Inductive discovery. Penemuan sesuatu dengan pendekatan induktif, yaitu dari pengamatan banyak data, lalu disimpulkan. Prosesnya lengkap
seperti metode ilmiah. Semi-inductive discovery. Penemuan dengan pendekatan induktif, tetapi
tidak lengkap. Ketidaklengkapan dapat pada data yang diamati yang diambil hanya sedikit, dapat pula prosesnya disederhanakan, dll.
Unguided or pure discovery atau discovery murni: siswa diberi persoalan dan harus memecahkan sendiri dengan sedikit petunjuk guru.
Guided discovery: siswa diberi soal untuk dipecahkan dengan guru menyediakan hint petunjuk, dan arahan bagaimana memecahkan
persoalan itu.
5. Keuntungan Discovery
Menurut Bruner beberapa keuntungan dapat disebutkan antara lain sebagai berikut dalam Trowbridge Bybee, 1996, dalam Suparno, 2007 : 75 :
Mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat mengembangkan pikirannya dengan berpikir, dengan menggunakan
pikiran itu sendiri. Dengan model discovery pikiran siswa digunakan, dilatih untuk memecahkan persoalan.
Mengembangkan motivasi instrinsik. Dengan menemukan sendiri dalam discovery siswa merasa puas secara intelektual. Kepuasan ini merupakan
penghargaan dari dalam diri sendiri yang akan lebih menguatkan untuk terus mau menekuni sesuatu.
Belajar menemukan sesuatu. Untuk terampil dalam menemukan sesuatu, siswa hanya dapat lewat praktik menemukan sesuatu. Discovery ini
adalah praktik menemukan sesuatu yang dapat memperkaya siswa dalam penemuan hal
– hal lain di kemudian hari. Ingatan lebih tahan lama. Dengan menemukan sendiri, siswa lebih ingat
akan yang dipelajari; dan sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya tahan lama; tidak mudah dilupakan.
Discovery juga menimbulkan keingintahuan siswa dan memotivasi siswa untuk terus berusaha menemukan sesuatu sampai ketemu Burden
Byrd, hal.140. Melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa
untuk dapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri.
6. Kelemahan Discovery
Menurut Suryosubroto 2009 : 186-187 kelemahan metode discovery adalah sebagai berikut :
Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya, siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya
mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu