1
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif
Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
SMK Negeri 11 Bandung merupakan Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki kompetensi keahlian dalam bidang Bisnis dan Manajemen serta
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan, SMK Negeri 11 Bandung terus berupaya untuk menghasilkan lulusan
yang berkualitas dan profesional serta berdisiplin kerja yang tinggi sehingga para lulusannya mampu bersaing dalam era global.
Seperti dalam Undang-Undang Republik Indonesia mengenai Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15 dikatakan bahwa :
“Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”.
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia yang di mana dengan pendidikan dapat menciptakan suatu manusia yang memiliki potensi
kreatif dan inovatif dalam membangun dan mengembangkan kemajuan masyarakat dan negaranya di berbagai aspek bidang. Maka dari itu, diperlukan
adanya peningkatan dalam kualitas pendidikan demi sumber daya manusia yang berkualitas dan kemajuan negara yang lebih baik.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif
Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Sekolah Menengah Kejuruan SMK terus melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga menghasilkan lulusan yang produktif
dan kreatif.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif
Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Di dalam proses pembelajaran, siswa dituntut aktif dalam segala kegiatan pembelajaran di sekolah. Adanya keaktifan belajar dari siswa dapat mendorong
siswa untuk meningkatkan kemampuan belajarnya dan salah satu kemampuan belajar tersebut adalah kemampuan berpikir kreatif.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh siswa. Jika siswa mampu berpikir kreatif, selain dapat memecahkan
suatu permasalahan dengan berbagai alternatif jawaban, menemukan ide-ide atau gagasan-gagasan dalam pembelajaran, tidak menutup kemungkinan siswa akan
dapat menghasilkan suatu karya-karya yang baru. Sebagaimana yang dikemukakan oleh J.C. Coleman dan C.L. Hammen
1974 : 425 bahwa “Berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang menghasilkan
sesuatu yang baru – dalam konsep, pengertian, penemuan, karya seni”.
Adanya kemampuan berpikir kreatif akan membantu siswa dalam proses pembelajaran di sekolah maupun hubungan sosial di lingkungan masyarakat.
Untuk proses pembelajaran di sekolah, adanya kemampuan berpikir kreatif siswa ditunjukkan pada aktivitas belajar di kelas. Namun, kemampuan berpikir kreatif
siswa dapat ditunjukkan apabila guru dapat memotivasi dan mendorong siswa untuk dapat aktif dan kreatif selama proses pembelajaran.
Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar dapat ditunjukkan dengan keterlibatannya dalam berbagai macam kegiatan, diantaranya :
Kemampuan siswa dalam bertanya; Kemampuan siswa dalam menjawab;
Kemampuan siswa dalam mengemukakan berbagai macam ide atau gagasan;
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif
Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kemampuan siswa mengidentifikasi masalah; Kemampuan siswa dalam mencari berbagai macam alternatif jawaban
terhadap suatu masalah;
Kemampuan siswa dalam mengembangkan suatu gagasan; Kemampuan siswa dalam memerinci setiap detail dari suatu objek menjadi
lebih menarik, dsb. Apabila dari kemampuan-kemampuan di atas dapat ditunjukkan oleh siswa
dalam proses pembelajaran, maka proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil serta dapat menciptakan manusia-manusia yang berprestasi yang berguna bagi
masyarakat sekitar. Pada mata pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran di tingkat
pendidikan SMK merupakan mata pelajaran yang tidak hanya menyangkut pada materi-materi dan konsep-konsep belajar administrasi perkantoran. Tetapi
bagaimana dari materi dan konsep tersebut dapat diaplikasikan secara langsung oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, untuk dapat
mengaplikasikan materi dan konsep administrasi perkantoran, diperlukan kemampuan berpikir kreatif siswa sehingga materi dan konsep tersebut dapat
teraplikasikan dengan baik di kehidupan sehari-hari dan yang nantinya akan bermanfaat bagi siswa sendiri maupun bagi masyarakat luas.
Pola berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran produktif administrasi perkantoran masih belum terlihat. Hal ini menjadikan mata pelajaran produktif
administrasi perkantoran sama saja dengan mata pelajaran umum yang hanya menyangkut pada materi dan konsep tanpa adanya aplikasi nyata dari materi dan
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif
Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
konsep tersebut. Hal tersebut terlihat dari salah satu Sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri di Bandung yang kemudian akan dijadikan lokasi dalam penelitian
ini. Aktifitas pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif siswa di SMK
Negeri 11 Bandung masih terlihat belum optimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua prodi administrasi perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung pada
tanggal 5 Maret 2013, mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran rata-rata siswa cenderung pasif. Dari jumlah siswa rata-rata kelas XI AP sekitar 35-39
orang per kelas. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1.1 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Kelas XI AP SMK Negeri 11 Bandung Tahun Pelajaran 20122013 Kemampuan
Kelas XI AP 1
XI AP 2 XI AP 3
XI AP 4
Kemampuan bertanya 7
6 7
6 Kemampuan menjawab
8 8
7 7
Kemampuan mengemukakan berbagai macam ide atau
gagasan 5
4 4
3 Kemampuan mengembangkan
ide atau gagasan 4
3 3
4 Kemampuan mengidentifikasi
3 4
4 3
Kemampuan memerinci suatu masalah
4 3
4 3
Sumber : Hasil wawancara 5 Maret 2013
Dari tabel 1.1 di atas, terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa kecenderungan aktif berada pada kemampuan bertanya dan kemampuan
menjawab. Sedangkan untuk kemampuan mengemukakan berbagai macam ide atau gagasan, kemampuan mengembangkan ide atau gagasan, kemampuan
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif
Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mengidentifikasi dan kemampuan memerinci suatu masalah, siswa masih cenderung pasif. Dengan kata lain, kemampuan berpikir kreatif siswa belum
dikembangkan secara optimal. Selain itu, berdasarkan pada hasil analisis dan wawancara pada beberapa
siswa kelas XI AP, siswa kelas XI AP mempunyai kelompok belajar masing-masing pada setiap mata pelajaran, terutama pada mata pelajaran
produktif administrasi perkantoran. Akan tetapi, siswa kelas XI AP kurang memanfaatkan adanya kelompok belajar yang mereka miliki. Adanya kelompok
belajar baru dimanfaatkan ketika guru mata pelajaran, khususnya administrasi perkantoran menugaskan siswa-siswa untuk mengerjakan tugas secara kelompok.
Pada kelompok belajar tersebut hanya membahas tugas yang telah diberikan oleh guru mata pelajaran. Padahal dalam kelompok belajar, selain membahas tugas
mata pelajaran, siswa juga dapat memanfaatkan kelompok belajar untuk saling berbagi pengalaman belajar atau saling bertukar pikiran atas berbagai kegiatan
belajar maupun kegiatan di organisasi sekolah untuk mengembangkan kreativitas siswa. Adanya pengaruh kelompok belajar terhadap prestasi belajar siswa pun
tidak terlalu signifikan. Bahkan bisa dibilang dengan ada atau tidaknya kelompok belajar yang dimiliki siswa tidak begitu mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Sedangkan pada kegiatan keorganisasian, seperti ekstrakurikuler, rata-rata siswa kelas XI AP tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Padahal ada beberapa
kegiatan ektrakurikuler yang diwajibkan untuk semua siswa mengikuti kegiatan tersebut. Rata-rata siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler hanya 7-10
orang per kelas. Hal ini dapat terlihat dalam tabel di bawah ini :
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif
Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Tabel 1.2 Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa
Kelas XI AP SMK Negeri 11 Bandung Tahun Pelajaran 20122013 Kelas
Jumlah
XI AP 1 10 siswa
XI AP 2 7 siswa
XI AP 3 7 siswa
XI AP 4 6 siswa
Sumber : Siswa kelas XI AP SMK Negeri 11 Bandung
Pada tabel 1.2 di atas, terlihat bahwa siswa masih pasif dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Siswa menganggap bahwa kegiatan
ekstrakurikuler hanya sebagai kegiatan ekstra selain proses belajar di kelas dan bukan kegiatan yang wajib dilakukan bagi siswa. Padahal terdapat beberapa
kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh siswa. Kegiatan keorganisasian seperti ekstrakurikuler, diharapkan dapat mengembangkan bakat kreativitas siswa
baik dibidang olahraga, seni, teknik, bahasa, dan lain sebagainya selain proses belajar mengajar di kelas. Selain itu, dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
siswa juga diharapkan dapat saling berbagi pengalaman belajar dan bertukar pikiran dengan siswa lain dan guru pembina ekstrakurikuler.
Guilford 1967 mengemukakan : Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat
perhatian dalam pendidikan.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif
Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Mengenai kemampuan berpikir kreatif siswa yang masih belum optimal
dikarenakan guru mempersepsi bahwa siswa didikannya harus memiliki tingkat IQ tinggi, bukan kemampuan berpikir kreatif. Hal ini didukung oleh pernyataan
Getzels dan Jackson 1962 bahwa “guru lebih menyukai siswa dengan kecerdasan tinggi daripada siswa yang kreatif”.
Siswa yang memiliki kecerdasan yang tinggi atau memiliki kemampuan berpikir yang kreatif, hal ini tergantung bagaimana cara guru mengajar dan
mendidik siswanya. Sebagaimana dikatakan oleh Utami Munandar 2009 : 12 : Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan
berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana non-otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang, karena
guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru dan ketika anak diberi kesempatan
untuk bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhannya, dalam suasana inilah kemampuan berpikir kreatif dapat tumbuh dengan subur.
Tugas utama dari seorang guru dalam bidang pendidikan adalah mengajar
dan mendidik. Namun dalam mengajar, guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi dan konsep dari suatu mata pelajaran. Tetapi bagaimana membangun
komunikasi yang efektif dan efisien antara guru dan siswa sehingga antara guru dan siswa memiliki pola pikir yang sama dan siswa dapat memahami materi dan
konsep yang disampaikan oleh guru. Kemampuan gaya komunikasi dari seorang guru akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan dan
pembelajaran.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif
Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Jourdan 1984 : 74 bahwa “Bidang pendidikan, misalnya, tidak bisa berjalan tanpa dukungan komuniksi, bahkan
pendidikan hanya bisa berjalan melalui komunikasi”. Adanya cara komunikasi yang efektif dan efisien antara guru dan siswa,
maka guru akan mengetahui dengan baik latar belakang siswa, sikap dan kepribadian siswa, bahkan pola berpikir dari siswa tersebut. Sehingga apabila
guru telah mengetahui pola berpikir dari siswanya, guru akan dapat dengan mudah mendidik dan mengontrol serta mengembangkan pola berpikir kreatif siswa
menjadi lebih baik. Komunikasi yang dilakukan oleh guru pun harus dilakukan dengan benar dan tepat serta memperhatikan maksud komunikasi yang dilakukan
antara guru dan siswa. Sehingga pada akhirnya akan mencapai tujuan yang diinginkan dari proses pembelajaran. Pawit M. Yusup 1990 : 3 mengatakan
bahwa : Komunikasi dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan, yaitu dalam rangka upaya mendewasakan anak manusia Sikun Pribadi, 1979 supaya bisa hidup mandiri Langeveld, 1978
dikemudian hari.
Dari penelitian ini, sikap guru dalam proses pembelajaran di sekolah adalah membangun gaya komunikasi guru yang efektif, yang berhubungan dengan
kemampuan berpikir kreatif siswa. Berangkat dari fenomena di atas, maka diperlukan upaya memahami dan
memecahkan masalah belum optimalnya kemampuan berpikir siswa di kelas XI SMK Negeri 11 Bandung. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan
suatu penelitian dengan judul
: “Hubungan Gaya Komunikasi Guru dengan
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif
Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Berpikir Kreatif Siswa pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran di Kelas XI SMK Negeri 11 Bandung
“.
1.2. Perumusan Masalah