Latar Belakang Komunikasi efektif antar pribadi untuk membangun semangat persaudaraan dalam hidup berkomunitas para Suster Tarekat Misi Abdi Roh Kudus di Komunitas Roh Suci Yogyakarta.

3 semangat persaudaraan. Cinta persaudaraan diperlukan untuk menghayati hidup panggilan setiap anggota komunitas sekaligus merupakan inspirasi yang mengatur hidup dan hubungan antar pribadi dalam komunitas. Semangat cinta persaudaraan mendorong setiap anggota komunitas berusaha untuk menghargai dan mengormati setiap perbedaan yang ada demi pertumbuhan dan perkembangan anggota dan komunitas. Kongregasi Suster-suster Misi Abdi Roh Kudus atau biasa disebut SSpS adalah kongregasi religius internasional yang memiliki anggota dengan latar belakang yang berbeda, baik watak, usia, tingkat pendidikan, bahasa, budaya dan kepribadian. Mereka dipanggil dan dipersatukan oleh Allah Tritunggal untuk hidup bersama sebagai satu komunitas mewartakan kerajaan Allah kepada dunia melalui berbagai karya kerasulan. Setiap anggota berusaha menjalankan hidup bersama dengan kasih. Kongregasi SSpS memiliki landasan hidup bersama dalam komunitas, sebagaimana diatur dalam konstitusi tarekat sebagai berikut: Pertama, Konst SSpS art. 301: Allah Tritunggal dalam kesatuannya adalah asal, citra serta penyempurnaan setiap komunitas. Di dalam pembaptisan kita dipanggil untuk ambil bagian dalam hidup Ilahi sebagai anggota umat Allah dan sebagai murid-murid Yesus Kristus. Oleh panggilan kita ke dalam kongregasi ini, Roh Allah mempersatukan kita secara baru dengan diriNya dan dengan satu sama lain. Dengan kaul-kaul kita, persatuan kita semakin diperkuat dan memberi keteguhan batin, sehingga sanggup mewartakan amanat keselamatan dengan lebih efektif. Hidup kita dalam komunitas disuburkan oleh doa, hubungan pribadi yang baik dan kegiatan misioner bersama Kedua, Konst SSpS art. 303: Melalui pelbagai pelayanan dalam komunitas kerasulan, kita menyumbangkan pembangunan Tubuh Kristus. Kita melayani amanat perutusan yang satu itu, dengan talenta kita, pada tempat kita masing- masing. Dalam keanekaan, kita saling melengkapi, terbuka untuk belajar dari yang lain, dan dengan rela mengamalkan keterampilan kita. Sikap menerima dengan penuh cinta, saling mendorong dan keprihatinan bersama dalam menghadapi tantangan perutusan kita, membantu kita berkembang erat sebagai satu komunitas. 4 Ketiga, Konst SSpS art. 304: Roh Kudus mempersatukan kita dalam cinta persudaraan yang tulus. Dalam keanekaan budaya, bangsa, kepribadian, dan usia, kita mengalami kekayaan karunia Roh Kudus dalam diri kita masing- masing. Hendaknya kita saling menghargai, menyemangati, membantu, saling berbagi rasa, dan saling memberi perhatian pada hidup dan karya. Kehadiran Roh cinta di tengah-tengah kita dinyatakan dalam saling percaya dan cinta yang penuh perhatian. Ini adalah ciri khas komunitas kita. Landasan hidup tersebut pada hakikatnya membantu setiap anggota komunitas untuk membangun hidup dalam kasih persaudaraan. Namun, terkadang terjadi kesalahpahaman dan konflik. Berdasarkan pengalaman peneliti dalam hidup bersama para suster dengan latar belakang, suku, tingkat pendidikan, usia kepribadian yang berbeda dalam satu komunitas, tidak jarang mengalami benturan bahkan adanya sikap saling mendiamkan untuk beberapa waktu. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor, seperti kurangnya pemahaman dan kepekaan dari sesama anggota, kurang mengenal latar belakang budaya, dan kurang memahami karakter dari setiap pribadi. Karena itu, perlu adanya komunikasi yang baik dan efektif untuk menumbuhkembangkan semangat persaudaraan antar anggota dalam hidup bersama. Komunikasi yang kurang efektif sebagai akibat dari penggunaan bahasa yang tidak tepat dapat menciptakan keretakan hubungan dan menimbulkan permasalahan, yaitu relasi menjadi renggang dan hidup berkomunitas menjadi terhambat. Karena itu, spiritualitas „komunikasi tanpa kekerasan‟ harus menjadi prioritas dalam membangun hidup bersama dalam satu komunitas. Semangat ini dapat membantu setiap anggota untuk menggunakan bahasa yang baik, benar, dan santun kepada mitra tutur sehingga sikap saling menghargai, mendengarkan, dan memahami dengan sendirinya tercipta. Dengan demikian, setiap anggota merasa 5 diterima dalam komunitas. Para suster SSpS, khususnya komunitas Roh Suci Yogyakarta dipanggil dari latar belakang kebudayaan, bahasa, dan keunikan yang berbeda dipersatukan oleh Roh Kudus untuk hidup bersama dalam kasih dan semangat persaudaraan yang tulus. Mereka memiliki kerinduan untuk menggunakan komunikasi tanpa kekerasan dengan harapan dapat membangun relasi yang menghidupkan dalam hidup berkomunitas dengan saling menghargai, menyemangati, membantu dan saling melengkapi. Setiap perbedaan dipersatukan menjadi suatu kekayaan komunitas yang disyukuri, karena setiap anggota dapat belajar dan hidup dalam keharmonisan dan kasih persaudaraan. Relasi yang hidup dalam komunitas memungkinkan setiap anggota untuk dapat membangun relasi dengan Allah. Dengan kata lain, relasi yang hidup dengan Allah terjalin dengan baik apabila adanya relasi yang hidup dalam komunitas. Setiap pertemuan dan adanya komunikasi, dialog yang melahirkan sikap keterbukaan dan saling percaya satu sama lain membawa dampak keharmonisan hubungan, baik dengan anggota komunitas maupun dengan Tuhan. Selain itu, kasih dan semangat persaudaraan yang dialami dalam komunitas merupakan potret kehadiran Kerajaan Allah yang kemudian diwartakan melalui kesaksian dan cara hidup yang dilandasi cinta kasih. Oleh karena itu, dalam hidup berkomunitas dibutuhkan komunikasi yang baik dan efektif, artinya, komunikasi yang baik dan efektif memiliki peranan yang sangat penting dan dibutuhkan dalam hidup berkomunitas, sebab komunikasi yang baik dapat mengembangkan dan menciptakan kebahagiaan hidup bersama dalam semangat persaudaraan. Lebih lanjut, komunikasi yang baik dan efektif melahirkan sikap saling memahami dan mengerti setiap anggota. Hal ini 6 dipertegas oleh Zohar dan Marshall dalam bukunya Spiritual Intelligences: ‟‟The Ultimate Intelligence ” sebagaimana disitir oleh Paul Suparno 2013: 26 bahwa: Spiritual Quotien SQ ‟‟sebagai inteligensi berkaitan dengan persoalan makna dan nilai hidup. Dengan Spiritual Quotien orang dapat lebih mampu untuk mengerti dan memahami apakah tindakan ini lebih bernilai dan berarti dari pada tindakan yang lain, sehingga orang dapat memilih tindakan yang lebih tepat, kita semakin sadar akan orang lain, mengerti dampak tindakan kita pada orang lain dan terutama kita akan menjadi sadar bahwa kita adalah bagian integral dari keutuhan yang lebih luas, maka dalam pemikiran dan tindakan, kita tidak berpikir egois hanya demi diri sendiri tetapi juga berpikir bagi kepentingan orang lain”. Komunikasi yang dilandasi dengan saling pengertian, mendengarkan, dan menghargai sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam hidup bersama karena dalam hidup bersama orang dapat merasakan makna dari suatu komunikasi. Menanggapi keprihatian di atas menggerakkan penulis untuk mengetahui keadaan komunikasi antar pribadi dan pemahaman para Suster SSpS tentang komunikasi efektif Karena itu, penulis terdorong untuk menggali lebih dalam mengenai peran komunikasi yang efektif dalam membangun hidup berkomunitas yang bersaudara. Peneliti mengambil judul KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PRIBADI UNTUK MEMBANGUN SEMANGAT PERSAUDARAAN DALAM HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER TAREKAT MISI ABDI ROH KUDUS DI KOMUNITAS ROH SUCI YOGYAKARTA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini sebagai berikut 1. Apa makna dari komunikasi efektif bagi para suster SSpS? 2. Kesulitan apa yang dihadapi oleh para suster SSpS dalam berkomunikasi? 7 3. Bagaimana usaha para suster SSpS dalam berkomunikasi secara efektif antar pribadi untuk membangun semangat persaudaraan? 4. Kegiatan apa yang dapat meningkatkan komunikasi efektif antar anggota, demi terciptanya semangat persaudaraan?

C. Tujuan Penulisan

1. Memaparkan makna komunikasi efektif bagi para suster SSpS. 2. Mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para suster SSpS dalam berkomunikasi. 3. Mendeskripsikan usaha-usaha para suster SSpS dalam berkomunikasi. 4. Menerapkan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan komunikasi efektif antar anggota.

D. Manfaat Penulisan

1. Membantu setiap suster dalam komunitas untuk menggunakan komunikasi yang efektif dalam membangun semangat persaudaraan. 2. Membantu setiap suster untuk semakin menyadari betapa pentingnya komunikasi yang efektif dalam hidup berkomunitas. 3. Membantu para anggota untuk semakin mengembangkan sikap-sikap yang positif dalam berkomunikasi di komunitas. 4. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam membangun semangat persaudaraan dengan berkomunikasi efektif sehingga mampu hidup berkomunitas dengan bijaksana dalam kasih persaudaraan. 8

E. Metode Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode observasi dan deskriptif analitis dengan studi pustaka, tentang komunikasi efektif sebagai cara untuk membangun semangat persaudaraan dalam hidup berkomunitas.

F. Sistematika Penulisan

Gambaran umum tentang hal yang akan dibahas di dalam penulisan skripsi ini, berikut ini adalah sistematika penulisannya: Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II menguraikan tentang komunikasi secara umum meliputi: pengertian komunikasi, pentingnya komunikasi, proses komunikasi yang terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal, mengirim pesan secara efektif, komunikasi satu arah dan dua arah, pentingnya memahami sudut pandang orang lain. Komunikasi efektif antar pribadi; pengertian komunikasi efektif: mendengarkan secara efektif, jujur terhadap diri sendiri, menerima diri dan orang lain. Pengertian komunikasi antar pribadi, peranan komunikasi antar pribadi. Faktor-faktor penghambat dan pendukung komunikasi efektif, faktor penghambat dalam berkomunikasi, faktor pendukung dalam berkomunikasi, keefektifan hubungan pribadi. Ketrampilan dasar berkomunikasi: saling memahami, mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan, mampu saling memberi dan menerima, mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah pribadi. Bab III berisi tentang hidup berkomunitas meliputi: pengertian hidup berkomunitas, bentuk-bentuk komunitas, ciri-ciri komunitas. Dasar hidup