PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA (STUDI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT SEMEN BATURAJA (PESRSERO) PABRIK PANJANG)

(1)

ABSTRACT

THE IMPACT PROGRAMME OF SAFETY AND HEALTH

WORKING TO WORK PRODUCTIVITY (CASE STUDY FOR STAFF OF PRODUCTION DIVISION AT PT SEMEN BATURAJA (PERSERO)

PANJANG FACTORY)

BY

RIZA DESPALIA IDAWATI

The aim of this research was to knowing what The Impact Programme Of Safety And Health Working For Work Productivity (Case Study For Staff Of Production Division At PT Semen Baturaja (Persero) Panjang Factory).This research used Explanatory Method. The survey has been done for production division staff. The result shows that safety and health working have significant and positive impact for work productivity.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA (STUDI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT SEMEN BATURAJA

(PESRSERO) PABRIK PANJANG)

OLEH

RIZA DESPALIA IDAWATI

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh program dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja (studi pada karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian eksplanatori. Survey dilakukan pada karyawan bagian produksi. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja.


(3)

(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan sebuah organisasi perusahaan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor penting, yaitu faktor keuangan, manajemen dan sumber daya manusia (tenaga kerja/karyawan). Dari ketiga faktor tersebut sumber daya manusia adalah faktor yang paling menentukan aktivitas perusahaan. Usaha dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yaitu kelangsungan hidup dan perolehan keuntungan, maka diperlukan manajemen terhadap sumber daya manusia secara baik dan hal ini tidak terlepas pula dari memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang bersama-sama faktor produksi lainnya seperti bahan baku, mesin dan teknologi, diubah melalui proses manajemen menjadi suatu keluaran (output) berupa barang dan jasa (Hasibuan, 2002: 4).

Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi perusahaan, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan perusahaan. Tujuan tidak mungkin akan terwujud tanpa peran aktif karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggih. Alat- alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi perusahaan, jika peran aktif karyawan tidak diikutsertakan.


(5)

Menurut Handoko (1995: 5) manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi. Perusahaan dituntut untuk memperhatikan sumber daya manusianya yaitu tenaga kerja agar tercapai produktivitas yang tinggi. Tenaga kerja yang berkualitas sangat dibutuhkan seiring dengan perkembangan teknologi dan kegiatan perusahaan.

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui (Wibowo, 2002: 440). Kecelakaan kerja dapat menurunkan produktivitas dan merugikan tenaga kerja dan perusahaan. Dengan demikian perusahaan perlu memberikan perhatian terhadap tingkat keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Timbulnya kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia yang melakukan perbuatan yang menyimpang dari tata cara atau prosedur yang aman. Misalnya pada saat bekerja karyawan tidak menggunakan masker, sarung tangan dan alat pengaman lainnya yang telah disediakan oleh perusahaan sehingga dapat membahayakan diri sendiri atau lingkungannya. Menurut Suma’mur (1998: 1) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda serta gangguan lingkungan.


(6)

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Suma’mur (1998: 1) adalah: 1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. 4. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

5. Membantu tenaga kerja dalam penyesuaian diri terhadap pekerjaan.

6. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang mungkin timbul akibat pekerjaan atau lingkungan kerja.

7. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik tenaga kerja.

Produktivitas kerja karyawan merupakan faktor utama bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada peningkatan produktivitas kerja karyawan, antara lain: keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja. Dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Penyelenggaraan program kesehatan kerja sangat menguntungkan bagi suatu perusahaan karena tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas seoptimal mungkin. Dengan meningkatnya status kesehatan yang seoptimal mungkin bagi setiap pekerja tentu akan


(7)

berpengaruh terhadap meningkatnya produktivitas kerja karyawan karena akan mengurangi tingkat absensi sehingga tujuan dari perusahaan dapat tercapai.

PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan pabrik penggilingan, pengantongan semen, serta pemasaran semen. Dalam kegiatan usahanya PT Semen Baturaja mempekerjakan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak. Untuk itu perusahaan diharapkan dapat menciptakan suasana yang aman bagi tenaga kerja, semua kegiatan yang ada dalam perusahaan harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Perusahaan yang kurang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja akan menanggung biaya-biaya yang besar sehingga tidak efisien dan akan sulit untuk bersaing dengan perusahaan lain. Para pimpinan perusahaan biasanya hanya menghitung kerugian yang terjadi tanpa memperhitungkan kehilangan keuntungan potensial yang akan diperoleh jika kecelakaan kerja tidak dapat dihindari.

Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kebutuhan perusahaan maupun tenaga kerja, bukan hanya sebagai faktor pelengkap program yang lain. Untuk itu diperlukan adanya kesiapan semua pihak agar dapat mengantisipasi segala masalah yang akan terjadi, terutama masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan sasaran efisiensi dan produktivitas kerja demi kesejahteraan tenaga kerja atau karyawan. PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Penerapan program K3 di PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang diawali oleh Panitia Pembina Keselamatan dan


(8)

Kesehatan Kerja (P2K3) yang dibentuk oleh Direksi dan Panitia Pembina K3 dengan tujuan untuk meniadakan atau meminimalkan adanya kecelakaan kerja. Namun dalam pelaksanaan penerapan program K3 tersebut perusahaan sering menghadapi masalah yang diakibatkan kurangnya kesadaran karyawan dalam menaati peraturan K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Peraturan-peraturan wajib PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah:

1. Perusahaan wajib untuk melaksanakan syarat-syarat K3 untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan karyawan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Perusahaan menyelenggarakan pembinaan karyawan untuk K3 serta membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). 3. Karyawan wajib mengikuti, menaati segala bentuk peraturan, ketentuan dan

prosedur seperti tanda/rambu atau tulisan yang berkaitan dengan norma K3. 4. Karyawan wajib memakai dan memelihara alat-alat atau perlengkapan

keselamatan kerja dengan baik dan teliti serta memelihara lingkungan kerja yang aman.

5. Karyawan wajib segera melaporkan kepada atasan atau petugas lainnya, bila terdapat sumber bahaya atau kejadian kecelakaan.

6. Karyawan wajib melaksanakan program keselamatan kerja dengan penuh rasa tanggung jawab.

7. Pemberian alat-alat keselamatan kerja diatur dalam peraturan pelaksanaan dengan keputusan Direksi.


(9)

Adanya peraturan-peraturan tentang K3 dan penerapan program K3 oleh perusahaan diharapkan agar setiap karyawan mau bekerja dengan giat sesuai dengan harapan perusahaan yang didorong oleh adanya jaminan rasa aman dan selamat yang dapat memotivasi semangat kerja karyawan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas kerja. Seiring dengan makin berkembangnya perusahaan, masalah-masalah yang dihadapi dalam keselamatan dan kesehatan kerja juga semakin meningkat. Hal ini menyebabkan perusahaan terus menyempurnakan program yang telah ada dan menambah program-program baru yang sesuai dengan kebutuhan.

Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam program keselamatan dan kesehatan kerja pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang adalah:

1. Menyediakan alat pelindung diri kepada karyawan, seperti sepatu, helm, sarung tangan, kacamata dan lain-lain.

2. Memberikan petunjuk tentang cara kerja yang benar, aman dan sehat kepada karyawan dalam melakukan pekerjaannya.

3. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kondisi lingkungan kerja serta pemeriksaan kondisi pabrik dan mesin-mesin yang digunakan secara berkala.

4. Memasang Safety Poster atau gambar keselamatan kerja di tempat-tempat kerja yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan karyawan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan.

5. Memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan kepada karyawan yang mendapat gangguan kesehatan saat bekerja dengan menyediakan klinik kesehatan.


(10)

6. Memberikan jaminan keselamatan kepada karyawan dengan mengasuransikan karyawan dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja (jamsostek).

7. Mengadakan pelatihan-pelatihan secara berkala kepada karyawan, seperti pelatihan pemadaman kebakaran, pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan lain-lain.

Daftar jumlah karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Daftar Jumlah Karyawan bagian produksi Kerja PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2008 - 2009

Sumber : Bagian Personalia PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Bandar Lampung 2009

Tabel 1 memperlihatkan bahwa jumlah karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang dari tahun 2008-2009 mengalami penurunan. PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang mengadakan pengurangan pegawai bagi karyawan yang dianggap kurang produktif karena tenaga kerja yang berkualitas sangat dibutuhkan sejalan dengan perkembangan teknologi dan tuntutan kegiatan perusahaan yang efektif dan efisien. Dalam penelitian ini, penulis hanya menitikberatkan pada pelaksanaan program untuk pekerja bagian produksi saja karena dalam aktifitas kerja pekerja bagian produksi berhubungan langsung dengan mesin-mesin yang merupakan sumber paling dominan sebagai

No. Bagian Produksi Tahun

2008 2009

1 Bagian Produksi

a. Pembongkaran Terak

b. Penggilingan

c. Pengantongan

d. Pengendalian Proses

1 5 9 6 3 1 4 8 5 4


(11)

penyebab kecelakaan kerja disamping manusia. PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang dalam melaksanakan keaktifan kerja, melengkapi pekerjaannya dengan fasilitas perlengkapan kesehatan dan keselamatan kerja dan fasilitas-fasilitas lainnya yang dapat menunjang keamanan, ketenangan dan kesehatan kerja bagi karyawannya. Selain itu para pekerja juga mendapatkan jaminan sosial yang berupa Jaminan Sosial Tenaga Kerja (jamsostek) dan juga perusahaan menyediakan anggaran khusus untuk para pekerja. Besarnya premi yang harus dibayar berdasarkan presentase dengan perincian sebagai berikut (PP No.28/2002):

1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar 0,89 % untuk Jamsostek.

2. Jaminan Hari Tua (JHT), untuk Jaminan Hari Tua premi yang dibebankan kepada perusahaan sebesar 3,70 % dan yang dibebankan kepada karyawan sebesar 2 % yang dipotong dari gaji.

3. Jaminan Kematian (JK) sebesar 0,30 % dari gaji netto.

Sifat kecelakaan kerja terbagi atas (Silalahi dan Silalahi, 1998: 155): 1. FATAL, apabila kecelakaan kerja menyebabkan kematian

2. BERAT, apabila kecelakaan kerja mengakibatkan cacat, atau harus dirawat di Rumah Sakit.

3. RINGAN, apabila kecelakaan tersebut daat diobati sendiri atau ditangani oleh petugas kesehatan pada perusahaan.

Faktor manusia dalam kecelakaan kerja dapat terjadi karena pengetahuan dan keterampilan yang tidak sesuai dengan pekerjaannya. Keadaan fisik dan mental yang kurang siap untuk melaksanakan tugas-tugasnya, tingkah laku dan kebiasaan


(12)

yang ceroboh dari pekerja dan kurangnya pengawasan dari pimpinan perusahaan, sedangkan kecelakaan kerja yang terjadi kerena unsur kondisi kerja atau keadaan lingkungan yang tidak aman, terjadi karena mesin, alat-alat dan bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat, sifat pekerjaan yang kurang sesuai dengan karyawan yang ditugaskan, cara kerja yang tidak mengikuti ketentuan yang ada.

Tabel 2. Jumlah Kecelakaan Kerja Karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2008 – 2009 (orang)

Sumber: Bagian P2K3 PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2009

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat penurunan tingkat kecelakaan karena PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang sudah lebih memperhatikan dan meningkatkan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi karyawan.

Tabel 3. Data Absensi Karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2008-2009

Tahun Jumlah Karyawan

(orang)

Jumlah Karyawan Sakit (per tahun)

2008 24 9

2009 22 5

Sumber: Bagian Personalia PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2009

Ketidakhadiran karyawan yang tinggi terjadi pada tahun 2008 sedangkan pada tahun 2009 ketidakhadiran karyawan mengalami penurunan. Tingkat ketidak hadiran yang tinggi tentunya mempengaruhi penyelesaian pekerjaan yang diberikan perusahaan yang pada akhirnya menyebabkan produktivitas kerja

Sifat Kecelakaan Tahun

2008 2009

FATAL - -

BERAT 1 -

RINGAN 3 1


(13)

karyawan menjadi rendah. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kebutuhan perusahaan maupun tenaga kerja, bukan hanya sebagai faktor pelengkap program yang lain. Untuk itu diperlukan adanya kesiapan semua pihak agar dapat mengantisipasi segala masalah yang akan terjadi terutama masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan sasaran efisiensi dan produktivitas kerja demi kesejahteraan tenaga kerja atau karyawan. Bagaimana pengaruh antara program keselamatan dan kesehatan kerja di dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan tersebut membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang program keselamatan dan kesehatan kerja pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang dengan judul “Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Produktivitas Kerja (Studi pada karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang)”.

B. Permasalahan

Peningkatan produktivitas kerja karyawan merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam menjalankan usahanya. Masalah yang dihadapi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang adalah kecelakaan kerja yang tinggi yang terjadi pada tahun 2008 meskipun perusahaan telah melakukan upaya pencegahan kecelakaan dengan melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu absensi karyawan pada tahun 2008 cukup tinggi yaitu sebanyak 15 orang yang tidak bisa masuk kerja yang berakibat pada menurunnya tingkat produktivitas kerja karyawan. Berdasarkan kondisi tersebut maka


(14)

permasalahan yang dapat dirumuskan adalah ”Seberapa besar pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang.

D. Kegunaan Penelitian

Ada beberapa kegunaan dalam penulisan skripsi ini: 1. Aspek Teoritis

Secara teoritis menambah dan memperluas pengetahuan dan wawasan dalam bidang kajian tentang Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan tentang Produktivitas Kerja Karyawan bagian Produksi di PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang.

2. Aspek Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan berguna bagi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang dalam memaksimalkan program keselamatan dan kesehatan kerja.


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja pada saat ini semakin dikenal oleh masyarakat luas terutama di perusahaan-perusahaan yang jumlah dan jenisnya semakin berkembang. Hal ini disebabkan karena para pimpinan perusahaan semakin menyadari pentingnya program keselamatan dan kesehatan kerja dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan produktivitas kerja karyawan. Program keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting bagi karyawan, karena membantu terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik, sehingga mereka menyadari arti penting dari pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi dirinya maupun perusahaan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1991: 891) kata selamat dapat diartikan terhindar dari bencana, aman sentosa, sejahtera, tidak kurang dari suatu apapun, sehat, tidak mendapat gangguan, dan kerusakan. Sedangkan kata sehat menurut kamus besar bahasa Indonesia (1991: 891) dapat diartikan keadaan baik seluruh


(16)

badan serta bagian-bagiannya (bebas dari rasa sakit). Dari pengertian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda serta gangguan lingkungan.

2. Pengertian Kecelakaan Kerja

Menurut Wibowo (2002: 440) kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

a. Penyebab Kecelakaan Kerja

menurut departemen kesehatan dalam situsnya penyebab kecelakaan kerja dapat diibagi ke dalam 2 kelompok yaitu:

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari: a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain

b. Lingkungan kerja c. Proses kerja d. Sifat pekerjaan e. Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan bahaya dari manusia yang dapat terjadi antara lain karena:


(17)

b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)

c. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik b. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Usaha pencegahan kecelakaan kerja sangat penting untuk menghindari kerugian yang lebih besar, karena harus menanggung biaya kecelakaan. Usaha pencegahan kecelakaan kerja ini disamping menghemat biaya pengobatan danperawatan juga kerugian akibat absennya karyawan serta perputaran karyawan. Suma’mur (1998: 11) menguraikan bahwa kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peraturan dan perundang-undangan

2. Standarisasi resmi tentang keselamatan kerja

3. Pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan dan perundang-undangan 4. Penelitian bersifat teknik tentang sumber dan pencegahan bahaya

kecelakaan kerja

5. Riset medis tentang lingkungan dan bahaya perusahaan 6. Penelitian psikologis terhadap karyawan

7. Penelitian secara statistik mengenai jenis kecelakaan kerja 8. Pendidikan yang menyangkut keselamatan kerja

9. Latihan-latihan bagi karyawan dan pengawas kecelakaan kerja 10. Penggairahan untuk menimbulkan sikap untuk selamat


(18)

3. Syarat-Syarat Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Syarat-syarat tentang keselamatan dan kesehatan kerja menurut Silalahi dan Silalahi (1998: 196) adalah untuk:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan 2. Memberi pertolongan pada kecelakaan

3. Memberikan kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

4. Memberikan alat-alat perlindungan diri

5. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan

6. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

7. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja

8. Menyesuaikan dan menyempurnakan pada pekerja yang berbahaya kecelakaannya menjadi tambah tinggi.

Syarat-syarat tentang keselamatan dan kesehatan kerja ini dibuat agar pekerjaan lebih bersifat manusiawi, pekerja dapat bekerja dengan aman dan menjaga agar proses produksi tetap berjalan secara aman, lancar dan efisien dengan berkurangnya hari kerja yang hilang.


(19)

4. Aspek-Aspek dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Anoraga (2005: 76) mengemukakan aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi:

1. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam beraktifitas melakukan pekerjaan. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, seerti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.

2. Alat kerja dan bahan

Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang.

3. Cara melakukan pekerjaan

Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara mengoperasionalkan mesin.

Menurut Budiono (2003: 99), faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) antara lain:

1. Beban kerja

Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.


(20)

2. Kapasitas kerja

Kapasitas kerja yng banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.

3. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik maupun psikososial.

5. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan perusahaan dalam rangka melindungi keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya dari berbagai ancaman kecelakaan kerja dan penyakit-penyakit akibat kerja. Pelaksanaan program ini dapat dilakukan sendiri oleh perusahaan atau dengan bantuan instansi-instansi diluar perusahaan yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja menurut Handoko (1995: 141) dapat dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu:

1. Membuat kondisi kerja aman

2. Melakukan kegiatan pencegahan kecelakaan

3. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat, secara tidak langsung akan mempertahankan dan meningkatkan produktivitas.

Program keselamatan kerja ditekankan pada upaya pencegahan kecelakaan dan penanggulangan terhadap dampak-dampak buruk yang ditimbulkan oleh kecelakaan kerja tersebut. Setiap program keselamatan kerja dapat terdiri dari


(21)

salah satu atau lebih elemen-elemen berikut ini (Ranupandojo dan Husnan, 2000: 263):

1. Didukung oleh manajemen puncak 2. Menunjuk seorang direktur keselamatan

3. Pembuatan pabrik dan operasi yang bertindak secara benar 4. Mendidik para karyawan untuk bertindak secara aman 5. Menganalisa kecelakaan

6. Menyelenggarakan perlombaan keamanan atau keselamatan kerja 7. Menjalankan peraturan-peraturan untuk keselamatan

Program kesehatan kerja yang dilaksanakan perusahaan dapat berupa program kesehatan fisik dan program kesehatan mental. Program kesehatan fisik yang dilaksanakan oleh perusahaan sebaiknya terdiri dari salah satu atau lebih elemen-elemen berikut ini (Ranupandojo dan Husnan, 2000: 163):

1. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima bekerja 2. Pemeriksaan keseluruhan para karyawan kunci (key personal)

3. Pemeriksaan kesehatan secara sukarela untuk semua karyawan secara periodik 4. Tersedianya peralatan dan staf medis yang cukup

5. Pemberian perhatian yang sistematis dan preventif terhadap masalah ketegangan industri (industrial stresses)

6. Pemeriksaan yang sistematis dan periodik terhadap persyaratan-persyaratan sanitasi yang baik


(22)

Perusahaan dapat melaksanakan program kesehatan mental untuk memelihara dan meningkatkan kondisi mental karyawan sehingga mereka dapat bekerja dengan baik. Menurut Tulus (1995: 160) program kesehatan mental dapat dilakukan dengan cara:

1. Menyediakan psikiatris untuk konsultasi

2. Bekerja sama dengan psikiatris diluar perusahaan atau lembaga konsultasi 3. Mendidik karyawan akan arti penting kesehatan mental

4. Mengembangkan dan memelihara program-program human relation.

Menurut Silalahi dan Silalahi (1998: 55) secara ekonomis pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja yang telah memperhatikan syarat-syarat yang ada, akan membawa beberapa keuntungan yaitu:

1. Meningkatkan produktivitas kerja sebagai hasil peningkatan fisik dan kesejahteraan karyawan

2. Memelihara dan meningkatkan efisiensi kerja dengan mencegah kehilangan jam kerja karena kerusakan mesin, terjadinya kecelakaan dan sakit

3. Memelihara kontinuitas usaha dengan menerapkan pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja, pencegahan kecelakaan termasuk peledakan dan kebakaran yang dapat mengakibatkan kerugian dan musnahnya investasi 4. Memelihara dan meningkatkan efisiensi kerja dengan mencegah kehilangan

jam kerja karena pemogokan dan pemutusan hubungan kerja

5. Menurunkan biaya pengobatan karena penyakit dan kecelakaan, ganti rugi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta biaya kematian atas tewasnya tenaga kerja yang mendapat kecelakaan.


(23)

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.02/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja yang dimaksud Pelayanan Kesehatan Kerja adalah usaha kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja. 2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari

pekerjaan atau lingkungan kerja.

3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja.

4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitas bagi tenaga kerja yang menderita sakit.

6. Jaminan Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan hak pekerja yang dilindungi dan diatur dalam undang-undang. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya arti keselamatan dan kesehatan kerja dalam meningkatkan mutu kerja karyawan juga dalam memenuhi hak pekerja akan keselamatan dirinya. Jaminan terhadap tenaga kerja diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Jaminan Sosial Tenaga Kerja mempunyai beberapa aspek antara lain:

1. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya.

2. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja.


(24)

Adapun ruang lingkup yang diatur Undang-Undang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Besarnya jaminan kecelakaan kerja menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.04/MEN/1993 adalah sebagai berikut:

1. Santunan sementara tidak mampu bekerja selama 4 bulan pertama sebesar 100% gaji atau upah sebulan, 4 bulan kedua 75% upah sebulan dan bulan seterusnya 50% upah sebulan.

2. Santunan cacat

1. Cacat sebagian untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus dengan besarnya % sesuai tabel santunan cacat x 60 bulan upah.

2. Cacat total untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus sebesar 70% x 60 bulan upah.

3. Cacat kekurangan fungsi x % sesuai tabel x 60 bulan upah. 3. Santunan kematian dibayarkan secara sekaligus:

1. Santunan sekaligus sebesar 60% x 60 bulan upah sekurang-kurangnya sebesar jaminan kematian.

2. Biaya pemakaman sebesar Rp 200.000,-

7. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Suma’mur (1998: 1) adalah: 1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.


(25)

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. 4. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

5. Membantu tenaga kerja dalam penyesuaian diri terhadap pekerjaan.

6. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang mungkin timbul akibat pekerjaan atau lingkungan kerja.

7. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik tenaga kerja.

Sedangkan menurut Schuler (1999: 224) tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah:

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang

2. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen 3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim

5. Fleksibelitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan


(26)

B. Konsep tentang Produktivitas

1. Pengertian Produktivitas

Produktivitas secara filosofis merupakan pandangan yang selalu meningkatkan mutu kehidupan. Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi harus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja. Menurut Mulyono (2004: 3) menyatakan bahwa produktivitas kerja adalah usaha dari setiap manusia untuk selalu meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupannya.

Menurut Sedarmayanti (2001: 71-72) menyatakan bahwa ada 6 faktor utama yang menentukan produktivitas kerja yaitu:

1. Sikap kerja

Seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim.

2. Tingkat keterampilan

Ditentukan oleh pendidikan, latihan, manajemen dan supervisi.

3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi atau perusahaan

Tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu dan panitia mengenai kerja unggul.

4. Manajemen produktivitas

Manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.


(27)

5. Efisiensi tenaga kerja

Perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas. 6. Kewiraswastaan

Tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha.

2. Pentingnya Produktivitas

Produktivitas tenaga kerja secara tidak langsung berkaitan dengan biaya-biaya, menurunnya produktivitas akan menimbulkan penurunan jumlah produksi. Selain itu dalam produk dan jasa menurunnya produktivitas akan meningkatkan biaya terhadap kebutuhan jam tersebut. Seperti dikatakan oleh Buffa (1996: 4) sebab-sebab naiknya biaya-biaya dalam produksi jasa sangat komplek, tetapi ada kesepakatan umum yang menyatakan bahwa sebab utamanya adalah karena produktivitas di sektor jasa tidak banyak meningkat seperti halnya dalam sektor manufaktur.

Karena itu penting bagi perusahaan untuk memperhatikan dan memperhitungkan produktivitas tenaga kerjanya, agar dalam proses produksi dapat efiesien dalam penggunaan sumber-sumber daya. Perhatian terhadap produktivitas ini bukan saja dimiliki oleh perusahaan yang mengejar keuntungan saja, tetapi juga perhatian ini dimiliki oleh organisasi-organisasi non laba yang menjual jasa pelayanan kepada masyarakat dan juga pemerintah yang bertanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakatnya.


(28)

Pada negara-negara berkembang, berkaitan dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja maka pada Konferensi Menteri-Menteri Tenaga Kerja se-Asia tahun 1976 ditegaskan bahwa produktivitas akan meningkat jika direfleksikan oleh upah dan daya beli yang meningkat yang memacu permintaan efektif dalam memberikan sumbangan bagi perusahaan untuk kemudian meningkatkan kesempatan dan produktivitas (Sinungan, 2003: 6).

3. Pengukuran Produktivitas

Secara umum produktivas diartikan sebagai efisiensi dari penggunaan sumber daya untuk menghasilkan keluaran. Sedangkan ukuran produktivitas pada umumnya adalah rasio yang berhubungan dengan keluaran (barang dan jasa) terhadap satu atau lebih dari masukan (tenaga kerja, modal, energi dan sebagainya) yang menghasilkan keluaran tersebut. Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik per orang atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari sudut pengawasan harian. Pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, karena adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda oleh karena itu digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun) karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan suatu indeks yang sangat sederhana:

Hasil dalam jam standar


(29)

Masukan pada ukuran produktivitas, perusahaan dapat menggunakan dua jenis ukuran kerja, manusia yaitu jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam kerja yang harus digunakan untuk bekerja. Jam-jam kerja yang harus dibayar meliputi semua jam kerja yang harus dibayar ditambah jam-jam yang tidak digunakan untuk bekerja namun harus dibayar, misalnya cuti, sakit maupun tugas luar kota.

Pengukuran produktivitas digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Dengan pemberitahuan awal, instalasi medan pelaksanaan suatu sistem pengukuran akan meninggikan kesadaran pegawai dan minatnya pada tingkat dan rangkaian produktivitas. Notoatmodjo (2003: 120) mengungkapkan bahwa penilaian terhadap suatu kegiatan organisasi dapat didasarkan pada produktivitas kerjanya. Dimana untuk mengukur produktivitas dapat menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Peningkatan prestasi kerja

2. Penurunan absensi pegawai 3. Penurunan rotasi kerja

4. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan

Program keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak berjalan dengan baik di suatu perusahaan akan menyebabkan tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Akibat terjadinya kecelakaan itu banyak pihak yang mengalami kerugian disamping kerugian langsung yaitu korban itu sendiri dan banyaknya waktu yang hilang dari ketua kelompok dan pimpinan atau tenaga kerja yang lain karena harus menolong korban. Disamping itu banyak biaya yang timbul karena perusahaan harus


(30)

membiayai seluruh perawatan korban, perusahaan juga harus mengganti atau memperbaiki peralatan yang rusak. Semua waktu yang hilang karena kecelakaan tersebut menambah waktu yang diperlukan untuk menghasilkan barang karenanya berarti pengurangan produktivitas. Bila usaha keselamatan kerja dilaksanakan dengan baik maka selain dapat menurunkan tingkat kecelakaan juga akan meningkatkan efiensi maupun produktivitas.

Menurut Suma’mur (1998: 4) keselamatan dan kesehatan kerja dapat berhubungan terhadap produksi dan produktivitas kerja atas dasar:

1. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangkan atau ditekan sekecil-kecilnya sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.

2. Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.

3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang mendukung kenyamanan dan kegairahan kerja, sehingga faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi pula.

4. Praktek keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan keterampilan, keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi kelangsungan proses produksi.

5. Keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan ketenangan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi kelancaran produksi.


(31)

C. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Melihat masalah dan judul penelitian yang akan diteliti, maka perlu adanya melakukan pemaparan tentang penelitian terdahulu untuk mengungkapkan fenomena yang sama dalam sudut pandang yang berbeda sehingga diharapkan dapat memperkaya pengetahuan.

1. Christianti pada tahun 2006 dengan mengambil judul “Pengaruh Pelaksanaan

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas

Kerja Karyawan pada Perum Damri di Bandar Lampung”. Dalam

penelitiannya bahwa pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) karyawan berpengaruh secara positif terhadap produktivitas kerja karyawan bagian operasi pada perusahaan umum (Perum) Damri di Bandar Lampung sehingga hipotesis yang diajukan terbukti kebenarannya dan dapat diterima.

2. Masniari pada tahun 2006 dengan mengambil judul “Pengaruh Program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja

Karyawan pada PT Great Giant Pineapple di Lampung Tengah”. Dalam

penelitiannya bahwa ada pengaruh yang positif antara pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan perhitungan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dimana t hitung lebih besar dari t tabel atau 3,771 > 1,658 maka Ho ditolak dan Ha diterima. 3. Yuis (2009) dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan” Hasil uji parsial keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki pengaruh positif (7,873) dan


(32)

lebih dominan dibandingkan dengan lingkungan kerja yang memiliki pengaruh positif (5,329) terhadap produktivitas kerja karyawan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja berpengaruh highly significant terhadap produktivitas kerja karyawan dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berhubungan sedang dengan peranan pimpinan.

4. Sulistyarini (2006) dengan mengambil judul “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada CV Sahabat di Klaten”. Variabel program keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh secara individual terhadap produktivitas kerja karyawan. Nilai t hitung untuk program keselamatan kerja (X1) 2,102 > t tabel 2,048 maka Ho ditolak, berarti keselamatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Nilai t hitung untuk program kesehatan kerja (X2) 2,494 > t tabel 2,048 maka Ho ditolak, berarti kesehatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS 10.01 dapat diketahui nilai kesehatan kerja sebesar 2,494 adalah lebih besar dari keselamatan kerja yaitu 2,102 maka dapat dikatakan bahwa kesehatan kerja (X2) memiliki pengaruh yang paling besar.


(33)

D. Kerangka Pemikiran

Karyawan merupakan sumber utama dalam menjalankan perusahaan faktor modal, produksi, peralatan tidak dapat digunakan secara efektif dan efisien jika tidak dijalankan oleh manusia (karyawan). Seorang karyawan tidak dapat bekerja secara maksimal, apabila keselamatan dan kesehatan kerjanya tidak terjamin, oleh karena itu para karyawan dan perusahaan perlu memperhatikan kondisi fisik dan mental melalui program keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dalam prakteknya tidak dapat dipisahkan dari keterampilan dan keseriusan, keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur pokok kelangsungan proses produksi itu sendiri, sedangkan hubungannya dengan produktivitas kerja karyawan di mana bila program keselamatan dan kesehatan kerja itu telah dilaksanakan dengan baik ada kecenderungan produktivitas kerja karyawan akan meningkat yang nantinya akan membawa iklim keamanan dan ketenangan dalam bekerja. Semuanya itu tidak terlepas dan partisipasi, pengusaha dengan para karyawannya, agar nantinya usaha suatu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan dapat direalisasikan sesuai dengan maksud dan tujuan utama perusahaan tersebut.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Produktivitas Kerja (Y)

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


(34)

E. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Keselamatan dan kesehatan kerja tidak berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja karyawan.

Ha : Keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja karyawan.


(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian

eksplanatory. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997: 5), penelitian eksplanatory

merupakan tipe penelitian yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel-veriabelnya adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi segala seseuatu gejala. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel bebas adalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang akan dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel terikat adalah produktivitas kerja.


(36)

C. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersenut di lapangan (Singarimbun dan Efendi 1997: 21).

Definisi konseptual dari penelitian ini adalah:

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda serta gangguan lingkungan. 2. Produktivitas Kerja adalah usaha dari setiap manusia untuk selalu

meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupannya.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2005: 126). Adapun yang menjadi definisi operasional penelitian ini adalah:


(37)

Tabel 4. Definisi Operasional

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (X)

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, dan gangguan lingkungan.

a. Tersedianya Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm, masker debu dan masker gas, sarung tangan, sepatu pengaman, safety belt, dan tutup telinga. b. Memasang

poster-poster tentang keselamatan dan kesehatan kerja c. Adanya penyuluhan

tentang program keselamatan dan kesehatan kerja d. Terdapat dana khusus

perusahaan untuk jaminan kesehatan dan adanya jamsostek untuk karyawan e. Terdapat general check

up untuk karyawan f. Terdapat alat pemadam

kebakaran g. Terdapat ventilasi

udara di tempat kerja h. Terdapat klinik

pengobatan dan kantin i. Lingkungan sekitar

perusahaan nyaman dan bersih

j. Tempat kerja telah memenuhi standar keamanan

k. Perusahaan jauh dari kebisingan Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval


(38)

Produktivitas Kerja (Y) Produktivitas kerja adalah usaha dari setiap manusia untuk selalu

meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupannya.

a. Hasil kerja berupa kuantitas kerja, laporan hasil kerja dan

ketepatan laporan kerja b. Pekerjaan sesuai

dengan target yang telah ditetapkan. c. Peningkatan prestasi

kerja

d. Kehadiran dan ketepatan waktu kerja e. Mutu kerja yang

berupa ketelitian, kesesuaian dan kerapihan hasil kerja. f. Tanggung jawab

karyawan terhadap tugasnya

g. Penyelesaian pekerjaan sesuai waktu yang ditentukan Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2007: 72) mengatakan bahwa populasi wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah karyawan bagian produksi pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang, yang berjumlah 22 orang. Jika dilihat dari populasi yang ada, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.


(39)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 22 orang dan teknik pengambilan sampelnya adalah menggunakan sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus,dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2007: 78).

F. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang mendukung penelitian ini diperoleh dengan cara: 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dilapangan melalui pihak perusahaan dan orang-orang yang dianggap berkepentingan dan mempunyai pengetahuan mengenai ruang lingkup perusahaan dengan menyebarkan daftar kuesioner kepada karyawan bagian produksi pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung diberikan dari sumber data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen yang ada. Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumentasi, kepustakaan serta pengamatan yang berkaitan dengan penelitian ini pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang.


(40)

G. Teknik Pengolahan Data

Ada beberapa tahap pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Editing

Pengeditan merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang diperlukan terhadap data penelitian untuk memudahkan proses pemberian kode dan pemprosesan data dan karakteristik. Pengeditan data bertujuan untuk menjamin kelengkapan, konsistensi dan kesiapan data penelitian dalam proses analisis.

2. Pemberian Kode (Coding)

Pemberian kode merupakan proses identifikasi dan klasifikasi data penelitian ke dalam skor numerik atau karakter simbol. Teknis pemberian kode dapat dilakukan sebelum atau sesudah pengisian kuesioner. Proses pemberian kode akan memudahkan dan meningkatkan efisiensi proses data entry komputer. 3. Tabulasi

Tahap pemasukan data yang telah di kategorikan dengan skor ke dalam tabel, sehingga dapat dihitung dengan jelas dan tetap. Tahap tabulasi ini akan menentukan dalam perhitungan.


(41)

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. (Sugiyono, 2003: 21).

2. Analisis Statistik Inferensial a. Pengujian Validitas Instrumen

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur cukup akurat stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total adalah menggunakan rumus Product Moment Co-efficient of Correlation yang rumusnya sebagai berikut:

xy

r =



   2 2 2 2 Yi Yi n Xi Xi n Yi Xi XiYi n

Sumber: (Supranto, 2003: 153).

Keterangan:

rxy = Koefisien Korelasi antara Xi dan Yi

Xi =  Skor dari masing-masing variabel (faktor yang mempengaruhi)

Yi =  Skor dari seluruh variabel (skor total)


(42)

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika r hitung > r tabel, maka kuisioner valid 2. Jika r hitung < r tabel, maka kuisioner tidak valid

b. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Menurut Singarimbun (1997: 140) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat ukur. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Untuk mencari reabilitas keseluruhan item adalah dengan mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya dalam rumus Koefisien

Alfa (CronBach) sebagai berikut:

Rumus Koefisien Alfa (CronBach)

             

2

2 1 1 t i k k   

Keterangan (Arikunto, 1998: 93):

 = Nilai reliabilitas instrumen k = Jumlah item pernyataan

2

i

 = Nilai varians masing-masing item pernyataan

2

t


(43)

Selanjutnya indeks reliabilitas diinterpretasikan dengan menggunakan tabel interpretasi r untuk menyimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan cukup atau tidak reliabel. Nilai interpretasi reliabillitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Interpretasi Nilai r

Besarnya Nilai Interpretasi Antara 0,800 – 1,00

Antara 0,600 – 0,800 Antara 0,400 – 0,600 Antara 0,200 – 0,400 Antara 0,000 – 0,200

Sangat Kuat Kuat

Sedang Rendah

Sangat Rendah Sugiyono (2007: 183)

c. Analisis Regresi Linier Sederhana

Untuk menguji hipotesis pertama secara parsial menggunakan uji statistik t dengan model regresi linier sederhana, yaitu:

Keterangan:

Y produktivitas kerja

X keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

a intercept

b koefisien regresi

e error term et bx a


(44)

d. Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi kriteria ekometrik dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang diperlukan.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Gujarati, 2003: 102). Untuk mengujinya akan digunakan alat uji normalitas, yaitu dengan melihat

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Dasar pengambilan keputusan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual adalah:

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dan garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Santoso, 2000: 214).

2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi yaitu terjadinya korelasi (hubungan) diantara anggota-anggota sampel pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah di setiap model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari


(45)

autokorelasi. Untuk mengetahui apakah terjadi atau tidak terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi, digunakan Durbin-Watson test dengan angka signifikan pada 0,05. Jika nilai DW terletak diantara du dan 4-du (du<DW>4-du), maka autokorelasi sama dengan nol dan dapat diartikan tidak ada autokorelasi (Gujarati, 2003: 420). Nilai du merupakan batas atas data yang diperoleh dari tabel DW statistik yang terletak pada perpotongan antara baris yang menunjukkan jumlah pengamatan dengan kolom yang memuat jumlah variabel bebas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Untuk mengetahui apakah terjadi atau tidak terjadi heteroskedastisitas dalam suatu model regresi yaitu dengan melihat grafik

scatterplot (Santoso, 2000: 210). Dasar pengambilan keputusannya adalah: a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk

suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang), maka telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(46)

e. Uji Parameter Regresi

1. Uji t

Uji signifikansi dilakukan dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisis (α) 5% yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan signifikansi dari masing-masing maupun semua variabel independen secara bersamaan terhadap variabel dependen. Untuk melihat makna signifikansi pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan maka hasil korelasi tersebut kemudian diuji melalui uji t dengan rumus sebagai berikut:

 

2 2

1 2

r n r t

  

Dimana: t = Nilai t

r = Nilai koefisien korelasi product moment

n = Jumlah sampel

Dari hasil uji t dapat diketahui makna signifikansi nilai korelasi product moment

sebagai berikut:

1. Jika nilai t hit > nilai t tab maka ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel X dan variabel Y.

2. Jika nilai t hit < nilai t tab maka tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel X dan varuabel Y.


(47)

2. Uji R2

Langkah awal yang ditemukan pada analisis regresi adalah koefisien korelasi yang menunjukkan korelasi/ hubungan antara variabel dependen dengan variabel independennya. Interpretasi dari nilai koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 7 di atas. Uji R2 (koefisien determinasi) digunakan untuk menunjukkan besarnya kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen (Nurgiyantoro, 2000: 264). R2 dapat dirumuskan sebagai berikut:

 1 1 22 2

2

y

y x b y x b R


(48)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT Semen Baturaja (Persero)

1. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan

PT Semen Baturaja (Persero), didirikan oleh PT Semen Padang (Persero) bersama dengan PT Semen Gresik (Persero), pada tanggal 14 November 1974 dengan status perusahaan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pembangunan pabrik itu sendiri dimulai 1978 sampai dengan 1981 oleh Kontraktor dari Jepang Ishikawajima Harima Heavy Industries Co Ltd. Produk percobaan dimulai pada bulan September 1980 sampai dengan April 1981 dan produk komersil diresmikan pada tanggal 29 April 1981 oleh Presiden RI, dengan kapasitas yang terpasang 250.000 ton pertahun kemudian meningkat menjadi kapasitas terpasang 450.000 ton pertahun dengan jenis produksi semen Portland (SII-0013), kemudian pada tanggal 17 Desember PT Semen Baturaja (Persero), berhasil mendapat ISO 9001.

Adapun pemegang saham terdiri dari : 1. Pemerintah Republik Indonesia 90% 2. PT Semen Padang (Persero) 4% 3. PT Semen Gresik (Persero) 6%


(49)

PT Semen Baturaja (Persero), menganut sistem manajemen Matrik karena jarak satu pabrik dengan yang lain serta kantor pusat berjauhan.

Lokasi pabrik PT Semen Baturaja (Persero): 1. Baturaja OKU:

Pembuatan Terak, Penggilingan dan Pengantongan 2. Kertapati Palembang:

Penggilingan Semen dan Pengantongan Semen 3. Panjang Bandar Lampung:

Penggilingan Semen, Pengantongan Semen, dan Pabrik Kantong, namun pada saat ini kebutuhan kantong semen dibeli dari perusahaan lain.

2. Pemasaran, Transportasi dan Keselamatan Kerja

a. Pemasaran

Wilayah pemasaran PT Semen Baturaja (Persero), meliputi: 1. Daerah Pemasaran Lampung:

a. Lampung Tengah, Lampung Selatan, Lampung Utara, Lampung Barat dan Bandar Lampung

b. Proyek-proyek APBN (Nasional) dan APBD (Daerah) c. Proyek-proyek Swasta lainnya

2. Daerah Pemasaran Sumatera Selatan yaitu Baturaja dan Linggau 3. Daerah Pemasaran Propinsi Bengkulu


(50)

5. Daerah Pemasaran Propinsi Riau

Sistem penjualan semen Baturaja di Bandar Lampung di pasarkan melalui distributor.

b. Transportasi

Transportasi adalah suatu alat sarana angkutan dari satu tempat ketempat yang lain. Transportasi pada perusahaan semen pabrik Panjang digunakan untuk pengangkutan bahan baku setengah jadi Terak (clinker) dan pengiriman barang (semen). PT Semen Baturaja (Persero), menggunakan dua alat transportasi yaitu:

1. Kereta Api adalah digunakan untuk mengangkut bahan baku Terak (clinker) dari pabrik Baturaja ke pabrik Palembang dan pabrik Panjang Bandar Lampung. Pada saat ini transportasi kereta api tidak dapat digunakan untuk pengangkutan bahan baku ke pabrik Panjang diganti dengan alat transportasi mobil truk.

2. Mobil Truk adalah alat transportasi yang digunakan untuk pengangkutan bahan baku dari pabrik Baturaja ke pabrik Panjang Bandar Lampung dan digunakan untuk pengiriman barang jadi.

c. Keselamatan Kerja

Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja dimasing-masing lokasi telah ditatar oleh Depnaker yang bertugas mengamankan alat dan personil selama bertugas, setiap personil yang bertugas dilapangan diwajibkan memakai alat pengaman antara lain:


(51)

2. Masker (penutup hidung dan mulut) 3. Ear Muff (penutup telinga)

4. Sarung Tangan 5. Sepatu Kerja

6. Kacamata Pengaman

Setiap karyawan yang bertugas langsung diberikan alat pengaman secara rutin untuk keselamatan serta kesehatan karyawan. Selain itu perusahaan juga menanggung biaya kesehatan keluarga karyawan.

3. Visi dan Misi Perusahaan

Adapun Visi Perusahaan sebagai berikut:

1. PT Semen Baturaja (Persero), sebagai pemasok utama semen di daerah Bandar Lampung dan mendukung tersedianya pasokan semen dalam negeri.

2. PT Semen Baturaja (Persero), Bandar Lampung berkembang dengan menspesialisasikan diri pada pengembangan pabrik semen skala ekonomis sesuai daya dukung lingkungan dan keunggulan kompetitif.

Adapun Misi perusahaan sebagai berikut:

1. Menghasilkan laba dan memberikan kontribusi berupa pajak kepada negara dan deviden kepada pemegang saham dengan memproduksi dan mendistribusikan semen portland type I dan semen type lain yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan menerapkan sistem mutu ISO 9001:2000.


(52)

2. Menjaga kontinuitas dan stabilitas pasokan semen dalam negeri khususnya di daerah Bandar Lampung.

3. Ikut berartisipasi dalam pengembangan perekonomian dan pembinaan industri-industru usaha yang berwawasan lingkungan.

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan PT Semen Baturaja (Persero), pada saat ini disesuaikan dengan perkembangan perusahaan, dimana struktur organisasi tersebut diharapkan dapat menunjang kegiatan operasional perusahaan. Didalam struktur organisasi PT Semen Baturaja (Persero), pabrik Panjang pemimpin tertinggi adalah Kepala Biro yang bertanggung jawab kepada Kepala Departemen Operasi dan Kepala Departemen Operasi bertanggung jawab kepada Direksi. Gambar struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran 10.

Adapun tingkatan struktur organisasi PT Semen Baturaja (Persero), pabrik Panjang Bandar Lampung sebagai berikut:

1. Biro 2. Bagian 3. Seksi 4. Regu 5. Pelaksana


(53)

Dari tingkatan struktur organisasi tersebut dapat dijelaskan tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian antara lain:

1). Biro Pabrik Panjang (BPJ)

Kepala Biro Pabrik Panjang adalah Pimpinan tertinggi dalam organisasi pelaksaan kegiatan perusahaan PT Semen Baturaja (Persero), secara keseluruhan yang mempunyai tugas serta tanggung jawab sebagai berikut:

1) Bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh unit usaha/pabrik yang dikelola secara keseluruhan.

2) Memberi penjelasan dan pengarahan kepada bawahannya tentang usaha yang dikelolanya/dipimpinnya.

3) Mendelegasikan sebagian dari tugasnya kepada karyawan.

4) Bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan usaha yang dikelolanya.

2). Kepala Bagian Produksi

Kepala Bagian Produksi membawahi Seksi Pengantongan, Seksi Penggilingan dan Kepala Seksi Shif 1, Shif 2 dan Shif 3. Adapun fungsi serta tanggung jawabnya adalah:

1. Merencanakan serta melaksanakan dan mengawasi seluruh kegiatan proses produksi.

2. Merencanakan anggaran produksi

3. Menjaga dan mengawasi kegiatan proses produksi

4. Membuat laporan hasil proses produksi berupa permingguan dan laporan perbulanan.


(54)

Tabel 6. Daftar Jumlah Karyawan bagian produksi Kerja PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2008 - 2009

Sumber : Bagian Personalia PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Bandar Lampung 2009

3). Kepala Bagian Pemeliharaan

Membawahi Seksi Mekanik dan Bengkel, Seksi Pemeliharaan Listrik/Instrumen dan Seksi Pemeliharaan Sipil. Adapun tugas dari Kepala Bagian Pemeliharaan adalah:

1. Menjalankan dan mengawasi pekerjaan yang menyangkut peralatan produksi dan pemeliharaannya.

2. Membuat laporan penggunaan peralatan produksi dan pemeliharaan setiap mingguan dan bulananya.

4). Kepala Bagian Pemasaran

Bagian Penjualan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua orang Kepala Seksi yaitu Seksi Administrasi dan Seksi Monitoring Pasar. Adapun tingkat Kepala Seksi Umum dibawahi bagian Personalia, Tatausaha dan Pool Kendaraan.

No. Bagian Produksi Tahun

2008 2009 1 Bagian Produksi

1. Pembongkaran Terak 2. Penggilingan

3. Pengantongan 4. Pengendalian Proses

1 5 9 6 3

1 4 8 5 4


(55)

Adapun tugas Kepala Bagian Pemasaran adalah:

1. Melaksanakan dan merencanakan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam bidang pemasaran.

2. Merencanakan serta mengawasi pelaksanaan pemasaran yang telah dikuasai melalui kontrak atau kesepakatan serta selalu mencari peluang untuk diversivikasi produk.

3. Membuat laporan penjualan setiap minggu dan bulanannya.

5). Kepala Bagian Keuangan

Bagian keuangan dibawahi langsung oleh pimpinan perusahaan. Adapun tugas Kepala Bagian Keuangan adalah:

1. Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan bagian keuangan 2. Menyusun anggaran keuangan

3. Menyediakan kas yang cukup dan efisien untuk pelaksanaan operasi perusahaan untuk jangka pendek maupun jangka panjang

4. Penetapan tanggung jawab untuk penerimaan dan pengeluaran dana serta pemberian perlindungan yang cukup setelah dana perusahaan disimpan 5. Penyelenggaraan pengendalian untuk menjamin bahwa pembayaran

hanya dilakukan untuk tujuan yang syah


(56)

6). Kepala Seksi Personalia

Seksi personalia dibawahi langsung oleh pimpinan perusahaan. Adapun tugas Kepala Seksi Personalia adalah:

1. Merencanakan serta mengawasi masalah karyawan yang mencakup penerimaan tenaga kerja, penerimaan kerja praktek lapangan, pengangkatan serta pemberhentian tenaga kerja

2. Merencanakan dan mengawasi pekerjaan bagian administrasi

3. Mengadakan peningkatan sarana fasilitas karyawan dalam hal peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan serta latihan baik dilakukan didalam maupun diluar lingkungan perusahaan

4. Membuat laporan untuk mingguan dan bulanannya.

Pabrik Palembang, Baturaja dan Bandar Lampung sepenuhnya menggunakan tenaga-tenaga muda Indonesia yang jumlahnya lebih kurang 800 (delapan ratus) orang, antara lain:

1. Pelembang lebih kurang 250 orang 2. Baturaja lebih kurang 400 orang 3. Panjang lebih kurang 150 orang


(57)

Daftar jumlah karyawan PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7. Daftar Jumlah Karyawan per Unit Kerja PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2008 - 2009

Sumber: Bagian Personalia PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Bandar Lampung 2009

No. Unit Kerja Tahun

2008 2009 1 Biro PPJ

1. Staff Biro

1 2

1 3 2 Bagian Produksi

a.Pembongkaran Terak b.Penggilingan c.Pengantongan d.Pengendalian Proses 1 5 9 6 3 1 4 8 5 4

3 Seksi Transport 3 2

4 Bagian Pemeliharaan

1. Pemeliharaan Listrik dan instansi 2. Pemeliharaan Mesin

3. Penyediaan Daya dan Air

1 3 11 4 1 4 10 2

5 Seksi Dalam Mutu 6 6

6 Bagian Penjualan 6 5

7 Bagian Keuangan 5 4

8 Seksi Gudang 8 7

9 Seksi Pengadaan dan Personalia 1. Umum

2. Personalia 3. Pengadaan 4. Keamanan 5. K3/Matja

Bagian Perwakilan KBL

6 3 2 6 2 1 4 2 2 3 1 1


(58)

5. Proses Produksi

a. Tahapan Proses Produksi

Proses produksi diawali di pabrik Baturaja dengan proses penggilingan dan pembakaran. Untuk pembuatan semen terdapat dua macam bahan baku antara lain:

1. Bahan baku utama yaitu:

a. Batu Kapur lebih kurang 85% b. Tanah Liat lebih kurang 10% 2. Bahan baku tambahan yaitu:

a. Pasir Silika lebih kurang 4% b. Pasir besi lebih kurang 1%

Setelah ke 4 (empat) bahan baku tersebut mengalami proses penggilingan dan pembakaran hingga 1450° C dengan hasil barupa butiran-butiran yang disebut terak (clinker). Butiran-butiran Terak kemudian diangkut dengan Gerbong Kereta Api ke pabrik Palembang dan pabrik Panjang, dikedua pabrik ini bahan baku. Terak (clinker) digiling kembali dengan mencampurkan lebih kurang 5% Gipsum yang berasal dari PT Petrokimia Gresik dan Thailand, pada akhirnya terbentuk bubukan halus yang dikenal dengan semen. Tetapi pada saat ini transportasi kereta api belum dapat digunakan kembali seperti biasanya untuk wilayah pengiriman bahan baku ke pabrik Panjang kerena terbatasnya Kepala Gerbong Kereta Api, maka diganti dengan alat transportasi truk (mobil), setelah sampai di pabrik Panjang bahan baku di timbang dibagian transportasi setelah dilakukan


(59)

penimbang bahan baku dibawa ke Bunker. Bunker adalah tempat penampungan bahan baku.

b. Proses Produksi Semen di Pabrik Panjang

1. Proses Pengambilan Bahan Baku

Pembuatan semen pada pabrik Panjang menggunakan 2 (dua) macam bahan baku antara lain:

a. Bahan baku utama adalah Clinker 95% b. Bahan baku tambahan adalah Gipsum 5%

Proses produksi semen panjang pertama-tama bahan baku diambil dari tempat penampungan bahan baku disamping Bunker dengan menggunakan alat transportasi Whell Loader kemudian bahan baku dibawa ke Bunker dan dimasukkan kedalam Bunker, untuk penggunaan bahan baku Clinker 95%. Setelah bahan baku dimasukkan bahan baku tersebut akan turun ketempat penampungan yang namanya Subgrade Bunker kemudian bahan baku dialirkan oleh alat pengatur yang namanya Vibrating Feeder yang selanjutnya bahan baku diangkut dengan alat Belt Conveyor dan Bucket Elevator menuju tempat penampungan bahan baku Clinker yang namanya Clinker Silo yang berkapasitas 8500 ton.

2. Rencana Proses Penggilingan

1. Bahan baku yang keluar dari Clinker Silo melalui alat pengantar diteruskan ke


(60)

Elevator (43-BE-01), kemudian diturunkan ke Belt Conveyor (42-BC-02) dan selanjutnya material masuk ke Bin Clinker (44-BN-01).

2. Gypsum adalah bahan baku tambahan dalam pembuatan semen, Gypsum

dimasukkan lebih kurang 5% dari tempat penampung (storage) Gypsum

diangkut dengan Loding (hopper) menuju Chain Conveyor (43-Cc-01), dan diterima oleh Bucket Elevator (43-BE-02), lalu ke Belt Conveyor (44-BN-03), kemudian dialirkan ketempat penampungan yaitu Bin Gypsum (44-Bn-01).

3. Proses Penggilingan (MILL)

Finishing Mill atau Grinding Mill merupakan tahap akhir dari proses pembuatan semen, yaitu penggilingan Clinker bahan setengah jadi yang didatangkan dari Baturaja dan Gipsum. Sistem operasi dari Mill (penggilingan), material yang berasal dari Bin (44-BN-02 dan 01) di turunkan ke Impack Weigh Feeder (44-WE-)1 dan 03) dan selanjutnya bahan baku tersebut jatuh ke Belt Conveyor (44-BC-01) menuju Mill (45-MI-01) yang kemudian digiling hingga mencapai yang telah ditetapkan oleh perusahaan, dari hasil penggilingan tersebut yaitu semen setelah dihasilkan semen tersebut dimasukkan kedalam penampungan semen yaitu Silo Smen I dan Silo Smen II yang berkapsitas 2500 ton.

4. Proses Packing (Pengantongan)

Semen yang sudah jadi dari Silo I dan Silo II diturunkan melewati Air Slide (46-AS-01) yang diangkut secara vertikal dengan Bucket Elevator (45-BC-03) dan diturunkan ke Air Slide (46-AS-03,05,07) yang selanjutnya ke Bucket Elevator


(61)

Bin diturunkan masuk menuju Rotari Packer yang kemudian dimasukkan kekantong semen dengan ukuran 50 kg dan melalui semen diturunkan menuju Truk (mobil pengangkut semen) menuju distributor dan konsumen yang memesan. Tentang proses produksi dapat dilihat pada lampiran 13.

6. Pengendalian Mutu

PT Semen Baturaja (Persero) memproduksi semen Portland jenis type I menurut Standar Industri Indonesia SII 0013/1981. dalam SII 0013/1981, ditetapkan untuk semen portland type I ini tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang di syaratkan kepada jenis semen lain. Agar mutu semen senantiasa konstan memenuhi standar, dengan hasil berkesinambungan diteliti dan dimonitor dilaboratorium PT Semen Baturaja (Persero), pabrik Panjang dan dianalisis di Laboratorium Balai Besar Penelitian Pengembangan Industri di Bandung.

Klasifikasi semen portland dan penggunaannya:

1. Jenis type I untuk penggunaan semen yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada jenis-jenis lainnya. Type

I ini biasanya bnayak digunakan untuk bangunan jembatan danb gedung. 2. Jenis type II ini dalam penggunanaanya memerlukan ketahanan terhadap

Sulfat dan panas Hidrasi sedang. Type II ini biasanya digunakan untuk bangynan Dermaga.

3. Jenis type III ini dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi pada fase permulaan setelah penyekatan/pengikatan terjadi. Type ke II ini biasanya banyak digunakan untuk bangunan dibawah tanah.


(62)

4. Jenis type IV ini dalam penggunaannya memerlukan panas Hidrasi yang rendah. Type ini biasanya digunakan secara Grauting yaitu penyuntikan semen kedalam tanah.

5. Jenis type V ini dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhada Sulfat. Type ini biasanya banyak digunakan didaerah Pengeboran Minyak.

B. Analisis Statistik Deskriptif B.1 Gambaran Responden

1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan kepada 22 responden. Responden dalam penelitian ini merupakan karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang.s

Gambaran umum responden dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini: 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-Laki 22 100%

Total 22 100

Sumber: PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa seluruh responden adalah laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas karyawan pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang adalah laki-laki, karena pekerjaan bagian produksi cukup berat sehingga semua karyawannya adalah laki-laki.


(63)

2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Kelompok Usia Frekuensi %

31 – 40 3 13,66%

> 40 19 86,36%

Sumber: PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2009

Berdasarkan tabel 9 di atas maka dapat diketahui bahwa mayoritas usia mayoritas karyawan PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang adalah ada usia >40 tahun ada sebanyak 19 orang atau sejumlah 86,36%. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan bagian produksi adalah karyawan yang telah berpengalaman di bidangnya selama puluhan tahun. Sedangkan usia karyawan antara 31-40 tahun ada sebanyak 3 orang atau sejumlah 13,66% yang menunjukkan bahwa karyawan yang lebih muda juga dibutuhkan di dalam perusahaan.

3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal Terakhir

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal Terakhir. Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase (%)

SLTP SMA S-1

2 19

1

9,1% 86,4% 4,5%

Total 22 100

Sumber : PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa pendidikan formal terakhir sebagian besar responden adalah SMA. Ini menunjukkan bahwa karyawan di PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang mayoritas pendidikan formal terakhir adalah SMA. PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang mempekerjakan mayoritas


(1)

memiliki pengaruh yang paling besar.

Riza Despalia Idawati (2010) Pengaruh Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Produktivitas Kerja (Studi Pada Karyawan Bagian Produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang 1.Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (X)

2. Produktivitas Kerja (Y) 1. Analisis Statistik Deskriptif 2. Analisis Statistik Inferensial a). Pengujian validitas dan realibilitas b). Analisis regresi linier sederhana c). Uji asumsi klasik d). Uji parameter regresi yang menggunakan uji t dan uji R²

Dari hasil

pembahasan dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap

produktivitas kerja karyawan pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang setelah dilakukan uji t yang menunjukkan t hitung >

t tabel (2.362>2.086)

maka Ho ditolak, sehingga secara parsial dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan. Sedangkan nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,707 berarti sumbangan X terhadap variasi kenaikan perubahan Y sebesar R2 × 100% = 70.7% sedangkan sisanya 29,3% dipengaruhi oleh faktor lainnya.


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja (studi pada karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara deskriftif diketahui bahwa masih ada karyawan yang menjawab ragu-ragu untuk program keselamatan dan kesehatan kerja khususnya untuk pertanyaan tentang lingkungan kerja jauh dari kebisingan sebanyak 36,4%. Serta melalui uji t dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang setelah dilakukan uji t yang menunjukkan t hitung > t tabel maka Ho ditolak, sehingga secara parsial dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan.


(3)

karyawan PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang. Berdasarkan hal tersebut, penulis memberikan masukan berupa saran bahwa dalam melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan di PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang hendaknya lebih ditingkatkan lagi karena masih ada karyawan yang menjawab ragu-ragu tentang program keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Khususnya untuk pertanyaan tentang lingkungan kerja jauh dari kebisingan sebanyak 36,4%. Mengingat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap produktivitas kerja karyawan maka hendaknya perusahaan perlu memperhatikan hal tersebut dan terus mengoptimalkan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang telah ada sehingga diharapkan karyawan akan termotivasi dan produktivitas kerja karyawan akan terus meningkat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Bina Aksara. Jakarta

Anoraga, P. 2005. Psikologi Kerja. Cetakan ketiga. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Budiono, S. Jusuf. dan Pusparini, A. 2003. Bunga Rampai HIPERKES dan KK.

Cetakan I. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Buffa, Elwod S. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern. Edisi. 8

(delapan). Bianarupa Aksara. Jakarta.

Cristianti, Yunita. 2006. Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada

Perum Damri di Bandar Lampung. Fakultas Ekonomi. UNILA. Bandar

Lampung.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonomimetrika Dasar. Diterjemahkan oleh Sumarno Zain. Erlangga. Jakarta.

Handoko, T. Hani. 1995. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PT. Puspa Swara. Jakarta.

Hasibuan, S.P. Malayu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.

Masniari, Farida. 2006. Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT Great Giant

Pineapple di Lampung Tengah. Fakultas Ekonomi. UNILA. Bandar

Lampung.

Mulyono, Mauled. 2004. Penerapan Produktivitas dalam Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta.


(5)

Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT

Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan. Jurnal Universitas Sumatera Utara

(USU). Diakses tanggal 25 April 2010, pukul 19.00 wib. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4241/1/09E00231.pdf. Nurgiyantoro dan Bambang. Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.02/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.

Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2002. tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek.

Ranupandojo, Heidjrachman. dan Suad Husnan. 2000. Manajemen Personalia. BPFE. Yogyakarta.

Santoso, Singgih. 2000. Menguasai Statistik Diera Informasi dengan SPSS 15.

PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Schuler, Randall S dan Susan E. Jackson. 1999. Manajemen Sumber Daya

Manusia: Menghadapi Abad Ke-21. Erlangga. Jakarta.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Ilham Jaya. Bandung.

Silalahi, Bennet NB dan Rumondang B. Silalahi. 1998. Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja. IPPM. Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi.1997. Metode Penelitian dan Survei. LP3ES. Jakarta.

Sinungan, Muchdarsyah. 2003. Produktivitas apa dan bagaimana. Bumi Aksara. Jakarta.

Sulistyarini, Ratna Wahyu. 2006. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada CV Sahabat di Klaten.

Jurnal FE STAIN. Surakarta. http://pdfcontact.com/download/5067675/n

Diakses tanggal 25 April 2010, pukul 19.30 wib. Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.


(6)

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Suma’mur P.K. 1998. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Gunung

Agung. Jakarta.

Supranto, J. 2003. Metode Riset; Aplikasinya Dalam Pemasaran. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1991. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai

Pustaka. Jakarta.

Tulus, M. Agus. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku Panduan Mahasiswa. APTIK dan Gramedia Utama.

Wibowo, M. Benoe Satriyo, 2002. Himpunan Peraturan Perundang-undangan

Ketenagakerjaan. Andi. Yogyakarta.

. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung.


Dokumen yang terkait

Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit Di PTPN IV Kebun Dolok Ilir

81 412 124

Pengaruh Perilaku Pekerja terhadap Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bagian Produksi PT. Gold Coin Indonesia Tahun 2010

27 95 135

Pengaruh Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Keamanan Kerja Dan Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi PT. Sinar Oleochemichal Internasional (SOCI) Mas Medan

11 143 212

Pengaruh Promosi Jabatan dan Lingkungan Kerja Terhadap Turnover Intention Karyawan Pada PT. Medan Daihatsu

3 79 129

PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PADA PABRIK GULA MERITJAN KEDIRI

0 5 19

Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Disiplin Kerja Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT Wika Realty Proyek Pembangunan Tamansari Hive Office Park)

20 124 133

STUDI TENTANG PENGARUH DAN PELAKSANAAN PROGRAM K3(KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) TERHADAP STUDI TENTANG PENGARUH DAN PELAKSANAAN PROGRAM K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA.

0 7 12

PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI Hubungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Persepsi Kerja Karyawan Bagian Produksi PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta.

1 2 7

PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. GAMATEX CIMAHI.

1 3 58

Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Bormindo Nusantara Duri

0 5 10