Frame Jawa Pos, Judul : “Pendemo Pro-Nurdin Dibayar Rp 25 Ribu”

Retoris Pengandaian menggunakan kata “tidak menggubris” yang menjelaskan kekecewaan Jawa Pos akan pernyataan Syarif Bastaman yang tidak mw merevisi ulang hasil verifikasi

4.2.3 Frame Jawa Pos, Judul : “Pendemo Pro-Nurdin Dibayar Rp 25 Ribu”

Berita ini dimuat Jawa Pos pada tanggal 26 februari 2011. Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos dalam berita judul diatas dimaknai bahwa para pendemo yang pro-Nurdin adalah orang-arang yang sengaja didatangkan dan dibayar untuk mendukung Nurdin atau membela PSSI. Kehadiran mereka pun menghadang masa yang kontra pada PSSI, Namun masa yang kontra terhadap PSSI tidak begitu saja terpengaruh dengan Orasi yang pro PSSI. Hal tersebut didukung dengan kalimat leadnya : “Gelombang supporter prorevolusi PSSI dari berbagai daerah terus bertamabah. Secara bergantian, mereka datang ke senayan untuk berunjuk rasa di depan kantor PSSI. Namun kehadiran mereka lagi- lagi dihadang massa pro-PSSI” Lead ini menunjukkan bahwa massa pro-kontra PSSI seakan sengaja dipertemukan untuk memancing emosi antara massa pro-PSSI dan massa yang kontra-PSSI sehingga terjadi kericuhan, namun tidak terjadi demikin seperti yang diungkapkan Tike Setyowati kordinator aksi Srikandi. “Kami sengaja menghindar. Kami tidak ingin sampai terjadi kekerasan. Sebab, kami tahu sebenarnya ada provokasi” “Karena itu, kami tidak meladeni agar tidak terjadi bentrok yang kedua seperti kemarin” Dalam pernyataan tersebut Dia melihat adanya gerakan provokasi yang muncul merupakan usaha untuk memancing emosi massa pro-kontra PSSI. Karena tawuran antar supporter bisa mengalihkan perhatian gerakan menuntut Nurdin Halid mundur dari ketua umum PSSI. Latar dalam teks berita ini adalah massa pro-kontra PSSI saling berorasi menyampaikan aspirasinya masing-masing dalam waktu yang sama. Massa kontra PSSI berunjuk rasa di senayan di depan kantor PSSI sedangkan Pro-PSSI mandatangi kantor menpora untuk meminta kunci gembok pintu PSSI yang sehari sebelumnya diserahkan massa pro-revolusi kepada menpora. Namun ada sedikit ganjalan pada massa pro-PSSI yakni sebagian dari mereka adalah ibu-ibu parobaya ikut dalam unjuk rasa tersebut. Pada elemen sintaksis, sumber yang diwawancarai adalah Muni”ah salah seorang pendemo yang menyatakan : “dapat Rp 25ribu, ditamabah nasi bungkus. Kan lumayan dari pada diam di rumah. Pokoknya kami tahunya diajak kesini saja. Tujuannya apa juga tidak tahu, tahunya disuruh bilang untuk membela PSSI” Dari pernyataan Muni’ah dapat disimpulkan bahwa perempuan parobaya ini hanya ikut-ikutan saja karena diming-imingi materi bahkan tidak memperdulikan konsekuensi yang kemungkinan terjadi dalam unjuk rasa tersebut. Jawa Pos ingin memastikan yang disampaikan Muni’ah kepada orang yang cukup berparan dalam PSSI yaitu Tubagus Adi humas PSSI. “coba dengarkan mereka, ada yang berteriak hidup Nurdin? Kan nggak ada . Mereka merni menuntut agar pemerintah tidak mengintervensi PSSI. Mereka tidak rela pemerintah campur tangan ke PSSI terlalu jauh”. “itu juga bukan masa bayaran. Mana kuat PSSI membayar massa segitu banyak? Mereka murni turun karena tidak ingin pemerintah terlalu intervensi” Pernyataan humas PSSI menolak bahwa masa pro-PSSI adalah masa bayaran menurutnya massa datang karena ingin menyampaikan aspirasi. Disini Jawa Pos menyampaikan pendapat untuk mengimbangi pernyataan yang bersebrangan, menurut Jawa Pos harusnya pihak PSSI memberikan pengarahan kepada massa pro-PSSI khususnya ibu-ibu agar tidak menerima pertanyaan wartawan atau wawancara. Struktur skrip 5W + 1H adalah adalah who massa pro-PSSI, what dugaan massa bayaran, when jumat, 25 februari 2011, where di depan kantor menpora, why mengapa ibu-ibu ikut unjuk rasa, how bagaimana aksi pro- PSSI, Jawa Pos menyimpulkan bahwa teks berita ini berisi tentang mengungkapkan adanya rekayasa dalam unjuk rasa pro-Nurdin yang mengaku dibayar Rp 25 ribu. Jawa Pos menyiratkan bahwa teks berita ini sangat relevan karena didukung oleh pihak yang diwawancara adalah yang berkompeten. Dalam srtuktur tematik tema yang ditampilkan adalah massa pendemo pro-PSSI adalah massa bayaran. Elemen wacana yang dipakai adalah elemen koherensi sebab akibat dan penjelas. Pada koherensi sebab akibat terletak pada sebagian massa pro-Nurdin adalah ibu-ibu yang menyebabkan kejanggalan dan kecurigaan baru pada unjuk rasa. Sedangkan pada koherensi penjelas pada pernyataan Muni’ah yang menjelaskan telah dibayar Rp 25 ribu dan nasi bungkus. Elemen rotoris dalam teks berita ini terdapat pada gambar yang menjelaskan massa pro-revolusi dengan membentang kan spanduk yang bertuliskan “Nurdin bikin Garuda menjadi emprit”. Disini jelas menggambarkan kekecewaan massa. TABEL 3 Frame Jawa Pos, Judul : “Pendemo Pro-Nurdin Dibayar Rp 25 Ribu” ELEMEN UNSUR STRATEGI PENULISAN Sintaksis Headline Lead Sumber Latar Menjelaskan bahwa para pendemo yang pro-Nurdin adalah orang-arang yang sengaja didatangkan dan dibayar untuk mendukung Nurdin atau membela PSSI Gelombang supporter prorevolusi PSSI dari berbagai daerah terus bertamabah. Secara bergantian, mereka datang ke senayan untuk berunjuk rasa di depan kantor PSSI. Namun kehadiran mereka lagi-lagi dihadang massa pro-PSSI Jawa Pos mewawancarai Tike Setyowati kordinator aksi Srikandi tidak ingin menimbulkan keriburan dalam aksi unjuk rasa Namun ada sedikit ganjalan pada massa pro-PSSI Skrip Who What When massa pro-PSSI dugaan massa bayaran jumat, 25 februari 2011 Why How mengapa ibu-ibu ikut unjuk rasa bagaimana aksi pro-PSSI Tematik Koerensi - sebab akibat - penjelas massa pro-Nurdin adalah ibu-ibu yang menyebabkan kejanggalan dan kecurigaan baru pada unjuk rasa pernyataan Muni’ah yang menjelaskan telah dibayar Rp 25 ribu dan nasi bungkus Retoris Gambar spanduk yang bertuliskan “Nurdin bikin Garuda menjadi emprit”. Disini jelas menggambarkan kekecewaan massa.

4.2.4 Frame Jawa Pos, Judul : “Nurdin Tak Sanggup Penuhi FIFA”

Dokumen yang terkait

BINGKAI MEDIA DALAM PEMBERITAAN TENTANG TUNTUTAN MUNDUR NURDIN HALID SEBAGAI KETUA UMUM PSSI”Analisis Framing pada Surat Kabar Sindo dan Jawa Pos Edisi 13 Februari – 2 Maret 2008

0 7 3

KONSTRUKSI MEDIA DALAM PEMBERITAAN DESAKAN MUNDUR KETUA UMUM PSSI NURDIN HALID(Analisis Wacana pada Script Berita di Radio Citra Malang 87,9 FM Periode Siar Februari-April 2008)

0 9 3

PENDAHULUAN Analisis Berita Liga Primer Indonesia (LPI) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) (Analisis Framing LPI dan PSSI dalam Surat Kabar Jawa Pos Periode Januari - Maret 2011).

0 0 44

DAFTAR PUSTAKA Analisis Berita Liga Primer Indonesia (LPI) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) (Analisis Framing LPI dan PSSI dalam Surat Kabar Jawa Pos Periode Januari - Maret 2011).

0 0 4

PENDAHULUAN MAJAS SARKASME DALAM PENULISAN KOMENTAR PADA GRUP FACEBOOK “1.000.000 FACEBOOKER MENUNTUT NURDIN HALID MUNDUR SEBAGAI KETUA UMUM PSSI”.

0 0 5

PEMBINGKAIAN BERITA PEMBEKUAN PSSI OLEH PEMERINTAH (Studi Analisis Framing Tentang Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 29 s.d 30 Maret 2011).

0 0 121

PEMBINGKAIAN BERITA RUU NIKAH SIRI DI SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS (Studi Analisis Framing RUU Nikah Siri di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos).

1 3 115

KATA PENGANTAR - PEMBINGKAIAN BERITA RUU NIKAH SIRI DI SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS (Studi Analisis Framing RUU Nikah Siri di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos)

0 0 17

PEMBINGKAIAN BERITA PEMBEKUAN PSSI OLEH PEMERINTAH (Studi Analisis Framing Tentang Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 29 s.d 30 Maret 2011)

0 0 21

PEMBINGKAIAN BERITA PENCALONAN NURDIN HALID SEBAGAI KETUA UMUM PSSI DI SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Analisis Framing Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI Di Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari - Maret 2011)

0 0 20