3. Orientasi hasil outcome orientation, adalah sejauhmana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang
digunakan untuk mencapai hasil itu. 4. Orientasi orang people orientation, adalah sejauhmana keputusan
manajemen memperhitungkan dampak hasil-hasil pada orang-orang dalam organisasi itu.
5. Orientasi tim team orientation, adalah sejauhmana kegiatan kerja diorganisasikan berdasarkan tim, bukannya berdasarkan individu.
6. Keagresivan agresiveness, adalah sejauhmana orang-orang itu agresif dan kompetitif bukannya santai-santai
7. Kemantapan adalah
sejauhmana kegiatan
organisasi menekankan
dipertahankannya status quo bukannya pertumbuhan.
2.1.4 Model dalam Budaya Perusahaan
Menurut Sidal 2003, kajian-kajian yang dilakukan mengenai budaya perusahaan telah menghasilkan beberapa model tertentu antara lain:
1. Budaya Perusahaan Autoritarian Budaya perusahaan jenis ini bertumpu pada command and control. Kuasa dan
autoritas dalam perusahaan biasanya terpusat kepada pemimpinnya yang seringkali disanjung sebagai hero. Pekerja akan diharapkan untuk
memperlihatkan kesetiaan yang tinggi kepada pemimpin. Arahan dan peraturan dibuat dari atas menuju ke dasar perusahaan. Bentuk budaya ini
sering dilaksanakan dalam perusahaan yang berukuran kecil, seperti perusahaan keluarga, syarikat kecil dan firma sederhana. Azas kepercayaan
didasarkan kepada unsur nepotisme, kronisme, atau pribadi. Dengan demikian, hubungan personal yang erat dengan pihak atasan adalah faktor penting dalam
kelancaran pekerjaan dan kenaikan pangkat. 2. Budaya Perusahaan Birokratik
Budaya perusahaan birokratik ini berasaskan kepada konsep bahwa perusahaan diurus dengan kaedah yang bersifat impersonal, rasional, autoritas,
dan formalitas. Impersonal artinya setiap pekerja takluk kepada peraturan dan prosedur yang sama dan harus menerima layanan yang sama. Peraturan dan
prosedur tersebut dilaksanakan secara formal untuk mengingatkan pekerja
akan etika dan keperluan yang dikehendaki. Jabatan dalam perusahaan disusun mengikuti hirarki agar tanggung jawab, penyeliaan, autoritas dan akuntabilitas
jelas dan mudah diikuti. 3. Budaya Perusahaan Fungsional
Perusahaan-perusahaan kerja di daerah Barat sering menerapkan budaya perusahaan fungsional atau project-based ini. Kerja dalam perusahaan dibagi
dan ditugaskan kepada individu atau sekelompok orang tertentu. Proyek yang paling penting akan diserahkan kepada pekerja atau sekumpulan pekerja yang
paling berkemampuan. Apabila proyek tersebut selesai, maka tugas individu atau kumpulan tersebut selesai dan akan dibentuk kumpulan baru pula untuk
melaksanakan proyek yang lain. Oleh karena itu, struktur kumpulan tersebut fleksibel dan interaksi didasarkan pada kemahiran dan saling menghormati.
4. Budaya Perusahaan Individualistik Pada perusahaan yang melaksanakan model budaya seperti ini individu
tertentu menjadi tumpuan utama, karena mempunyai reputasi, kredibilitas, kepandaian, dan keterampilan. Kenaikan pangkat sepenuhnya bergantung
kepada meritokrasi, karena setiap orang perlu membuktikan bahwa mereka memberi sumbangan yang lebih daripada orang lain kepada perusahaan.
5. Budaya Perusahaan Tawar Menawar Budaya perusahaan jenis ini, serikat pekerja merupakan bagian utama dalam
perusahaan. Serikat pekerja berfungsi untuk menjaga kepentingan pekerja dan membantu pengurusan mencapai tujuan perusahaan. Perundingan dan tawar
menawar berlangsung berdasarkan perundangan dan prosedur yang diakui oleh kedua belah pihak, yaitu antara perusahaan dan serikat pekerja tersebut.
6. Budaya Perusahaan Kolektif Perusahaan sangat menghargai para karyawannya dan menganggap mereka
sebagai ’pemilik proses kerja’, sehingga lebih mengetahui tentang sistem dan tata cara melaksanakan kerja dibandingkan orang lain. Oleh sebab itu, pekerja
diberi peluang untuk mengemukakan cadangan dan kreativitas untuk memperbaiki proses kerja, sistem dan prosedur.
2.2. Kepuasan Kerja