mengetahui efek dari ukuran jendela pengamatan terhadap proses penghalusan dari karakteristik dan sisi-sisi obyek yang teramati. Penyaringan nilai piksel citra
dilakukan pada dua tipe polarisasi yaitu polarisasi HH dan HV. Proses penyaringan citra dapat dilakukan pada dua macam piranti lunak yang berbeda
yaitu ENVI 4.5 ataupun ER Mapper 6.4. Metode penyaringan citra pada penelitian kali ini berupa metode filter frost dan gamma dengan ukuran jendela pengamatan
sebesar 3x3, 5x5 dan 7x7.
4.4.1 Hasil Penyaringan Frost
Filter Frost
Metode penyaringan frost dengan ukuran jendela pengamatan sebesar 3x3, 5x5 dan 7x7 diaplikasikan terhadap citra hasil koreksi nilai digital tipe polarisasi
HH. Tujuan dilakukan penyaringan data dengan tiga ukuran jendela pengamatan yang berbeda yaitu untuk membandingkan nilai intensitas hambur balik dengan
nilai speckle yang rendah dari masing-masing pengamatan sehingga dapat dijadikan acuan data sumber ekstraksi nilai intensitas hambur balik obyek minyak
maupun non minyak. Penentuan ukuran jendela pengamatan ditentukan oleh pengamat, dengan catatan semakin besar jendela pengamatan yang digunakan
maka semakin lama waktu pengolahan yang dibutuhkan, semakin besar kapasitas penyimpanan data yang dibutuhkan dan semakin sempit selang nilai hambur balik
yang terekam. Semakin sempit nilai selang hambur balik maka semakin baik nilai tersebut digunakan pada tahap penentuan tampilan klasifikasi obyek. Gambar 14
berikut menampilkan perbandingan hasil penyaringan data citra dengan metode penyaringan filter frost.
3x3 Frost
3 x 3
5x5
7x7
Gambar 14. Hasil Penyaringan Data Filter Frost Secara a. Spasial dan b. Grafik Nilai Intensitas Hambur Balik dB Obyek
Pada Gambar 14 menunjukkan tiga macam ukuran jendela pengamatan filter frost.
Gambar di atas merupakan salah satu perwakilan contoh tampilan hasil penyaringan citra. Ketiga grafik pada Gambar 14 b mewakili informasi nilai
intensitas hambur balik obyek dengan satuan dB pada sumbu y dan pada sumbu x berupa jumlah data piksel pengamatan. Nilai intensitas hambur balik obyek pada
citra hasil penyaringan frost pada polarisasi HH memiliki nilai kisaran sebesar - 32,5 s.d. -20 dB untuk ukuran pengamatan 3x3, -32 s.d. -21 dB untuk jendela
pengamatan 5x5 dan -32 s.d. -22,5 dB untuk jendela pengamatan 7x7. Berdasarkan tampilan grafik pada ketiga gambar tersebut, dapat dilihat bahwa
semakin besar ukuran jendela pengamatan dalam menentukan suatu obyek di citra maka tampilan grafik akan lebih halus yang tampak pada masing–masing puncak
dan memiliki nilai selang kelas lebih kecil sehingga memudahkan pengamat untuk membaca dan menentukan nilai hambur balik obyek pengamatan untuk tahap
segmentasi berikutnya. Penentuan jenis penyaringan pada tahap pengolahan citra ALOS PALSAR
didasarkan pada dua faktor, yaitu 1 tingkat kejernihan atau kejelasan visualisasi citra hasil penyaringan dan 2 tingkat kehalusan pola grafik nilai hambur balik
obyek pengamatan pada citra. Berdasarkan Gambar 14 dapat dilihat bahwa hasil penyaringan citra frost 7x7 menghasilkan tampilan citra paling jelas dan halus
baik secara visual maupun grafik nilai intensitas hambur balik.
4.4.2 Hasil Penyaringan Gamma