Dasar Hidup Komunitas Religius 1. Dasar Hidup Komunitas dalam Kitab Suci

46 percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama” Kis 2:44. Setiap anggota hendaknya penuh perhatian terhadap sesama dan pada saat mendapat kesulitan, kurang mendapat motivasi dari orang lain dan sebagainya. Setiap anggota berusaha menawarkan dukungan bagi anggota lain menciptakan suasana kasih dan damai bagi saudara yang sedang mengalami kesusahan karena kesulitan dan cobaan-cobaan yang dialami. Hal ini juga seperti ditegaskan oleh rasul Petrus ketika memberikan pesan kepada jemaat-jemaatnya “Hendaklah kamu seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati ” 1 Ptr 3:8.

2. Dasar Hidup Komunitas Religius

Hidup bakti religius biasanya dihayati dengan dan dalam kesatuan dengan Gereja. Hidup religius merupakan persembahan diri yang bebas dan total kepada Allah, melalui Gereja dalam persekutuan komunitas Apostolik. Pembaktian diri secara gerejawi diterima dan disyahkan oleh Gereja, sebab Gereja sendiri sadar bahwa hidup religius merupakan anugerah hidup Allah sendiri bagi Gereja. Dengan demikian hidup religius harus merupakan pelayanan kepada Gereja dengan tugas-tugasnya yaitu menegakkan kerajaan Allah, masing-masing menurut kharisma dan panggilannya LG, art. 45. Hidup religius di dalam Gereja merupakan anugerah Roh Kudus kepada Gereja, demi pelayanan kepada Gereja dan masyarakat. Sebagai anugerah yang nyata kepada Gereja, hidup religius mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Hal pokok yang menjadi dasar hidup religius ialah mengikuti Kristus dengan jalan hidup Yesus sendiri yang ditandai dengan kemurnian, kemiskinan dan ketaatan. Hidup religius nyata dalam 47 penghayatan kerohanian, tujuan hidup dan pelayanan yang nyata. Hidup religius juga ditandai dengan kasih persaudaraan. Hidup persaudaraan yang menjadi kekhasan masing-masing tarekat, dengannya semua anggota dipersatukan bagaikan dalam suatu keluarga khusus dalam Kristus, hendaknya ditentukan sedemikian sehingga semua saling membantu untuk dapat memenuhi panggilan masing-masing. Selain itu, dalam persekutuan persaudaraan yang berakar dan berdasar dalam cintakasih, para anggota hendaknya menjadi teladan dari pendamaian universal dalam Kristus KHK, kan. 602. Menurut KHK, kan. 740 dikatakan bahwa: para anggota harus tinggal di rumah atau komunitas yang dibentuk secara legitim dan memelihara hidup bersama menurut norma hukum serikat itu sendiri; dalam hukum itu diatur pula kepergian dari rumah atau dari komunitas. Dalam hidup religius setiap anggota yang telah mempersembahkan diri secara bebas dan total kepada Allah diharapkan harus tinggal di dalam komunitas atau tarekat yang sudah dibangun dan berusaha untuk menghidupi, menjalankan dan mentaati aturan atau norma hukum dari tarekatnya dengan hati yang bebas, agar dalam hidup bersama dapat menghadirkan dan mewujudkan kasih Allah kepada sesama melalui karya-karya kerasulan.

C. Hidup Persaudaraan dalam Komunitas

Menurut Panitia Spiritulitas KOPTARI 2012b: 16 dikatakan bahwa: Membangun hidup berkomunitas dalam kasih persaudaraan sejati tidak mudah Karena itu satu hal yang penting adalah adanya sikap terbuka dari setiap anggota komunitas untuk saling menumbuhkembangkan semangat persaudaraan dalam 48 hidup bersama. Yang dimaksudkan dengan sikap terbuka yaitu bahwa adanya sikap jujur, kasih persaudaraan, kerja sama, saling pengertian, pengorbanan dan keterlibatan satu sama lain. Persaudaraan adalah hubungan antar sesama anggota komunitas yang dilandasi dengan sikap menghargai satu sama lain melalui tutur kata dan perilaku. Tanpa adanya sikap saling menghargai dan saling mendengarkan satu sama lain, mustahil akan terwujud persaudaraan yang jujur dan tulus. Menurut Martasudjita 2003: 94 dikatakan bahwa dalam hidup berkomunitas, setiap anggota komunitas pertama-tama dipanggil untuk hidup bersama dalam kasih persaudaraan dan saling mendukung. Dukungan yang paling perlu adalah kasih dan perhatian melalui hati dan doa. Persaudaraan yang dilandasi oleh hati dan batin yang mencinta akan jauh lebih kuat dan membahagiakan. Setiap anggota komunitas yang sungguh menyadari dan mengalami bahwa ia dicintai Tuhan tanpa syarat dan tanpa batas, total dan radikal, dapat mencintai dan mengasihi sesamanya dan akan dapat hidup dalam kasih persaudaraan. Dalam hidup berkomunitas ada hal-hal yang mendukung dan menyatukan setiap anggota komunitas seperti kehadiran Kristus, kekuatan anggota-anggota dan hubungan antara pemimpin dan anggota.

1. Kehadiran Kristus

Darminta 1984: 12 mengatakan bahwa: komunitas menjadi tempat dan sarana untuk menghayati hidup religius. Karena itu menjadi tanggung jawab setiap anggota untuk berjuang membangun komunitas yang sungguh-sungguh menampilkan kehadiran Kristus. Kristus sendiri telah mempersatukan anggota- 49 anggota komunitas dalam ikatan yang satu dan sama. Komunitas menjadi religius apabila di dalam komunitas ada kasih persaudaraan dan persahabatan yang mengikat anggota-anggota yang diresapi oleh kehadiran Kristus. Dengan saling membangun cinta dan kasih persaudaraan sejati setiap anggota komunitas dapat menyatakan kehadiran Kristus. Salah satu bentuk nyata kehadiran Kristus dalam komunitas yaitu melalui perayaan ekaristi. Ekaristi mempersatukan setiap anggota komunitas, yang dinyatakan di dalam Kristus dalam persekutuan dengan Allah dan dengan sesama saudara. Ekaristi berperan membangun ketulusan dalam hidup bersama. Ketulusan membantu setiap anggota komunitas untuk saling menaruh hormat dan saling mengasihi satu sama lain. Ekaristi menjadi pusat hidup kaum religius karena dalam ekaristi para religius mengalami perjumpaan dengan Kristus dalam sabda dan sakramen juga mengambil bagian dalam cinta kasih Kristus. Berkumpul bersama di sekeliling meja yang satu dan sama kita dikuatkan dengan mendengar Sabda Allah dan menyantap tubuh Kristus. Dengan demikian kita bertumbuh dalam persatuan dengan Tuhan dengan sesama dan dengan mereka yang kita layani Konst SSpS, art. 302.

2. Kekuatan Anggota-anggota

Setiap anggota komunitas saling memberi kekuatan-kekuatan dan daya hidup kepada komunitas dan anggota-anggotanya dalam komunitas. Hidup bersama dalam komunitas akan menjadi kuat apa bila masing-masing anggota komunitas menyumbangkan segala sesuatu yang dimiliki juga pemberian diri yang tulus untuk melayani Tuhan dalam diri sesama. Anggota komunitas saling membuka diri dalam persaudaraan yang penuh cinta kasih. Hidup bersama dalam komunitas