85
Langkah 6 . Menarik kesimpulan
Hasil analisis uji hipotesis yang menunjukan bahwa melalui penerapan Buku Pintar Elektronik berdampak pada peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan perubahan sikap positif siswa pada pencapaian KD Sistem Reproduksi Manusia benar adanya.
Dengan penerapan tersebut, persentase perolehan pengetahuan dan keterampilan siswa paling rendah mencapai angka 80, bahkan lebih dari yang
diduga.
4.4 Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa data baik itu dari aspek proses maupun dari aspek hasil. Data aspek proses dituangkan dalam
bentuk nilai ulangan harian, sedangkan data aspek hasil dituangkan dalam pengukuran observasi siswa. Dari kedua perolehan data tersebut, telah terangkum
kedalam dua siklus tindakan. Pada siklus pertama diperoleh hasil nilai ulangan harian menyatakan rata-
rata sebesar 89,41, dimana dari aspek hasil dinyatakan telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan riwayat transkrip nilai tiga tahun terakhir.
Kemudian, dari frekuensi siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasanpun mengalami peningkatan yang cukup berarti. Dari 34 siswa yang menjadi subjek
penelitian, 28 siswa dinyatakan tuntas dengan perolehan persentase 82,35 yang
dinyatakan
dengan kategori „Sangat Baik‟.
Setelah itu, perlakuan pada tindakan siklus kedua telah memberikan peningkatan yang lebih baik lagi. Dimana, hasil yang diperoleh dinyatakan
86
„Sangat Baik‟ karena dari 34 siswa, hanya 2 siswa yang tidak mencapai Kriteria
Ketuntasan. Oleh sebab itu, perolehan skor persentase ketuntasan pada ulangan
harian kedua mencapai hasil yang hampir sempurna yakni sebesar 94,12.
Dari aspek proses, dapat diketahui melalui hasil pengukuran instrumen observasi siswa. Dimana, pada siklus pertama diperoleh skor persentase sebesar
69,94 dari keseluruhan aspek yang menyatakan keaktifan dan sikap siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Dari perolehan skor tersebut, dinyat
akan dengan kategori „ Cukup’ yang dalam hal ini adalah relatif baik.
Namun, jika dicermati dari perolehan skor peraspek terjadi penurunan pada pertemuan kedua yang menyebabkan perolehan skor pada variabel interaktivitas
menurun. Penurunan skor yang paling dominan adalah pada aspek menjawab dan
mengemukakan. Dimana, berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada instrumen observasi siswa dan pada proses pembelajaran terlihat bahwa beberapa
diantara mereka mengemukakan pendapat yang tidak berkaitan dengan materi indikator 4. Oleh sebab itu, jawaban yang diberikan oleh siswa yang ditanya
juga tidak terkait dengan materi. Maksud dari penjelasan tersebut adalah, beberapa diantara siswa melakukan diskusi sendiri yang bukan mengenai materi
pembelajaran. Peneliti juga merekam beberapa tindakan diantaranya fokus siswa yang lebih tertuju pada telepon genggam yang mereka bawa, bukan pada guru
yang sedang menjelaskan di depan kelas. Selain itu, penurunan juga terjadi pada aspek mendengarkan dan
mengamati indikator 9 dan 10 di dalam variabel verbalitas. Dimana, dari
87
pernyataan di atas telah memberi dampak bahwa siswa kurang memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Sehingga, skor yang diperolehpun
menurun. Namun, jika dilihat dari perolehan skor dalam variabel justru malah terjadi peningkatan pada pertemuan kedua. Hal ini dikarenakan, perolehan skor
pada aspek kesiapan dan percaya diri meningkat. Inilah yang menyebabkan terjadi peningkatan pada variabel verbalitas. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
selama proses tindakan, memang diketahui siswa lebih siap dalam hal mepersiapkan buku catatan dan mencatat informasi indikator 6 dan 7 jika
dibandingkan pada pertemuan pertama. Dari perolehan hasil akhir observasi siswa inilah akhirnya peneliti
mencoba mencari tahu penyebab yang terjadi. Prasangka utama yang dituju adalah performa guru dalam menyampaikan materi. Karena, dari pengamatan yang
dilakukan memang pada pertemuan kedua guru lebih dominan pada model ceramah. Buku Pintar Elektronik hanya digunakan untuk memberikan pembuktian
gambar, tidak dengan penjelasan keterangan bersamaan dengan pembuktian gambar. Oleh sebab itu, hasil observasi guru kemudian diukur untuk mengetahui
kebenaran prasangka terduga. Hasil yang diperoleh secara keseluruhan tidak menujukan adanya
kekurangan yang dilakukan oleh guru. Dengan perolehan skor 85 yang
dinyatakan dengan kategori „ Baik’, tidak merujuk pada prasangka terduga.
Namun, jika dicermati pada perolehan skor peraspek terlihat jelas bahwa pada aspek metode pembelajaran dan media pembelajaran telah mengalami penurunan
yang sangat signifikan pada pertemuan kedua. Kategori yang didapat adalah
88
„Buruk‟ untuk performa guru. Oleh sebab itu, peneliti kemudian mencermati kembali hasil observasi guru terutama pada kedua aspek tersebut indikator 13,
14, 15 dan 16. Dari hasil amatan diketahui bahwa prasangka terduga terbukti kebenaranya. Oleh sebab itu, kelemahan guru inilah yang menjadi penyebab
kelemahan pada siswa. Dengan ditemukanya kedua kelemahan tersebut, perlu dilakukan
perbaikan tindakan karena pada pencapaian aspek proses belum mencapai Kriteria Ketuntasan meski aspek hasil telah tercapai. Oleh karena itu, rencana tindakan
yang akan dilakukan pada siklus kedua nanti adalah performa guru dalam mengajar terutama yang berkenaan dengan aspek metode pembelajaran dan media
pembelajaran. Sehingga, tindakan yang dilakukan adalah penyampaian informasi dengan Buku Pintar Elektronik yang menampilkan model visualisasi. Dengan
demikian, diharapkan perhatian siswa akan lebih fokus. Selain itu, guru diharuskan lebih sering bertanya. Pertanyaan yang diajukan bisa dalam bentuk
pertanyaan menguji maupun mengundang keingintahuan. Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan frekuensi bertanya siswa.
Setelah tindakan siklus kedua dilaksanakan, pengukuran kembali dilakukan. Dari hasil nilai ulangan harian yang diukur, dinyatakan bahwa kategori
perolehan persentase frekuensi siswa yang berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan adalah „Sangat Baik‟. Meski pada siklus pertama sudah dinyatakan telah
memenuhi target pencapaian, namun pelaksanaan tes siklus kedua tetap perhitungkan untuk mengetahui adanya perubahan. Kemudian, dari 34 siswa, 32
mampu memenuhi Kriteria Ketuntasan. Sehingga, persentase pencapaian
89
ketuntasan yang diperoleh 93,29 dengan rata-rata 93,29. Dimana, siklus kedua hanya meloloskan 4 orang tersisa yang sebelumnya belum tuntas pada siklus
pertama. Selanjutnya, pengukuran observasi guru dilakukan terlebih dahulu
sebelum observasi siswa. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan performa mengajar terutama pada aspek yang menjadi penyebab kelemahan pada
siklus pertama. Hasil akhir yang diperoleh bahwa performa guru dalam mengajar mengalami peningkatan sebanyak 11 dari hasil pertama sehingga hasil
perolehan sekarang menjadi 96 dalam ka tegori „Sangat Baik‟. Peningkatan
kategori pada aspek metode pembelajaran dan media pembelajaran juga memperoleh skor sama seperti hasil akhir.
Pada pertemuan pertama, perolehan skor awal aspek metode pembelajaran senilai 87,5. Kemudian, pada pertemuan kedua pencapaian skor
yang diperoleh meningkat maksimal 100. Hal ini menandakan bahwa guru benar-benar melaksanakan tindakan dalam rangka perbaikan kelemahan yang ada.
Peningkatan juga terjadi pada aspek media pembelajaran yang juga berhasil memperoleh skor maksimal 100 baik pada pertemuan pertama maupun
pertemuan kedua. Dari rekaman observasi yang ada, dapat diketahui guru berusaha memfokuskan siswa dengan menggunakan media pembelajaran Buku
Pintar Elektronik dalam proses mengajarnya. Dari penjelasan di atas, tingkat kemaksimalan performa guru mampu
meningkatkan perubahan sikap siswa. Terbukti dari perolehan skor akhir
observasi siswa senilai 79,61 dengan kategori „Baik‟. Dari harga tersebut,
90
diketahui bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 9,67 dari harga awal. Secara tidak langsung, peningkatan juga terjadi dari aspek-aspek penyusun variabel sikap
termasuk aspek mendengarkan dan mengamati. Skor yang didapat pada kedua aspek tersebut adalah maksimal. Hal ini terbukti dari hasil dokumentasi video
yang direkam ketika tindakan berlangsung. Dengan ini, pemberian fokus belajar pada siswa dinyatakan berhasil untuk membuat siswa untuk mau mendengarkan
penjelasan guru. Meskipun nilai yang diperoleh belum mencapai angka 80 sesuai Kriteria Ketuntasan, namun paling tidak 79 merupakan harga yang
mendekati angka 80. Selain itu, frekuensi bertanya siswa juga meningkat drastis terutama pada
pertemuan kedua. Dari jumlah total 8 penanya pada siklus pertama meningkat menjadi 17 penanya pada siklus kedua. Jadi, dalam hal ini tindakan guru dengan
memperbanyak pertanyaan kepada siswa dalam rangka meningkatkan frekuensi penanya dinyatakan berhasil.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama tindakan berlangsung, karakteristik celoteh pada diri siswa yang ketika diberi ceramah mengenai suatu
hal baru terbukti mendorong mereka untuk mengutarakan isi pikiran dengan rasa percaya diri yang cukup baik. Dibantu dengan adanya tampilan visual dan
pengajuan pertanyaan, telah mampu memberi fokus siswa dalam belajar dan menggugah celoteh mereka dengan mengajukan pertanyaan tanpa rasa ragu.
Dari keseluruhan rangkaian penelitian yang dilakukan, penerapan model pembelajaran instruksi tradisional dengan bantuan rancangan teknologi yang
sangat baik, diyakini mampu membangun proses pembelajaran yang berkualitas.
91
Hal ini didasari dari hakikat belajar yang sesungguhnya, dimana terjadi interaksi antara guru dan siswa secara langsung guna memberi arahan pandangan terhadap
ilmu pengetahuan yang diberikan. Jika arahan pandangan tadi dibantu dengan suatu teknologi yang dapat lebih memberi gambaran secara pasti bagaimana ilmu
pengetahuan itu terjadi, maka pencapaian tujuan pembelajaran menjadi semakin tinggi.
Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terhadap penerapan model CAI di dalam model instruksi tradisional untuk
memberi pemahaman secara pasti kepada siswa. Merujuk pada penelitian yang relevan, ada tiga hasil penelitian yang menyatakan bahwa suatu konsep baik itu
abstrak maupun suatu gejala yang memang belum pernah sama sekali diketahui oleh siswa, haruslah digambarkan agar mendekati suasana yang sebenarnya. Hal
ini dimaksudkan agar tidak terjadi miskonsepsi pada pemikiran masing-masing siswa. Jika dari awal mereka telah menerima suatu konsep yang salah, maka akan
terjadi kesalahan yang berkelanjutan. Atas dasar pemikiran inilah, pemberian konsep visualisasi sangat
diperlukan. Masing-masing hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pemberian objek visual terhadap kata umumnya mampu diingat lebih lama dan
lebih baik. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan menjadi semakin menarik dengan adanya tampilan visual. Sehingga, berdampak pada tingkat pemahaman
materi yang tinggi seperti yang dikemukakan oleh Mursiti, et al 2006; Vernadakis, et al 2008 serta Keengwe and Farhan 2014.
92
Dengan adanya dampak yang diberikan Buku Pintar Elektronik dalam memberikan konsep visual, ada beberapa kelebihan lain yang masih dimiliki.
Diantaranya, mudah digunakan oleh kalangan umum, sehingga baik itu guru maupun siswa mudah pula untuk menggunakanya. Pemberian tampilan visual dari
proses suatu gejala dan konsep abstrak, mempermudah guru dalam hal menyampaikan materi. Dengan demikian, siswa juga terbantu dalam memahami
konsep materi yang diberikan. Jadi, proses penyampaian materi lebih efektif dengan waktu singkat dan ketercapaian tujuan pembelajaran yang tinggi.
Alhasil, dengan keberhasilan Buku Pintar Elektronik dalam mengubah tingkah laku siswa untuk memahami materi sistem reproduksi manusia. Maka,
peneliti memperjelas produk hasil pengembangan ini dengan nama Buku Pintar Elektronik „SIPROM‟ yakni kepanjangan dari Buku Pintar Elektronik Sistem
Reproduksi Manusia. Secara teknis, Buku Pintar Elektronik „SIPROM‟ merupakan suatu alat
yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman seperti yang dikemukakan oleh Arsyad 2011:2, bahwa “perkembangan teknologi semakin
mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar”.
Penggabungan unsur multimedia dalam file format pdf merupakan salah satu bentuk pembaharuan teknologi. Dimana, audio dan video dapat langsung di-
play dan bermain di dalamnya tanpa harus terintegrasi dengan file asli dalam satu folder bersama. Selain itu, adanya bantuan timeline pada pemutaran video dan
audio dapat mempermudah pengguna untuk mengatur waktu pemutaran. Begitu
93
pula dengan pengaturan volume, stop and play, skip forward dan skip back yang berfungsi mengatur jalanya pemutaran video.
Format pdf dipilih karena sudah sangat umum banyak digunakan oleh para pengguna. Sehingga, banyak aplikasi pdf reader yang telah terinstal pada
perangkat komputer mereka. Alasan lain, format pdf dapat langsung dicetak dalam bentuk kertas. Karena, pada dasarnya pdf merupakan format lembaran
kertas yang hanya bisa only read atau hanya bisa dilihat. Keuntungan lainya, pengguna dapat melakukan pencarian kata maupun halaman dengan cepat
menggunakan bantuan pdf reader yang hampir semua mempunyai fasilitas search. Selain itu, dengan foxit reader salah satu pdf reader pengguna dapat
menambahkan catatan di dalamnya sebagai tambahan informasi. Bagi para pengembang yang ingin lebih memperkaya Buku Pintar
Elektronik „SIPROM‟, dapat dilakukan dengan cara yang mudah. Perangkat yang
digunakan pada proses pembuatan bukan perangkat yang sulit untuk ditemukan dan diperoleh. Termasuk perangkat lunak yang digunakan. Selain itu, barisan
kode yang termuat di dalamnya sangat sederhana. Jika para pengembang hendak melakukan pengembangan lebih lanjut,
dapat dilakukan penambahan program untuk memperkaya isi. Pengembangan lain yakni dengan mengubah isi program jika hendak memperbaiki isi. Serta
penghapusan program jika para pengembang hendak mengganti isi dari Buku Pintar Elektronik
„SIPROM‟ yang dapat dilakukan dengan mudah.
94
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil dua kesimpulan meliputi :
1. Pengetahuan dan keterampilan siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Pemalang meningkat pada pencapaian KD Sistem Reproduksi Manusia
melalui penerapan Buku Pintar Elektronik. 2. Sikap siswa selama kegiatan pembelajaran di dalam kelas berubah positif
dengan bantuan Buku Pintar Elektronik yang ditandai dari perilaku interaktivitas dan verbalitas.
5.2 Saran
Berdasarkan pengalaman dan hasil yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan, terdapat saran-saran yang perlu disampaikan, antara lain :
1. Penerapan Buku Pintar Elektronik sebagai media bantu pembelajaran di kelas, alangkah baiknya benar-benar digunakan secara bijaksana untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditargetkan. Karena, hal ini telah terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan.
2. Pada penyampaian KD lain, disarankan mengandung konsep visualisasi dalam bentuk gambar bergerak animasi atau video. Karena, berdasarkan
hasil observasi yang telah dilakukan, karakteristik siswa XI IPA 3 SMA