kepemilkan manajerial, akan mempererat status kekayaan manajemen secara pribadi dengan kekayaan perusahaan, sehingga manajemen akan berusaha untuk mengurangi resiko atas kehilangan kekayaannya Wibowo dan Aisjah, 2014. Kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen, yang dapat diukur dari presentase saham biasa yang dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan. Menurut Bagnani dkk dalam Nuraeni 2010 struktur kepemilikan saham manajerial diukur sebagai presentase saham biasa dan atau opsi saham yang dimiliki direktur dan officer. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham karena bila terdapat keputusan yang salah manajemen juga akan menanggung konsekuensinya Arifani, 2013.

b. Ukuran Dewan Komisaris

Terkait dengan bentuk dewan dalam sebuah perusahaan, terdapat dua sistem yang berbeda yang berasal dari dua sistem hukum berbeda, yaitu Anglo saxon dan continental eropa. Sistem hukum anglo saxon mempunyai sistem satu tingkat atau one tier system. Di sini perusahaan hanya 18 mempunyai satu dewan direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior direktur eksekutif dan direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu non direktur eksekutif. Pada dasarnya yang disebut belakangan ini diangkat karena kebijakannya, pengalamannya dan relasinya. Negara-negara dengan one tier system misalnya Amerika serikat dan inggris Sari dkk, 2013. Sistem hukum Continental Eropa mempunyai sistem dua tingkat atau two tier system . Disini perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu dewan pengawas dewan komisaris dan dewan manajemen dewan direksi, dimana dewan direksi mengelola dan mewakili perusahaan di bawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris. Dalam sistem two tiers system , anggota dewan direksi dianggak dan setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas dewan direksi. Dewan direksi juga harus memberikan informasi kepada dewan komisaris dan menjawab hal-hal yang diajukan oleh dewan komisaris, sehingga dewan komisaris terutama bertanggungjawab untuk mengawasi tugas-tugas manajemen. Dalam hal ini dawen komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh melakiti perusahaan dengan pihak ketiga Sari dkk, 2013. Dewan Komisaris merupakan komponen vital dalam mekanisme internal yang memungkinkan pemecahan masalah lembaga yang melekat dalam mengelola setiap organisasi. Dewan Komisaris bertugas mewakili kepentingan pemegang saham dan merupakan salah satu mekanisme yang dirancang untuk memantau konflik kepentingan dalam upaya memastikan 19 bahwa baik pemilik maupun komponen kontrol pada akhirnya akan berkontribusi pada maksimalisasi nilai perusahaan Ehikioya, 2009. Agar Dewan Komisaris dapat menjalankan tugasnya secara efektif, mengambil keputusan secara tepat dan tepat waktu, serta bertindak secara independen, komposisi dari Dewan Komisaris harus diperhatikan KNKG, 2006 dalam Martsila, 2013.

c. Komite Audit

Sam ’ani 2008 menjelaskan bahwa komite audit berperan dalam memastikan kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan. Fungsi komite audit yang efektif akan mengarah pada semakin baiknya fungsi control sehingga konflik keagenan dapat diminimalisasi Rachmat, 2013. Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal termasuk audit internal. Komite audit ditempatkan sebagai mekanisme pengawasan antara manajemen dengan pihak eksternal. Kurnianingsih dan Supomo 1999 juga menjelaskan bahwa komite audit pada aspek akuntansi dan pelaporan keuangan diharapkan dapat melaksanakan beberapa fungsi yaitu: menelaah seluruh laporan keuangan untuk menjamin objektivitas, kredibilitas, reliabilitas, integritas, akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan; menelaah kebijakan akuntansi dan memberikan perhatian khusus terhadap dampak yang ditimbulkan oleh adanya perubahan kebijakan akuntansi; menelaah efektifitas Struktur Pengendalian Internal SPI dan memastikan tingkat kepatuhan SPI; mengevaluasi 20 kemungkinan terjadinya penipuan dan kecurangan; menilai estimasi, kebijakan dan penilaian manajemen yang dipertimbangkan mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan Arifani, 2013.

4. Kinerja Perusahaan

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

2 116 92

Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013

2 58 135

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

1 64 141

Pengaruh Kemampulabaan Dan Invesment Opportunity Set Serta Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 37 96

Pengaruh Rasio Keuangan Dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Harga Saham Pada Industri Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 70 120

Pengaruh Investment Opportunity Set, Return on Investment, dan Net Profit Margin Terhadap Devidend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

0 34 89

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Investment Opportunity Set dan Profitabilitas terhadap Return Saham dan Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 59 170

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 70 119

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

1 49 103