Hubungan antara bimbingan guru, motivasi belajar, dukungan teman, sarana belajar, dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi : studi kasus siswa kelas XI IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN GURU, MOTIVASI BELAJAR, DUKUNGAN TEMAN, SARANA BELAJAR, DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI

Studi Kasus Siswa Kelas XI IPS SMAStella Duce 1 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Margareta Perwita Hapsari NIM : 091334046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

iv

Dengan penuh syukur, aku persembahkan

karya sederhana ini teruntuk:

My Jesus Christ dan Bunda Maria yang selalu menuntun

setiap langkah hidupku.

My Beloved Parents (Nicodemus Waljono & Chatarina

Siena Yani) atas segala doa, dukungan, dan semangat

yang luar biasa untukku.

My Lovely Brother (Laurentius Fery Dwi Prasetyo) yang

selalu menyemangatiku dengan canda tawa.

My Big Family (Kel. Cokro Sareh & Kel. Bedjo) yang

selalu memberiku semangat dan kasih saying.

My Special One (Kristoforus Donny Eko Prasetyo) yang

selalu menemamiku, mengantarkanku kemanapun aku

pergi, memberiku dukungan, motivasi, dan cinta selama

ini.

My Best Friends (Fransisca Aprilia Ayu Ningtyas,

Depazzi Meyta Sari, Th. Evilia, Ririska Vakta Ninda,

Natalia Shara Dewanti, Elisabeth Shinta, Marduita,

Fransisca Nova, Arya Red Ant) yang selalu ada untukku


(5)

v

MOTTO

TUHAN adalah sumber pengharapanku. Sabar dalam mengatasi kesulitan dan

bertindak bijaksana dalam

mengatasinya adalah sesuatu yang utama.

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan

Cara terbaik untuk keluar dari suatu persoalan adalah memecahkannya.


(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN GURU, MOTIVASI BELAJAR, DUKUNGAN TEMAN, SARANA BELAJAR, DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI

Studi Kasus Siswa Kelas XI IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Margareta Perwita Hapsari

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara: (1) bimbingan guru dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi, (2) motivasi belajar dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi, (3) dukungan teman dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi, (4) sarana belajar dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi.

Penelitian ini merupakan studi kasus di SMA Stella Duce 1, Jalan Sabirin No. 1-3 Yogyakarta. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/ 2013 yang berjumlah 115 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data adalah Spearman Rank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan positif dan signifikan antara bimbingan guru dan prestasi belajar siswa ( ; (2) ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dan prestasi belajar siswa ( ; (3) ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman dan prestasi belajar siswa ( ; (4) tidak ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar dan prestasi belajar siswa ( .


(9)

ix

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN TEACHERS’ GUIDANCE,

MOTIVATION, CLASSMATES’ SUPPORT, LEARNING FACILITY, AND

STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT IN STUDYING ACCOUNTING

A Case Study on the Grade Students of “Stella Duce 1 Yogyakarta” Margareta Perwita Hapsari

Sanata Dharma University Yogyakarta

2013

The purposes of this research are to know a positive and significant correlation between: (1) teachers’ guidance and accounting learning achievement, (2) motivation and accounting learning achievement, (3) classmates’ support and accounting learning achievement, (4) learning facility and accounting learning achievement.

This research is a case study in SMA Stella Duce 1, Sabirin street number 1-3 Yogyakarta. The population of this research were students of SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. The samples of this research were 115 eleventh grade students of Stella Duce 1 Senior High School, Yogyakarta, 2012/ 2013 batch. The technique of sampling was purposive sampling. Booklet, documentation, and interview were using in this research to collect some of data that are useful to support this research. The technique of data analysis was Spearman Rank.

The result indicates that: (1) there isn’t a positive and significant correlation between teachers’ guidance and accounting learning achievement ( ; (2) there is a positive and significant correlation between motivation and accounting learning achievement ( ; (3) there is a positive and significant correlation between classmates’ support and accounting learning achievement ( ; (4) there isn’t a positive and significant correlation between learning facility and accounting learning achievement ( .


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

5. Ibu Benedicta Indah Nugraheni, S.Pd., SIP. M.Pd. dan Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E. M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan saran untuk sempurnanya skripsi ini;

6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam proses perkuliahan;

7. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar;

8. SMA Stella Duce 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian;


(11)

xi

9. SMA Negeri 3 Magelang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan uji validitas dan reliabilitas instrument;

10. Bapak Rustam Bambang S.Pd. yang telah membantu penulis dalam proses uji validitas dan reliabilitas instrument;

11. Ibu Lusia Gunawati Sintadewi, S.Pd. yang telah membantu dalam memperoleh berbagai data dan informasi;

12. Seluruh siswi kelas XI IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta yang telah bersedia mengisi kuesioner penelitian;

13. Orang tua penulis, Bapak Nicodemus Waljono dan Ibu Chatarina Siena Yani serta adik Laurentius Fery Dwi Prasetyo yang telah banyak memberikan doa dan dukungan selama proses pengerjaan skripsi ini; 14. Teman-teman PAK angkatan 2009, terima kasih untuk kebersamaan

selama ini;

15. Sahabat-sahabat tercinta : Fransisca Aprilia Ayuningtyas, Elisabeth Shinta, Marduita, Depazzi Meyta Sari, Fransisca Nova, Arya Red Ant, Th Evilia, Ririska Vakta Ninda, Didik Kristianto, Kristin Prasetyo Dewi, Natalia Shara Dewanti, terima kasih untuk segala dukungan, semangat, kasih sayang, dan kerja sama yang indah selama ini;

16. Teman-teman seminar penelitian : Kristin Prasetyo Dewi, Depazzi Meyta Sari, Laurensia Wuni, Theresia Mellyana, Didik Kristianto, Albertus Anang Dwi Krisdian, Leonardo Risandika, terima kasih untuk kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini;

17. Kristoforus Donny Eko Prasetyo, terima kasih atas perhatian, dukungan, bantuan, semangat, cinta, dan kerelaan hati menemani penulis selama proses pengerjaan skripsi ini;

18. Keluarga besar Cokro Sareh dan Keluarga besar Bedjo yang memberikan dukungan doa dan semangat selama ini;

19. Romo Ardus dan teman-teman PPL di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini yang disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis.


(12)

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Teori ... 10

1. Prestasi Belajar ... 10

2. Bimbingan Guru ... 19

3. Motivasi Belajar ... 23

4. Dukungan Teman ... 28

5. Sarana Belajar ... 30


(14)

xiv

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan ... 36

C. Kerangka Berfikir ... 37

D. Paradigma Penelitian ... 39

E. Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODE PENELITIAN... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

D. Pengukuran Variabel Penelitian ... 44

E. Data yang Dicari ... 52

F. Teknik Pengumpulan Data ... 53

G. Teknik Analisis Data ... 62

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 66

A. Sejarah SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 66

B. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 67

C. Sistem Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 69

D. Kurikulum SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 69

E. Sumber Daya Manusia SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 70

F. Siswi SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 70

G. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 70

H. Proses Belajar Mengajar SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 71

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 73

A. Deskripsi Data ... 73

B. Analisis Data ... 79

C. Pembahasan ... 86

BAB IV KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

C. Keterbatasan ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(15)

xv


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel III. 1 Penskoan Skala Likert ... 45

Tabel III. 2 Penilaian Acuan Patokan (PAP) II ... 46

Tabel III. 3 Kisi-Kisi Kuesioner Bimbingan Guru ... 47

Tabel III. 4 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa... 49

Tabel III. 5 Kisi-Kisi Kuesioner Dukungan Teman ... 50

Tabel III. 6 Kisi-Kisi Kuesioner Sarana Belajar ... 52

Tabel III. 7 Uji Validitas Bimbingan Guru... 55

Tabel III. 8 Uji Validitas Motivasi Belajar ... 55

Tabel III. 9 Uji Validitas Dukungan Teman ... 56

Tabel III. 10 Uji Validitas Sarana Belajar ... 57

Tabel III. 11 Ringkasan Hasil Uji Validitas Butir ... 58

Tabel III. 12 Uji Reliabilitas Variabel Bimbingan Guru ... 60

Tabel III. 13 Uji Reliabilitas Variabel Motivasi Belajar ... 61

Tabel III. 14 Uji Reliabilitas Variabel Dukungan Teman ... 61

Tabel III. 15 Uji Reliabilitas Variabel Sarana Belajar... 62

Tabel III. 16 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 64

Tabel V. 1 Deskripsi Bimbingan Guru ... 74

Tabel V. 2 Deskripsi Motivasi Belajar ... 76

Tabel V. 3 Deskripsi Dukungan Teman ... 77

Tabel V. 4 Deskripsi Sarana Belajar ... 78

Tabel V. 5 Deskripsi Prestasi Belajar ... 79 Tabel V. 6 Rangkuman Uji Hipotesis I dengan Korelasi Spearman . 80 Tabel V. 7 Rangkuman Uji Hipotesis II dengan Korelasi Spearman 82 Tabel V. 8 Rangkuman Uji Hipotesis III dengan Korelasi Spearman 83 Tabel V. 9 Rangkuman Uji Hipotesis IV dengan Korelasi Spearman 85


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner ... 105

Lampiran II Data Mentah Uji Validitas dan Reliabilitas ... 114

Lampiran III Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 119

Lampiran IV Data Mentah Uji Hipotesis ... 126

Lampiran V Uji Hipotesis dengan Korelasi Spearman Rank ... 144

Lampiran VI Daftar Distribusi Frekuensi dan PAP II ... 148


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam persaingan global serta merupakan sarana terpenting dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dengan pendidikan diharapkan kemampuan, mutu pendidikan, dan martabat manusia Indonesia dapat ditingkatkan. Upaya peningkatan SDM yang berkualitas dilaksanakan melalui jalur pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pencapaian kualitas SDM itu dapat ditempuh melalui perbaikan, perubahan, dan pembaharuan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

Banyak permasalahan terjadi di dunia pendidikan Indonesia yang menghambat pencapaian SDM yang berkualitas. Permasalahan ini bukan hanya berasal dari sistem pendidikan Indonesia, akan tetapi permasalahan itu muncul dari pelaku pendidikan. Misalnya, banyaknya pelajar yang


(20)

Menurut kompas.com yang diunduh tanggal 27 September 2012, tawuran antar pelajar menimbulkan korban jiwa yang berdampak pada krisis

negarawan bangsa dalam rentang waktu beberapa dekade mendatang.

Selain itu, ada oknum guru yang dengan sengaja membiarkan kecurangan terjadi saat UN dengan alasan agar para siswanya lulus 100%. Dengan demikian, seluruh pelaku pendidikan harus bekerja sama memecahkan permasalahan tersebut demi pencapaian SDM yang berkualitas.

Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pendidikan adalah prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes (Nurkholis 2006: 10).

Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia yang terdiri dari faktor fisiologis (karena sakit, karena kurang sehat, karena cacat tubuh), dan faktor psikologis (intelegensi, bakat, minat, motivasi dan faktor kesehatan mental). Kondisi siswa yang kurang sehat akan mempengaruhi prestasi belajar yang akan dicapai siswa. Kesehatan siswa yang terganggu itu dapat membuat siswa tidak bergairah untuk belajar. Tidak adanya gairah untuk belajar membuat siswa tidak mampu menerima pelajaran dari guru dengan baik.

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan (Slameto 2010: 57). Materi pelajaran yang


(21)

dipelajari sesuai minat siswa, siswa akan belajar sebaik – baiknya. Hal ini karena ada daya tarik bagi siswa tersebut.

Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, sarana belajar, dan media massa. Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Situasi keluarga yang tidak nyaman dapat membuat anak cenderung malas dalam belajar dan tidak nyaman tinggal di rumah. Akan tetapi, situasi keluarga yang nyaman dan damai dapat membuat anak merasa nyaman tinggal di rumah dan dapat mendorong anak untuk belajar dengan giat. Dengan demikian, situasi keluarga akan mempengaruhi prestasi belajar yang akan dicapai siswa.

Lingkungan sekolah juga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kondisi gedung sekolah dan perlengkapan pembelajaran yang memadai akan membantu siswa dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan prestasi belajar yang akan dicapai.

Lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal merupakan pemicu siswa untuk belajar. Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan bermoral baik, maka siswa cenderung terpicu untuk belajar dengan giat. Siswa yang belajar dengan giat tentu saja akan mencapai prestasi yang memuaskan.

Selain itu, media massa juga mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Adanya berita – berita yang termuat dalam media akan mengganggu siswa


(22)

besar timbul dari dalam diri siswa. Siswa selalu ingin tahu tentang sesuatu yang membuat siswa tersebut meninggalkan tugasnya untuk belajar. Hal ini tentu saja akan mengganggu siswa dalam pencapaian prestasi belajar yang memuaskan.

Banyak upaya yang dilakukan untuk pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Salah satu caranya adalah pemilihan cara belajar yang tepat. Siswa dan guru diharapkan dapat bekerja sama dengan baik dalam proses belajar mengajar. Guru menyiapkan metode dan media yang sesuai dengan materi pelajaran dengan baik, sehingga siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan. Kerja sama ini tentu saja akan menguntungkan bagi pencapaian prestasi belajar yang tinggi.

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi di dalam

satu situasi. Situasi belajar ini ditandai dengan motif – motif yang

ditetapkan dan diterima oleh siswa. Terkadang satu proses belajar tidak dapat mencapai hasil maksimal karena kondisi kesehatan siswa yang kurang baik, keadaan siswa yang cacat tubuh, kurangnya bimbingan guru, ketiadaan kekuatan yang mendorong (motivasi), tidak adanya dukungan teman, tidak adanya dukungan orang tua, dan tidak adanya sarana belajar sebagai penunjang kegiatan belajar.

Dari beberapa penelitian tentang prestasi belajar siswa, ditemukan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Anastasia Yuni Astuti (2007) dalam studi kasusnya di SMK YPKK 3 Sleman menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar siswa,


(23)

bimbingan guru, dan dukungan teman secara bersama – sama terhadap prestasi belajar. Selain itu, Vina Christina (2011) dalam studi kasusnya di SMA Santa Maria Yogyakarta menyimpulkan adanya hubungan antara bimbingan guru akuntansi, motivasi belajar akuntansi, dan dukungan

teman sekelas terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian – penelitian

tersebut sekurang – kurangnya menyimpulkan bahwa ada empat faktor

utama yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu 1) bimbingan guru, 2) motivasi belajar siswa, 3) dukungan teman, dan 4) sarana belajar.

Belajar mengajar merupakan suatu proses yang sangat kompleks karena dalam proses tersebut siswa tidak hanya sekadar menerima dan menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi siswa dapat melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran dengan aktif, agar hasil belajarnya lebih baik dan sempurna. Dari proses pembelajaran tersebut siswa dapat menghasilkan suatu perubahan yang bertahap dalam dirinya, baik dalam bidang pengetahuan dan keterampilan maupun sikap. Adanya perubahan tersebut terlihat dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa berdasarkan evaluasi yang diberikan oleh guru.

Dalam upaya mencapai prestasi belajar yang tinggi, bimbingan guru mempunyai peranan yang penting. Pada kenyataannya, kebanyakan guru merasa puas kalau anak didik mendapat nilai baik pada hasil ulangannya

(Sardiman 2008: 52). Guru lebih menekankan transfer of knowledge.

Dalam hal ini, siswa dituntut mengetahui pengetahuan yang telah diajarkan oleh gurunya. Bimbingan guru membantu siswa di dalam


(24)

memecahkan segala persoalan ketika siswa mengikuti pelajaran. Dengan bimbingan guru, siswa menjadi lebih mudah memahami materi pelajaran dan prestasi belajar siswa akan menjadi lebih baik.

Setiap siswa membutuhkan motivasi belajar untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah 2007: 3). Ketika siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi, siswa tersebut akan mempunyai harapan untuk berhasil dan mempunyai sikap positif untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Namun, ketika siswa tidak mempunyai motivasi belajar, siswa tersebut cenderung acuh tak acuh terhadap segala sesuatu sehingga tidak ada harapan untuk mencapai hasil yang maksimal.

Dukungan teman sekelas juga mempunyai andil yang besar dalam peningkatan prestasi belajar. Dengan dukungan dari teman, siswa tentu saja akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga prestasi belajar akan meningkat. Dukungan teman dapat dilakukan dengan cara mengerjakan tugas secara berkelompok sehingga jika ada siswa yang kurang memahami materi pelajaran, dapat ditanyakan langsung kepada temannya.

Sarana belajar merupakan sarana penunjang kegiatan pembelajaran

yang penting. Belajar tidak dapat berjalan dengan baik tanpa alat – alat

belajar yang cukup. Dengan sarana belajar yang kurang lengkap, kegiatan pembelajaran tentu saja akan terganggu. Akan tetapi, jika sarana belajar


(25)

tersedia lengkap, kegiatan pembelajaran tentu saja akan berjalan dengan lancar sehingga prestasi belajar akan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan antara Bimbingan Guru, Motivasi

Belajar, Dukungan Teman, Sarana Belajar, dan Prestasi Belajar Siswa

Pada Pembelajaran Akuntansi”. Studi kasus pada Siswa SMA Stella Duce

1 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar kelas X, kelas XI, dan kelas XII SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Supaya penelitian ini lebih terarah, maka penelitian ini hanya dibatasi pada empat faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: (1) bimbingan guru, (2) motivasi belajar, (3) dukungan teman, (4) sarana belajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara bimbingan guru

dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi?

2. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar


(26)

3. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi?

4. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar dan

prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat dirumuskan tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara

bimbingan guru dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara

motivasi belajar dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara

dukungan teman dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi.

4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara

sarana belajar dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak

– pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian, antara lain:

1. Bagi Siswa

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para siswi untuk mengikuti bimbingan guru yang nantinya dapat


(27)

memudahkan siswi dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan untuk lebih memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu, para siswi juga diharapkan dapat menjalin kerjasama yang baik dengan teman sekelas jika mengalami kesulitan belajar dan didukung oleh sarana belajar yang lengkap sehingga prestasi belajar dapat tercapai secara optimal.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk memahami berbagai macam faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa sehingga dapat bermanfaat sebagai bekal ketika memasuki dunia kerja. Selain itu, hasil penelitian juga dapat menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan peneliti yang nantinya dapat diterapkan di bidang pendidikan.

3. Bagi Sekolah dan Guru

Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah dan guru dalam menentukan kebijakan dan memilih strategi pembelajaran yang mengarah pada pencapaian prestasi belajar yang optimal bagi peserta didik.

4. Bagi Universitas

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai alat pengembangan ilmu pengetahuan dan acuan bagi penelitian berikutnya yang relevan.


(28)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Prestasi belajar

Menurut Winkel (dalam Nurkholis 2006: 10) prestasi belajar adalah hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru Purwodarminto (dalam Nurkholis 2006: 10). Sedangkan menurut Rusyan (dalam Nurkholis 2006: 10) prestasi belajar merupakan hasil dari adanya rencana dan pelaksanaan proses belajar, sehingga diperlukan informasi-informasi yang mendukung disertai dengan data yang objektif dan memadai. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang meliputi segenap ranah psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar mengajar (Syah 1995: 150).

Menurut Bloom (dalam Slavin, 1994), prestasi akademik atau prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi (Reni Akbar 2004: 68). Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik


(29)

(Winkel, dalam Slameto, 1991), antara lain ada yang bersifat internal (terdiri dari inteligensi, motivasi belajar, minat, bakat, sikap, persepsi diri, dan kondisi fisik) dan ada yang bersifat eksternal (terdiri dari

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat).

Dengan demikian, Prestasi belajar merupakan hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor-faktor yang

memengaruhi belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu faktor intern yang bersumber pada diri siswa dan faktor ekstern yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor intern terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat , minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Faktor-faktor tersebut meliputi:

1) Faktor intern (faktor dalam diri manusia)


(30)

a) Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:

(1) Karena sakit

Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya ransangan yang diterima melalui inderanya lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal dalam pelajarannya.

(2) Karena kurang sehat

Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan pikirannya terganggu. Karena hal-hal tersebut penerimaan dan respon terhadap pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu

bekerja secara optimal dalam memproses,

mengelola,menginterprestasi dan mengorganisasi materi pelajaran melalui inderanya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang dipelajarinya.

(3) Karena cacat tubuh

Cacat tubuh dibedakan atas dua golongan, yaitu :

(a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran,


(31)

(b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu dan sebagainya.

Bagi seseorang yang memiliki cacat tubuh ringan masih dapat mengikuti pendidikan umum, dengan syarat guru memperhatikan dan memperlakukan siswa dengan wajar. Sedangkan bagi orang yang memiliki cacat tubuh serius harus mengikuti pendidikan di tempat khusus seperti Sekolah Luar Biasa (SLB).

b) Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani)

Faktor psikologi meliputi:

(1) Intelegensi

Setiap orang memiliki tingkat IQ yang

berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ 110-140 dapat

digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 keatas

tergolong jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi.

Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong

lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.

(2) Bakat

Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari


(32)

sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran sehingga nilainya rendah.

(3) Minat

Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran.

(4) Motivasi

Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak


(33)

mau menyerah dan giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu kelas dan sering meninggalkan pelajaran. Akibatnya mereka banyak mengalami kesulitan belajar.

(5) Faktor kesehatan mental

Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti : memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan belajar.


(34)

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor ini meliputi :

a) Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Yang termasuk faktor ini antara lain :

(1) Perhatian Orang tua

Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan menentukan seseorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat dan sebagainya.

(2) Keadaan ekonomi orang tua

Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar siswa, kadang kala siswa merasa kurang percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan tetapi ada juga siswa yang keadaan ekonominya baik, tetapi prestasi prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya siswa yang keadaan ekonominya rendah malah mendapat prestasi belajar yang tinggi.


(35)

(3) Hubungan antara anggota keluarga

Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar personil yang ada. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan mendapat kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.

b) Lingkungan Sekolah

Yang dimaksud sekolah, antara lain :

(1) Guru, yang meliputi :

Guru merupakan salah satu faktor lingkungan sekolah yang berperan penting dalam mencapai prestasi belajar siswa. Guru sebagai subjek dalam pendidikan yang bertugas untuk mentransfer ilmu kepada siswa, maka seorang guru harus dapat menguasai bahan pelajaran yang akan ditransfer dan dapat menyampaikan dengan baik serta dapat menguasai dan mengontrol kondisi kelas siswa. (2) Faktor alat

Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian kurang efektif. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar dan guru


(36)

menimbulkan kepasifan bagi siswa sehingga tidak menutup kemungkinan akan menghambat prestasi belajar siswa.

(3) Kondisi gedung

Kondisi gedung terutama ditunjukkan pada ruang kelas atau ruang tempat proses belajar mengajar.

Ruang harus memenuhi syarat kesehatan seperti;

(a) Ruang harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar

dan sinar dapat masuk ruangan

(b) Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor

(c) Lantai tidak becek, licin atau kotor

(d) Keadaan gedung yang jauh dari keramaian seperti

pasar, bengkel, pabrik, dan lain-lain, sehingga siswa mudah konsentrasi dalam belajar Apabila beberapa hal diatas tidak terpenuhi maka situasi belajar akan kurang baik.

c) Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial (Masyarakat) (1) Faktor mass media meliputi ; bioskop, tv, surat kabar,

majalah, buku-buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu yang akan menghambat belajar apabila terlalu banyak waktu yang dipergunakan, hingga lupa tugas belajar.


(37)

(2) Lingkungan sosial

(a) Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak tersebut.

(b) Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan tetangga adalah orang yang tidak sekolah, menganggur, akan sangat berpengaruh bagi anak. (c) Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh

dalam belajar anak. Peran orang tua disini adalah memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya.

2. Bimbingan guru

a. Pengertian Bimbingan Guru

Menurut Winkel (2004: 27), bimbingan adalah (1) memberikan informasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat


(38)

memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat, (2) bimbingan adalah mengarahkan, yaitu menuntun ke suatu tujuan.

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan (process of

helping) kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial).

Guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Di pundaknya terdapat beban tanggung jawab utama dalam mentransfer usaha kependidikan persekolahan di negara maju. Media elektronik sebagai alat untuk pengkajian dalam segala bidang selalau dipergunakan dan kemampuannya untuk membawa bahan pengajaran kepada pengajar telah dibuktikan, namun keberadaannya tetap tidak dapat sepenuhnya menggantikan kedudukan guru. Ada sesuatu yang hilang di mana selama ini disambungkan oleh adanya interaksi antara manusia, antara guru dan pelajar. Kehilangan utama yang paling nampak adalah dari segi keteladanan dan pemahaman nilai-nilai yang dikristalisasi dalam tujuan pengajaran yang dimaksud. Sebab tujuan yang mengarahkan pelajar tersebut bersumber pada guru dibandingkan pada pelajar sekalipun. Tujuan itu dirumuskan oleh tenaga kependidikan yang lebih tinggi kedudukannya di dalam sistem birokrasi.


(39)

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 27 ayat (03) dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar, disamping itu ia mempunyai tugas lain yang bersifat pendukung yaitu membimbing dan mengelola administrasi sekolah. Pengertian guru secara lebih jelas dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 26/MENPAN/1989 pasal 2 ayat (1) yang menyatakan bahwa guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk

melaksanakan pendidikan di sekolah”.

Sebagai pendidik guru mempunyai tugas utama yaitu menyelenggarakan proses belajar mengajar. Sebagai penghubung guru mempunyai tugas utama yaitu memberikan bimbingan dalam memecahkan dan mengatasi masalah yang dihadapi siswa, sebab proses belajar mengajar erat kaitannya dengan berbagai masalah di luar kelas yang sifatnya non akademik.

Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai siswa dan

anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan

inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung


(40)

menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu.

Bimbingan dan konseling semakin hari dirasakan semakin perlu keberadaannya di setiap sekolah. Setiap siswa pada hakikatnya dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Potensi-potensi itu tidak dapat mempunyai arti apa-apa bila tidak dikembangkan dengan baik. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua siswa memahami potensi yang dimilikinya, apalagi pemahaman tentang cara mengembangkannya. Di dalam perjalanan hidupnya, siswa juga sering menemui berbagai macam masalah. Lepas persoalan yang satu, muncul permasalahan yang lain, demikian seterusnya silih berganti persoalan itu timbul.

Pada kenyataannya, tidak semua siswa mampu mengatasi persoalannya sendiri. Agar mereka dapat mengenali potensi-potensi yang dimilikinya secara optimal, serta menghadapi masalah yang dihadapi diperlukan bantuan atau bimbingan dari orang lain sehingga mereka dapat berbuat dengan tepat sesuai dengan potensi atau keadaan yang ada pada dirinya.

b. Bentuk – Bentuk Bimbingan

Bentuk – bentuk bimbingan belajar (Winkel 2004: 111)


(41)

1) Bimbingan Individual atau Perseorangan.

Bimbingan individual disalurkan melalui layanan konseling, bila seorang siswa berhadapan muka dengan konselor. Namun bimbingan individual juga dapat berlangsung di luar wawancara

konseling, misalnya seorang siswa menanyakan cara

mendaftarkan diri untuk ikut dalam UMPTN.

2) Bimbingan Kelompok.

Bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan berbagai cara, misalnya dibentuk kelompok kecil dalam rangka layanan konseling, dibentuk kelompok diskusi, diberikan bimbingan

karier kepada siswa – siswi yang tergabung dalam satu kesatuan

kelas.

3. Motivasi belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu (Hamzah 2007: 3). Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah 2007: 3). Motivasi dapat juga dikatakan

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi tertentu,

sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman 2008: 75).

Sedangkan motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan

dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar (Mudjiono 2006: 80). Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh


(42)

faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.

Sardiman A.M (2008: 75), mendefinisikan motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan, karena pada umumnya ada beberapa motif yang

bersama – sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi

belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non –

intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

b. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A. M (2008: 85–86), fungsi motivasi

adalah sebagai berikut:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak

atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan –


(43)

mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan – perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

c. Bentuk – Bentuk Motivasi Belajar

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan

motivasi dalam kegiatan belajar disekolah (Sardiman 2008: 91 –

95)

1) Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik. Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.

2) Hadiah

Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak lah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.

3) Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan


(44)

ini banyak dimanfaatkan didalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.

4) Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.

5) Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitis. Dala hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya kalau ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.

6) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7) Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil

menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian.

Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan

sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memumupk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau

diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada ungsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan menjadi lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang


(45)

ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

10)Minat

Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:

a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang

lampau.

c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.

d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

11)Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

Disamping bentuk-bentuk motivasi sabagaimana diuraikan diatas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan pada mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tatapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna, sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar.

d. Jenis – Jenis Motivasi Belajar

Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang. Sardiman (2008: 86 – 90) mengatakan

bahwa motivasi itu sangat bervariasi yaitu:

1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

a) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak


(46)

b) Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari.

2) Motivasi menurut pembagiaan dari woodworth dan marquis:

a) Motif atau kebutuhan organis misalnya, kebutuhan

minum, makan, bernafas, seksual, dan lain-lain.

b) Motif-motif darurat misalnya, menyelamatkan diri,

dorongan untuk membalas, dan sebagainya.

c) Motif-motif objektif

3) Motivasi jasmani dan rohani

a) Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas

dan sebagainya.

b) Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat.

4) Motivasi intrisik dan ekstrinsik

a) Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif

atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

b) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsi karena adanya peransang dari luar.

4. Dukungan teman

Teman atau sahabat adalah sosok teramat penting dalam proses perkembangan kepribadian seseorang. Masa kecil kita dipenuhi


(47)

keceriaan dengan adanya sahabat, meski terkadang ada sedikit pertikaian/pertengkaran antar teman, namun itu merupakan sebuah proses pendewasaan. Begitu juga dalam dunia maya. Keberadaan teman atau sahabat mutlak diperlukan. Tak heran di dunia yang tak dibatasi oleh jarak dan batas wilayah ini begitu banyak bermunculan situs jejaring sosial atau forum jalinan teman semisal facebook, twitter, dll yang bisa kita masuki demi menambah jumlah teman dari seluruh penjuru dunia. Fenomena ini sangat menarik, kita bisa dengan begitu mudahnya berinteraksi dengan siapapun di dunia ini yang sebelumnya sama sekali tidak kita kenal. Sahabat bisa memberi kita dorongan semangat dan membuat hidup kita menjadi jauh lebih berwarna.

Menurut Vembriarto (1993: 54), kelompok sebaya adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah individu yang sama, dalam hal usia, status atau posisi sosial. Melalui kelompok sebaya itu, anak belajar bagaimana menjadi manusia yang baik sesuai dengan gambaran

dan cita – cita masyarakatnya, tentang kejujuran, keadilan, kerja sama,

dan tanggung jawab (Vembriarto 1993: 61).

Melalui kelompok sosial seseorang mendapatkan manfaat sebagai berikut (Vembriarto 1993: 61-62):

a. Kelompok sosial mengajarkan mobilitas sosial.

Meskipun kebanyakan kelompok sosial itu terdiri dari anak – anak

yang mempunyai status sosial yang sama, namun di dalam kelas atau dalam perkumpulan pemuda kerap kali terjadi pergaulan

antara anak – anak yang berasal dari kelas sosial yang berbeda.

Anak – anak dari kelas sosial bawah bergaul akrab dengan anak –

anak dari kelas sosial menengah dan kelas sosial atas. Melalui


(48)

dari kelas sosial bawah menangkap nilai – nilai, cita – cita, dan

pola – pola tingkah laku anak – anak dari golongan kelas menengah

dan atas. Dengan mengadopsi nilai – nilai, cita – cita, dan pola –

pola tingkah laku itu anak – anak dari kelas sosial bawah

mempunyai motivasi untuk mobilitas sosial.

b. Dalam kelompok sebaya anak mempelajari peranan sosial yang

baru.

Anak yang berasal dari keluarga yang bersifat otoriter mengenal suasana kehidupan yang demokratik dalam kelompok sebaya. Sebaliknya anak yang berasal dari keluarga yang demokratik mungkin menghadapi pimpinan yang otoriter dalam kelompok sebaya. Di dalam kelompok sebaya mungkin anak berperanan sebagai sahabat, musuh, pemimpin, pencetus ide, dan kambing hitam. Demikian pula di dalam kelompok sebaya itu anak

mempunyai kesempatan melakukan bermacam – macam

eksperimen sosial.

5. Sarana Belajar

a. Pengertian Sarana Belajar

Pemanfaatan sarana belajar yang baik akan memudahkan anak dalam melakukan aktivitas belajar sehingga anak lebih semangat dalam belajar. Sebaliknya, dengan kurangnya sarana belajar akan mengakibatkan anak kurang bersemangat dan kurang bergairah dalam belajar. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi prestasi belajar anak.

Menurut Slameto (1995: 28), salah satu syarat keberhasilan

belajar adalah “bahwa belajar memerlukan sarana yang cukup”.

Sarana atau fasilitas belajar yang menunjang kegiatan belajar siswa dapat bermacam- macam bentuknya.

Sarana belajar memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung tercapainya keberhasilan belajar dengan adanya


(49)

pemanfaatan sarana belajar yang tepat dalam pembelajaran diharapkan mampu memberikan kemudahan dalam menyerap materi yang disampaikan. Pemanfaatan sarana belajar yang tepat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan belajar, sebab aktivitas belajar akan berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh sarana belajar yang baik dan memadai dan sebaliknya jika tidak ada sarana dan prasarana yang baik menyebabkan siswa akan terhambat dalam belajar sehingga dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa.

Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Contohnya kapur tulis, atlas dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar. Kedua, sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti lemari arsip di kantor sekolah merupakan sarana pendidikan yang secara tidak langsung digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.

Menurut Roestiyah (1982: 67), sarana belajar atau media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang dipergunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa di dalam maupun di luar kelas.


(50)

Pengertian sarana belajar yang peneliti maksud di sini adalah bahan, alat, media atau fasilitas yang digunakan oleh siswa untuk belajar baik di sekolah ataupun di luar sekolah.

b. Fungsi Sarana Belajar

Beberapa fungsi sarana belajar (Mulyaningsih 2007)

1) Fungsi Edukatif, artinya dengan sarana belajar ini dapat

memberikan pengaruh baik yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Pengaruh ini berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.

2) Fungsi Sosial, artinya dengan sarana belajar ini hubungan antara

pribadi anak dapat lebih baik lagi, sebab mereka secara gotong royong dapat bersama-sama mempergunakan sarana belajar itu.

3) Fungsi Ekonomis, artinya dengan satu macam sarana belajar

pendidikan sudah dapat dinikmati oleh sejumlah anak didik dan bisa dipergunakan sepanjang waktu.

4) Fungsi Politis, artinya dengan sarana belajar ini berarti sumber

pendidikan atau yang lain yang berasal dari pusat akan sama sampai di daerah-daerah bahkan di tiap-tiap sekolah.

5) Fungsi Seni (Budaya), artinya dengan adanya sarana belajar ini

berarti kita bisa mengenalkan bermacam-macam hasil budaya manusia sehingga pengetahuan siswa tentang nilai-nilai budaya manusia makin lama makin bertambah.

c. Macam – Macam Sarana Belajar

Sedangkan bila tinjau dari fungsi dan peranannya dalam proses belajar mengajar, maka sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi:

1) Alat pelajaran

Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar. Alat ini mungkin berwujud buku tulis, gambar-gambar, alat-alat tulis-menulis lain seperti kapur, penghapusan dan papan tulis maupun


(51)

alat-alat praktek, semuanya termasuk ke dalam lingkup alat pelajar.

2) Alat peraga

Alat peraga mempunyai arti yang luas. Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang tingkatannya paling konkrit sampai ke yang paling abstrak

yang dapat mempermudah pemberian pengertian

(penyampaian konsep) kepada murid.

Dengan bertitik tolak pada penggunaannya, maka alat peraga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

a) Alat peraga langsung, yaitu jika guru menerangkan

dengan menunjukkan benda sesungguhnya (benda dibawa ke kelas, atau anak diajak ke benda).

b) Alat peraga tidak langsung, yaitu jika guru mengadakan

penggantian terhadap benda sesungguhnya. Berturut-turut dari yang konkrit ke yang abstrak, maka alat peraga dapat berupa: Benda tiruan (miniatur), Film, Slide, Foto, Gambar, Sketsa atau bagan. Disamping pembagian ini, ada lagi alat peraga atau peragaan yang berupa perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh guru.


(52)

3) Media pengajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Oleh karena itu, Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

6. Akuntansi

a. Pengertian Akuntansi

Menurut Setiyanto (2007: 146), pengertian akuntansi dapat dilihat dari beberapa sudut pandang sebagai berikut:

1) Menekankan pada Proses

Akuntansi adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi dalam perusahaan sehingga dimungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas.

2) Menekankan pada Seni

Akuntansi adalah seni mencatat, menggolongkan, meringkas, menganalisis data yang bersifat keuangan dari suatu organisasi, kemudian melaporkan kepada pihak yang berkepentingan.


(53)

Akuntansi adalah suatu aktivitas penghasil jasa berfungsi menyediakan informasi yang bersifat kualitatif tentang suatu modal untuk digunakan sebagai proses pengambilan keputusan akonomi.

Sedangkan menurut kamus akuntansi, akuntansi adalah aktivitas-aktivitas yang menyediakan informasi biaya yang bersifat kuantitatif dan disajikan dalam satuan uang, untuk pengambilan keputusan, perencanaan, pengendalian sumber operasi, serta mengevaluasi prestasi kerja Setiyanto (2007: 146). Akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan dan menjadi bagian penting kehidupan bisnis (Suwardjono 1994: 4).

b. Tujuan Akuntansi

Tujuan akuntansi adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Kardiman 2006: 3). Akuntansi menyediakan cara-cara untuk mengumpulkan dan melaporkan data ekonomi kepada bermacam-macam individu dan pihak-pihak yang membutuhkannya. Pemilik dan calon pemilik perusahaan ingin mengetahui bagaimana posisi keuangan perusahaan dan prospeknya di masa datang. Pihak bank ingin menilai kemampuan keuangan perusahaan dan mempertimbangkan resiko yang akan terjadi sebelum memberikan pinjaman.


(54)

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Menurut Anastasia Yuni Astuti dengan judul “Hubungan antara Motivasi Belajar Siswa, Dukungan Teman, Bimbingan Guru dengan Prestasi Belajar” studi kasus di SMK YPKK 3 Sleman, hasilnya yaitu: (1) Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar (r = 0,545, p = 0,000), (2) Ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman dengan prestasi belajar (r = 0,537, p = 0,000), (3) Ada hubungan positif dan signifikan antara bimbingan guru dengan prestasi belajar (r = 0,542, p = 0,000), (4) Ada hubungan positif

dan signifikan secara bersama – sama antara motivasi belajar, dukungan

teman, dan bimbingan guru dengan prestasi belajar (r = 0,654, p = 0,000). Menurut Vina Christina dengan judul “Hubungan antara Bimbingan Guru Akuntansi, Motivasi Belajar Akuntansi, dan Dukungan Teman Sekelas dengan Prestasi Belajar Akuntansi” studi kasus di SMA Santa Maria Yogyakarta, hasilnya yaitu: (1) Ada hubungan antara bimbingan

guru akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi (

, (2) Ada hubungan antara motivasi belajar akuntansi

dengan prestasi belajar akuntansi ( , (3)

Ada hubungan antara dukungan teman sekelas dengan prestasi belajar

akuntansi ( , (4) Ada hubungan secara

bersama – sama antara motivasi belajar akuntansi, dukungan teman

sekelas, dan bimbingan guru akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi ( .


(55)

Menurut Puji Astuti Mulyaningsih dengan judul “Hubungan antara Persepsi Mahasiswa tentang Metode Mengajar Dosen, Intensitas Belajar, Sarana Belajar, dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar

Mahasiswa” studi kasus Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi

Angkatan 2002-2003 Universitas Sanata Dharma, hasilnya yaitu: (1) Ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa tentang metode

mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa (

, (2) Ada hubungan positif dan signifikan antara intensitas

belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (

, (3) Ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar

dengan prestasi belajar mahasiswa ( ,

(4) Ada hubungan positif dan signifikan antara Lingkungan Belajar dengan

prestasi belajar mahasiswa ( , (5) Ada

hubungan positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa tentang metode mengajar dosen, intensitas belajar, sarana belajar, dan lingkungan belajar

dengan prestasi belajar mahasiswa (

.

C. Kerangka Berfikir

1. Hubungan antara bimbingan guru dan prestasi belajar.

Bimbingan guru merupakan proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis oleh guru kepada siswa dalam rangka


(56)

siswa memiliki kemampuan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar (Sukirman 2011: 24). Dalam upaya mencapai prestasi belajar yang tinggi, bimbingan guru mempunyai peranan yang penting. Bimbingan guru membantu siswa di dalam memecahkan segala persoalan ketika siswa mengikuti pelajaran. Dengan bimbingan guru, siswa menjadi lebih mudah memahami materi pelajaran dan prestasi belajar siswa akan menjadi lebih baik. Hal ini menandakan adanya hubungan antara bimbingan guru dan prestasi belajar.

2. Hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar.

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat (Sukirman 2011: 25). Setiap siswa membutuhkan motivasi belajar untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Ketika siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi, siswa tersebut akan mempunyai harapan untuk berhasil dan mempunyai sikap positif untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Namun, ketika siswa tidak mempunyai motivasi belajar, siswa tersebut cenderung acuh tak acuh terhadap segala sesuatu sehingga tidak ada harapan untuk mencapai hasil yang maksimal. Hal ini menandakan adanya hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar.

3. Hubungan antara dukungan teman dan prestasi belajar.

Dukungan teman sekelas juga mempunyai andil yang besar dalam peningkatan prestasi belajar. Dengan dukungan dari teman,


(57)

siswa tentu saja akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga prestasi belajar akan meningkat. Dukungan teman dapat dilakukan dengan cara mengerjakan tugas secara berkelompok sehingga jika ada siswa yang kurang memahami materi pelajaran, dapat ditanyakan langsung kepada temannya. Hal ini menandakan adanya hubungan antara dukungan teman dan prestasi belajar.

4. Hubungan antara sarana belajar dan prestasi belajar.

Sarana belajar atau alat bantu belajar termasuk salah satu unsur dinamis dalam belajar (Imron 1996: 35). Sarana belajar merupakan sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang penting. Dengan sarana belajar yang kurang lengkap, kegiatan pembelajaran tentu saja akan terganggu. Akan tetapi, jika sarana belajar tersedia lengkap, kegiatan pembelajaran tentu saja akan berjalan dengan lancar sehingga prestasi belajar akan meningkat. Hal ini menandakan adanya hubungan antara sarana belajar dan prestasi belajar.

D. Paradigma Penelitian

Keterikatan antara variabel-variabel penelitian dapat disusun dalam suatu paradigma sebagai berikut:


(58)

Keterangan:

= Variabel Bimbingan Guru = Variabel Motivasi Belajar

= Variabel Dukungan Teman = Variabel Sarana Belajar

Y = Variabel Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi = Hubungan antara Variabel Bimbingan Guru dan Variabel

Prestasi Belajar

= Hubungan antara Variabel Motivasi Belajar dan Variabel Prestasi Belajar

= Hubungan antara Variabel Dukungan Teman dan Variabel Prestasi Belajar


(59)

= Hubungan antara Variabel Sarana Belajar dan Variabel Prestasi Belajar

E. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis I

= Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara bimbingan guru dan prestasi belajar.

= Ada hubungan positif dan signifikan antara bimbingan guru dan

prestasi belajar.

2. Hipotesis II

= Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi

belajar dan prestasi belajar.

= Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dan prestasi belajar.

3. Hipotesis III

= Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan

teman dan prestasi belajar.

= Ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman dan prestasi belajar.

4. Hipotesis IV

= Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar dan prestasi belajar.

= Ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar dan


(60)

42 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian studi kasus

dan penelitian korelasional. Penelitian studi kasus mencoba

menggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku,

yakni tingkah laku itu sendiri beserta hal – hal yang melingkunginya,

hubungan antara tingkah laku dengan riwayat timbulnya tingkah laku,

demikian pula lain – lain hal yang berkaitan dengan tingkah laku tersebut

(Arikunto 2005: 238). Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2000: 326). Teknik ini dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain. Besarnya atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian dilaksanakan di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, Jalan

Sabirin 1 – 3 Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian


(61)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono 2003: 118). Oleh karena itu, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas X, kelas XI, dan kelas XII SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dengan jumlah 820 siswi.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai

contoh yang diambil dengan menggunakan cara – cara tertentu

(Margono 2003: 121). Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dengan jumlah 115 siswi.

3. Teknik sampling.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik purposive sampling. Penentuan teknik sampel ini berdasarkan

pertimbangan tertentu (Sugiyono 2010: 124). Pertimbangan peneliti memilih teknik sampling ini yaitu siswa kelas XI telah beradaptasi dan menempuh waktu belajar lebih lama dibandingkan dengan siswa kelas X. Dengan adaptasi dan waktu belajar yang lebih lama tersebut siswa kelas XI sudah cukup mengenal dan berinteraksi dengan seluruh warga sekolah, sehingga diharapkan siswa kelas XI memiliki cukup pengetahuan untuk memberikan pendapat mengenai motivasi belajar,


(62)

bimbingan guru, dukungan teman, dan sarana belajar dalam mencapai prestasi belajarnya. Peneliti tidak memilih siswa kelas XII karena siswa kelas XII sedang menghadapi masa ujian nasional. Dengan pertimbangan tersebut, peneliti berharap siswa dapat memberikan jawaban yang sebenar-benarnya atas pertanyaan dalam kuesioner penelitian.

D. Pengukuran Variabel Penelitian

1. Pengukuran Variabel

Setiap variabel yang akan dianalisis perlu diukur dengan cara

pengukuran masing – masing. Oleh karena itu, pengukuran variabel

yang peneliti lakukan adalah

a. Variabel bimbingan guru, motivasi belajar, dukungan teman, dan

sarana belajar.

Variabel bimbingan guru, motivasi belajar, dukungan teman, dan sarana belajar diukur dengan menggunakan skala likert. Skala likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu obyek atau fenomena tertentu (Siregar 2010: 138). Skor yang digunakan


(63)

Tabel III. 1

Penskoran Skala Likert

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

STS Skor 1 STS Skor 5

TS Skor 2 TS Skor 4

RR Skor 3 RR Skor 3

S Skor 4 S Skor 2

SS Skor 5 SS Skor 1

b. Variabel prestasi belajar siswa.

Pengukuran variabel prestasi belajar siswa berdasarkan skor ulangan harian akuntansi siswa kelas XI IPS semester 1.

2. Penentuan Kecenderungan Variabel

Penentuan kecenderungan semua variabel (bimbingan guru, motivasi belajar, dukungan teman, sarana belajar, prestasi belajar)

dinilai dengan penilaian acuan patokan (PAP) tipe II. Peneliti

menggunakan Penilaian Acuan Patokan II (PAP II) karena peneliti melihat dari kondisi sekolah, apa yang dilakukan guru di kelas, dan kondisi siswi. Kondisi sekolah SMA Stella Duce 1 Yogyakarta baik dan memadai. Akan tetapi, masih ada laboratorium IPS yang tidak lengkap karena kurangnya sarana atau media pembelajaran yang tersedia disana. Sedangkan tidak semua guru di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta menggunakan metode pembelajaran kreatif. Selain itu, kondisi ruang kelas di SMA Stella Duce 1 tidak terlalu luas sehingga sulit menerapkan metode pembelajaran yang membutuhkan ruang yang luas. Sedangkan jika dilihat dari kondisi siswi, tidak semua siswi


(64)

SMA Stella Duce Yogyakarta aktif ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun pedoman PAP II adalah sebagai berikut (Masidjo 1995: 157):

Tabel III. 2

Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II Tingkat Penguasaan

Kompetensi

Kategori Kecenderungan Variabel

81% - 100% Sangat Tinggi

66% - 80% Tinggi

56% - 65% Cukup

46% - 55% Rendah

< 46% Sangat Rendah

3. Definisi Operasionalisasi Variabel dan Kisi-Kisi

Agar penelitian terarah, maka akan dikemukakan beberapa definisi operasional variabel sebagai berikut:

a. Bimbingan Guru

1) Definisi Bimbingan Guru

Menurut Winkel (2004: 27), bimbingan adalah (1) memberikan informasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan, atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat, (2) bimbingan adalah mengarahkan, yaitu menuntun ke suatu tujuan.


(65)

2) Kisi-Kisi Bimbingan Guru

Untuk mengukur variabel bimbingan guru, peneliti menggunakan kuesioner dengan lima alternatif jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), RR (Ragu-Ragu), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Skor jawaban dari lima alternatif jawaban tersebut bergerak dari skor tertinggi ke skor terendah. Untuk pernyataan yang menghendaki jawaban positif diberi skor 5, 4, 3, 2, 1 dan untuk pernyataan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, 5.

Tabel III. 3

Kisi-Kisi Kuesioner Bimbingan Guru Indikator Pertanyaan

Positif

Pertanyaan Negatif

1. Guru menyampaikan

pelajaran dengan baik.

2. Perhatian guru terhadap

siswa.

3. Guru memberikan arahan

kepada siswa.

4. Kerelaan guru

menyediakan waktu untuk membimbing siswa.

1, 2, 3

5, 6, 7

10

12

4

8, 9


(66)

b. Motivasi Belajar Siswa

1) Definisi Motivasi Belajar siswa

Menurut Sardiman A.M (2008: 75), mendefinisikan motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan, karena pada umumnya ada

beberapa motif yang bersama – sama menggerakkan siswa

untuk belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor

psikis yang bersifat non – intelektual. Peranannya yang

khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

2) Kisi-Kisi Motivasi Belajar Siswa

Untuk mengukur variabel motivasi Belajar Siswa, peneliti menggunakan kuesioner dengan lima alternatif jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), RR (Ragu-Ragu), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Skor jawaban dari lima alternatif jawaban tersebut


(67)

bergerak dari skor tertinggi ke skor terendah. Untuk pernyataan yang menghendaki jawaban positif diberi skor 5, 4, 3, 2, 1 dan untuk pernyataan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, 5.

Tabel III. 4

Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar siswa Indikator Pertanyaan

Positif

Pertanyaan Negatif

1. Kemauan untuk belajar dan

mengikuti pelajaran.

2. Keinginan untuk menguasai

materi pelajaran.

3. Ketekunan dalam

menyelesaikan tugas.

4. Usaha untuk meningkatkan

prestasi.

1

4, 5, 6, 7, 8

11

13

2, 3

9, 10

12

14

c. Dukungan Teman

1) Definisi Dukungan Teman

Menurut Vembriarto (1993: 54), kelompok sebaya adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah individu yang sama, dalam hal usia, status atau posisi sosial. Melalui kelompok sebaya itu, anak belajar bagaimana menjadi


(1)

Tingkat Penguasaan Kompetensi

Kategori Kecenderungan Variabel

0 + 81% (100-0) = 81 Sangat Tinggi

0 + 66% (100-0) = 66 Tinggi

0 + 56% (100-0) = 56 Sedang

0 + 46% (100-0) = 46 Rendah

Dibawah 46 Sangat Rendah

Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kategori kecenderungan variabel sebagai berikut:

No. Skor Frekuensi Persentase Kriteria

1. 81-100 24 20,8% Sangat Tinggi

2. 66-80 49 42,7% Tinggi

3. 56-65 32 27,8% Sedang

4. 46-55 7 6% Rendah

5. <46 3 2,7% Sangat Rendah

Jumlah 115 100%


(2)

155

Lampiran VII

Hasil Wawancara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

HASIL WAWANCARA

1. Pertanyaan Wawancara

a. Bagaimana pendapatmu mengenai guru akuntansi anda? b. Bagaimana cara guru akuntansimu mengajar?

c. Apa yang anda lakukan jika anda kurang memahami penjelasan dari guru terkait materi pelajaran akuntansi?

d. Apakah guru anda terus melanjutkan materi meskipun anda belum menguasai materi sebelumnya?

2. Ringkasan Jawaban Wawancara

Ketika kegiatan pembelajaran, guru akuntansi cenderung monoton dan tidak menerapkan metode pembelajaran kreatif. Hal ini meyebabkan siswi merasa bosan dan sulit menerima materi pelajaran. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan cepat tanpa memperhatikan siswi jelas atau tidak terhadap materi tersebut. Untuk memahami materi pelajaran akuntansi, siswi cenderung selalu bertanya kepada temannya. Siswi saling berdiskusi memecahkan persoalan dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, siswi juga mencari informasi terkait materi pelajaran melalui internet.


(4)

157

RIWAYAT HIDUP

Nama : Margareta Perwita Hapsari Jenis kelamin : Perempuan

Tempat & tanggal lahir : Magelang, 15 Juni 1991 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Katolik

Status perkawinan : Belum kawin

Alamat tinggal : Jalan Kyai Mojo 37 Cacaban Magelang Jawa Tengah

No. Telepon : (0293) 313815/ 085725792267 Alamat E-mail : [email protected] Riwayat Pendidikan :

SD Negeri Magelang 3 1998 - 2003

SMP Negeri 6 Magelang 2003- 2006

SMA Negeri 3 Magelang 2006 - 2009

S1 Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma 2009 - 2013


(5)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN GURU, MOTIVASI BELAJAR, DUKUNGAN TEMAN, SARANA BELAJAR, DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI Studi Kasus Siswa Kelas XI IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

Margareta Perwita Hapsari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara: (1) bimbingan guru dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi, (2) motivasi belajar dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi, (3) dukungan teman dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi, (4) sarana belajar dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi.

Penelitian ini merupakan studi kasus di SMA Stella Duce 1, Jalan Sabirin No. 1-3 Yogyakarta. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/ 2013 yang berjumlah 115 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data adalah Spearman Rank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan positif dan signifikan antara bimbingan guru dan prestasi belajar siswa (

; (2) ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dan prestasi

belajar siswa ( ; (3) ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman dan prestasi belajar siswa ( ; (4) tidak ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar dan prestasi belajar siswa ( .


(6)

ix ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN TEACHERS’ GUIDANCE,

MOTIVATION, CLASSMATES’ SUPPORT, LEARNING FACILITY, AND

STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT IN STUDYING ACCOUNTING A Case Study on the Grade Students of “Stella Duce 1 Yogyakarta”

Margareta Perwita Hapsari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

The purposes of this research are to know a positive and significant correlation between: (1) teachers’ guidance and accounting learning achievement, (2) motivation and accounting learning achievement, (3) classmates’ support and accounting learning achievement, (4) learning facility and accounting learning achievement.

This research is a case study in SMA Stella Duce 1, Sabirin street number 1-3 Yogyakarta. The population of this research were students of SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. The samples of this research were 115 eleventh grade students of Stella Duce 1 Senior High School, Yogyakarta, 2012/ 2013 batch. The technique of sampling was purposive sampling. Booklet, documentation, and interview were using in this research to collect some of data that are useful to support this research. The technique of data analysis was Spearman Rank.

The result indicates that: (1) there isn’t a positive and significant

correlation between teachers’ guidance and accounting learning achievement

( ; (2) there is a positive and significant correlation

between motivation and accounting learning achievement (

; (3) there is a positive and significant correlation between classmates’

support and accounting learning achievement ( ; (4) there

isn’t a positive and significant correlation between learning facility and accounting learning achievement ( .


Dokumen yang terkait

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

Implementasi model pembelajaran cooperative learning teknik Quick On The Draw untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 : penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

2 16 238

Hubungan bimbingan guru di kelas, minat belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa : studi kasus siswi kelas XI SMA Stella Duce 2.

0 0 116

Hubungan antara prestasi belajar siswa dan persepsi siswa terhadap jurusan IPS dengan minat siswa memilih jurusan IPS : studi kasus pada SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

0 0 174

Hubungan antara bimbingan guru, motivasi belajar, dukungan teman, sarana belajar, dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi studi kasus siswa kelas XI IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

1 5 175

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 TERAS.

0 0 11

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR SISWA DAN PERSEPSI SISWA TERHADAP JURUSAN IPS DENGAN MINAT SISWA MEMILIH JURUSAN IPS (Studi Kasus pada SMA Stella Duce 2 Yogyakarta)

0 0 172

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN GURU AKUNTANSI, MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI, DAN DUKUNGAN TEMAN SEKELAS DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

0 0 173

HUBUNGAN BIMBINGAN GURU DI KELAS, MINAT BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA

0 1 114

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK QUICK ON THE DRAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA (Penelitian dilaksanakan pada siswa Kelas XI IPS 1 SMA STELLA DUCE 2 Yogy

0 2 235