19
Frost , 4 Enhanced Frost, 5 Gamma, 6 Kuan, 7 Local Sigma dan 8 Bit
Errors. Pada penelitian ini metode penyaringan adaptif yang digunakan yaitu
metode filter frost dan filter gamma. Selain itu pada penelitian ini juga dilakukan tahap penyaringan kedua yang dikenal sebagai analisis tekstur.
2.9.1 Filter Frost
Filter frost merupakan sebuah filter simetrik eksponensial secara sirkular,
pada saat perhitungannya didasarkan pada jarak piksel yang diamati terhadap titik pusat, faktor jarak dan variasi lokal mempengaruhi nilai dari piksel yang baru.
Filter piksel ini diaplikasikan pada citra yang berpolarisasi secara HH ataupun
HV. Ukuran jendela pengamatan filter yang diujikan pada citra ini dibagi menjadi tiga macam yaitu 3x3, 5x5 dan 7x7. Penggunaan ukuran jendela pengamatan yang
berbeda bertujuan mempelajari efek dari ukuran jendela pengamatan terhadap proses penghalusan dari karakteristik dan sisi-sisi obyek yang teramati De leeuw
et al., 2009.
2.9.2 Filter Gamma
Filter gamma memiliki fungsi sebagai penyaring dengan sistem operasi
mengganti nilai piksel yang berhubungan dengan nilai jumlah bobot pada ukuran pengamatan 3x3, 5x5 dan 7x7. Nilai bobot ini akan semakin bertambah seiring
bertambahnya jarak antara piksel yang berhubungan. Faktor nilai bobot ini juga bertambah nilainya dibandingkan dengan nilai piksel pada titik pusat secara
bervariasi Mansourpour et al., 2009. Filter ini mengasumsikan adanya gangguan secara berganda dan gangguan secara tidak tetap. Logika gamma berfungsi untuk
memaksimalisasi nilai fungsi probabilitas yang masih mengacu tampilan gambar asli. Logika ini merupakan gabungan antara properti geometri dan statistika dari
20
lokal area serta di kontrol oleh koefisien varian dan rasio geometri yang beroperasi pada deteksi garis Mansourpour et al., 2009.
2.9.3 Analisis Tekstur
Tekstur adalah konsep intuitif yang mendeskripsikan tentang sifat kehalusan, kekasaran, dan keteraturan obyek dalam suatu wilayah. Tekstur
didefinisikan sebagai distribusi spasial dari derajat keabuan di dalam sekumpulan piksel yang berdekatan, dalam ilmu pengolahan citra digital Ganis et al., 2008.
Analisis tekstur pada citra dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu secara 1 struktural, 2 statistika dan 3 gabungan antara struktural dengan
statistika Tan, 2001. Metode struktural menggunakan fitur geometrik dari tekstur sebagai identitas obyek, penggunaan metode hanya dapat digunakan untuk obyek
yang memiliki tekstur yang teratur Anindityo A, 2010. Metode statistik merupakan metode yang umum digunakan oleh peneliti untuk permukaan atau
tekstur yang tidak teratur dengan menggunakan Grey Level Co-occurence Matrix GLCM.
GLCM adalah tabulasi dari seberapa sering kombinasi yang berbeda dari nilai kecerahan piksel tingkat warna abu-abu yang terjadi pada sebuah citra
Purnomo et al., 2009. Matrix ini memiliki elemen-elemen yang berasal dari penjumlahan beberapa pasang piksel yang memiliki tingkat kecerahan tertentu
yang terpisah dengan jarak d dan dengan sudut inklinasi
θ. GLCM didasarkan pada probabilitas munculnya tingkat keabuan grey level i dan j dari dua piksel
yang terpisah pada jarak d dan sudut
θ. Jika jarak d mendekati ukuran tekstur maka grey level pasangan piksel tersebut akan berbeda, maka nilai dalam matriks
GLCM akan mengalami penyebaran Anindityo A, 2010. Purnomo A dan
21
Puspitodjati S. pada tahun 2009 memaparkan lima ciri tekstur pada analisis tekstur antara lain:
1 Contrast yaitu ukuran penyebaran momen inersia elemen-elemen matriks citra
2 Energy Angular Second Moment = ASM yaitu fitur untuk mengukur konsentrasi pasangan intensitas pada matriks co-occurrence
3 Entropy menunjukkan ukuran keteracakan dari distribusi intensitas 4 Homogeneity bertujuan untuk mengukur kehomogenan variasi dalam citra
5 Correlation digunakan untuk mengukur tingkat ketergantungan linier derajat keabuan dari piksel yang saling berdekatan
Menurut Nezry et al., 1994 terdapat satu macam metode GLCM lainnya yang dikenal sebagai Mean GLCM untuk menampilkan nilai tengah mean
transisi pada visualisasi tekstur yang menjelaskan nilai level keabuan pada citra. Tujuan analisis tekstur dalam tahap pengolahan data citra untuk mengurangi jarak
selang antara satu obyek dengan obyek lainnya sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam menampilkan hasil klasifikasi obyek.
2.10 Klasifkasi Citra